Doa Berbuka Puasa Amalan-Amalan yang Berhubungan dengan Puasa

MUTIARA RAMADHAN: ”MENGGAPAI KEBAHAGIAN BERSAMA ALLAH” e-mail: arfiz.mgmail.com – blog: http:muhsinharstaff.umy.ac.id - http:www.slideshare.netMuhsinHariyanto 71 “Orang yang berpuasa itu tetap dalam ibadah meskipun dia tidur di atas kasurnya”. Sanad hadis ini maudhû’ palsu, karena ada seorang perawi yang bernama Muhammad bin Ahmad bin Sahl. Orang ini termasuk pemalsu hadis, sebagaimana diterangkan oleh Imam adz-Dzahabi dalam kitab adh- Dhu’afa. Silakan, lihat kitab Silsilah ad- Dha’îfah wal Maudhû’ah, no. 653 dan kitab Faidhul Qadîr, no. 5125 Ada juga hadis lain yang semakna : “Tidurnya orang yang sedang berpuasa itu ibadah, diamnya merupakan tasbih, amal perbuatannya akan dibalas dengan berlipatganda, doa’nya mustajab dan dosanya diampuni”. Dikeluarkan oleh al-Baihaqi dal am Syu’abul Imân dan lain-lain dari jalur periwayatan Abdullah bin Abi Aufa. Sanad hadis ini maudhû’, karena dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang bernama Sulaiman bin Amr an- Nakha’i, seorang pendusta. Lihat, Faidhul Qadîr, no. 9293, Silsilatud Dha ’ifah, no. 4696.

