PENDAHULUAN Posisi indonesia menghadapi pembentukan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) Tahun 2011 dan Trans-Pacific Partnership (TPP) Tahun 2013

5 Populasi negara-negara anggota TPP juga cukup signifikan karena merepresentasikan 11,35 penduduk dunia atau 783 juta jiwa. 16 Berdasarkan isi perjanjiannya, TPP merancang liberalisasi perdagangan barang dan jasa secara komprehensif, terjadwal, dan mengikat. 17 Setiap negara anggota diharapkan dapat menurunkan tarifnya hingga 0 secara bertahap pada semua pos tarif di semua sektor, seperti barang dan jasa, investasi, dan modal. Termasuk diantara sektor-sektor yang juga sangat mendapat perhatian adalah liberalisasi sektor kesehatan, asuransi, dan jasa keuangan yang selama ini dianggap sebagai sektor sensitif di banyak negara. 18 Ketentuan ini berlaku resiprokal atau timbal balik terhadap sesama negara anggota saja dan tidak berlaku terhadap negara non-anggota. Setiap negara anggota juga harus mengikuti jadwal liberalisasi dengan ketentuan yang mengikat legally binding dan tidak bisa diubah irreversible. 19 Berbagai macam daya tarik yang ditawarkan oleh TPP ini pada akhirnya menarik negara-negara lain untuk ikut serta. Beberapa negara yang menunjukkan ketertarikan untuk bergabung, seperti Thailand, Taiwan, Filipina, Laos, Kolombia, dan Kosta Rika. 20 Empat negara anggota ASEAN, yaitu Singapura, Malaysia, Brunei 16 Ibid 17 Implikasi Kerjasama Trans-Pacific Partnership guna Meningkatkan Peran Indonesia di Kawasan ASEAN dalam rangka Ketahanan Regional . Jurnal Kajian Lemhanas RI. Edisi 16. November 2013. Hal 65 18 Ibid 19 Ibid 20 Ibid 6 dan Vietnam juga telah ikut bergabung. 21 Selain itu, Jepang juga turut serta untuk bergabung ke dalam TPP. 22 Mantan Perdana Menteri Jepang Naoto Kan menjelaskan bahwa dengan bergabung ke dalam TPP, Jepang dapat meningkatkan perannya di tengah meningkatnya regionalisme Asia Timur. 23 Keputusan Jepang untuk pro terhadap TPP menunjukkan manfaat dari TPP sebagai strategi untuk membalas percepatan kemajuan ekonomi Republik Korea dalam melaksanakan FTA dengan mitra dagang utama seperti Uni Eropa UE dan Amerika Serikat. 24 Namun hal ini tidak sejalan dengan respon Indonesia terhadap pembetukan TPP. Indonesia memberikan respon berbeda dengan negara-negara di atas. Hal ini menarik untuk diteliti karena selama ini Indonesia terlibat aktif dalam kegiatan organisasi ekonomi internasional, seperti terlihat di penejelasan sebelumnya. Oleh karena itu penelitian ini akan menjelaskan alasan Indonesia memutuskan untuk memberikan beberapa respon terhadap pembentukan Trans Pacific Partnership TPP pada tahun 2013. Tahun 2013 dipilih karena pada tahun tersebut Indonesia melalui Menteri Perdagangan Gita Wirjawan secara resmi memberikan pernyataan bahwa Indonesia menolak untuk bergabung ke TPP. 21 Ibid 22 Ibid 23 Inkyo Cheong. Negotiations for the Trans-Pacific Partnership Agreement: Evaluation and Implications for East Asian Regionalism. Asian Development Bank Institute Working Paper Series. July 2013 24 Ibid. 7 1.2 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan pernyataan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka penelitian ini akan berfokus untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut: Bagaimana posisi Indonesia menghadapi pembentukan Regional Comprehensive Economic Partnership RCEP pada tahun 2011 dan pembentukan Trans Pacific Partnership TPP pada tahun 2013? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui adanya pembentukan Trans Pacific Partnership TPP dalam perdagangan internasional. 2. Mengetahui respon Indonesia terhadap pembentukan Trans Pacific Partnership TPP pada tahun 2013. 