Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) sebagai alternatif lembaga keuangan dalam pemberdayaan ekonomi rakyat

(1)

Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah (LPDB-KUMKM) Sebagai Alternatif Lembaga

Keuangan dalam Pemberdayaan Ekonomi Rakyat

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam

Di susun oleh :

DAHNIL SUKARNO HATTA NIM: 104046101673

KOSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

hadirat Allah SWT yang telah memberikan cahaya ilmu-Nya, shalawat dan salam semoga selalu tercurah ke hadirat Rasul pembawa cahaya, Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul Lembaga “Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) Sebagai Alternatif Lembaga Keuangan dalam Pemberdayaan Ekonomi Rakyat”, sebagai syarat untuk mendapat gelar Sarjana Ekonomi Islam pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Maka penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Muamalat dan Bapak Ah. Azharudin Latief, M.Ag, M.H selaku Sekretaris Jurusan Muamalat yang telah memberikan pengarahan dan membantu penulis secara tidak langsung dalam menyiapkan skripsi ini.

3. Bapak Dr.H.M. Nurul Irfan, M.Ag, dan Bapak Drs. Agustianto, M.Ag, selaku pembimbing, yang dengan sabar mengarahkan penulis menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan memberikan ilmunya kepada penulis selama di bangku kuliah


(5)

5. Orang tua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan, baik moral maupun materi hingga penulis bisa menyelesaikan pendidikan S1.

6. Keluarga besar PT. Malacho Buana Perkasa, yang memberikan penulis pengalaman kerja.

7. LPDB-KUMKM, yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan bahan skripsi hingga skripsi ini rampung.

8. Kawan-kawan PS D 04 yang selalu memberikan motivasi bagi penulis hingga menyelesaikan skripsi ini.

9. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian skripsi ini dan tidak dapat disebutkan satu persatu.

Jakarta, Juni 2009

Dahnil Sukarno Hatta


(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...8

D. Review Study Terdahulu...8

E. Kerangka Teori...11

F. Metode Penelitian...15

G. Sistematika Penulisan...15

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Lembaga keuangan bank ...17

1. Pengertian lembaga keuangan bank ...18

2. Fungsi lembaga keuangan bank ...19

B. Lembaga keuangan non bank...25

1. Koperasi...26

2. Baitul Mal Watamwil...31

C. Distribusi pendapatan...33

1. Distribusi pendapatan dalam Islam...34

2. Peran Negara dalam distribusi pendapatan di Indonesia...41


(7)

D. Dana Bergulir...45 BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Sejarah singkat

LPDB-KUMKM...48

B. Visi, misi

LPDB-KUMKM...51

C. Struktur Organisasi

LPDB-KUMKM...54

D. Mekanisme Penyaluran Dana

Bergulir...59

E. Produk-produk

LPDB-KUMKM...66 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A. LPDB-KUMKM sebagai alternatif lembaga keuangan

dalam pemberdayaan ekonomi rakyat...69

1. Peran LPDB-KUMKM dalam pemberdayaan ekonomi rakyat....70

2. Prioritas penyaluran dana

bergulir...72

3. Peran negara dalam distribusi

pendapatan...73


(8)

(eksternal)...82

C. Faktor yang mendukung keberhasilan UMKM...83 D. Analisis Swot LPDB-KUMKM...86 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... ...107

B. Saran ... ...109


(9)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan manusia yang ditakdirkan ALLAH SWT adalah kehidupan yang bermasyarakat, berbudaya dan bermoral. Penataan kehidupan yang demikian sifatnya menjamin suatu kualitas kehidupan yang dapat mewujudkan martabat kemanusiaan. Tentunya dalam hal ini terkait masalah social ekonomi, bahkan hal ini merupakan bagian penting dalam mewujudkan kualitas kehidupan yang layak.

Namun dalam kenyataannya, permasalahan sosial masih kerap kali kita jumpai, misalnya kemiskinan dan kebodohan, kemiskinan dan kebodohan adalah salah satu mata rantai yang sejak dulu ada dan menimbulkan berbagai macam permasalahan kehidupan. Dapat dikatakan bahwa salah satu sumber dari permasalahan hidup ini adalah kemiskinan dan kebodohan. Namun jika ditelaah lebih lanjut, kebodohan itu sendiri sebenarnya dapat terbentuk dari kemiskinan. Oleh karena itu, yang menjadi agenda utama dalam rangka memberantas permasalahan kebodohan tersebut adalah bagaimana masyarakat dapat mengentaskan kemiskinan.

Berbicara mengenai kemiskinan, pada zaman Rasulullah Saw telah ada lembaga baitul mal di mana dana yang terkumpul salah satunya dianggarkan untuk penyediaan pelayanan social bagi masyarakat.1

ini menunjukan bahwa Negara mempunyai kewajiban untuk mensejahterakan rakyatnya. Selain itu di dalam salah satu kebijakan

1 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik Hingga Kontemporer,

(Jakarta: Pustaka Astruss, 2005), Cet. 1.h 17.


(10)

baik. Di samping itu juga, Rasulullah Saw menerapkan kebijakan penyediaan lapangan kerja bagi kaum muhajirin agar mereka dapat keluar dari kemiskinan.2

Setelah Rasulullah memberikan contoh konsep mengenai kehidupan sosial, kemudian banyak ekonom muslim fase awal yaitu pada abad pertama hijriah sampai abad keempat hijriah yang mengembangkan konsep-konsep yang telah di contohkan oleh Rasulullah, seperti Abu Yusuf yang menyoroti tentang tanggung jawab ekonomi penguasa terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat, keadilan dan pemerataan dalam pajak. Ada juga Imam al-Ghazali yang merumuskan konsep fungsi kesejahteraan sosial Islami, artinya setiap manusia yang melakukan kegiatan ekonomi harus mengacu kepada konsep maslahah ( kesejahteraan), sehingga tidak ada pihak yang dirugikan. Lebih jauh lagi, Imam al-Ghazali mengidentifikasi tiga alasan mengapa seseorang harus melakukan aktifitas ekonomi, yaitu untuk memenui kebutuhan hidup yang bersangkutan, mensejahterakan keluarga, dan membantu orang lain yang membutuhkan.3

Dari fase awal kita beranjak ke fase pertengahan. Pada masa ini para ekonom Islam lebih jauh lagi membahas mengenai permasalahan ekonomi yang terjadi di

2 Kadim As-Sadr, Fiskal Policies in Early islam, dalam Euis Amalia(ed.), Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik Hingga Kontemporer, h.19.

3 Adiwarman A. karim, Pemikiran Ekonomi Seorang Skolastik Arab, dalam Euis Amalia(ed.),


(11)

3

tengah masyarakat. Seperti Ibnu Hazm, yang mengemukakan konsep jaminan sosial bagi orang tak mampu. Menurut pandangannya, “Orang-orang kaya dari penduduk setiap negeri wajib menanggung kehidupan orang-orang fakir miskin di antara mereka. Pemerintah harus memaksakan hal ini terhadap mereka jika zakat dan harta kaum muslimin ( bait al-mal) tidak cukup untuk mengatasinya. Orang fakir miskin itu harus diberi makanan dari bahan makanan semestinya, pakian untuk musim dingin dan panas yang layak, dan tempat tinggal yang dapat melindungi mereka dari hujan, panas matahari, dan pandangan orang-orang yang berlalu lalang”.4 Selain Ibnu Hazm,

ada juga ekonom muslim yang bernama Ibnu Taimiyah. Seperti halnya para pemikir Islam lainnya menyatakan bahwa pemerintah merupakan institusi yang sangat dibutuhkan. Menurut Ibnu Taimiyah, seseorang harus hidup sejahtera dan tidak tergantung pada orang lain, sehingga mereka mampu memenuhi sejumlah kewajibannya dan keharusan agamanya. Menjadi kewajiban sebuah Negara untuk membantu rakyatnya guna mencapai kondisi financial yang lebih baik. Ini berarti Negara harus bisa menghilangkan kemiskinan yang melanda rakyatnya.5

Hingga saat ini, pemikiran-pemikiran yang di kemukakan oleh para ekonom muslim banyak dijadikan acuan dalam mengatasi masalah ekonomi di Negara tertentu. Indonesia menganut sistem ekonomi pancasila di mana seluruh kegiatan ekonomi yang dilakukan harus mengacu dan sesuai dengan pancasila yang lebih

4 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik Hingga Kontemporer,h.141.


(12)

Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 semakin membenamkan masyarakat kita ke dalam jurang kemiskinan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan namun hingga kini sepertinya belum menunjukan hasilnya, jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin makin terasa, kesejahteraan tidak merata, kekayaan hanya bertumpu pada segelintir orang saja, padahal kita tahu bahwa tujuan dari pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan merata, baik secara materi maupun spiritual berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945, selain itu pembangunan juga bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan, kecerdasan dan taraf hidup seluruh rakyat.

Untuk mewujudkan pembangunan tersebut telah banyak usaha yang dilakukan pemerintah, baik peningkatan kesempatan kerja maupun kesempatan berusaha. Namun, kenyataannya usaha yang dilakukan pemerintah belum tampak pengaruhnya dalam peningkatan pendapatan masyarakat terutama pengusaha kecil. Padahal usaha mikro, kecil dan menengah merupakan bagian fital dalam dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat penting dan strategis dalam mewujudkan pembangunan nasional pada umumnya dan stabilitas ekonomi pada khususnya.


(13)

5

Usaha kecil yang merupakan titik tolak ekonomi dalam kancah perekonomian nasional, masih belum mampu mengembangkan kemampuan dan peranannya secara optimal. Hal ini disebabkan karena usaha kecil masih menghadapi hambatan dan kendala, baik yang bersifat eksternal maupun yang bersifat internal, dalam bidang produksi, pengelolaan, pemasaran, permodalan, sumber daya manusia, teknologi serta iklim usaha yang kurang mendukung bagi perkembangannya. Adapun kendala yang dominan yang dihadapi pengusaha mikro, kecil dan menengah adalah permodalan, karena memang bagi pengusaha kecil sangat sulit memperoleh akses terhadap sumber daya modal. Lebih-lebih dalam keadaan pasar yang kompetitif, golongan ini semakin sulit bersaing dengan golongan yang lebih kuat.

