2. TINJAUAN PUSTAKA
Peran
Pengertian Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan, baik secara formal maupun
secara informal. Peran didasarkan pada preskripsi ketentuan dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi
tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut. Friedman, 1998.
Peran tidak hanya dilakukan oleh individu orang perorang namun dapat dilakukan oleh organisasi atau perusahaan, dimana suatu organisasi atau
perusahaan ini dapat memberikan pengaruh atau akibat dalam memenuhi harapan- harapan sendiri ataupun harapan orang banyak.
Dana Bergulir
Pengertian Dana Bergulir berdasarkan Permenkeu Nomor 218PMK.52009 adalah dana yang dialokasikan Kementerian NegaraLembagaSatuan Kerja Badan
Layanan Umum untuk kegiatan perkuatan modal usaha bagi koperasi, usaha mikro, kecil, menengah dan usaha lainnya yang berada di bawah pembinaan
Kementerian NegaraLembaga.
Dalam buletin teknis “Standar Akutansi Pemerintahan Nomor 7 hal 10-11, disebutkan bahwa dana bergulir merupakan dana yang dipinjamkan untuk dikelola
dan digulirkan kepada masyarakat oleh Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran yang beretujuan meningkatkan ekonomi rakyat dan tujuan lainnya.
Adapun karakteristik dari dana bergulir adalah : a.
Dana tersebut merupakan bagian dari keuangan negaradaerah. Dana bergulir dapat bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
NegaraAnggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBNAPBD dan luar APBNAPBD misalnya dari masyarakat atau hibah dari luar negeri. Sesuai
dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dana bergulir yang berasal dari luar APBN, diakui sebagai kekayaan
negaradaerah jika dana itu berikan danatau diterima atas nama pemerintahpemerintah daerah.
b. Dana tersebut dicantumkan dalam APBNAPBD danatau laporan
keuangan. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara menyatakan semua pengeluaran negara daerah dimasukkan dalam APBNAPBD. Oleh sebab itu alokasi anggaran untuk
dana bergulir harus dimasukkan ke dalam APBNAPBD. Pencantuman alokasi anggaran untuk dana bergulir dapat dicantumkan dalam
APBNAPBD awal atau revisi APBNAPBD APBN-P atau APBD Perubahan
c. Dana tersebut harus dikuasai, dimiliki danatau dikendalikan oleh Pengguna
AnggaranKuasa Pengguna Anggaran PAKPA.
Pengertian dikuasai danatau dimiliki mempunyai makna yang luas yaitu PAKPA mempunyai hak kepemilikan atau penguasaan atau dana bergulir,
sementara dikendalikan maksudnya adalah PAKPA mempunyai kewenangan dalam melakukan pembinaan, monitoring, pengawasan atau
kegiatan lain dalam rangka pemberdayaan dana bergulir.
d. Dana tersebut merupakan dana yang disalurkan kepada masyarakat ditagih
kembali dari masyarakat dengan atau tanpa nilai tambah, selanjutnya dana disalurkan kembali kepada masyarakatkelompok masyarakat demikian
seterusnya bergulir.
e. Pemerintah dapat menarik kembali dana bergulir.
Dana yang digulirkan oleh pemerintah dapat ditagih oleh Kementerian NegaraLembaga baik untuk dihentikan pergulirannya atau akan digulirkan
kembali kepada masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas peran dana bergulir adalah manfaat yang diberikan oleh adanya kegiatan dana bergulir yang dilakukan oleh
PemerintahLembaga yang dapat memberikan pengaruh dalam mencapai harapan- harapan dari penerima dana bergulir.
Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah LPDB-KUMKM Kementerian Koperasi dan UKM
Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah LPDB-KUMKM merupakan lembaga yang dibentuk oleh
Kementerian Negara Koperasi dan UKM untuk melaksanakan pengelolaan dana bergulir untuk pembiayaan KUMKM, antara lain pinjaman dan bentuk
pembiayaan lainnya yang sesuai dengan kebutuhan KUMKM, dimana ketentuan mengenai kriteria KUMKM ditetapkan oleh LPDB-KUMKM. Berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia Nomor 19.4PerM.KUKMVII2006 tanggal 18 agustus 2006 LPDB-KUMKM dibentuk.