3. Menganalisa faktor-faktor yang melatarbelakangi Indonesia memutuskan untuk memberikan beberapa respon terhadap pembentukan Trans Pacific Partnership TPP. 4. Mengetahui kontribusi konsep Kepentingan Nasional dan Rational Choice Theory dengan dua konsepnya yaitu Motif Negara dan Kalkulasi dalam menganalisa tentang latar belakang Indonesia menolak bergabung ke TPP dan menghitung keuntungan dan kerugian Indonesia terhadap pembentukan TPP. 8 5. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan Hubungan Internasional dalam kaitannya dengan kepentingan nasional, studi Kawasan Asia Tenggara dan ekonomi politik internasional. 1.4 Tinjauan Pustaka Pembahasan mengenai Trans Pacific Partnership TPP tentu sudah banyak dikaji baik dari segi ekonomi, politik, maupun strategis. Melalui beberapa tinjauan pustaka di bawah ini diharapkan dapat menunjukkan bahwa penelitian ini tidak hanya penting untuk dikaji namun juga perlu untuk dilakukan. Pada tahun 2012, Lydia Lancay Li dalam sebuah LiY fellowship paper yang berjudul Trans-Pacific Partnership Agreement: An Analysis of Opportunities and Agreement membahas mengenai daya tarik dan manfaat TPP. Namun, di dalamnya juga terdapat tantangan dari negara anggota maupun calon anggota yang hendak bergabung mengenai perbedaan keadaan ekonomi domestik dan perbedaan motivasi strategis. Penelitian tersebut juga membahas mengenai manfaat yang terdapat dalam TPP, yaitu pertumbuhan ekonomi negara-negara anggota serta potensi untuk meraih keuntungan dari investasi. Penelitian tersebut memiliki fokus yang berbeda dengan penelitian ini baik dari segi manfaat maupun potensi negara-negara anggota. Secara teoritis, penelitian tersebut menggunakan konsep multilateralisme dan regionalisme. Selain itu, untuk menjabarkan keuntungan serta potensi TPP untuk 9 menjadi organisasi perdagangan bebas percontohan di abad ke-21, penelitian ini menggunakan data statistik mengenai pendapatan nasional masing-masing negara anggota. Penelitian tersebut berbeda dengan penelitian ini karena penelitian ini menggunakan konsep kepentingan nasional dan rational choice theory yang di dalamnya dibahas mengenai motif negara dan kalkulasi rasional. Perbedaan lainnya yaitu di dalamnya tidak dibahas mengenai peluang dan potensi negara yang termasuk strategic market seperti Indonesia dan cenderung terfokus kepada negara anggota TPP saja. Pada tahun 2013, Andri, mahasiswa Hubungan Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam skripsinya yang berjudul Kebijakan Amerika Serikat untuk Memenuhi Kepentingan Ekonominya melalui Trans Pacific Partnership Periode 2011-2013 membahas mengenai berbagai kepentingan Amerika Serikat melalui TPP. Penelitian ini menemukan bahwa beberapa upaya telah dilakukan Amerika Serikat dalam memperjuangkan kepentingan nasionalnya. Amerika Serikat berperan sebagai penggerak utama TPP dengan cara membuka kesempatan keanggotaan bagi negara lain untuk memperluas pasar. Secara teoritis, penelitian tersebut berbeda dengan penelitian ini. Hal ini disebabkan penelitian tersebut menggunakan teori Neoliberalisme dengan konsep comparative advantage . Sedangkan penelitian ini menggunakan rational choice theory yang merupakan turunan dari Neorealisme dengan konsep motif negara dan 10 kalkulasi rasional sehingga akan terlihat mengapa Indonesia memutuskan untuk memberikan serangkaian respon terhadap pembentukan TPP. Pada tahun 2013, Asian Development Bank Institute dalam sebuah working paper yang berjudul Negotiations for the Trans-Pacific Partnership Agreement: Evaluation and Implications for East Asian Regionalism membahas mengenai implikasi TPP terhadap negara-negara di kawasan Asia Timur. Penelitian ini menemukan dampak TPP