MUTIARA RAMADHAN: ”MENGGAPAI KEBAHAGIAN BERSAMA ALLAH”
e-mail: arfiz.mgmail.com – blog: http:muhsinharstaff.umy.ac.id -
http:www.slideshare.netMuhsinHariyanto
54
menjawab, Sekitar 50 ayat. [Riwayat al-Bukhari dan Muslim]
a. Hukum Sahur
Sahur merupakan sunnah muakkadah sunnah yang ditekankan. Dalilnya adalah perintah Rasulullah
s.a.w. :
Bersahurlah, karena dalam sahur terdapat berkah. [Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik].
Larangan meninggalkan sahur sebagaimana tersebut dalam hadis Abu Said yang terdahulu. Oleh
karena itu, Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Bâri 3139 menukilkan ijma tentang sunnahnya sahur.
4. Waktu Puasa
Waktu puasa dimulai dari terbit fajar Subuh sampai terbenam matahari. Dalilnya, yaitu firman Allah:
Dan makan dan minumlah kalian sampai jelas bagi kalian putihnya siang dan hitamnya malam dari fajar,
kemudian sempurnakanlah puasa sampai malam. [QS al-Baqarah2: 186].
Rasulullah s.a.w. bersabda: Setelah jelas waktu
fajar, maka kita menyempurnakan puasa sampai terbenam
matahari, lalu
berbuka sebagaimana
disebutkan dalam hadis Umar ibn al-Khaththab r.a.
MUTIARA RAMADHAN: ”MENGGAPAI KEBAHAGIAN BERSAMA ALLAH”
e-mail: arfiz.mgmail.com – blog: http:muhsinharstaff.umy.ac.id -
http:www.slideshare.netMuhsinHariyanto
55
Jika telah datang waktu malam dari arah sini dan pergi waktu siang dari arah sini serta telah terbenam matahari,
maka orang yang berpuasa telah berbuka. [Riwayat al- Bukhari dan Muslim]
Waktu berbuka tersebut dapat dilihat dengan datangnya awal kegelapan dari arah timur setelah
hilangnya bulatan matahari secara langsung. Semua itu dapat dilihat dengan mata telanjang, tidak memerlukan
alat teropong untuk mengetahuinya.
5. Perkara-perkara Yang Membatalkan Puasa
a. Makan dan minum dengan sengaja. Firman Allah
SWT: . . .
Dan makan dan minumlah kalian sampai jelas bagi kalian putihnya siang dan hitamnya malam dari fajar,
kemudian sempurnakanlah puasa sampai malam [QS al-Baqarah2: 18
7]. b.
Sengaja untuk muntah, atau muntah dengan sengaja. c.
Haid dan nifas. d.
Injeksi yang berisi makanan termasuk di dalamnya dengan menggunakan infus.
e. Bersetubuh.
6. Perkara-Perkara Lain Yang Harus Ditinggalkan Saat Berpuasa
a. Berkata Bohong
MUTIARA RAMADHAN: ”MENGGAPAI KEBAHAGIAN BERSAMA ALLAH”
e-mail: arfiz.mgmail.com – blog: http:muhsinharstaff.umy.ac.id -
http:www.slideshare.netMuhsinHariyanto
56
Rasulullah s.a.w. bersabda:
Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan bohong, maka Allah tidak butuh dengan
usahanya meninggalkan makan dan minum. [Riwayat al-Bukhari dari Abu Hurairah].
b. Berbuat kesia-siaan dan kejahatan kejelekan. Disebutkan dalam hadis Abu Hurairah r.a. bahwa
Rasulullah s.a.w. bersabda:
Bukanlah puasa itu menahan diri dari makan dan minum, tetapi puasa itu adalah menahan diri dari
kesia-siaan dan kejelekan, maka kalau seseorang mencacimu atau berbuat kejelekan kepadamu, maka
katakanlah: Saya sedang puasa. Saya sedang puasa. [Riwayat Ibnu Khuzaimah dan Al Hakim].
7. Perkara-Perkara Yang Dibolehkan
a. Orang yang junub sampai datang waktu fajar,
sebagaimana disebutkan dalam hadis Aisyah dan Ummu Salamah, keduanya berkata: Sesungguhnya
Nabi s.a.w. mendapatkan fajar Subuh dalam keadaan junub dari keluarganya, kemudian mandi
dan berpuasa. [Riwayat al Bukhari dan Muslim].
b. Bersiwak.
c. Berkumur dan memasukkan air ke hidung ketika
berwudhu`.