Peraturan penyaluran pinjamanpembiayaan dana bergulir sesuai dengan petunjuk teknis yang dikeluarkan Direksi LPDB-KUMKM yang diberikan sesuai
persyaratan, ketentuan pinjamanpembiayaan dan analisa kelayakan usaha. Berdasarkan Petunjuk Teknis Pemberian PinjamanPembiayaan LPDB-KUMKM,
dana bergulir tersebut disalurkan kepada koperasi, lembaga perantara Koperasi Sekunder, Lembaga Keuangan Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank
maupun langsung ke UKM dalam rangka mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Pengertian Badan Layanan Umum BLU berdasarkan Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, yaitu :
“Instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang danatau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas”.
Apabila dikelompokan menurut jenisnya, BLU terbagi menjadi 3 tiga kelompok, yang terdiri dari :
1. BLU yang kegiatannya meyediakan barangjasa meliputi rumah sakit,
lembaga pendidikan, penyiaran, dll.
2. BLU yang kegiatannya mengelola wilayah atau kawasan meliputi otorita
pengembangan wilayah dan kawasan ekonomi terpadu kapet. 3.
BLU yang kegiatannya mengelola dana khusus meliputi pengelolaan dana bergulir, dana UKM, penerusan pinjaman dan tabungan pegawai.
Fleksibilitas pengelolaan dana bergulir dengan pola satuan kerja BLU memungkinkan bagi LPDB-KUMKM dapat menjamin kesinambungan perguliran
dana dari satu KUMKM ke KUMKM lainnya, bahkan dari lembaga perantara lain ke lembaga perantara lainnya secara akuntabel dan berdasarkan kaidah
pembiayaan usaha KUMKM yang sehat. Oleh karena itu, LPDB-KUMKM juga mengadakan kerjasama dengan Kementerian Kelautan Perikanan KKP untuk
dapat berperan andil terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir, yang salah satunya melakukan pembiayaan dengan lembaga perantara berupa BPR
Pesisir.
LPDB-KUMKM melihat BPR Pesisir sebagai salah satu unit simpan pinjam masyarakat pesisir, berfungsi sebagai intermediasi lembaga perbankan dengan
masyarakat pesisir untuk dapat berperan secara optimal. Dengan adanya pemberian pinjaman dana bergulir kepada BPR Pesisir diharapkan kesejahteraan
dan kemandirian masyarakat pesisir dapat meningkat. Pemberian dana bergulir kepada BPR Pesisir dapat menjadi salah satu solusi bagi masyarakat pesisir dalam
pemenuhan kebutuhan modal. Dalam pelaksanaannya BPR Pesisir berfungsi mendistribusikan dana bergulir dengan 2 dua fungsi, yaitu bank berfungsi
sebagai channeling agent dan bank sebagai executing agent. Kerjasama antara LPDB-KUMKM dengan BPR Pesisir adalah bahwa BPR berfungsi sebagai
executing. Pola executing berdasarkan petunjuk teknis LPDB-KUMKM adalah PinjamanPembiayaan dari LPDB-KUMKM kepada lembaga perantara yang
berfungsi sebagai pelaksana pengguliran dana executing, dimana lembaga tersebut mempunyai tanggungjawab menyeleksi dan menetapkan penerima dana
bergulir, menayalurkan dan menagih kembali dana bergulir, serta menanggung risiko terhadap ketidaktagihan dana bergulir.
Masyarakat Pesisir
Masyarakat pesisir berdasarkan berbagai sumber didefinisikan sebagai suatu kelompok masyarakat yang hidup atau tinggal di daerah pesisir dan
menggantungkan sumber kehidupan perekonomiannya secara langsung pada pemanfaatan sumber daya laut dan pesisir. Masyarakat pesisir pada umumnya
memilki profesi sebagai nelayan, pembudidaya ikan dan penjualpedagang hasil laut serta pengolah hasil laut. Berbagai profesi tersebut menjadi bagian tidak
terpisahkan dari ciri-ciri masyarakat pesisir.