bagi stabilitas ekonomi di kawasan Asia Timur. Negara yang menjadi spesifikasi pembahasan dalam penelitian tersebut adalah Jepang yang pada akhirnya memutuskan untuk bergabung ke dalam TPP. Kekhawatiran akan terjadi efek domino di kawasan Asia Timur jika Jepang sebagai salah satu negara dengan ekonomi terkuat di dunia namun tidak ikut serta di dalam TPP juga dibahas dalam penelitian tersebut. Perbedaan dengan penelitian ini adalah karena di dalamnya hanya terfokus kepada kawasan Asia Timur. Sedangkan posisi Indonesia yang terdapat di kawasan Asia Tenggara belum dibahas. Secara teoritis, penelitian tersebut menggunakan konsep regionalisme. Konsep ini digunakan untuk menganalisis pengaruh dan prospek perdagangan internasional di Kawasan Asia Timur jika bergabung ke dalam TPP. Penelitian tersebut berbeda dengan penelitian ini disebabkan penelitian ini akan menggunakan konsep motif negara dan kalkulasi untuk menganalisis pengaruh dan prospek TPP bagi negara-negara di Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Pada tahun 2014, Inriani Margaretha Sitohang, mahasiswi Hubungan Internasional Universitas Mulawarman dalam sebuah artikel yang berjudul Penolakan 11 Indonesia Bergabug dalam Trans Pacific Partnership dalam eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 2, Nomor 2, 2014 membahas mengenai alasan penolakan Indonesia tidak bergabung ke dalam TPP. Penelitian tersebut menemukan bahwa Indonesia tidak siap jika bergabung ke dalam TPP. Hal tersebut disebabkan adanya negara-negara dengan ekonomi terkuat seperti Amerika Serikat dan Jepang serta negara-negara di Pasifik seperti Australia dan New Zealand yang jika Indonesia bergabung maka hal itu akan mengancam perekonomian dalam negeri Indonesia. Secara teoritis, penelitian tersebut menggunakan konsep kebijakan luar negeri berdasarkan faktor internal dan eksternal serta konsep integrasi ekonomi. Konsep tersebut digunakan untuk menganalisis keuntungan dan kerugian Indonesia jika bergabung di TPP dengan cara membandingkan GDP Gross Domestic Product negara-negara anggota TPP dengan Indonesia. Perbedaannya dengan penelitian ini adalah karena penelitian ini akan menjelaskan berdasarkan konsep kepentingan nasional serta dikalkulasi melalui rational choice theory yang akan berpengaruh terhadap respon Indonesia terhadap pembentukan TPP. Tentu saja penelitian ini akan berbeda dengan penelitian sebelumnya karena disamping belum ada studi dan penelitian yang membahas mengenai hal ini, penelitian ini akan menjelaskan dari sisi politik-strategis alasan Indonesia memutuskan untuk tidak bergabung ke dalam TPP. 12 1.5 Kerangka Pemikiran Penelitian ini akan menggunakan konsep Kepentingan Nasional dan Rational Choice Theory yang disertai dengan konsep-konsepnya antara lain: Motif Negara dan Kalkulasi agar dapat memudahkan sekaligus membantu membentuk kerangka berfikir yang akademis. 1.5.1 Konsep Kepentingan Nasional Menurut Hans Morgenthau, kepentingan nasional diartikan sebagai segala sesuatu yang harus dipertahankan oleh suatu negara dalam berbagai aspek baik politik, fisik maupun identitas budaya dari bahaya atau gangguan negara lain. 25 Hans Morgenthau juga melihat bahwa kepentingan nasional memilki beberapa dimensi. Antara lain kepentingan nasional yang termasuk vital dan sekunder. Kepentingan vital merupakan kepentingan nasional yang terkait dengan kedaulatan dan keamanan negara. Untuk mencapainya tidak ada jalan lain bagi suatu negara selain berperang. Sedangkan kepentingan nasional yang bersifat sekunder yaitu kepentingan nasional yang cara mencapainya dapat dikompromikan dan tidak terkait dengan keamanan atau pun kedaulatan negara. 