MUTIARA RAMADHAN: ”MENGGAPAI KEBAHAGIAN BERSAMA ALLAH”
e-mail: arfiz.mgmail.com – blog: http:muhsinharstaff.umy.ac.id -
http:www.slideshare.netMuhsinHariyanto
57
d. Bersentuhan dan berciuman bagi orang yang
berpuasa, dan dimakruhkan bagi orang-orang yang berusia muda, karena dikhawatirkan hawa nafsunya
bangkit.
e. Injeksi yang bukan berupa makanan.
f. Berbekam.
g. Mencicipi makanan selama tidak masuk ke
tenggorokan. h.
Memakai penghitam mata celak dan tetes mata. i.
Menyiram kepala dengan air dingin dan mandi.
8. Orang-Orang Yang Dibolehkan Tidak Berpuasa
a. Musafir orang yang melakukan perjalanan atau
bepergian ke luar kota. Mereka diberi kemudahan oleh Allah untuk berbuka. Allah SWT berfirman:
. . . . . .
Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan lalu dia berbuka, maka wajiblah baginya berpuasa
sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain. [QS al-Baqarah2: 185]. Mereka
diperbolehkan berbuka dan mengqadha mengganti puasanya pada bulan-bulan yang lainnya.
b. Orang yang sakit diperbolehkan berbuka puasa pada
bulan Ramadhan sebagai rahmat dan kemudahan yang Allah limpahkan kepadanya. Orang Sakit yang
dibolehkan untuk berbuka puasa, jika sakit tersebut dapat membahayakan jiwanya, atau menambah
sakitnya yang ditakutkan akan mengakhirkan atau memerlambat kesembuhannya jika si penderita
berpuasa.
MUTIARA RAMADHAN: ”MENGGAPAI KEBAHAGIAN BERSAMA ALLAH”
e-mail: arfiz.mgmail.com – blog: http:muhsinharstaff.umy.ac.id -
http:www.slideshare.netMuhsinHariyanto
58
c. Wanita yang sedang haid atau nifas diwajibkan
berbuka, maksudnya
tidak boleh
berpuasa. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Bukankah kalau dia sedang haid tidak boleh shalat dan tidak boleh puasa? Maka itulah kekurangan
agamanya. [HR al-Bukhari dari Abu Said al-Khudriy].
Juga hadis Aisyah ketika beliau ditanya tentang wanita yang mengqadha puasa dan tidak
mengqadha shalatnya:
Dulu kamipun
mendapatkannya, lalu
kami diperintahkan untuk mengqadha puasa dan tidak
diperintahkan mengqadha shalat. [HR al-Bukhari dan Muslim].
Berdasarkan ijma para ulama, maka wanita yang sedang haid atau nifas, diwajibkan berbuka dan
mengqadha puasanya pada bulan-bulan yang lain.
d. Orang yang sudah tua dan lemah, baik laki-laki maupun
perempuan dibolehkan untuk berbuka, sebagaimana dikatakan Ibnu Abbas:
Orang laki-laki dan perempuan tua yang sudah tidak mampu berpuasa, maka mereka memberi makan setiap
hari seorang miskin. [Riwayat al-Bukhari].
e. Wanita sedang hamil atau menyusui, yang takut
terhadap keselamatan dirinya dan anak yang dikandungnya atau anak yang disusuinya, juga termasuk
yang mendapat keringanan untuk berbuka. Tidak ada
MUTIARA RAMADHAN: ”MENGGAPAI KEBAHAGIAN BERSAMA ALLAH”
e-mail: arfiz.mgmail.com – blog: http:muhsinharstaff.umy.ac.id -
http:www.slideshare.netMuhsinHariyanto
59
kewajiban bagi mereka, kecuali fidyah. Demikian ini adalah pendapat Ibnu Abbas dan Ishaq. Dalilnya ialah
firman Allah:
. . . . . .
Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya membayar fidyah jika mereka tidak puasa, yaitu
memberi makan seorang miskin. [QS al-Baqarah2: 184].
