Hasil uji reliabilitas diambil nilai koefisian alpha pada hasil uji, dimana koefisien alpha 0,830 dan nilai r tabel = 0,273, maka nilai Koefisien
alpha 0,830 nilai r tabel 0,273, berarti instrument angket dinyatakan reliabel
dan dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data.
b. Kinerja Finansial
Evaluasi kinerja finansial melihat dari beberapa indikator yang dianalisa pada saat sebelum mendapatkan pinjaman dana bergulir dan setelah mendapatkan
dana bergulir Munawir, 2010. 1. Komponen Modal
Modal merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjuk dalam pos modal modal saham, surplus, laba yang ditahan atau
kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang- hutangnya.
2. Nilai Asset Total Aset Total = Kas + Piutang + Simpanan pada Bank lain + Inventaris + Aktiva
yang dijaminkan + Biaya dibayar di muka. 3. LabaRugi
Perkembangan labarugi pada PT. BPR Pesisir Akbar setelah memperoleh pinjaman dana bergulir, yang dihitung menggunakan :
Beban usaha dalam Lembaga Keuangan Bank terdiri dari : a. Beban dari hasil usaha kegiatan langsung transaksi perbankan
b. Beban administrasiumum yaitu biaya-biaya yang tidak langsung dari
kegiatan transaksi perbankan 4. CAR
CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada
bank lain ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut SE BI No 673INTERN DPNP tanggal 24 Desember 2004 :
Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank yang dinyatakan termasuk sebagai bank yang sehat harus memiliki CAR paling sedikit 8 persen. Hal ini
didasarkan kepada ketentuan yang ditetapkan oleh BIS Bank for International Settlements.
Laba Bersih = Laba Kotor – Beban Usaha
CAR = Modal Bank X 100 Total Aktiva Tertimbang Menurut Resiko
5. NPL Rasio Kredit diproyeksikan dengan NPL, yang merupakan perbandingan
antara total kredit bermasalah terhadap total kredit yang diberikan. Credit Risk adalah risiko yang dihadapi bank karena menyalurkan dananya dalam bentuk
pinjaman kepada masyarakat Ali, 2006. Karena berbagai sebab, debitur mungkin saja menjadi tidak memenuhi kewajibannya kepada bank seperti
pembayaran pokok pinjaman, pembayaran bunga, dll.
Rasio ini dirumuskan sebagai berikut SE BI No 673INTERN DPNP tanggal 24 Desember 2004 :
Semakin tinggi rasio ini, maka akan semakin semakin buruk mutu kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar, maka
kemungkinan suatu bank memiliki kondisi bermasalah semakin besar. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga, tidak termasuk
kredit kepada bank lain. Kredit bermasalah adalah kredit dengan mutu kurang lancar, diragukan dan macet. Standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
adalah kurang dari 5.
6. ROA ROA merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk
mengukur efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan total asset yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba
sebelum pajak terhadap total aset bank tersebut. Semakin besar nilai ROA, maka semakin besar pula kinerja perusahaan, karena return yang didapat
perusahaan semakin besar. Penilaian earning rentabilitas menggunakan dua rasio, yaitu : ROA dan BOPO. Berikut rumus untuk perhitungan rasio tersebut
SE BI No 673INTERN DPNP tanggal 24 Desember 2004:
7. BOPO
Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional
terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank bersangkutan, sehingga
kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total
beban operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya.
Rasio ini dirumuskan sebagai berikut SE BI No 673INTERNDPNP tanggal 24 Desember 2004 :
NPL = Total Kredit Bermasalah X 100 Total Kredit
ROA = Laba Sebelum Pajak X 100 Total Aktiva
BOPO = Biaya Operasional X 100 Pendapatan Operasional
Berdasarkan ketetapan Bank Indonesia ditetapkan angka terbaik untuk rasio BOPO di bawah 90 persen, karena jika rasio BOPO melebihi 90 persen
hingga mendekati angka 100 persen, maka bank tersebut dapat dikategorikan tidak efisien dalam menjalankan operasinya.
8. NIM NIM sebagai proyeksi dari Rasio Pasar, yang merupakan perbandingan
antara pendapatan bunga bersih terhadap rataan aktiva produktifnya. Berikut rumus perhitungan rasio tersebut SE BI No. 673INTERN DPNP
tanggal 24 Desember 2004:
Semakin tinggi NIM menunjukkan semakin efektif bank dalam penempatan aktiva produktif dalam bentuk kredit. Standar yang ditetapkan
Bank Indonesia untuk rasio NIM 6 persen ke atas. 9. LDR
LDR adalah rasio antara besarnya seluruh volume kredit yang disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana dari berbagai sumber. LDR ini
dimaksudkan untuk mengukur kemampuan bank dalam hal kemampuan memenuhi pembayaran kembali deposito yang telah jatuh tempo kepada
deposannya serta dapat memenuhi permohonan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan.
Rasio ini dirumuskan sebagai berikut SE BI No 330DPNP tanggal 14 Desember 2001:
Standar yang digunakan Bank Indonesia untuk rasio LDR adalah 80 hingga 110. Semakin tinggi LDR menunjukkan semakin riskan kondisi
likuiditas bank, sebaliknya semakin rendah LDR menunjukkan kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan kredit. Jika rasio LDR bank berada pada
standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, maka laba yang diperoleh oleh bank tersebut akan meningkat dengan asumsi bank tersebut mampu
menyalurkan kreditnya dengan efektif.
Penyaluran dana dapat dinilai efektif terhadap kinerja keuangan, jika : 1. CAR dengan nilai rasio minimal 8.
2. NPL dengan nilai rasio maksimal 5 3. ROA dengan nilai rasio makin tinggi atau positif +
4.
BOPO dengan nilai rasio maksimal 90 5.
NIM dengan nilai rasio minimal 6 6.
LDR dengan nilai rasio 80 -110
NIM = Pendapatan Bunga Bersih X 100 Rata-rata Aktiva Produktif
LDR = Jumlah Kredit yang diberikan X 100 Dana Pihak Ketiga+KLBI+Modal Inti
c. Analisis terhadap Peningkatan Pendapatan Nasabah