26 25 Kiyono Ken. A Study on The Concept of The National Interest of Hans J Morgenthau: As a Standard of American Foreign Policy . Nagasaki University’s Academic Output Site. Hal 2 26 Michael G. Roskin. National Interest: From Abstraction to Strategy. Director, Strategic Studies Institute, U.S. Army War College, Carlisle Barracks. 1994 13 Hans Morgenthau juga melanjutkan bahwa kepentingan nasional ada yang bersifat spesifik dan general. Kepentingan nasional yang bersifat spesifik yaitu yang terkait dengan kepentingan khusus suatu negara yang ingin dicapai dalam aspek tertentu misalnya politik, ekonomi atau sosial budaya. Sedangkan kepentingan yang bersifat general yaitu yang terkait dengan pencapaian negara pada umumnya, misalnya menjaga kedaulatan negara. Adapun kepentingan nasional menuru t Martin Griffith dan Terry O’ Callaghan diartikan sebagai sesuatu yang harus dicapai dan dikejar oleh pemerintah suatu negara yang menjadi tujuan dari politik luar negeri negara tersebut. 27 Selanjutnya menurut Martin Griffith dan Terry O’ Callaghan kepentingan nasional juga merupakan sesuatu yang dirumuskan berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan oleh para pembuat kebijakan dan akan diimplementasikan di dalam kebijakan luar negeri suatu negara. Kebijakan luar negeri itulah yang nantinya menjadi suatu alat tawar dalam hubungan dengan negara lain. Sedangkan menurut Theodore A. Coloumbis dan James H. Wolfe, kepentingan nasional merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menggambarkan dan memprediksi aksi suatu negara terhadap negara lainnya dalam hubungan internasional. 27 Martin Griffith dan Terry O’ Callaghan. International Relations: The Key Concepts. 2002. London and New York: Routledge. Hal 203 14 Theodore A. Coloumbis dan James H. Wolfe juga menjelaskan bahwa kepentingan nasional dapat tercapai jika para pembuat kebijakan dapat mengaitkan dan mensinergikan personalitas dan idealitas dari para pembuat kebijakan, tipe dan filosofi dari struktur pemerintahan, kondisi geopolitik dan kemampuan negara lain dalam persaingan global. Dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kepentingan nasional adalah segala sesuatu yang diperjuangkan oleh negara agar dapat bertahan dalam hubungannya dengan negara lain melalui serangkaian proses penghitungan atau kalkulasi yang tepat dan diimplementasikan dalam berubungan dengan negara lain. Penelitian ini menggunakan konsep kepentingan nasional menurut Martin Griffith dan Terry O’ Callaghan karena penelitian ini menduga bahwa alasan Indonesia memutuskan untuk tidak bergabung ke dalam Trans Pacific Partnership adalah adanya suatu tujuan yang harus dicapai dan dipertahankan yaitu menjaga sentralitas Indonesia di kawasan Asia Tenggara melalui organisasi ASEAN Association of Southeast Asian Nations agar tidak didominasi oleh kehadiran TPP Trans Pacific Partnership. 1.5.2 Rational Choice Theory Rational Choice Theory menurut Charles L Glaser adalah segala sesuatu yang menjadikan sebuah negara memutuskan untuk berkompetisi atau bekerjasama. Teori ini juga menjelaskan mengenai apa yang harus dilakukan 15 oleh negara untuk mencapai tujuan mereka di tengah kendala yang sedang dihadapi. Selain itu, suatu negara juga harus memahami bahwa akan ada negara lain yang merespon kebijakan yang telah dibuat lalu membuat strategi untuk mengantisipasi kebijakan tersebut. 28 Sedangkan menurut Valerie Hudson, Rational Choice Theory adalah segala sesuatu yang diambil oleh para pembuat keputusan atau decision makers yang disertai dengan tujuan yang jelas dan informasi yang memadai. 29 Adapun Rational Choice Theory menurut Raymond Boudon yakni setiap tindakan aktor bersifat instrumental. Maksudnya adalah segala tujuan yang sudah jelas ditetapkan oleh aktor harus dijelaskan secara rasional. 