Di Indonesia lembaga keuangan yang dapat menyediakan dana untuk membantu permodalan secara formal adalah bank. Hanya saja bank belum mampu menyentuh semua lapisan masyarakat, hal ini disebabkan karena untuk mendapatkan pinjaman dari bank memerlukan persyaratan agunan/jaminan, proses yang cukup lama dan suku bunga pinjaman yang relatif tinggi. Selain lembaga keuangan bank, terdapat pula lembaga keuangan non bank seperti asuransi, baitul maal watamwil, dan koperasi yang mengelola dana masyarakat.

Oleh karena itu, pemerintah sebagai pemegang amanat rakyatnya mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang bertujuan untuk mendorong para pengusaha mikro, kecil dan menengah untuk dapat meningkatkan produksi sekaligus meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan mereka. Di samping itu, memang sudah merupakan


(14)

Qur’an antara lain untuk menjamin tingkat dan kualitas hidup minimum bagi seluruh masyarakat. Konsep tersebut antara lain: (1) manfaat sumber-sumber alam harus dapat dinikmati oleh semua mahluk Allah (Q.s. 6:3), (2) kehidupan fakir miskin harus diperhatikan oleh masyarakat, terutama oleh mereka yang punya (Q.s. 51:19), (3) kekayan tidak boleh dinikmati dan berputar di antara orang kaya saja (Q.s. 104:2)6.

Sangat jelas terlihat bahwa salah satu tugas pemerintah yang tidak kalah penting adalah dalam hal pendistribusian kekayaan dan pendapatan.

Dalam mengeluarkan kebijakan, pemerintah menunjuk instansi-instansi yang terkait dengan kebijakan tersebut, salah satunya adalah kebijakan dana bergulir departemen keuangan yang akan disalurkan kepada koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah, melalui lembaga yang didirikan oleh KEMENTRIAN NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH R.I, yaitu LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (LPDB-KUMKM).

Atas dasar itu, penulis selaku mahasiswa jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Jakarta, ingin menulis skripsi mengenai pemberdayaan ekonomi rakyat dengan judul ” Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan

6 Daud Ali Mohammad. System Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf,(Jakarta: UI-press,1988). h. 16


(15)

7

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Sebagai Alternatif Lembaga Keuangan Dalam Pemberdayaan Ekonomi Rakyat”.

B. Perumusan Masalah

Jika berbicara dan membahas mengenai pemberdayaan ekonomi rakyat, tentunya sangat luas cakupanya, di antaranya kebijakan pemerintah, lembaga keuangan, hingga keadaan ekonomi nasional dalam suatu negara. Oleh karena itu, saya mencoba membatasi masalah hanya pada lembaga yang berperan dalam pemberdayaan ekonomi rakyat, dengan perumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana peran LPDB-KUMKM dalam memberdayakan ekonomi rakyat?

2. Kendala apa saja yang dihadapi LPDB-KUMKM dalam menyalurkan dana bergulir?

3. Faktor apa saja yang mendukung keberhasilan UMKM di Indonesia? 4. Bagaimana analisa swot LPDB-KUMKM?

C. Tujuan dan Manfaat penelitian

Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Tujuan dari penelitian ini dimaksudkan untuk ;

1. Memberikan informasi mengenai lembaga di luar lembaga keuangan yang memberikan pembiayaan kepada UMKM.

2. Menjelaskan bagaimana peran negara dalam distribusi pendapatan. Manfaat dari penelitian ini adalah


(16)

2. Bagi penulis dapat memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai bagaimana peran negara dalam pendistribusian pendapatan dalam tujuannya mensejahterakan rakyat.

3. Bagi pihak-pihak yang memerlukan untuk memberikan informasi dan gambaran mengenai lembaga yang memberikan pembiayaan di luar lembaga keuangan bank dan non bank.

D. Review Studi Terdahulu

Mengenai pembahasan tentang tema yang sama, ditemukan juga beberapa skripsi terdahulu yang memiliki tema serupa, di antaranya ada yang menulis skripsi mengenai ”Pendistribusian Kekayaan Negara dalam Perspektif Islam” karya Fahrurrozi, 2006. Beliau membahas mengenai kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi yang ditujukan untuk pendistribusian kekayaan negara yang diperoleh dari pajak, explorasi sumber daya alam, dan pendapatan lainya untuk kepentingan para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah agar tetap eksis sebagai mata pencaharian. Dalam penulisan skripsinya beliau menggunakan metode deskriptif analisis, yang menggambarkan dan menganalisa secara mendalam tentang peran Negara dalam pendistribusian kekayaannya. Ada juga yang membahas mengenai ”Peranan BMT sebagai Lembaga Keuangan dalam Memberdayakan Ekonomi Rakyat" ( studi di


(17)

9

BMT Al-Fath ciputat, Tangerang ) yang ditulis oleh Achmad Riyadi. Beliau membahas mengenai operasional BMT serta usaha-usaha yang telah dilakukan BMT dalam memberdayakan ekonomi rakyat seperti penyaluran dana kepada para pedagang kecil. Berikut ini matrik kedua skripsi di atas dan perbedaannya dengan skripsi penulis:

No

Penulis/ judul

Kelebihan

Kekurangan

1 Fahrurrozi /

Pendistribusian Kekayaan Negara dalam Perspektif Islam

- pembahasannya cukup luas, hampir menyentuh seluruh aspek

- pembahasan

substansinya terlalu umum

- tidak adanya contoh konkrit kebijakan pemerintah yang berkenaan dengan distribusi pendapatan kekayaan negara 2 Achmad Riyadi / Peranan

BMT sebagai Lembaga

Keuangan dalam

Pemberdayaan Ekonomi Rakyat

- lebih detail dalam membahas masalah yang ada

- hanya membahas mengenai BMT saja, tidak ada pembahasan tentang LKM yang lain

- substansinya tidak bisa berkembang, karena

3 Dahnil Sukarno Hatta / LPDB-KUMKM sebagai Alternatif Lembaga

- pembahasan cukup luas - ada beberapa contoh LKM

- hanya membahas LKM secara garis besar saja


(18)

kebijakan pemerintah

E. Kerangka Teori

Dana bergulir adalah Dana yang berasal dari pemerintah melalui Kementerian Negara Koperasi dan UKM yang merupakan dana simpan-pinjam/pembiayaan yang disalurkan kepada Koperasi Simpan Pinjam/Koperasi Jasa Keuangan Syariah/lembaga keuangan lainnya untuk disalurkan lebih lanjut kepada anggotanya yaitu pengusaha mikro dan kecil.7

Sedangkan modal ventura berarti Dana yang berasal dari pemerintah melalui Kementerian Negara Koperasi dan UKM sebagai pembiayaan yang berbentuk penyertaan modal, pola bagi hasil, dan obligasi konversi kepada Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Perusahaan Pasangan Usaha (KUKM-PPU) dalam jangka waktu tertentu dengan karakteristik mempunyai tingkat risiko atas modal yang ditanamkan karena bertindak sebagai investor, merupakan investasi aktif yaitu jika dipandang perlu melibatkan diri dalam pengelolaan usaha KUKM-PPU, investasi bersifat sementara, dan mengharapkan hasil atas investasi yang ditanamkan.8

7 LPDB-KUMKM, Rencana Strategis Bisnis, (Jakarta: LPDB-KUMKM, 2006), h.3. 8 Ibid,h.4.


(19)

11

Pengusaha Mikro adalah Pengusaha yang melakukan kegiatan usaha yang memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 100.000.000 (seratus juta rupiah). Sedangkan pengusaha Kecil adalah Pengusaha yang melakukan kegiatan usaha yang memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000.- (satu milyar rupiah) atau memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000.- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan.9

Lembaga keuangan dalam kamus manajemen dijelaskan sebagai badan atau organisasi yang bergerak di bidang keuangan.10 Sedangkan pengertian lembaga

keuangan bank berarti badan atau lembaga yang kegiatan utamanya adalah menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Dalam pembicaraan sehari-hari bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkanya. Di samping itu bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang, memindahkan uang, atau menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak, biaya kuliah dan pembayaran lainya.

Menurut Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 november 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan BANK adalah ”badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.11

Dalam bahasa Belanda kata asuransi disebut Assurantie yang terdiri dari kata

9 Ibid,h.5.

10 Marbun.B.N, Kamus Manajemen, (Jakarta; Pustaka Sinar Harapan, 2003). h.476.


(20)

asuransi disebut ”Insurance” yang berarti menanggung sesuatu yang mungkin terjadi. Di Indonesia pengertian asuransi menurut Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang usaha asuransi adalah sebagai berikut :

Asuransi atau penanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.12

Dalam Ensiklopedia Hukum Islam disebutkan bahwa asuransi (Ar: at-Ta’min) adalah ” transaksi perjanjian antara dua pihak, pihak yang satu berkewajiban membayar iuran dan pihak yang lain berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran jika terjadi sesuatu yang menimpa pihak pertama sesuai dengan perjanjian yang dibuat.13

Koperasi merupakan suatu kumpulan dari orang-orang yang mempunyai tujuan atau kepentingan bersama. Kelompok orang inilah yang akan menjadi anggota koperasi yang didirikannya, pembentukan koperasi berdasarkan asas kekeluargaan dan gotong royong khususnya untuk membantu para anggotanya yang memerlukan

12 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainya,(Jakarta;Rajagarfindo Perkasa,2005).h.276. 13 Hasan Ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam,(Jakarta:Kencana,2004).h.61.