Ayat ini dikhususkan bagi orang tua yang sudah lemah, orang sakit yang tidak kunjung sembuh, orang
hamil dan menyusui jika keduanya takut terhadap keselamatan dirinya atau anaknya. Karena ayat di atas
telah dinasakh oleh ayat yang lain, sebagaimana disebutkan dalam hadis Abdullah bin Umar dan Salamah
bin Al-Akwa:
Kami dahulu pada bulan Ramadhan di masa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang mau berpuasa, boleh
dan yang tidak bepuasa juga boleh, tapi memberikan makan kepada satu orang miskin, sampai turun ayat
yang artinya Barangsiapa di antara kamu hadir di negeri tempat tinggalnya pada bulan itu, maka
hendaklah dia berpuasa pada bulan itu, Riwayat Muslim Lihat QS Al Baqarah ayat 185.
Akan tetapi Ibnu Abbas berpendapat, bahwa ayat tersebut tidak dinasakh dihapus. Ayat ini khusus
bagi orang-orang tua yang tidak mampu berpuasa, dan mereka boleh memberi makan satu orang miskin setiap
hari. Lihat perkataannya yang diriwayatkan Ibnul Jarut,
MUTIARA RAMADHAN: ”MENGGAPAI KEBAHAGIAN BERSAMA ALLAH”
e-mail: arfiz.mgmail.com – blog: http:muhsinharstaff.umy.ac.id -
http:www.slideshare.netMuhsinHariyanto
60
Baihaqi dan Abu Dawud dengan sanad shahih. Pendapat ini dikuatkan juga oleh hadis Muadz bin Jabal,
ia berkata:
... Sesungguhnya Rasulullah setelah datang ke Madinah
memulai puasa tiga hari setiap bulan dan puasa hari Asyura, kemudian Allah turunkan firmanNya Wahai
orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kelian berpuasa... sampai pada firmanNya ...memberi
makan.. Ketika itu, siapa yang ingin berpuasa, dia berpuasa. Dan yang ingin berbuka tidak puasa, bisa
menggantinya dengan memberi makan satu orang miskin. Ini selama satu tahun. Kemudian Allah
menurunkan lagi ayat yang lain Bulan Ramadhan yang diturunkan padanya Al Quran ... sampai pada
firmanNya ..di hari yang lain ... Maka puasa tetap wajib bagi orang yang mukim tidak safar pada bulan tersebut,
dan bagi musafir wajib mengqadha puasanya, dan menetapkan pemberian makanan bagi orang-orang tua
yang tidak mampu untuk berpuasa ... . [HR Abu Dawud, Baihaqi dan Ahmad].
Pendapat ini dirajihkan oleh Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid dan Salim Al-Hilali dalam Shifat Shaum
Nabi, lihat halaman 80-84.
MUTIARA RAMADHAN: ”MENGGAPAI KEBAHAGIAN BERSAMA ALLAH”
e-mail: arfiz.mgmail.com – blog: http:muhsinharstaff.umy.ac.id -
http:www.slideshare.netMuhsinHariyanto
61 9. Berbuka Puasa
a.
Memercepat waktu berbuka puasa. Termasuk
sunnah dalam puasa, yaitu memercepat waktu berbuka. Sebagaimana dikatakan oleh Amr bin
Maimun Al-Audi, bahwa sahabat-sahabat Muhammad s.aw. adalah orang-orang yang paling cepat berbuka
dan paling lambat sahurnya. [Diriwayatkan oleh Abdurrazaq dalam al- Mushannaf, dengan sanad
yang dishahihkan Ibnu Hajar dalam Fathul Bâri, 4199]. Manfaat dari memercepat berbuka ialah :
1 Untuk mendapatkan kebaikan. Disebutkan dalam
hadis yang diriwayatkan Sahl bin Saad r.a., bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda:
Manusia akan senantiasa dalam kebaikan selama mereka memercepat buka puasanya. [Riwayat al-
Bukhari dan Muslim].
2 Merupakan Sunnah Nabi s.a.w..
3 Untuk membedakan dengan puasa ahli kitab,
sebagaimana disebutkan dalam hadis Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda :
Agama ini akan senantiasa menang selama manusia kaum Muslimin memercepat buka
puasanya, karena orang-orang Yahudi dan Nashrani mengakhirkannya. [Riwayat Abu Dawud
dan Ibnu Hibban dengan sanad hasan].