30 Dari ketiga penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Rational Choice Theory adalah segala tindakan yang diambil oleh pembuat keputusan, dalam hal ini adalah negara, melalui perhitungan rasional sehingga negara tersebut dapat memutuskan apakah akan berkompetisi atau bekerja sama. Penelitian ini akan menggunakan Rational Choice Theory menurut Charles L Glaser karena hal ini sesuai dengan respon yang diambil oleh Indonesia terhadap pembentukan Trans Pacific Partnership TPP serta strategi Indonesia untuk menghadapinya. 28 Charles L Glaser. The Rational Theory of International Politics: The Logic of Competition and Cooperation . 2010. New Jersey: Priceton University Press. Hal 23 29 Valerie Hudson, et al. Foreign Policy Making Revisited. 2002. New York: Palgrave Macmillan. Hal 18 30 Raymond Boudon. The Limitations of Rational Choice Theory. American Journal of Sociology, Vol. 104, No. 3 November 1998. The University of Chicago Press. Hal 818 16 Adapun konsep dari Rational Choice Theory yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain: Motif Negara dan Kalkulasi. 1.5.2.1 Motif Negara Setiap negara tentu memiliki motif yang dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan apakah akan berkompetisi atau bekerjasama. 31 Sebuah negara memiliki motif tertentu untuk memutuskan apakah akan bekerjasama atau bersaing berdasarkan kondisi atau lingkungan internasional yang ada di sekitarnya. Lingkungan internasional inilah yang nantinya akan memberikan pengaruh kepada sebuah negara untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya dan melakukan stateginya untuk menghadapi perilaku negara lain. Konsep motif negara ini juga menjelaskan bagaimana suatu negara dapat memahami dan mengetahui secara lebih dalam mengenai motif negara lain. Penelitian ini menduga bahwa salah satu motif Indonesia tidak bergabung ke dalam Trans Pacific Partnership TPP adalah karena TPP terdiri dari negara-negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia seperti Amerika Serikat 31 Charles L Glaser. The Rational Theory of International Politics: The Logic of Competition and Cooperation . 2010. New Jersey: Priceton University Press. Hal 53 17 dan Jepang sehingga Indonesia harus menciptakan strategi untuk menghadapinya. Oleh karena itu konsep ini tepat bila digunakan untuk menganalisis motif negara sebagai respon Indonesia terhadap pembentukan Trans Pacific Partnership TPP. 1.5.2.2 Kalkulasi Dalam kaitannya dengan kalkulasi, sebuah negara berhak melakukan perhitungan atau kalkulasi untuk menyusun strategi sebagai penyeimbang kekuatan negara lain dalam berkompetisi atau bekerjasama. 32 Selain itu, kalkulasi juga dilakukan suatu negara untuk meyeimbangkan kekuatannya dengan negara lain. Kalkulasi merupakan hal penting yang harus dilakukan agar suatu negara dapat mengetahui keuntungan dan kerugian jika bekerjasama atau pun berkompetisi dengan negara lain. Kalkulasi dilakukan sebuah negara dengan cara menganalisa dan memperoleh informasi sebanyak-banyaknya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan nasionalnya, letak geografis negara, reaksi negara lain terkait dengan keputusan yang diambil serta dampak yang 32 Ibid. Hal 197 18 ditimbulkan apakah akan menguntungkan atau merugikan jika keputusan tersebut diimplementasikan. 33 Dalam hal ini negara melakukan kalkulasi atau perhitungan melalui dua tahap: Pertama, melakukan perhitungan rasional dalam menganalisa berbagai pilihan keputusan dan selanjutnya hanya akan menjadi satu keputusan. Kedua, dari satu keputusan yang didapat kembali dianalisa keuntungan benefit dan kerugian cost nya. Pada akhirnya negara akan memutuskan apakah akan mengimplementasikan keputusan yang telah dibuat atau tidak. 