(21)

13

bantuan baik berbentuk barang maupun pinjaman uang.14

Dalam Islam proses distribusi memegang peranan sangat penting, karena pada proses inilah dapat dilihat pemerataan dari hasil produksi. Distribusi didasarkan pada dua nilai manusiawi yang sangat mendasar dan penting yaitu: nilai kebebasan dan nilai keadilan.15

Konsep Islam menjamin sebuah distribusi pendapatan yang memuat nilai insani. kedudukan manusia yang berbeda antara satu dengan yang lain merupakan kehendak ALLAH SWT. Perbedaan ini merupakan bagian dari upaya manusia untuk bisa memahami nikmat ALLAH, sekaligus memahami kedudukannya dengan sesama. Manusia tidak dapat menentukan dirinya untuk berkedudukan lebih tinggi atau rendah, karena semua itu telah ditentukan ALLAH. Pemilikan harta hanya pada beberapa orang dalam suatu masyarakat akan menimbulkan ketidakseimbangan hidup dan akan menimbulkan efek yang buruk bagi kehidupan. Sesuai dengan firman Allah, dalam surat al-Hasyr (59) ayat 7.

!

$

¨

B

!

$sùr

&

ª

!

$

#

4

’

n?tã

¾Ï

&

Î

!

’

u

’

ô`ÏB

È@

÷

dr

&

3

’

t

’

à

)

ø9$

#

¬

Tsù

ÉAqß

’§’=

Ï9ur

’

Ï

%

Î

!

ur

4

’

n1ö

’

à

)

ø9$

#

4

’

y

J tGu

»

’

ø9$

#

ur

ÈûüÅ

3 |¡yJø9$

»

#

ur

Èûøó$

#

ur

È

@Î6¡¡9$

’

#

ö

’

s1

’

w

tbqä3t

’

P's

!

’

÷

üt

/

Ïä

!

$u

’

ÏYøîF

{

$

#

öNä3ZÏB

4

!

$tBur

ãNä39s

? uä

#

ãAqß

’§’

9$

#

çnrä

’

ã

’

$tBur

öNä39pktX

çm

÷

Ytã

(#

qßgtFR$$sù

4

(#

?$

#

ur

©

!

$

#

(

¨

)

©

!

$

#

ß

’’

Ï

’

É

>

$s

)

Ïèø9$

#

ÇÐÈ

)

رشحلا

/

:

(

Artinya: “apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka

14 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, hal. 270.

15 Qardhawi, Yusuf, Peran Nilai dan Moral Dalam Perekonomian Islam,(Jakarta:Rabbani Press, 2001).h.349.


(22)

Allah Amat keras hukumannya.”(Al-Hasyr/ 59 : 7)

F. Metode penulisan skripsi

Metode penulisan skripsi ini adalah menggunakan metode penulisan deskriptif yang menekankan pada data-data dan informasi sebanyak-banyaknya yang berhubungan dengan masalah yang akan di bahas.

Teknik pengumpulan data menggunakan penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Sedangkan jenis data yang digunakan antara lain data primer antara lain wawancara dan observasi. Dan data sekunder yaitu data yang ada pada lembaga pengelola dana bergulir koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah.

Teknik penulisan skripsi ini merujuk pada buku pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2005.

G. Sistematika Penulisan

BAB I Berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan (review study terdahulu), kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan

BAB II Berisi tinjauan teoritis tentang lembaga keuangan bank, lembaga keuangan non bank, dan pendistribusian pendapatan.


(23)

15

BAB III Berisi gambaran umum tentang LPDB-KUMKM, meliputi Sejarah singkat KUMKM, Visi - misi KUMKM, Struktur Organisasi di LPDB-KUMKM dan Produk-produk LPDB-LPDB-KUMKM.

BAB IV Berisi hasil penelitian yang meliputi penjelasan mengenai LPDB sebagai alternatif lembaga keuangan dalam pemberdayaan ekonomi rakyat serta mekanisme penyaluran dana bergulir.

BAB V Dalam bab ini penulis mencoba menulis kesimpulan dari pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dan memberikan saran-saran yang kiranya bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Daftar Pustaka dan Lampiran.


(24)

A. Lembaga Keuangan Bank

Sektor perbankan memiliki peran yang strategis bagi perekonomian suatu negara. Dalam sistem ekonomi modern, perbankan bisa diibaratkan sebagai jantung perekonomian karena pengaruhnya yang besar terhadap perekonomian suatu Negara. Di Indonesia lembaga keuangan dibagi menjadi dua, pertama, lembaga keuangan bank dan kedua, lembaga keuangan non bank. Pada prinsipnya pengertian lembaga keuangan adalah lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali ke masyarakat. Tetapi karena dunia perbankan dirasa sudah sangat besar dan pengaruhnya terhadap perekonomian Indonesia juga sangat besar, maka lembaga keuangan bank dipisahkan dari lembaga keuangan lainnya. Indonesia dan dunia pernah mengalami krisis moneter pada tahun 1997 yang cukup dahsyat sehingga perekonomian Indonesia dan dunia pada saat itu kacau balau, akibatnya adalah perekonomian dunia pada saat itu tidak stabil.

Di Indonesia, angka inflasi mencapai 300% dan suku bunga kredit melambung tinggi, sehingga banyak para pengusaha yang kesulitan mengembalikan dana kredit yang menyebabkan banyaknya kredit macet sehingga mengurangi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan. Atas dasar itu para nasabah yang mempercayakan dananya pada bank berbondong-bondong untuk segera mencairkan dananya tersebut. Sejak dilanda krisis pada tahun 1997, perkembangan dunia


(25)

perbankan di Indonesia sampai saat ini bisa dikatakan sudah mulai membaik, yang ditunjukan oleh perekonomian yang stabil, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan sudah mulai meningkat dan sektor riil sudah bisa berjalan dengan baik yang tentunya ditopang oleh dana dari perbankan.

1. Pengertian Lembaga Keuangan Bank

Kata bank dari kata banque dalam bahasa Prancis, dan banco dalam bahasa Italia, yang berarti peti/lemari atau bangku. Kata peti atau lemari menyiratkan fungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda berharga, seperti peti emas, peti berlian, peti uang dan sebagainya.1 Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya. Di samping itu bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak, uang kuliah dan pembayaran lainnya.2

Menurut Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 november 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan BANK adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentu-benntuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

1 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta: Alvabet, 2002), h.2. 2 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2005),h.23.


(26)

Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa bank adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, di mana seluruh aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan, sehingga berbicara mengenai bank tidak terlepas dari masalah keuangan.

2. Produk Lembaga Keuangan Bank

Lembaga keuangan bank memiliki peran sebagai lembaga perantara antara unit-unit ekonomi yang memiliki kelebihan dana (surplus unit ) dengan unit-unit lain yang membutuhkan atau kekurangan dana (deficit unit). Melalui bank, dana berlebih yang dimiliki surplus unit dapat disalurkan kepada deficit unit sehingga dana berlebih tersebut dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Dalam menjalankan kegiatan usahanya, bank dalam hal ini mengeluarkan produk-produk yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat saat ini, pihak bank harus pandai menciptakan produk-produk baru yang bisa memikat hati para calon nasabah dengan cara menbuat produk yang mampu mengatasi masalah ekonomi yang dihadapi oleh calon nasabah sehingga para calon nasabah merespon dengan positif hadirnya produk baru tersebut. Secara umum, produk perbankan ada 3 (tiga), yaitu :

a. Produk penghimpunan dana (funding) Aktivitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat luas. Masyarakat tidak akan menyimpan dananya begitu saja kepada bank, tanpa adanya timbal balik yang rasional. Maksudnya, bank harus memberikan balas jasa atau rangsangan kepada nasabah penabung berupa


(27)

bunga, bagi hasil atau hadiah yang dapat menarik minat nasabah penabung untuk menyimpan dananya di bank. Semakin besar bunga, bagi hasil atau hadiah yang ditawarkan, maka minat masyarakat untuk menyimpan dananya semakin bersar pula. Dalam menghimpun dana dari masyarakat, bank memiliki beberapa produk yang bisa dipilih oleh calon nasabah penabung yang sesuai dengan kebutuhannya, yaitu :

1) Simpanan Giro

Dalam Undang-undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan”.3

2) Simpanan Tabungan

Seperti halnya simpanan giro, simpanan tabungan juga mempunyai syarat-syarat tertentu bagi pemegangnya dan biasanya persyaratan bagi pemegang dari setiap bank berbeda. Pengertian tabungan menurut Undang-undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 adalah ”simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet


(28)

giro, atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu”.4 3) Simpanan Deposito

Simpanan deposito merupakan jenis simpanan ketiga yang dikeluarkan oleh bank. Berbeda dengan dua jenis simpanan sebelumnya, simpanan deposito mengandung unsur jangka waktu (jatuh tempo) sehingga tidak dapat ditarik setiap saat atau setiap hari. Menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan “deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank” artinya apabila nasabah menyimpan dananya untuk jangka waktu 3 (tiga) bulan, maka dana tersebut baru dapat dicairkan setelah jangka waktu tersebut berakhir.5

b. Produk penyaluran dana (lending)

Setelah menghimpun dana dari masyarakat, langkah selanjutnya yang harus dilakukan bank adalah menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat yang kekurangan dana (deficit unit) atau sering disebut kredit dalam bank konvensional dan pembiayaan dalam bank syariah. Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998, yang dimaksud kredit adalah:

“kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam 4 Ibid, h.74.


(29)

antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”. Sedangkan pengertian “pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil”.

Bank konvensional memberikan dana kepada pihak yang membutuhkan dengan imbalan bunga ditambah biaya administrasi sedangkan sistim bagi hasil bagi bank yang menggunakan sistim syariah. Dalam menyalurkan dananya, perbankan syariah memiliki lebih banyak produk yang ditawarkan, sehingga memudahkan calon nasabah untuk memilih produk yang sesuai dengan kebutuhannya. Secara garis besar ada tiga produk yang ditawarkan oleh bank syariah dalam menyalurkan dana yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu:6

1) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang berdasarkan prinsip jual beli. 2) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk

mendapatkan jasa berdasarkan prinsip sewa. 3) Transaksi pembiayaan untuk usaha kerjasama

yang ditujukan untuk mendapatkan sekaligus barang dan jasa dengan prinsip bagi hasil.

Dalam menjalankan tugas ini bank juga dituntut untuk bisa bersaing dengan bank lain dalam tingkat suku bunga pinjaman atau pun tingkat bagi 6 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, cet.II, (Yogyakarta: Ekonisia, 2003), h. 61.