Bank Perkreditan Rakyat
Menurut Undang-Undang RI Pasal 1 ayat 2 No.10 tahun 1998 tentang Perbankan, bank didefinisikan bahwa :
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”
Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kemasyarakat serta
memberikan jasa bank lainnya Kasmir, 2008.
Berdasarkan perubahan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan, Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tanggal 10 November
1998, menyatakan ada 2 dua jenis perbankan, yaitu : 1.
Bank Umum, bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvesional danatau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran
2. BPR, bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvesional atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Sementara itu, berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1968 selain dari 2 dua jenis bank tersebut, juga ada Bank Sentral yang memiliki tugas untuk
mengatur peredaran uang, mengatur perbankan, menjaga stabilitas peredaran mata uang, mengajukan pencetakan atau penambahan mata uang rupiah dan lain
sebagainya. Bank sentral hanya ada satu sebagai pusat dari seluruh bank yang ada di Indonesia, yaitu Bank Indonesia.
Bank dilihat dari segi kepemilikannya Kasmir, 2008, terdiri dari : 1.
Bank milik pemerintah, dimana akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank yang dimiliki oleh
pemerintah pula. Contoh bank milik pemerintah adalah BNI, BRI, Mandiri dan BTN.
2. Bank milik swasta nasional adalah bank yang seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki swasta serta akte pendiriannya didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungan diambil oleh swasta. Contoh bank
swasta nasional adalah Bank Danamon, BCA, Bank Bukopin, Bank Mega.
3. Bank milik asing adalah merupakan cabang dari bank yang ada diluar negeri
baik milik swasta asing maupun pemerintah asing atau negara. Contohnya Citibank, Standard Chartered, HSBC dan sebagainya
4. Bank milik campuran merupakan bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki
oleh pihak asing dan swasta nasional. Dimana kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional, kepemilikan saham dari
bank ini mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia. Contohnya Inter Pacific Bank, Bank Ficonesia dan sebagainya
Sejak tahun 2001, melalui program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir PEMP Kementerian Kelautan Perikanan dibentuk Lembaga Keuangan
yang telah diinisiasi untuk memberikan bantuan kepada masyarakat pesisir. Lembaga ini memberikan ketersediaan akses pinjaman kepada masyarakat pesisir
dengan mekanisme ‘two step loan’, yang melibatkan pihak perbankan, sehingga masyarakat dapat memperoleh pinjaman dengan bunga cukup terjangkau.
Pengertian dari BPR Pesisir adalah BPR hasil bentukan dan binaan KKP Kementerian Kelautan dan Perikanan yang dihasilkan melalui program PEMP
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir, bekerjasama dengan Pemerintah
Daerah dimana BPR ini merupakan unit usaha milik koperasi yang bergerak di bidang simpan pinjam SOP Asosiasi BPR, Kementerian Kelautan Perikanan.
Prinsip Dasar BPR Pesisir SOP Asosiasi BPR, Kementerian Kelautan Perikanan, adalah :
a. Sasaran khusus kepada semua golongan usaha rakyat miskin di wilayah
pesisir b.
Sistem penyaluran modal dibuat mudah dan fleksibel c.
Program dilaksanakan dengan kaedah “perbankan” 1 Pinjaman tidak dikenakan biaya administrasi
2 Program dijalankan secara terbuka 3 Pinjaman adalah pelanggan yang memiliki saham di BPR Pesisir
BPR Pesisir memiliki visi dan misi sesuai dengan pembentukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan DKP, 2009. Visi dari BPR Pesisir adalah
meningkatkan pengembangan dan kemajuan pembangunan ekonomi kerakyatan, khususnya bagi masyarakat daerah pesisir dan sekitarnya. Misi dari BPR Pesisir,
adalah :
a. Menghimpun dana dari masyarakat pesisir dalam bentuk simpanan berupa
deposito berjangka, tabungan, danatau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu
b. Memberikan kredit yang ringan
c. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan pemerinatah d.
Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia, deposito berjangka, sertifikat deposito, danatau tabungan pada bank lain.
Efektivitas
Efektif artinya berhasil, sedangkan efektivitas menurut bahasa adalah ketepatgunaan, hasil guna dan menunjang tujuan. Berdasarkan Kamus Bahasa
Indonesia kata “efektif”, yaitu kegiatan yang memberikan hasil yang memuaskan dengan memanfaatkan waktu dan cara dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian
efektivitas pada dasarnya menunjuk kepada suatu ukuran perolehan yang memiliki kesesuaian antara hasil yang dicapai dengan hasil yang diharapkan, sebagaimana
telah disepakati dalam suatu organisasi. Hal ini sebagaimana juga dinyatakan oleh Pearce II dan Robbinson, 2013 menyatakan bahwa :
“effectiveness refers to the succesfull achievement of organizational goals. Thus effectiveness has been described as a measure of whether managers are doing the
right things where as efficiency gauges the extent to which managers are doing thing right. A company is effective when it achieves its objectives, when it fails to
achieves its objectives because they were poorly chosen, the plan for achieving them was poorly designed on executed, or the hostility of the competitive
environment was greater than the company had anticipated, the firm is ineffective”
Secara umum, pengertian efektivitas di atas menunjukkan pada taraf tercapainya hasil yang senantiasa dikaitkan dengan pengertian efisiensi meskipun
ada perbedaan di antara keduanya. Efektivitas menekankan pada hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi lebih melihat bagaimana cara pencapaian hasil itu
dengan membandingkan antara input dan output. Oleh karenanya, masalah
efektivitas tidak hanya berkaitan dengan penggunaan sumber daya untuk menempatkan bagaimana organisasi perusahaan bisa eksis. Akan tetapi
berkaitan dengan tujuan dalam batas waktu yang dirancang jangka pendekjangka panjang Rothaerneel, 2013, Jones, 2013. Perspektif ini mendasarkan pada
penelitiannya yang memperhatikan peubah atau faktor lain, disamping sumber daya juga hasil outcome. Disisi lain, seperti yang telah diuraikan bahwa
organisasi dibentuk agar dapat menjadi unit sosial yang dapat melakukan aktivitas secara efektif dan efisien.
Kemampuan pengambilan keputusan yang dilakukan dengan mengumpulkan berbagai informasi dan melakukan analisis menjadi hal yang
penting. Analisis ini dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai keadaan dari kondisi yang ada, sehingga penentuan terhadap pemilihan dapat memandu pada
alternatif arah yang jelas terhadap tujuan yang ingin dicapai. Gambaran yang dikemukakan Griffin, 2004 ini memberikan isyarat bahwa mencapai tingkat
keberhasilan ditinjau dari proses manajemen juga ditentukan oleh kemampuan para manajer dalam mengambil keputusan dan pertimbangan lingkungan dalam
pemanfaatan sumber daya secara efektif. Hal tersebut diperlukan upaya dalam pencapaiannya, dengan menetapkan berbagai alternatif untuk dianalisis melalui
dukungan berbagai informasi dan data yang akurat.
Bahkan terhadap effektivitas ini, Gibson et.al. 2008 menyatakan “management and organizational behavior has reported various theories and
research on causes of effectiveness at each of three levels of analysis, mengapa demikian karena seperti lebih lanjut dinyatakan management job is to identity the
causes of organizational, group and individual effectiveness.” Sebagai contoh dikatakan oleh Gibson, et.al. 2008 “causes of individual effectiveness include
ability, skill, knowledge, attitude, motivation and stress.” Keterkaitan ketiga perspektif tersebut disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Model Tiga Perspektif Effektivitas
Sumber : Gibson et al. 2008 Untuk itulah dalam suatu aktivitas bisnis usaha atau suatu perusahaan agar
dapat tercapai tujuannya, maka keberhasilan mencapai efektivitas bukan hanya keterlibatan individu dan kelompok. Akan tetapi sumber daya lainnya yang dapat
didayagunakan melalui proses manajemen dengan menerapkan fungsi-fungsi manajemen. Jadi proses manajemen membantu bukan saja memusatkan efektivitas
pada hasil, akan tetapi pada perilaku individu sebagai stakeholders dalam organisasi Gibson et al. 2008.