34 Sedangkan menurut Alex Mintz, terdapat sebuah model dalam pengambilan keputusan yaitu Rational Actor Model RAM. Proses pengambilan keputusan melalui konsep Rational Actor Model RAM yaitu pembuat keputusan atau stakeholder mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya lalu melakukan kalkulasi atau pehitungan yang pada akhirnya merumuskan beberapa kebijakan alternatif. 35 Setelah merumuskan beberapa kebijakan alternatif yang dapat dipilih, tahap selanjutnya dalam konsep Rational Actor 33 Bruce Bueno de Mesquita. Foreign Policy Analysis and Rational Choice Models. New York UniversityStanford University 34 Alex Mintz. How Do Leaders Makes Decision? A Poliheuristic Perpective. Journal of Conflict Resolution, Vol. 48 No.1, February. Sage Publications. 2004 35 Alex Mintz dan Karl DeRouen. Understanding Foreign Policy Decision Making. Cambridge University Press. 2010. Hal 87-88 19 Model RAM adalah memilih keputusan yang sangat penting dan menjadi prioritas serta tetap dapat mempertahankan kepentingan nasional. 36 Terkait dengan pola di atas, penelitian ini memperkirakan bahwa Indonesia telah melakukan kalkulasi berdasarkan keuntungan dan kerugian untuk memberikan respon terhadap pembentukan Trans Pacific Partnership TPP yaitu dengan lebih memfokuskan kerjasama di ASEAN melalui Regional Comprehensive Economic Partnership RCEP. 1.6 Metode Penelitian Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini yang juga terkait dengan jenis penelitiannya yaitu kualitatif. Adapun pengertian penelitian kualitatif menurut Denzin Norman K dan Yvonna S Lincoln adalah penelitian yang disajikan dalam bentuk teks. 37 Selain itu, menurut Patton Michael Quinn penelitian kualitatif juga dapat diartikan sebagai penelitian yang menggunakan kata-kata sebagai penjabaran dari objek yang diteliti. 38 36 Marijke Breuning. Foreign Policy Analysis: A Comparative Introduction. Palgrave Macmillan. 2007. Hal 97 37 Denzin Norman K dan Yvonna S Lincoln. Handbook of Qualitative Research Second Edition. Sage Publications, Inc. Hal 769 38 Patton Michael Quinn. A Guide To Using Qualitative Research Methodology. Medecins Sans Frontieres. Hal 2 20 Penelitian ini juga menggunakan teknik pengumpulan data melalui studi pustaka sebagai data sekunder yang bersumber dari jurnal, buku, media nasional dan internasional serta website. Adapun perpustakaan yang dikunjungi untuk mendapatkan referensi terkait antara lain: Perpustakaan Ali Alatas di Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Perpustakaan FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Utama dan Perpustakaan FISIP Universitas Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga akan menggunakan sumber data primer yaitu melalui dokumen resmi pemerintah berupa hasil analisa respon Indonesia terhadap pembentukan Trans Pacific Partnership TPP dan juga melalui wawancara atau in-depth interview. Adapun narasumber yang diwawancarai yaitu Reza Pahlevi Chairul selaku Deputy Director of ASEAN Cooperation Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Adapun teknik analisa penelitian ini akan menggunakan deskriptif analitis yaitu menganalisa variabel-variabel yang ada. Teknik ini juga akan menghubungkan masalah dengan konsep-konsep yang digunakan. Sedangkan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan kaitannya dengan kerangka pemikiran, penelitian ini akan menggunakan teknik deduktif yaitu pemaparan masalah dan penjabarannya terlebih dahulu lalu ditarik kesimpulan di akhir penelitian. 21 1.7 Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pernyataan Masalah