(30)

hasil pembiayaan agar para calon nasabah kredit atau pembiayaan tertarik untuk bekerjasama.

c. Produk jasa (service)

Produk jasa bank merupakan kegiatan perbankan yang ketiga. Tujuan pemberian jasa bank ini adalah untuk mendukung dan memperlancar kegiatan menghimpun dana dan menyalurkan dana. Semakin lengkap jasa bank yang diberikan, maka semakin baik, dalam arti jika nasabah hendak melakukan suatu transaksi perbankan, cukup di satu bank saja. Demikian pula sebaliknya jika jasa bank yang diberikan kurang lengkap, maka nasabah terpaksa untuk mencari bank lain yang menyediakan jasa yang mereka butuhkan. Lengkap atau tidaknya jasa bank yang diberikan sangat tergantung dari kemampuan bank tersebut, baik dari segi modal, perlengkapan fasilitas sampai kepada personil yang mengoperasikannya.7

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata transfer, kartu ATM, kliring atau money changer, itu semua merupakan sebagian dari produk jasa bank. Berikut ini adalah beberapa produk jasa dari bank:

1) Kiriman Uang (transfer)

Transfer merupakan jasa pengiriman uang lewat bank baik dalam kota, luar kota, atau ke luar negri. Dengan menggunakan jasa bank ini, nasabah bisa mengirim uang ke mana saja dengan waktu singkat dan aman. Dalam mengirim uang melalui bank, biasanya nasabah dikenakan biaya yang 7Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, h. 135.


(31)

besarnya tergantung jarak atau bank yang dituju. 2) Kliring (clearing)

Kliring merupakan jasa penyelesaian hutang piutang antar bank dengan cara saling menyerahkan warkat-warkat yang akan dikliringkan di lembaga kliring. Lembaga kliring ini di bentuk dan dikoordinir oleh Bank Indonesia setiap hari kerja. Peserta kliring adalah bank yang sudah memperoleh izin dari Bank Indonesia. Salah satu tujuan dari jasa kliring pada bank adalah untuk memajukan dan memperlancar lalu lintas pembayaran giral sehingga dapat dilaksanakan dengan aman dan efisien.8

3) Kartu Bank (Bank Card)

Bank Card merupakan kartu yang di keluarkan oleh bank yang diberikan kepada nasabahnya untuk dapat di pergunakan sebagai alat pembayaran di tempat tertentu. Di samping itu kartu ini juga diuangkan (mengambil uang tunai) melalui ATM (Automated Teller Machine) yang tersebar di berbagai tempat strategis seperti pusat perbelanjaan, tempat hiburan dan perkantoran.9

Kartu ini hanya bisa digunakan oleh nasabah yang bersangkutan karena untuk menggunakannya harus menggunakan nomor PIN yang hanya di ketahui oleh nasabah pemegang kartu sehingga keamanan dari dana yang ada dalam kartu sangat terjaga. Dengan kartu ini pula nasabah dimudahkan

8 Ibid., h. 140 9 Ibid., h. 146


(32)

dengan tidak perlu membawa uang tunai dalam jumlah banyak karena dapat mencairkan uang kapan pun di butuhkan.

4) Penukaran Uang (Money Changer)

Jasa penukaran mata uang asing juga disediakan oleh bank. Dengan menggunakan jasa ini nasabah dapat menukarkan uang yang dimilikinya kepada mata uang yang lain untuk kepentingan tertentu. Dalam menukarkan mata uang tentu terdapat perbedaan nilai antar mata uang yang satu dengan mata uang lainnya sehingga nilai tukarnya di sesuaikan dengan selisih nilai yang ada. Jasa penukaran ini memudahkan nasabah yang memerlukan mata uang asing untuk keperluannya.

B. Lembaga Keuangan Non Bank

Selain lembaga keuangan bank, ada juga lembaga keuangan lainnnya atau lebih sering disebut lembaga keuangan non bank. Lembaga keuangan non bank ini dipisahkan dari lembaga keuangan bank karena memang terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal jumlah asset dan nasabah yang tentunya membedakan pengaruhnya terhadap perekonomian di Indonesia. Tetapi peran dan pengaruh lembaga keuangan non bank tidak bisa di kesampingkan begitu saja. Lembaga keuangan non bank memiliki keunggulan tersendiri yang bisa menarik minat para calon nasabahnya, meskipun tugas, fungsi dan tujuannya tidak jauh berbeda dengan lembaga keuangan bank yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat.


(33)

1. Koperasi


(34)

Gerakan koperasi di gagas oleh Robert Owen (1771–1858), yang menerapkannya pertama kali pada usaha pemintalan kapas di New Lanark,

Skotlandia. Gerakan koperasi ini dikembangkan lebih lanjut oleh William King (1786–1865) – dengan mendirikan toko koperasi di Brighton, Inggris. Pada 1 Mei 1828, King menerbitkan publikasi bulanan yang bernama The Cooperator, yang berisi berbagai gagasan dan saran-saran praktis tentang mengelola toko dengan menggunakan prinsip koperasi.


(35)

Koperasi akhirnya berkembang di negara-negara lainnya. Di Jerman, juga berdiri koperasi yang menggunakan prinsip-prinsip yang sama dengan koperasi buatan Inggris. Koperasi-koperasi di Inggris di dirikan oleh Charles Foirer, Raffeinsen, dan Schulze Delitch. Di Perancis, Louis Blanc

mendirikan koperasi produksi yang mengutamakan kualitas barang. Di

Denmark Pastor Christiansone mendirikan koperasi pertanian.10

10 Ensiklopedia bebas, “Koprasi”, artikel diakses pada 15 Desember 2008 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Koperasi#Sejarah_Berdirinya_Koperasi


(36)

Sedangkan gerakan Koperasi di Indonesia diperkenalkan oleh R. Aria Wiriatmadja di Purwokerto, Jawa Tengah pada tahun 1896. Dia mendirikan koperasi kredit dengan tujuan membantu rakyatnya yang terjerat hutang dengan rentenir. Koperasi tersebut lalu berkembang pesat dan akhirnya ditiru oleh Boedi Oetomo dan SDI. Belanda yang khawatir koperasi akan dijadikan tempat pusat perlawanan, mengeluarkan UU no. 431 Tahun 19 yang isinya yaitu :


(37)

2). Sistem usaha harus menyerupai sistem di Eropa 3). Harus mendapat persetujuan dari Gubernur Jendral


(38)

4). Proposal pengajuan harus berbahasa Belanda

Hal ini menyebabkan koperasi yang ada saat itu berjatuhan karena tidak mendapatkan izin Koperasi dari Belanda. Namun setelah para tokoh Indonesia mengajukan protes, Belanda akhirnya mengeluarkan UU no. 91 pada Tahun 1927, yang isinya lebih ringan dari UU no. 431 seperti :

1). Hanya membayar 3 gulden untuk materai 2). Bisa menggunakan bahasa daerah

3). Hukum dagang sesuai daerah masing-masing 4). Perizinan bisa di daerah setempat


(39)

Koperasi menjamur kembali hingga pada tahun 1933 keluar UU yang mirip UU no. 431 sehingga mematikan usaha koperasi untuk yang kedua kalinya. Pada tahun 1942 Jepang menduduki Indonesia. Jepang lalu mendirikan koperasi kumiyai. Awalnya koperasi ini berjalan mulus. Namun fungsinya berubah drastis dan menjadi alat jepang untuk mengeruk keuntungan, dan menyengsarakan rakyat.


(40)

Setelah Indonesia merdeka, pada tanggal 12 Juli 1947, pergerakan koperasi di Indonesia mengadakan Kongres Koperasi yang pertama di Tasikmalaya. Hari ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Koperasi Indonesia.11

b. Pengertian koperasi


(41)

Sementara itu koperasi memiliki pengertian adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Koperasi bertujuan untuk mensejahterakan anggotanya.

Berdasarkan pengertian tersebut, yang dapat menjadi anggota koperasi yaitu:

1). Perorangan, yaitu orang yang secara sukarela menjadi anggota koperasi;

2). Badan hukum koperasi, yaitu suatu koperasi yang menjadi anggota koperasi yang memiliki lingkup lebih luas.


(42)

Pada Pernyataan Standard Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 27 (Revisi 1998), disebutkan bahwa karateristik utama koperasi yang membedakan dengan badan usaha lain, yaitu anggota koperasi memiliki identitas ganda. Identitas ganda maksudnya anggota koperasi merupakan pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi.


(43)

Umumnya koperasi dikendalikan secara bersama oleh seluruh anggotanya, di mana setiap anggota memiliki hak suara yang sama dalam setiap keputusan yang diambil koperasi. Pembagian keuntungan koperasi (biasa disebut Sisa Hasil Usaha atau SHU) biasanya dihitung berdasarkan andil anggota tersebut dalam koperasi, misalnya dengan melakukan pembagian dividen berdasarkan besar pembelian atau penjualan yang di lakukan oleh si anggota.12 Menurut UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, pengertian Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.

