PENDAHULUAN Posisi indonesia menghadapi pembentukan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) Tahun 2011 dan Trans-Pacific Partnership (TPP) Tahun 2013
5 Populasi negara-negara anggota TPP juga cukup signifikan karena merepresentasikan
11,35 penduduk dunia atau 783 juta jiwa.
16
Berdasarkan isi perjanjiannya, TPP merancang liberalisasi perdagangan barang dan jasa secara komprehensif, terjadwal, dan mengikat.
17
Setiap negara anggota diharapkan dapat menurunkan tarifnya hingga 0 secara bertahap pada
semua pos tarif di semua sektor, seperti barang dan jasa, investasi, dan modal. Termasuk diantara sektor-sektor yang juga sangat mendapat perhatian adalah
liberalisasi sektor kesehatan, asuransi, dan jasa keuangan yang selama ini dianggap sebagai sektor sensitif di banyak negara.
18
Ketentuan ini berlaku resiprokal atau timbal balik terhadap sesama negara anggota saja dan tidak berlaku terhadap negara
non-anggota. Setiap negara anggota juga harus mengikuti jadwal liberalisasi dengan ketentuan yang mengikat legally binding dan tidak bisa diubah irreversible.
19
Berbagai macam daya tarik yang ditawarkan oleh TPP ini pada akhirnya menarik negara-negara lain untuk ikut serta. Beberapa negara yang menunjukkan
ketertarikan untuk bergabung, seperti Thailand, Taiwan, Filipina, Laos, Kolombia, dan Kosta Rika.
20
Empat negara anggota ASEAN, yaitu Singapura, Malaysia, Brunei
16
Ibid
17
Implikasi Kerjasama Trans-Pacific Partnership guna Meningkatkan Peran Indonesia di Kawasan ASEAN dalam rangka Ketahanan Regional
. Jurnal Kajian Lemhanas RI. Edisi 16. November 2013. Hal 65
18
Ibid
19
Ibid
20
Ibid
6 dan Vietnam juga telah ikut bergabung.
21
Selain itu, Jepang juga turut serta untuk bergabung ke dalam TPP.
22
Mantan Perdana Menteri Jepang Naoto Kan menjelaskan bahwa dengan bergabung ke dalam TPP, Jepang dapat meningkatkan perannya di
tengah meningkatnya regionalisme Asia Timur.
23
Keputusan Jepang untuk pro terhadap TPP menunjukkan manfaat dari TPP sebagai strategi untuk membalas
percepatan kemajuan ekonomi Republik Korea dalam melaksanakan FTA dengan mitra dagang utama seperti Uni Eropa UE dan Amerika Serikat.
24
Namun hal ini tidak sejalan dengan respon Indonesia terhadap pembetukan TPP. Indonesia memberikan respon berbeda dengan negara-negara di atas. Hal ini menarik
untuk diteliti karena selama ini Indonesia terlibat aktif dalam kegiatan organisasi ekonomi internasional, seperti terlihat di penejelasan sebelumnya. Oleh karena itu
penelitian ini akan menjelaskan alasan Indonesia memutuskan untuk memberikan beberapa respon terhadap pembentukan Trans Pacific Partnership TPP pada tahun
2013. Tahun 2013 dipilih karena pada tahun tersebut Indonesia melalui Menteri Perdagangan Gita Wirjawan secara resmi memberikan pernyataan bahwa Indonesia
menolak untuk bergabung ke TPP.
21
Ibid
22
Ibid
23
Inkyo Cheong. Negotiations for the Trans-Pacific Partnership Agreement: Evaluation and Implications for East Asian Regionalism.
Asian Development Bank Institute Working Paper Series. July 2013
24
Ibid.
7 1.2
Pertanyaan Penelitian Berdasarkan pernyataan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
penelitian ini akan berfokus untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut: Bagaimana posisi Indonesia menghadapi pembentukan Regional Comprehensive Economic
Partnership RCEP pada tahun 2011 dan pembentukan Trans Pacific Partnership
TPP pada tahun 2013?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui adanya pembentukan Trans Pacific Partnership TPP dalam
perdagangan internasional. 2.
Mengetahui respon Indonesia terhadap pembentukan Trans Pacific Partnership
TPP pada tahun 2013. 3.
Menganalisa faktor-faktor yang melatarbelakangi Indonesia memutuskan untuk memberikan beberapa respon terhadap pembentukan Trans Pacific
Partnership TPP.
4. Mengetahui kontribusi konsep Kepentingan Nasional dan Rational Choice
Theory dengan dua konsepnya yaitu Motif Negara dan Kalkulasi dalam
menganalisa tentang latar belakang Indonesia menolak bergabung ke TPP dan menghitung keuntungan dan kerugian Indonesia terhadap
pembentukan TPP.
8 5.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan Hubungan Internasional dalam kaitannya dengan
kepentingan nasional, studi Kawasan Asia Tenggara dan ekonomi politik internasional.
1.4 Tinjauan Pustaka
Pembahasan mengenai Trans Pacific Partnership TPP tentu sudah banyak dikaji baik dari segi ekonomi, politik, maupun strategis. Melalui beberapa tinjauan
pustaka di bawah ini diharapkan dapat menunjukkan bahwa penelitian ini tidak hanya penting untuk dikaji namun juga perlu untuk dilakukan.