1.2 Pertanyaan Penelitian 1.3 Tinjauan Pustaka 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5 Kerangka Pemikiran 1.5.1 Konsep Kepentingan Nasional 1.5.2 Rational Choice Theory 1.5.2.1 Motif Negara 1.5.2.2 Kalkulasi 1.6 Metode Penelitian 1.7 Sistematika Penulisan

BAB II KETERLIBATAN INDONESIA DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

2.1 Perekonomian Indonesia Tahun 2013

22 2.2 Peran Indonesia dalam AFTA ASEAN Free Trade Agreement AFTA, Asia Pacific Economic Cooperation APEC dan World Trade Organization WTO 2.3 Pembentukan Regional Comprehensive Economic Partnership RCEP 2.4 Pembentukan Trans Pacific Partnership TPP 2.4.1 Manfaat Trans Pacific Partnership TPP 2.4.2 Implikasi Trans Pacific Partnership TPP bagi negara- negara di Asia Tenggara

BAB III RESPON INDONESIA TERHADAP PEMBENTUKAN REGIONAL COMPREHENSIVE ECONOMIC PARTNERSHIP

RCEP TAHUN 2011 DAN PEMBENTUKAN TRANS- PACIFIC PARTNERSHIP TPP TAHUN 2013 3.1 Mendukung RCEP 3.2 Mempertahankan ASEAN Centrality melalui ASEAN Economic Community 2015

3.3 Menolak Bergabung ke TPP

23

BAB IV ALASAN INDONESIA MENDUKUNG RCEP DAN MENOLAK

PEMBENTUKAN TRANS PACIFIC PARTNERSHIP TPP 4.1 Kalkulasi Ekonomi: Daya Saing Komoditas 4.2 Kalkulasi Politik: Bergabung ke dalam Kerjasama Regional Comprehensive Economic Partnership RCEP 4.3 Perhitungan Kalkulatif Melalui Konsep Rational Actor Model RAM

BAB V KESIMPULAN

24

BAB II KETERLIBATAN INDONESIA DALAM PERDAGANGAN

INTERNASIONAL Pada bab ini akan dibahas mengenai kondisi perekonomian Indonesia pada tahun 2013 yang meliputi aktivitas perdagangan domestik dan perdagangan internasional. Selain itu juga akan dibahas mengenai keterlibatan Indonesia di beberapa organisasi kerjasama internasional seperti WTO, APEC dan AFTA.

2.1 Perekonomian Indonesia Tahun 2013

Pada sub bab ini akan dibahas mengenai kondisi perekonomian Indonesia pada tahun 2013. Kondisi perekonomian domestik suatu negara merupakan hal penting yang digunakan sebagai indikator pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. Pada tahun 2013, kondisi perekonomian Indonesia mengalami dinamika. Hal ini terjadi tentu tak bisa lepas dari pengaruh kondisi perekonomian global. Pengaruh kondisi perekonomian global yaitu ditandai dengan menurunnya permintaan global serta menurunnya harga komoditas sehingga berdampak pada menurunnya ekspor Indonesia. 39 39 Bank Indonesia. Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2013. Dipetik dari http:www.bi.go.ididpublikasilaporantahunanperekonomianDocumentsLPI20201320ID20- 20Bagian20II20Perekonomian20Domestik.pdf. Diakses pada Jumat, 5 Juni 2015 Pukul 10.16 WIB. Hal 36 25 Selain itu, kondisi perekonomian domestik yang mendapatkan pengaruh akibat adanya dinamika perekonomian global. Pengaruh tersebut antara lain terjadi melalui jalur perdagangan trade channel, tetapi juga melalui jalur pasar keuangan financial market channel. Di samping pengaruh global, faktor domestik yang bersifat struktural juga menjadi salah satu akar permasalahan ekonomi. Permasalahan struktural tersebut terjadi akibat adanya keterbatasan kapasitas industri domestik dalam memenuhi permintaan konsumen serta semakin tingginya jumlah ekonomi kelas menengah yang dibarengi dengan kebutuhan yang semakin kompleks. 40 Permasalahan struktural yang semakin mengemuka di tengah stabilitas yang terganggu, dibarengi dengan tantangan global, menekan kondisi perekonomian domestik. 41 Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2013 mengalami perlambatan yang tercatat 5,8 dari pertumbuhan tahun 2012 sebesar 6,2 yang tidak sesuai harapan dan topangan struktur ekonomi domestik yang tidak mendukung. 42 Ekonomi global yang melambat dan dibarengi oleh harga komoditas global yang menurun menjadikan perbaikan kinerja ekspor riil Indomesia menjadi lemah. Ekspor yang semakin lemah ditandai dengan menurunnya angka kinerja ekspor menjadi 5,8 pada tahun 2013 menurun dari 6,2 dari tahun 2012 43 dan masih tingginya ketidakpastian 40 Ibid 41 Bank Indonesia. Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2013. Dipetik dari http:www.bi.go.ididpublikasilaporantahunanperekonomianDocumentsLPI20201320ID20- 20Bagian20II20Perekonomian20Domestik.pdf. Diakses pada Rabu, 21 Januari 2015 Pukul 10.52 WIB. Hal 36 42 Ibid 43 Ibid