Sementara menurut ICA Cooperative Identity Statement, Manchester, 23 September 1995, Koperasi adalah perkumpulan otonom dari orang-orang yang bersatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial, dan budaya bersama melalui perusahaan yang mereka miliki bersama dan mereka kendalikan secara demokratis.13

Dari pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa koperasi merupakan wadah bagi individu-individu yang memiliki tujuan meningkatkan taraf hidupnya bersama anggota koperasi yang lain dengan memanfaatkan potensi ekonomi yang dimiliki para anggotanya sehingga 12Tim LAPENKOP Nasional, “Bentuk Koperasi”, artikel diakses pada15 Desember 2008 dari http://berkoperasi.blogspot.com/search/label/koperasi

13 Djunaedird, “Mahluk apa Koperasi itu?”, artikel diakses pada 15 Desember 2008 dari http://djunaedird.wordpress.com/wp-admin/-_ftn2


(44)

Secara garis besar, usaha yang di lakukan koperasi di kelompokan menjadi dua bagian utama, yaitu usaha penghimpunan dana dan penyaluran dana. Usaha penghimpunan dana adalah usaha untuk mengumpulkan dana dari berbagai sumber, baik dari anggota koperasi maupun dari pihak lain. Jenis-jenis sumber dana yang bisa di jaring oleh koperasi adalah: modal, hutang dan simpanan.14 Sumber dana jenis modal berupa simpanan wajib dan simpanan pokok dari anggota, sedangkan sumber dana jenis hutang bisa berupa hutang dari bank atau dari pihak lain di luar anggota, kemudian sumber dana jenis simpanan berasal dari tabungan yang dimiliki masing-masing anggota di dalam koperasi tersebut. Sedangkan usaha menyalurkan dana yang dilakukan koperasi secara umum tidak jauh berbeda dari lembaga keuangan lainnya yaitu dengan memberikan pinjaman atau pembiayaan. Perbedaannya hanya terletak pada pihak debiturnya, di mana yang bisa menjadi debitur hanya anggota koperasi tersebut.

2. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) a. Pengertian Baitul Maal Wattamwil

Baitul Maal Wattamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal

14 HA Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat, cet.I, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), h.155.


(45)

dan baitul tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha – usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non – profit, seperti; zakat, infaq dan shadaqah. Sedangkan baitut tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Usaha – usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan syariah.15

Baitul Maal Wattamwil adalah lembaga ekonomi atau keuangan syari’ah non perbankan yang sifatnya informal. Disebut informal karena lembaga ini didirikan oleh kelompok swadaya masyarakat (KSM) yang berbeda dengan lembaga keuangan perbankan dan lembaga keuangan formal lainnya. Oleh karena itu, selain berfungsi sebagai lembaga keuangan, BMT juga bisa berfungsi sebagai lembaga ekonomi. Sebagai lembaga keuangan ia bertugas menghimpun dana dari masyarakat (anggota BMT) dan menyalurkan dana kepada masyarakat (anggota BMT). Sebagai lembaga ekonomi ia juga berhak melakukan kegiatan ekonomi, seperti perdagangan, industri dan pertanian.

b. Prinsip Operasional BMT

Dalam menjalankan usahanya BMT tidak jauh dengan BPR syariah, yakni menggunakan prinsip:

1) Prinsip bagi hasil

Dengan prinsip ini ada pembagian hasil dari pemberi pinjaman 15 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, h.96.


(46)

c). Al – Muzara’ah d). Al – Musyaqah

2). Sistem Jual Beli

Sistem ini merupakan suatu tata cara jual beli yang dalam pelaksanaanya BMT mengangkat nasabah sebagai agen yang diberi kuasa melakukan pembelian barang atas nama BMT, dan kemudian bertindak sebagai penjual, dengan menjual barang yang telah dibelinya tersebut dengan ditambah mark – up. Keuntungan BMT nantinya akan dibagi kepada penyedia dana.

a). Bai’ al – Murrabahah b). Bai’ as – Salam c). Bai’ al – Istishna d). Bai’ Bitsaman Ajil 3) Sistem non – Profit

Sistem yang sering disebut sebagai pembiayaan kebajikan ini merupakan pembiayaan yang bersifat sosial dan non – komersial, Nasabah cukup mengembalikan pokok pinjamannya saja atau disebut dengan istilah Al – Qordhul Hasan.16


(47)

C. Distribusi Pendapatan

Perbedaan dalam kehidupan manusia merupakan ketetapan ALLAH SWT. Dengan perbedaan inilah manusia mempunyai peran lebih di antara makhluk lain di kehidupan ini. Di samping itu, perbedaan ini membawa pentingnya makna kerjasama antara satu orang dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.perbedaan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan, tetapi dengan perbedaan ini bukan menjadi alasan manusia yang satu dengan manusia lainnya untuk melegitimasi kedudukannya di hadapan ALLAH SWT sebagai makhluk mulia atau hina. Dalam hal ekonomi perbedaan yang sering kita sebut adalah adanya golongan miskin dan golongan kaya. Dari perbedaan inilah biasanya manusia mengalami konflik batin antara kelompok-kelompok tersebut. Oleh karena itu, distribusi pendapatan yang adil sangat penting perannya agar tidak terjadi kesenjangan yang terlalu besar antara golongan kaya dan golongan miskin. Di dalam Negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, di mana pertumbuhan ekonomi digenjot setinggi mungkin akan mengakibatkan kesenjangan yang semakin besar, di mana terjadi akumulasi pemilikan modal oleh kelompok atas, sedangkan golongan bawah hanya mendapatkan upah yang jumlahnya relatif kecil.

1. Distribusi Pendapatan dalam Islam

Konsep Islam menjamin sebuah distribusi pendapatan yang memuat nilai insani. kedudukan manusia yang berbeda antara satu dengan yang lain merupakan kehendak ALLAH SWT. Perbedaan ini merupakan bagian dari


(48)

ALLAH. Dalam surat Faathir (35) ayat 2, Allah berfirman:

$

¨

B

ËxtGøÿt

ƒ

ª

!

$

#

Ä

¨

$

¨ =

Y Ï9

`ÏB

7puH

÷

q

§ƒ

ƒ

xsù

y7Å¡ôJãB

$ygs9

(

$tBur

ô7Å¡ôJã

ƒ ƒ

xsù

ƒ

ƒ

ö

ƒ

ãB

¼çms9

.

`ÏB

¾ÍnÏ

ƒ÷

èt

/

4

uqèdur

â

ƒƒ

Í

ƒ

yèø9$

#

ãLìÅ3ptø

:

$

#

ÇËÈ

)

رطاف

/ :

(

Artinya: “apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, Maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah Maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”( Faathir/ 35 : 2)

Pemilikan harta hanya pada beberapa orang dalam suatu masyarakat akan menimbulkan ketidakseimbangan hidup dan akan menimbulkan efek yang buruk bagi kehidupan. Sesuai dengan firman Allah, dalam surat al-Hasyr (59) ayat 7.

!

$

¨

B

!

$sùr

&

ª

!

$

#

4

ƒ

n?tã

¾Ï

&

Î

!

ƒ

u

ƒ

ô`ÏB

È@

÷

dr

&

3

ƒ

t

ƒ

à

)

ø9$

#

¬

Tsù

ÉAqß

ƒ§ƒ=

Ï9ur

ƒ

Ï

%

Î

!

ur

4

ƒ

n1ö

ƒ

à

)

ø9$

#

4

ƒ

y

J tGu

»

ƒ

ø9$

#

ur

ÈûüÅ

3 |¡yJø9$

»

#

ur

Èûøó$

#

ur

È

@Î6¡¡9$

ƒ

#

ö

ƒ

s1

ƒ

w

tbqä3t

ƒ

P's

!

ƒ

÷

üt

/

Ïä

!

$u

ƒ

ÏYøîF

{

$

#

öNä3ZÏB

4

!

$tBur

ãNä39s

? uä

#

ãAqß

ƒ§ƒ

9$

#

çnrä

ƒ

ã

ƒ

$tBur

öNä39pktX

çm

÷

Ytã

(#

qßgtFR$$sù

4

(#

?$

#

ur

©

!

$

# ( ¨

)

©

!

$

#

ß

ƒƒ

Ï

ƒ

É

>

$s

)

Ïèø9$

#

ÇÐÈ

)

رشحلا

/

:

(

Artinya: “apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang-orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya


(49)

Allah Amat keras hukumannya.”(Al-Hasyr/ 59 : 7)

Pada dasarnya Islam memilki dua sistem distribusi utama, yakni: distribusi secara komersial dan mengikuti mekanisme pasar serta sistem distribusi yang bertumpu pada aspek keadilan sosial masyarakat.

Sistem distribusi pertama berlangsung melalui proses ekonomi. Di antaranya meliputi gaji bagi para pekerja, biaya sewa tanah serta alat produksi lainnya, profit atau keuntungan untuk pihak yang menjalankan usaha, maupun profit sharing untuk modal dana melalui mekanisme musyarakah. Adapun sistem yang kedua, yang lebih bernuansa sosial kemasyarakatan, Islam menciptakannya untuk memastikan keseimbangan pendapatan di masyarakat. Seorang muslim yang kekayaannya melebihi nisab, diwajibkan membayar zakat. Zakat merupakan alat distribusi sebagian kekayaan orang kaya yang ditujukan untuk orang miskin dan mereka yang membutuhkan.17 Mengingat tidak semua orang mampu terlibat dalam proses ekonomi karena yatim piatu atau jompo dan cacat tubuh, Islam memastikan distribusi ekonomi bagi mereka dalam bentuk zakat, infaq dan shadaqah.

Keindahan lain sistem distribusi Islam adalah warisan. Hukum kewarisan Islam adalah hukum yang mengatur segala sesuatu yang berkenaan dengan peralihan hak dan atau kewajiban atas harta kekayaan seseorang setelah ia meninggal dunia kepada ahli warisnya.18 Dengan warisan, Islam hendak

17 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006), h. 14.

18 Mohammed Daud Ali, HUkum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di


(50)

Sistem distribusinya pun sudah diatur secara sistematis dan kompleks dalam disiplin ilmu faraidh, yang tiada taranya dalam agama atau sistem ekonomi lain. Untuk memastikan keseimbangan famili non-famili Islam juga melengkapinya dengan wasiat yang boleh diberikan kepada non famili dengan catatan tidak lebih dari 1/3. Ini pun untuk memproteksi kepentingan ahli waris juga.

Untuk khalayak ramai, Islam juga memperkenalkan instrument distribusi lain yaitu waqaf, yang bentuk dan caranya bisa sangat banyak sekali, dari mulai gedung, uang tunai, buku, tanah, bahan bangunan, kendaraan, saham serta aset-aset produktif lainnya. Berbeda dengan yang lainnya, waqaf tidak dibatasi oleh kaya miskin atau pertalian darah serta kekerabatan. Waqaf adalah fasilitas umum siapa pun boleh menikmatinya.19

Di samping itu ada juga skim pinjaman tanpa bunga yaitu qard yang bermakna al-Qathu (potong). Artinya harta yang diserahkan kepada orang yang berhutang merupakan satu potongan dari pada hara orang yang memberkan hutang.20 Menurut ulama Hanafi, qard adalah pemberian harta oleh seeorang

Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2000), h. 281.