Kinerja
Kinerja performance menjadi hal sangat penting dalam rangka mencapai suatu tujuan perusahaan dan karena kinerja diukur berdasarkan standar. Selain itu
kinerja merupakan faktor penting yang digunakan untuk mengukur efektivitas dan efisiensi organisasi. Pengertian kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah merupakan kata benda yang artinya : a.
Sesuatu yang dicapai b.
Prestasi yang diperlihatkan c.
Kemampuan kerja Penilaian kinerja menurut Mulyadi 1997 adalah penentuan secara periodik
efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya. Organisasi
pada dasarnya dijalankan oleh manusia maka penilaian kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang
dimainkan dalam organisasi.
Manfaat penilaian kinerja organisasi dikatakan oleh Bastian dikutip dalam Nogi, 2005 akan mendorong pencapaian tujuan organisasi dan akan memberikan
umpan balik untuk upaya perbaikan terus-menerus berkelanjutan. Pengukuran kinerja tidak dimaksudkan untuk berperan sebagai mekanisme dalam memberikan
penghargaan atau hukuman reward punishment, akan tetapi pengukuran kinerja berperan sebagai alat komunikasi dan alat manajemen untuk memperbaiki kinerja.
Whittaker dalam Nogi 2005 mengemukakan bahwa pengukuranpenilaian kinerja merupakan suatu alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan
kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Penilaian kinerja juga digunakan untuk menilai pencapaian tujuan dan sasaran goals and objectives,
serta menurut Stout dalam Nogi 2005, pengukuran atau penilaian kinerja organisasi merupakan proses mencatat dan mengukur pencapaian pelaksanaan
kegiatan dalam arah pencapaian misi mission accomplishment melalui hasil- hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa, atau pun suatu proses.
Kinerja Keuangan
Dalam efektivitas dan efisiensi suatu organisasi tidak hanya diukur berdasarkan kinerja karyawan atau kinerja non-keuangan namun dapat juga diukur
dari kinerja keuangan. Secara umum kinerja dibagi menjadi dua yaitu kinerja keuangan dan kinerja non keuangan. Kinerja non keuangan adalah faktor kualitatif
yang mendukung kinerja keuangan yang bersifat kuantitatif Lestari dan Soegiharto, 2007. Pengukuran kinerja keuangan mengarah kepada perbaikan,
perencanaan, implementasi, dan pelaksanaan strategis.
Indikator kinerja keuangan, kususnya perbankan dapat dilihat melalui beberapa indikator Sipahutar, 2007 berikut :
1. DPK Dana Pihak Ketiga
DPK merupakan indikator penilaian kemampuan bank untuk menghimpun banyaknya dana pihak ketiga. Semakin tinggi nilai DPK, maka kinerjanya
semakin baik.
2. LDR Loan to Deposit Ratio
LDR merupakan indikator yang menjadi tolak ukur terhadap fungsi intermediasi perbankan. Semakin tinggi nilai indikator kinerja ini, maka
kinerja bank tersebut semakin baik.
3. NPL Non Performing Loan
Indikator ini menunjukkan rasio kredit bermasalah yang terjadi di perbankan. Semakin rendah nilai NPL maka kinerja bank tersebut adalah
semakin baik.
4. CAR Capital Adequacy Ratio
Indikator CAR menunjukkan rasio kecukupan modal perbankan. Semakin tinggi nilai indikator kinerja ini, maka kinerja bank tersebut semakin baik.
5. ROA Return On Assets
ROA merupakan indikator penilaian profotabilitas perbankan. Semakin tinggi nilai indikator kinerja ini, maka kinerja bank tersebut semakin baik.
6. Laba
Dalam penilaian kinerja, semakin tinggi laba perbankan maka kinerja bank tersebut semakin baik.