5. Doa Berbuka Puasa

“Dari Ibnu Abbâs , beliau mengatakan, “Rasûlullâh , apabila hendak berbuka, beliau mengucapkan : MUTIARA RAMADHAN: ”MENGGAPAI KEBAHAGIAN BERSAMA ALLAH” e-mail: arfiz.mgmail.com – blog: http:muhsinharstaff.umy.ac.id - http:www.slideshare.netMuhsinHariyanto 72 “Wahai Allâh UntukMu kami berpuasa dan dengan rizki dari Mu kami berbuka. Ya Allâh Terimalah amalan kami Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. Diriwayatkan oleh ad-Daruquthni dalam kitab Sunan beliau , Ibnu Sunni dalam kitab ‘Amâlul Yaumi wal Lailah, no. 473 dan ath-Thabrani dalam kitab al- Mu’jamul Kabîr Sanad hadis ini sangat lemah dha’îfun jiddan, karena : Pertama: Ada seorang rawi yang bernama Abdul Mâlik bin Hârun bin ‘Antarah. Orang ini adalah sseorang rawi yang sangat lemah.  Imam Ahmad mengatakan, “Abdul Mâlik itu dha’if.”  Imam Yahya , “Dia seorang pendusta kadzdzâb.”  Sementara Ibnu Hibbân mengatakan, “Dia seorang pemalsu hadis.”  Imam Sa’di mengatakan, “dajjâl pendusta.”  Imam adz-Dzahabi , dia tertuduh sebagai pemalsu hadis.”  Ibnu Hatim mengatakan, “matrûk orang yang riwayatnya ditinggalkan oleh para Ulama.” Kedua: Dalam sanad hadis ini terdapat juga orang tua dar i Abdul Mâlik yaitu Hârun bin ‘Antarah. Dia ini seorang rawi yang diperselisihkan oleh para Ulama ahli hadis. Imam Ad- Daruquthni menilainya lemah, sedangkan Ibni Hibbân telang mengatakan, “Munkarul hadîts orang yang hadisnya diingkari, sama sekali tidak boleh berhujjah dengannya.” MUTIARA RAMADHAN: ”MENGGAPAI KEBAHAGIAN BERSAMA ALLAH” e-mail: arfiz.mgmail.com – blog: http:muhsinharstaff.umy.ac.id - http:www.slideshare.netMuhsinHariyanto 73 Hadis ini telah dilemahkan oleh Imam Ibnul Qayyim , Ibnu Hajar , al Haitsami dan Syaikh al-Albâni dan lain-lain. Silakan para pembaca melihat kitab-kitab ; Mizânul I’tidal 2666, Majmû’ az-Zawâ’id 3156 oleh Imam Haitsami , Zâdul Ma’âd dalam kitab Shiyâm oleh Imam Ibnul Qayyim dan Irwâ’ul Ghalîl 436-39 oleh Syaikh al- Albâni Hadis dhaîf lainnya tentang do’a berbuka yaitu : “Dari Anas , beliau mengatakan, “Rasûlullâh , apabila berbuka, beliau mengucapkan : “Dengan nama Allâh, Ya Allâh karenaMu aku berpuasa dan dengan rizki dari Mu aku berbuka”. Hadis ini diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam kitab al- Mu’jamus Shagîr, hlm. 189 dan al-Mu’jam Ausath. Sanad hadis ini lemah dha’îf, karena: Pertama: Dalam sanad hadis ini terdapat Ismail bin Amar al-Bajali. Dia adalah seorang rawi yang lemah. Imam adz- Dzahabi mengatakan dalam kitab adh- Dhu’âfa, “ dan tidak hanya satu orang saja yang melemahkannya.” MUTIARA RAMADHAN: ”MENGGAPAI KEBAHAGIAN BERSAMA ALLAH” e-mail: arfiz.mgmail.com – blog: http:muhsinharstaff.umy.ac.id - http:www.slideshare.netMuhsinHariyanto 74 Imam Ibnu ‘Adi mengatakan, “Orang ini sering membawakan hadis- hadis yang tidak boleh diikuti.” Imam Ibnu Hâtim mengatakan, “Orang ini lemah.” Kedua: Dalam sanadnya terdapat Dâwud bin az- Zibriqân. Syaikh al-Albâni mengatakan, “Orang ini lebih jelek daripada Ismail bin Amr al- Bajali.” Sementara itu, Imam Abu Dâwud , Abu Zur’ah dan Ibnu Hajar memasukkan orang ini ke golongan matrûk orang yang riwayatnya ditinggalkan oleh para ulama ahli hadis. Imam Ibnu ‘Adiy mengatakan, “biasanya apa yang diriwayatkan oleh orang ini tidak boleh diikuti.” lihat, Mizânul I’tidâl, 27 Hadis ath-Thabrani ini pernah dibawakan oleh Ustadz Abdul Qadir Hassan dalam risalah puasa, namun beliau tidak mengomentari derajatnya. Masih tentang do’a berbuka, ada hadis dha’if lainnya yang senada yaitu: “Dari Mu’adz bin Zuhrah, telah sampai kepadanya bahwa Rasûlullâh apabila hendak berbuka, beliau mengucapkan : MUTIARA RAMADHAN: ”MENGGAPAI KEBAHAGIAN BERSAMA ALLAH” e-mail: arfiz.mgmail.com – blog: http:muhsinharstaff.umy.ac.id - http:www.slideshare.netMuhsinHariyanto 75 “Ya Allâh karenaMu aku berpuasa dan dengan rizki dari Mu aku berbuka”. Hadis ini dha’if lemah. Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Dâwud, no. 2358, al-Baihaqi, 4239, Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Sunni. Lafazh hadis ini sama dengan hadis sebelumnya, hanya berbeda dalam kalimat awalnya. Hadis ini lemah karena ada dua illah penyebab : Pertama: mursal. 2 Karena Mu’adz bin Zuhrah, seorang tabi’in bukan shahabat Rasûlullâh . Kedua: Juga karena Mu’adz bin Zuhrah ini seorang rawi yang majhûl, tidak ada yang meriwayatkan hadis darinya selain Hushain bin Abdurrahman. Sementara Ibnu Abi Hâtim dalam kitab beliau al-Jarh Wa at- Ta’dil tidak menerangkan tentang celaan maupun pujian untuknya. Sebatas yang saya ketahui, tidak ada satu riwayat pun yang sah tentang do’a berbuka puasa kecuali riwayat di bawah ini: “Dari Ibnu Umar , adalah Rasûlullâh apabila berbuka puasa, beliau mengucapkan : 2 Hadis mursal yaitu hadis yang diriwayatkan langsung dari Rasulullah يلص ها هيلع ملسو oleh tabi’in tanpa perantara shahabat. MUTIARA RAMADHAN: ”MENGGAPAI KEBAHAGIAN BERSAMA ALLAH” e-mail: arfiz.mgmail.com – blog: http:muhsinharstaff.umy.ac.id - http:www.slideshare.netMuhsinHariyanto 76 “Dahaga telah lenyap, urat-urat telah basah dan pahala atau ganjaran tetap ada insya Allâh” Hadis ini Hasan riwayat Abu Dâwud, no. 2357; Nasâ’i, 166; Ad-D aruquthni, ia mengatakan, “sanad hadis ini hasan.”; al Hâkim, 1422 dan al-Baihaqi, 4239. Syaikh al-Albâni sepakat dengan penilaian ad-Daruquthni terhadap hadis ini. Sebatas yang saya ketahui, semua rawi orang-orang yang meriwayatkan hadis ini adalah tsiqah terpercaya kecuali Husain bin Wâqid. Dia seorang rawi yang tsiqah namun memiliki sedikit kelemahan, 3 sehingga tepatlah kalau sanad hadis ini dinilai hasan.

6. Keutamaan I’tikaf