19Trimudilah, “Distribusi Pendapatan dalam Islam”, artikel diakses pada 5 Januari 2009 dari http://www.belajarekonomiislam.com/index.php/nasional/2006/12/14/1665/distribusi_pendapatan_dala m_islam

20 Syed Ahmad Syed Al-Husain, et al., Fiqh dan Perundangan Islam, (terj), (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pusaka, 1995), h. 726.


(51)

kepada orang lain supaya ia membayarnya semula atau suatu kontrak yang khusus mengenai penyerahan harta kepada seseorang supaya orang itu memulangkan kembali harta yang sama sepertinya. Para ulama telah sepakat bahwa qard boleh dilakukan, kesepakatan ini didasari tabiat manusia yang tidak bisa hidup tanpa pertolongan dan bantuan saudaranya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aqad qard adalah sebagai berikut: a). apabila orang yang berhutang menghadiahkan kepada orang yang member hutang, boleh diterima dengan tidak dimakruhkan dan disukai bagi yang berhutang. b). tidak boleh yang memberi hutang mengambil dengan sesuatu dari harta yang berhutang (menurut Abu Hanifah, Malik, dan Ahmad).21 Menurut Sayid Sabiq, akad qard dimaksudkan untuk berlemah lembut sesama manusia, menolong urusan kehidupan mereka dan memudahkan sarana hidup mereka, bukan bertujuan untuk memperoleh keuntungan. Demikian juga menurut para ulama mazhab Hanafi, Maliki, Syafii dan Hambali yang mengharamkan memberikan tambahan dari sesuatu yang dihutangkan. Misalnya muqrid meminjamkan uang kepada muqtarid dengan syarat muqtarid harus mengembalikan pinjamannya dengan jumlah yang lebih banyak, begitu juga dengan hadiah yang diberikan muqtarid kepada muqrid, apabila disyaratkan oleh 2 belah pihak pada saat melakukan akad, maka hal tersebut tidak boleh dialakukan. Dan qard itu rusak bilamana yang menghutangkan mengambil manfaat tambahan. c). muqrid tidak

21 Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Hukum-Hukum Fiqh Islam,(Semarang: PT. Pustak Rizki Putra, 1997), h. 364.


(52)

menunda-nunda pembayaran apabila ia sudah mampu membayar, karena hal ini merupakan kezaliman. Manfaat qard adalah sebagai produk pembiayaan bagi usaha kecil. Dengan skim pembiayaan ini dapat terbentuk semangat wirausaha dalam sektor industry kecil atau mikro yang pada akhirnya akan memacu pertumbuhan ekonomi kerakyatan berbasis syariah. Sifat qard tidak memberikan keuntungan financial bagi pihak yang meminjamkan. Transaksi qard ini dapat dikombinasikan dengan dana zakat. Sebagaimana kita pahami bersama, pemberian dana zakat, termasuk infaq dan shodaqah harus memberikan preferensi yang menguntungkan si miskin untuk dapat berdikari. Dengan demikian zakat dapat menjadi suplemen pendapatan permanen hanya bagi mereka yang tidak dapat menghidupi dirinya sendiri secara mencukupi lewat usahanya sendiri. Penggunaan dana ZIS secara professional melalui skim Qardul Hasan akan memungkinkan si miskin berdikari dalam sebuah lingkungan sosio-ekonomi yang mengembangkan industry kecil dan akan berdampak mengurangi pengangguran, kemiskinan, dan kesenjangan sosial ekonomi. Jadi dengan adanya skim pembiayaan qardul hasan akan sangat membantu kaum pengusaha kecil dan juga dapat meningkatkan semangat

22 Siti Sadiya, Teori Al Qardul Hasan dan Aplikasinya, (Jakarta: Perpus Syariah dan Hukum, 2001), h. 13


(53)

wirausaha dan ekonomi yang berbasiskan syariah dapat tumbuh. Qardul Hasan juga bersifat mendidik agar muqtarid memiliki sikap tanggungjawab terhadap harta, sehingga ia bisa mengembalikannya dan dana tersebut dapat digulirkan kepada mustahiq lainnya. Dengan konsep ini diharapkan makin banyak mustahiq yang berubah menjadi muzzaki. Distribusi dalam ekonomi Islam didasarkan pada dua nilai manusiawi yang sangat mendasar dan penting, yaitu: Nilai kebebasan dan Nilai keadilan. Islam menetapkan kebebasan, bukan berarti kebebasan itu mutlak seperti yang ada pada sistem kapitalis, kebebasan ekonomi yang disyariatkan Islam bukanlah kebebasan mutlak yang terlepas dari berbagai ikatan, tetapi kebebasan yang terkendali dan terikat dengan keadilan yang diwajibkan ALLAH SWT.23 Manusia memiliki sifat dasar di antaranya sangat mencintai harta, kikir dan bakhil, sebagimana firman ALLAH dalam surat Al-Aadiyaat ayat 8:

¼

çm¯RÎ

)

ur

Éb

=

ßsÏ9

Î

ƒ

ö

ƒ

s

ƒ

ø

:

$

#

î

ƒƒ

Ï

ƒ

t

±

s9

ÇÑÈ

)

تايداعلا

/

:

(

Artinya “dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta”(Al-Aadiyaat/ 100 : 8)

Jika manusia dibiarkan bebas dalam mendapatkan dan membelanjakan harta yang Allah titipkan padanya, niscaya akan terjadi kejahatan, ketidakadilan dan kekacauan yang akan membawa malapetaka bagi umat manusia. Di mana sebagian orang mendapatkan hartanya dengan cara yang dilarang Allah, seperti

23Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam,cet.1, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), h. 220.


(54)

mudharat bagi umat manusia. Oleh karena itu, Islam membatasi kebebasan itu untuk tujuan kemaslahatan dan keadilan bagi seluruh umat manusia di muka bumi.

Nilai keadilan merupakan akar dari semua ajaran Islam baik akidah, syariat dan etika. Islam sangat menjunjung tinggi nilai keadilan dalam setiap aspek kehidupan. Dalam hal ekonomi, keadilan dapat di wujudkan dengan banyak cara, salah satunya adalah keadilan dalam distribusi pendapatan. Di mana Allah menjamin orang-orang yang tidak mampu dalam hal ekonomi dengan konsep distribusi pendapatan yang Dia ciptakan seperti zakat, infaq, shadaqah, fa’I, ghonimah, dan lainnya. Dengan adanya konsep distribusi pendapatan Islam ini, diharapkan kehidupan ekonomi manusia di dunia ini dapat berjalan dengan adil, seimbang dan merata, sehingga tecipta kemashlahatan yang merupakan tujuan utama dari syariat Islam itu sendiri.

2. Peran Negara dalam Distribusi Pendapatan di Indonesia

Peran negara sangat menentukan dalam pelaksanaan sistem ekonomi. Negara harus bisa mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi, baik itu dalam aspek hukum, perencanaan, pengawasan alokasi atau distribusi sumberdaya dan dana, pemerataan


(55)

pendapatan dan kekayaan serta pertumbuhan dan stabilitas ekonomi.24

Indonesia yang merupakan Negara berkembang, memiliki banyak masalah dalam bidang ekonomi. Permasalahan tersebut menjadi tugas Negara khususnya pemerintah untuk bisa mengatasi sehingga tercipta keseimbangan di masyarakat. Masalah ekonomi terberat yang dihadapi Indonesia saat ini adalah pengangguran dan kemiskinan. Pengangguran dan kemiskinan timbul karena tidak terjadi pemerataan sumberdaya dan dana yang baik. Di mana hanya orang atau kelompok tertentu saja yang dapat menikmati sumber daya dan dana tersebut, sehingga akan memperlebar kesenjangan sosial yang ada di masyarakat. Pemerintah mempunyai tugas-tugas sebagai penjabaran dari fungsi kekuasaan politik yang dimilikinya,yaitu: pertama: menyelenggarakan pembangunan spiritual dan kesejahteraan social, kedua: memelihara dan mengembangkan ketertiban sosial dan keamanan Negara.25 Dalam hal ini, pemerintah membuat kebijakan-kebijakan yang bertujuan mengurangi pengangguran dan mengentaskan kemiskinan.

Distribusi pendapatan mutlak dilakukan agar kesenjangan yang ada tidak semakin lebar, baik dalam bentuk subsidi, modal usaha bagi UKM, atau memberikan dana sosial bagi rakyat miskin. Pemerintah harus membantu masyarakat yang kurang beruntung dengan bantuan dari masyarakat yang lebih

24 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf, (Jakarta: UI Press, 1988), h. 17.

25 Abdul Muin Salim, Fiqh Siyasah: Konsepsi Kekuasaan Politik Dalam Al-Quran, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), h. 201.


(56)

yang berpihak kepada rakyat kecil, antara lain Kredit Usaha rakyat (KUR) yang diperuntukan bagi pengusaha kecil dan menengah. Kredit ini bertujuan agar para pengusah kecil, mikro dan menengah dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi mereka sehingga daya saing mereka menjadi lebih baik. Hingga saat ini pemerintah telah menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) senilai Rp 10,65 trilun, dari Rp 14,5 triliun yang sudah disiagakan untuk tahun 2008. Menurut Menteri Negara Koperasi dan UKM Suryadarma Ali, dari total dana yang tersalurkan itu, penyerapan tertinggi adalah Jawa Timur sebesar Rp 1,4 triliun, disusul Jawa Barat Rp 1,2 triliun.27

Ada juga program pengentasan kemiskinan perkotaan (P2KP) yang diperuntukan bagi orang miskin perkotaan dan juga P2KP sektor ekonomi bagi pengusaha mikro yang ada di perkotaan. Program ini bertujuan untuk membantu masyarakat miskin dan para pengusaha mikro perkotaan dalam hal permodalan sehingga mereka dapat mengembangkan usahanya.