7. Total Aset
Semakin tinggi total asset yang dimiliki perbankan, maka kinerja bank tersebut semakin baik.
8. Penyaluran Kredit
Semakin tinggi jumlah kredit yang disalurkan perbankan, maka kinerja bank tersebut semakin baik.
Peningkatan
Peningkatan secara epistemologi adalah menaikkan derajat taraf dan sebagainya mempertinggi, memperhebat produksi dan lain sebagainya Salim,
1995. Dalam kajian ini peningkatan yang akan dikaji yaitu peningkatan pendapatan.
Pendapatan
Pendapatan adalah kenaikan kotor dalam aset atau penurunan dalam liabilitas atau gabungan dari keduanya selama periode yang berakibat dari
investasi yang halal, perdagangan, memberikan jasa atau aktivitas lain yang bertujuan meraih keuntungan Antonio, 2001.
Cara untuk menghitung penerimaan total dapat dilakukan dengan mengalikan jumlah produk dengan harga jual produk per unit. Seperti diketahui
proses produksi yang dilakukan oleh seorang produsen akan menghasilkan sejumlah barang, atau produk. Produk inilah yang merupakan jumlah barang yang
akan dijual dan hasilnya merupakan jumlah penerimaan bagi seorang produsen. Jadi pengertian penerimaan adalah sejumlah uang yang diterima oleh perusahaan
atas penjualan produk yang dihasilkan.
Pengeluaran Total Biayatotal cost adalah biaya total untuk menghasilkan tingkat output produk tertentu. Biaya, bagi perusahaan yang kegiatannya
digunakan untuk memproduksi barang, adalah nilai input yang digunakan untuk memproduksi outputnya Lipsey et al. 1995. Produksi berlangsung dengan jalan
mengolah masukan input menjadi keluaran output. Masukan merupakan
pengorbanan biaya yang tidak dapat dihindarkan untuk melakukan kegiatan produksi. Setiap pengusaha harus dapat menghitung biaya produksi agar dapat
menetapkan harga pokok barang yang dihasilkan. Untuk menghitung biaya produksi terlebih dahulu harus dipahami pengertiannya. Biaya produksi adalah
sejumlah pengorbanan ekonomis yang harus dikorbankan untuk memproduksi suatu barang. Menetapkan biaya produksi berdasarkan pengertian tersebut
memerlukan kecermatan karena ada yang mudah diidentifikasikan, tetapi ada juga yang sulit diidentifikasikan dan hitungannya. Berdasarkan uraian diatas
Pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut :
Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi organisasi bisnis. Analisis ini didasarkan pada logika yang
dapat memaksimalkan kekuatan strenght dan peluang opportunities, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan weaknesses dan ancaman
threats Rangkuti, 2008.
Untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan, manajemen perlu memperhatikan dua faktor pokok, yaitu faktor eksternal yang tidak terkontrol oleh
organisasi dan faktor internal yang sepenuhnya berada dalam kendali organisasi. Faktor eksternal merupakan lingkungan bisnis yang melingkupi operasi organisasi
yang muncul suatu peluang opportunities dan ancaman threats bisnis. Faktor ini mencakup lingkungan industri, bisnis, ekonomi, politik, hukum, teknologi,
kependudukan dan sosial budaya. Faktor internal meliputi semua macam manajemen fungsional yaitu pemasaran, keuangan, operasi, sumber daya manusia,
penelitian dan pengembangan, sistem informasi manajemen dan budaya perusahaan corporate culture. Dari penguasaan faktor internal organisasi dapat
mengidentifikasikan kekuatan strengths dan kelemahan weaknesses yang dimiliki Suwarsono, 2004.
Dari pendapat tersebut, untuk mencapai tujuan organisasi dan SWOT sebagai alat formulasi strategis ketika kekuatan organisasi melebihi kelemahan
yang dimiliki. Kemudian organisasi harus mampu mengeksploitasi peluang bisnis yang ada dan mengeliminir ancaman bisnis yang mengitarinya.
Pendapatan = Total Revenue TR – Total Cost TC
3. METODE KAJIAN