MUTIARA RAMADHAN: ”MENGGAPAI KEBAHAGIAN BERSAMA ALLAH”
e-mail: arfiz.mgmail.com – blog: http:muhsinharstaff.umy.ac.id -
http:www.slideshare.netMuhsinHariyanto
62
Dan berbuka puasa dilakukan sebelum shalat Maghrib, karena merupakan akhlak Nabi
s.a.w..
b. Makanan Berbuka
Rasulullah s.a.w. menganjurkan kita untuk berbuka dengan kurma, dan kalau tidak ada, maka
dengan air sebagaimana dikatakan Anas bin Malik:
Rasulullah s.a.w. berbuka dengan ruthab sebelum shalat, kalau tidak ada ruthab, maka dengan kurma,
dan kalau tidak ada kurma, Beliau menghirup meminum beberapa teguk air. [HR Ahmad, Abu
Dawud dan Ibnu Khuzaimah dengan sanad yang shahih]. Ini merupakan kesempurnaan kasih sayang
dan perhatian Beliau Rasulullah s.a.w. terhadap umatnya.
c. Bacaan Ketika Berbuka
Berdoa ketika berbuka termasuk dari doa-doa yang mustajab, sebagaimana disabdakan Rasulllah
s.a.w.:
Ada tiga doa yang mustajab, yaitu: doanya orang yang berpuasa, doanya orang yang terzhalimi dan
doanya para musafir. [HR ath-Thabarani dari Abu Hurairah].
Dan sebaiknya berdoa dengan doa:
MUTIARA RAMADHAN: ”MENGGAPAI KEBAHAGIAN BERSAMA ALLAH”
e-mail: arfiz.mgmail.com – blog: http:muhsinharstaff.umy.ac.id -
http:www.slideshare.netMuhsinHariyanto
63
Mudah-mudahan hilang dahaga, basah otot-otot dan mendapat pahala, insya Allah. Riwayat Abu Dawud
dari Abdullah bin Umar
d. Memberi Makan Kepada Orang Yang Berpuasa
Hendaknya orang yang berpuasa menambah pahala puasanya dengan memberi makan orang yang
berbuka puasa. Orang yang melakukannya akan mendapatkan pahala yang sangat besar. Rasulullah
s.a.w. bersabda :
Barangsiapa yang memberi buka puasa orang yang berpuasa, maka dia mendapat pahala seperti
pahalanya orang yang berbuka itu tanpa mengurang sedikitpun pahala orang yang berpuasa tersebut..
[HR Ahmad dan at -Tirmidzi dari Zaid bin Khalid]
10. Adab Orang Yang Berpuasa
a. Memerlambat sahur
b. Memercepat berbuka puasa.
c. Berdoa ketika berpuasa dan ketika berbuka.
d. Menahan diri dari perkara-perkara yang merusak
puasa. e.
Bersiwak Menggosok Gigi f.
Memerbanyak berinfak dan tadarus al-Qur`an. g.
Bersungguh-sungguh dalam beribadah, khususnya pada sepuluh hari terakhir.
MUTIARA RAMADHAN: ”MENGGAPAI KEBAHAGIAN BERSAMA ALLAH”
e-mail: arfiz.mgmail.com – blog: http:muhsinharstaff.umy.ac.id -
http:www.slideshare.netMuhsinHariyanto
64
Demikianlah beberapa hal yang berkaitan dengan ibadah puasa yang kami sampaikan secara singkat.
Mudah-mudahan bermanfaat.
Hadis-hadis Dhaîf Seputar Ramadhan
Dalam bulan Ramadhan, ghirah umat Islam untuk beribadah sangat tinggi, dan pada umumnya lebih tinggi
daripada bulan-bulan yang lain. Disebabkan oleh tingginya ghirah mereka, mereka pun banyak merujuk ayat-ayat al-
Quran dan juga hadis-hadis Nabi s.a.w. untuk meningkatkan amal salehnya.
Di antara hadis-hadis yang mereka rujuk ternyata bermasalah. Ada sebagian yang dha’if, dan bahkan
berkualifikasi palsu maudhu’.
Dalam tulisan ini, kami paparkan beberapa hadis dha’if di seputar Ramadhan beserta analisis singkatnya.
1. Pahala Puasa