Selain itu ada juga subsidi bagi barang-barang kebutuhan pokok yang bertujuan membantu masyarakat ekonomi lemah dengan cara pemerintah 26 Adi Warman Karim, Ekonomi Makro Islam, ( Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), h. 273.

27Sinar Harapan, “KUR Sudah Tersalur Rp. 10,65 Triliun”, artikel diakses pada 5 Januari 2009 dari


(57)

menanggung sebagian dari harga suatu barang sehingga daya beli masyarakat meningkat. Subsidi biasanya dikenakan kepada barang-barang tertentu yang merupakan kebutuhan pokok dari masyarakat, tetapi dampak dari subsidi dirasa kurang efektif karena tidak hanya masyarakat ekonomi lemah saja yang menikmati tetapi semua masyarakat dapat menikmatinya.

Bagi masyarakat miskin juga ada program bantuan langsung tunai (BLT) yang diperuntukan khusus bagi masyarakat miskin, baik yang ada di kota maupun di desa. Program ini bertujuan untuk mengurangi beban ekonomi masyarakat miskin akibat kenaikan harga BBM yang menyebabkan naiknya harga-harga barang lainnya. BLT diberikan dalam waktu 3 (tiga) bulan sekali sebesar Rp. 300.000. tetapi banyak pihak yang mengkritisi kebijakan pemerintah ini karena dinilai tidak mendidik.

Di samping itu, memang sudah merupakan kewajiban dari pemerintah memberikan jaminan sosial kepada rakyatnya berupa menyediakan tempat ibadah, jaminan pendidikan yang berkualitas, jaminan keamanan terhadap harta dan jiwa, serta jaminan untuk hari esok yang lebih baik. Selain itu masyarakat juga harus bisa melakukan kontrol sosial terhadap pemerintah apabila ada kebijakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai syariat.28

Terlepas dari kelemahan dan kelebihannya, dengan adanya kebijakan-kebijakan di atas, diharapkan distribusi pendapatan atau pemerataan pendapatan

28 Abdul Qodir Jaelani, Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam, ( Surabaya: Bina Ilmu, 1995), h. 254.


(58)

keseimbangan di tengah-tengah masyarakat.

D. Dana bergulir

Pengertian dari dana bergulir adalah dana yang berasal dari pemerintah melalui Kementerian Negara Koperasi dan UKM yang merupakan dana simpan-pinjam/pembiayaan yang disalurkan kepada Koperasi Simpan Pinjam/Koperasi Jasa Keuangan Syariah/lembaga keuangan lainnya untuk disalurkan lebih lanjut kepada anggotanya yaitu pengusaha mikro dan kecil.29

Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (Permenkeu) Nomor 99 Tahun 2008 yang menggeser belanja sosial menjadi belanja modal. Peraturan itu telah mengubah mekanisme pendistribusian dana bergulir untuk koperasi usaha mikro kecil dan menengah (KUMKM) yang selama ini terjadi. Dengan peraturan baru Menkeu, dana bergulir dari pemerintah yang disalurkan kepada masyarakat, ketika kembali tidak bisa lagi langsung digulirkan kepada masyarakat lagi, tetapi harus dikembalikan ke pemerintah dulu baru bisa disalurkan melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB).30 Dana bergulir ini ada yang berpola konvensional dan ada yang berpola

29 LPDB-KUMKM, Rencana Strategis Bisnis, (Jakarta: LPDB-KUMKM, 2006), h.28. 30Sinar Harapan, “KUR sudah Tersalur Rp. 10,65 Triliun”, artikel diakses pada 5 Januari 2009 dari


(59)

syariah. Untuk dana bergulir syariah dikeluarkan Peraturan Mentri Negara Koperasi dan UKM RI No. 10/Per/M.KUKM/VI/2006 tentang Petunjuk Teknis Program Pembiayaan Produktif Koperasi dan Usaha Mikro (P3KUM) pola syariah. P3KUM ini tidak lain adalah dana bergulir. Penyaluran dana bergulir syariah dilakukan bekerjasama dengan bank pelaksana seperti Bank Muamalat dan Bank Syariah Mandiri. Kerja sama ini dilaksanakan dengan dasar akad mudharabah, musyarakah atau piutang murabahah antara bank pelaksana dengan KJKS/UJKS yang bersangkutan. 31Akad yang digunakan dalam pembiayaan dana bergulir untuk KJKS-koperasi adalah musyarakah dan mudharabah. Pihak LPDB bekerjasama dengan pihak KJKS dengan sistem bagi hasil, di mana persentase pembagian keuntungan ditentukan di awal akad. Pihak KJKS sebagai pengelola dana harus bisa menggulirkan dana tersebut kepada koperasi primer yang kemudian disalurkan kembali kepada UMKM sehingga dana tersebut bisa berkembang dan mendapat keuntungan.

Bank pelaksana Dana Bergulir Syariah (DBS) ditetapkan oleh Mentri Negara Koperasi dan UKM yang operasionalisasinya dapat dilakukan oleh kantor cabang. Bnak pelaksana diprioritaskan kepada Bank Umum dengan pola syariah dan memiliki cabang di daerah. Bank DBS bertanggung jawab terhadap proses penyaluran dana dan pengawasannya sesuai dengan spesifikasi tugas yang telah ditetapkan. Selain itu juga bertanggung jawab terhadap pengelolaan dana yang ditempatkan pada banknya

31 Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam: Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia,(Jakarta: Rajawali Press, 2009), h. 265.


(60)

hasil pengawasan dan monitoring. 32Oleh karenanya, peran LPDB-KUMKM sebagai Badan Layanan Umum (BLU) Kementerian Negara Koperasi dan UKM harus bisa menjadi solusi untuk masalah klasik mengenai permodalan koperasi dan usaha kecil menengah.


(61)

48

BAB III

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Berdirinya LPDB-KUMKM

Peran Koperasi, Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Menengah (KUMKM) sangat penting dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi rakyat serta dalam mewujudkan kehidupan demokrasi ekonomi yang mempunyai ciri-ciri demokratis, kebersamaan, kekeluargaan, dan keterbukaan. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Negara Koperasi dan UKM memiliki komitmen untuk memperkokoh permodalan KUMKM serta mengembangkan lembaga keuangan KUMKM, mengingat bahwa permodalan merupakan salah satu sumber kekuatan bagi pengembangan usaha KUMKM. Untuk mencapainya, Kementerian Negara Koperasi dan UKM melaksanakan program penyaluran dana bergulir dengan persyaratan yang mudah dan pemberian fasilitas penjaminan kredit, yang dikelola oleh unit organisasi di lingkungan Kementerian Negara Koperasi dan UKM.1

Jumlah pengusaha yang tergolong Usaha Mikro dan Kecil di Indonesia saat ini mencapai lebih dari 42 juta unit. Jumlah besar ini merupakan potensi yang sangat signifikan untuk diberdayakan dalam rangka pengentasan kemiskinan serta menanggulangi pengangguran. Dalam masa krisis ekonomi beberapa waktu yang lalu, di mana mayoritas pengusaha besar berjatuhan, ternyata Usaha Mikro dan Kecil dapat bertahan, sehingga mampu memberikan kontribusi dalam menggerakan roda ekonomi

1


(62)

nasional. Hal ini menunjukkan bahwa potensi ekonomi rakyat tidak dapat diabaikan terutama daya tahannya dalam menghadapi situasi yang sulit.

Namun, permasalahan permodalan tampaknya masih menjadi ganjalan utama dalam pengembangan KUMKM di mana kemampuan pemupukkan modalnya relatif masih sangat terbatas. Di lain pihak, akses KUMKM terhadap sumber-sumber permodalan dan pembiayaan juga masih sangat terbatas, akibat belum berkembangnya usaha yang memiliki kelayakan ekonomi dan rendahnya kredibilitas dihadapan kreditur. Kondisi ini telah membelit KUMKM sebagai usaha ekonomi yang terus-menerus berada pada posisi marginal.

Pendirian Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM), merupakan babak baru dalam Sejarah Pengelolaan Keuangan Negara. Di awali dengan diterbitkannya Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 yang didalamnya terdapat hal-hal baru dan/atau perubahan mendasar dalam ketentuan Pengelolaan Keuangan Negara. Sejalan dengan itu, pemerintah telah menerbitkan Undang-Undang Perbendaharaan Negara Nomor 1 Tahun 2004, khususnya pasal 68 dan 69 yang secara spesifik mengatur tentang perlunya peran Badan Layanan Umum (BLU) yang dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.2

2

LPDB-KUMKM, “Sejarah Singkat Dana Bergulir” artikel diakses pada 5 Januari 2009 dari http://www.danabergulir.com/sejarah_singkat_LPDB


(63)

50

Dalam rangkaian tersebut, pemerintah kemudian menerbitkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan R.I. dan Menteri Negara Koperasi Dan UKM Nomor 468a/KMK.01/2004 dan Nomor 07/SKB/M.KUKM/X/2004 Tentang Pendirian Badan Layanan Dana Bergulir (BLDB) Kementerian Negara Koperasi dan UKM, selanjutnya terbit Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pola Pengelolaan Badan Layanan Umum (PPK-BLU).

Sebagai tindak lanjut dari perkembangan tersebut, Menteri Negara Koperasi Dan UKM kemudian mempersiapkan semua persyaratan yang diperlukan dalam rangka pendirian Badan Layanan Umum, yang kemudian memperoleh persetujuan pembentukan satuan kerja dengan nama Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB), oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor B/1955/M.PAN/8/2006. Selanjutnya diterbitkan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM No.19.4/Per/M.KUKM/VIII/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja LPDB-KUMKM. Sedangkan ijin Penerapan Pola Pengelolaan Badan Layanan Umum (PPK-BLU) bagi LPDB-KUMKM, telah ditetapkan dengan terbitnya Surat Persetujuan Menteri Keuangan Nomor: KEP-292/MK.S/2006 tentang Penetapan Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah pada Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Sebagai Instansi Pemerintah yang Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU).

Pendirian LPDB terutama bertujuan untuk mengembangkan dan menyediakan akses pembiayaan bagi KUMKM melalui pola dana bergulir. Di samping itu, LPDB


(64)

juga bertujuan untuk memperkuat pendanaan lembaga keuangan dalam rangka memberdayakan lembaga di maksud, agar dapat memberikan layanan pembiayaan secara mandiri bagi KUMKM yang belum memenuhi kriteria kelayakan perbankan umum.

Dengan berdirinya Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) Kementerian Negara Koperasi dan UKM, maka pengelolaan Dana Bergulir yang bersumber dari Pemerintah melalui Kementerian Negara Koperasi Dan UKM, Hibah dari masyarakat atau badan lain, serta sebagian pendapatan jasa pengelolaan dana bergulir, akan dikelola secara profesional sebagai Lembaga Nir-Laba yang mengedepankan kepentingan pelayanan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (KUMKM) secara transparan, akuntabel, produktif, efisien dan efektif. Dengan demikian, diharapkan LPDB-KUMKM akan mampu mengelola Dana Bergulir bagi kepentingan KUMKM secara lebih profesional sehingga kegiatan usaha KUMKM akan lebih berkembang dan memiliki peran yang besar dalam perekonomian Indonesia.3

B. Visi, Misi LPDB-KUMKM

LPDB-KUMKM didirikan untuk mendukung program pemerintah dalam memberikan kemudahan kepada KUMKM untuk memperoleh sumber pendanaan, melalui penyediaan dana bergulir. Tujuan yang hendak dicapai adalah:4

3

Ibid

4


(65)

52

1. Mengelola dana bergulir yang bersumber dari Kementerian Negara Koperasi dan UKM secara corporate, sehingga dapat dikelola lebih optimal dan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

2. Mengembangkan dan menyediakan akses pembiayaan bagi KUMKM di berbagai sektor yang usahanya layak tapi belum memenuhi kriteria kelayakan perbankan umum.

3. Memperkuat kemampuan keuangan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) seperti KSP/USP-Koperasi, KJKS/UJKS-Koperasi, Perusahaan Modal Ventura, atau lembaga keuangan lainnya, agar dapat memberikan layanan pembiayaan secara mandiri bagi usaha mikro, kecil, dan menengah.

4. Mendukung upaya pemerintah dalam menumbuhkan wirausaha baru dan menggerakan sektor riil dalam rangka menciptakan lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan melalui pemberdayaan KUMKM, sesuai dengan sasaran RPJM 2004-2009.

Dalam pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat, LPDB-KUMKM menerapkan Asas Pelayanan Publik yang terdiri dari:5

1. Transparansi

Bersifat terbuka, mudah dan dapat di akses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah di mengerti. 2. Akuntabilitas

5


(66)

Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Kondisional

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektifitas.

4. Partisipatif

Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.

5. Kesamaan Hak

Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender dan status ekonomi.

6. Keseimbangan Hak dan Kewajiban

Pemberi dan penerima pelayanan harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.

Sedangkan mengenai visi dan misi LPDB-KUMKM adalah sebagai berikut: LPDB-KUMKM mempunyai visi:6

“lembaga yang dapat diandalkan dalam memberikan layanan pembiayaan kepada KUMKM.”

Dalam rangka mencapai tujuan ideal yang telah ditetapkan sebagai visi tersebut, maka LPDB-KUMKM mempunyai misi:7

6


(67)

54

1. Melakukan kegiatan pembiayaan dalam rangka pemberdayaan KUMKM. 2. Meningkatkan profesionalisme pelayanan yang fokus, terukur, dapat dicapai,

dapat diandalkan, tepat waktu, dan berkelanjutan kepada KUMKM.

3. Mewujudkan program pemerintah dalam upaya meningkatkan ekonomi kerakyatan, untuk menciptakan lapangan kerja dan mengentaskan kemiskinan.

C. Struktur Organisasi LPDB-KUMKM

Dalam struktur organaisasi LPDB-KUMKM sebagai pemimpin tertinggi adalah Pemerintah yang diwakili oleh Departemen Keuangan dan Departemen Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, sebagai departemen yang mempunyai kepentingan langsung dengan LPDB-KUMKM. Di bawah Departemen-Departemen tersebut terdapat Dewan Pengawas yang bertugas mengawasi kinerja LPDB-KUMKM dan berkewajiban melaporkan hasil pengawasannya langsung kepada Departemen Keuangan dan Departemen Koperasi, Usaha Kecil, Mikro dan Menengah. Selanjutnya, dalam struktur organisasi LPDB-KUMKM terdapat Dewan Direksi yang terdiri dari:8

1. Direktur Utama

Memiliki wewenang dalam menentukan keputusan penting mengenai operasional lembaga secara menyeluruh, dan bertanggung jawab langsung kepada wali amanat dana bergulir.

7

Ibid.h.9.

8


(68)

2. Direktur Pengembangan Usaha

Memiliki wewenang dalam menentukan keputusan mengenai bidang yang di bawahinya, dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama.

3. Direktur Keuangan dan Umum

Memiliki wewenang mengenai keuangan lembaga dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama.

4. Direktur Bisnis

Memiliki wewenang mengenai bidang yang di bawahinya dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama.

Dari struktur Dewan Direksi di atas terdapat divisi-divisi yang bertugas untuk terjun langsung ke lapangan dan melaporkan hasil survei lapangan kepada Direktur yang bersangkutan. Untuk lebih jelas mengenai struktur organisasi LPDB-KUMKM dapat melihat tabel dan bagan berikut:


(69)

56

DEWAN PENGAWAS

Ketua Dewan Pengawas

DR. Mulia P. Nasution

Anggota Dewan Pengawas

Drs. Guritno Kusumo, MM

Ir. Agus Muharram, MSP

V. Sonny Loho, Ak., MPM

Ir. Muchammad Romahurmuziy, MT


(70)

DEWAN DIREKSI

Direktur Utama DR. Fadjar Sofyar

Direktur Pengembangan Usaha

Drs. Chairuddin Syah Nasution, MComm

Direktur Keuangan dan Umum Drs. M. Hidayat, Ak, MM

Direktur Bisnis Ir. Mudjijono, MM


(71)

58


(72)

D. Mekanisme penyaluran dana bergulir

Dalam menyalurkan dananya, LPDB-KUMKM memiliki petunjuk teknis pemberian pinjaman kepada mitra LPDB-KUMKM. Adapun petunjuk teknis tersebut sebagai berikut:

1. Pemberian pinjaman kepada Usaha Mikro dan Kecil (UMK) melalui KSP/USP dan atau KJKS/UJKS-Koperasi9

a. LPDB-KUMKM memberikan pinjaman kepada KSP/USP atau KJKS/UJKS-Koperasi sekunder yang telah memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1) Telah berbadan hukum

2) Berpengalaman 3 (tiga) tahun menjalankan usaha simpan pinjam bagi KSP/USP dan jasa keuangan syariah bagi KJKS/UJKS-koperasi sekunder

3) Memiliki kinerja yang baik selama 2 (dua) tahun bagi KSP/USP dan 3 (tiga) tahun bagi KJKS/UJKS-koperasi sekunder

b. KSP/USP atau KJKS/UJKS-koperasi sekunder memberikan pinjaman kepada KSP/USP atau KJKS/UJKS-koperasi primer yang telah memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1) Telah berbadan hukum

2) Memilki kinerja baik selama 2 (dua) tahun terakhir

9

Peraturan direksi lembaga pengelola dana bergulir koperasi dan usha mikro, kecil dan menengah nomor: 39/per/LPDB/2008, (kementrian Negara koperasidan usaha kecil dan menengah, 2008) hal. 14-19.


(73)

60

3) Bersedia menyampaikan surat pernyataan Dengan ketentuan pinjaman sebagai berikut: 1) Analisa kelayakan usaha

2) Plafon pembiayaan maksimum 10 kali modal sendiri bagi KSP/USP-koperasi primer dan 5 (lima) kali modal sendiri bagi KJKS/UJKS

3) Jangka waktu pembiayaan maksimal 5 (lima) tahun

c. KSP/USP atau KJKS/UJKS- koperasi primer kemudian memberikan pinjaman kepada UMK dengan persyaratan sebagai berikut:10

1) Menjalankan usaha produktif

2) Memiliki potensi menciptakan lapangan kerja

3) Bersedia mengikuti ketentuan yang berlaku di KSP/USP dan KJKS/UJKS

Dengan ketentuan pinjaman sebagai berikut: 1) Analisa kelayakan usaha

2) Plafon pembiayaan maksimum 5 (lima) juta bagi usaha mikro dan 50 juta untuk usaha kecil

3) Jangka waktu pembiayaan maksimal 3 (tiga) tahun

2. Pemberian pinjaman kepada KUKM melalui Perusahaan Modal Ventura (PMV)11

10


(1)

Yudistika Okfram, “Perekonomian Indonesia”, artikel diakses pada 28 Desember 2008 dari http://one.indoskripsi.com/category/mata_kuliah/ perekonomian_indonesia /2007/12/09


(2)

Tim Pengendali PNPM Mandiri, “PNPM-Mandiri” artikel diakses pada 5 Januari 2009 dari http://www.pnpm-mandiri.org/index.php?option=com_content &task =view&id=26&Itemid


(3)

Bappenas, “P2DTK”, artikel diakses pada 5 Januari 2009 dari http://p2dtk. bappenas.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=159


(4)

Bappenas, “RJPM 2004-2009”, artikel diakses pada 5 januari 2009 dari http://www.bappenas.go.id/index.php?

module=filemanager&func=download&pathext=contentexpress/RPJNM2004/ &view


(5)

Bambang Soesatyo, “Mengorksi Pembiayaan UMKM”, artikel diakses pada 28 Desember 2008 dari http://www.addthis.com/mengoreksi_pembiayaan_umkm /08/21/2008/bookmark.php


(6)

Murdeni Muis, “Faktor Pendukung Keberhasilan UMKM”, artikel diakses pada 28 Desember 2008 dari http://www.smecda.com/deputi7/file_Infokop/EDISI %2029/klaster_dinamis.pdf