Pada tahun 2012, Lydia Lancay Li dalam sebuah LiY fellowship paper yang berjudul Trans-Pacific Partnership Agreement: An Analysis of Opportunities and
Agreement membahas mengenai daya tarik dan manfaat TPP. Namun, di dalamnya
juga terdapat tantangan dari negara anggota maupun calon anggota yang hendak bergabung mengenai perbedaan keadaan ekonomi domestik dan perbedaan motivasi
strategis. Penelitian tersebut juga membahas mengenai manfaat yang terdapat dalam
TPP, yaitu pertumbuhan ekonomi negara-negara anggota serta potensi untuk meraih keuntungan dari investasi. Penelitian tersebut memiliki fokus yang berbeda dengan
penelitian ini baik dari segi manfaat maupun potensi negara-negara anggota. Secara teoritis, penelitian tersebut menggunakan konsep multilateralisme dan
regionalisme. Selain itu, untuk menjabarkan keuntungan serta potensi TPP untuk
9 menjadi organisasi perdagangan bebas percontohan di abad ke-21, penelitian ini
menggunakan data statistik mengenai pendapatan nasional masing-masing negara anggota. Penelitian tersebut berbeda dengan penelitian ini karena penelitian ini
menggunakan konsep kepentingan nasional dan rational choice theory yang di dalamnya dibahas mengenai motif negara dan kalkulasi rasional. Perbedaan lainnya
yaitu di dalamnya tidak dibahas mengenai peluang dan potensi negara yang termasuk strategic market
seperti Indonesia dan cenderung terfokus kepada negara anggota TPP saja.
Pada tahun 2013, Andri, mahasiswa Hubungan Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam skripsinya yang berjudul Kebijakan Amerika Serikat
untuk Memenuhi Kepentingan Ekonominya melalui Trans Pacific Partnership Periode 2011-2013
membahas mengenai berbagai kepentingan Amerika Serikat melalui TPP.
Penelitian ini menemukan bahwa beberapa upaya telah dilakukan Amerika Serikat dalam memperjuangkan kepentingan nasionalnya. Amerika Serikat berperan
sebagai penggerak utama TPP dengan cara membuka kesempatan keanggotaan bagi negara lain untuk memperluas pasar.
Secara teoritis, penelitian tersebut berbeda dengan penelitian ini. Hal ini disebabkan penelitian tersebut menggunakan teori Neoliberalisme dengan konsep
comparative advantage . Sedangkan penelitian ini menggunakan rational choice
theory yang merupakan turunan dari Neorealisme dengan konsep motif negara dan
10 kalkulasi rasional sehingga akan terlihat mengapa Indonesia memutuskan untuk
memberikan serangkaian respon terhadap pembentukan TPP. Pada tahun 2013, Asian Development Bank Institute dalam sebuah working
paper yang berjudul Negotiations for the Trans-Pacific Partnership Agreement:
Evaluation and Implications for East Asian Regionalism membahas mengenai
implikasi TPP terhadap negara-negara di kawasan Asia Timur. Penelitian ini menemukan dampak TPP bagi stabilitas ekonomi di kawasan
Asia Timur. Negara yang menjadi spesifikasi pembahasan dalam penelitian tersebut adalah Jepang yang pada akhirnya memutuskan untuk bergabung ke dalam TPP.
Kekhawatiran akan terjadi efek domino di kawasan Asia Timur jika Jepang sebagai salah satu negara dengan ekonomi terkuat di dunia namun tidak ikut serta di dalam
TPP juga dibahas dalam penelitian tersebut. Perbedaan dengan penelitian ini adalah karena di dalamnya hanya terfokus kepada kawasan Asia Timur. Sedangkan posisi
Indonesia yang terdapat di kawasan Asia Tenggara belum dibahas. Secara teoritis, penelitian tersebut menggunakan konsep regionalisme.
Konsep ini digunakan untuk menganalisis pengaruh dan prospek perdagangan internasional di Kawasan Asia Timur jika bergabung ke dalam TPP. Penelitian
tersebut berbeda dengan penelitian ini disebabkan penelitian ini akan menggunakan konsep motif negara dan kalkulasi untuk menganalisis pengaruh dan prospek TPP
bagi negara-negara di Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Pada tahun 2014, Inriani Margaretha Sitohang, mahasiswi Hubungan
Internasional Universitas Mulawarman dalam sebuah artikel yang berjudul Penolakan
11 Indonesia Bergabug dalam Trans Pacific Partnership
dalam eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 2, Nomor 2, 2014 membahas mengenai alasan
penolakan Indonesia tidak bergabung ke dalam TPP. Penelitian tersebut menemukan bahwa Indonesia tidak siap jika bergabung ke
dalam TPP. Hal tersebut disebabkan adanya negara-negara dengan ekonomi terkuat seperti Amerika Serikat dan Jepang serta negara-negara di Pasifik seperti Australia
dan New Zealand yang jika Indonesia bergabung maka hal itu akan mengancam perekonomian dalam negeri Indonesia.
Secara teoritis, penelitian tersebut menggunakan konsep kebijakan luar negeri berdasarkan faktor internal dan eksternal serta konsep integrasi ekonomi. Konsep
tersebut digunakan untuk menganalisis keuntungan dan kerugian Indonesia jika bergabung di TPP dengan cara membandingkan GDP Gross Domestic Product
negara-negara anggota TPP dengan Indonesia. Perbedaannya dengan penelitian ini adalah karena penelitian ini akan
menjelaskan berdasarkan konsep kepentingan nasional serta dikalkulasi melalui rational choice theory
yang akan berpengaruh terhadap respon Indonesia terhadap pembentukan TPP. Tentu saja penelitian ini akan berbeda dengan penelitian
sebelumnya karena disamping belum ada studi dan penelitian yang membahas mengenai hal ini, penelitian ini akan menjelaskan dari sisi politik-strategis alasan
Indonesia memutuskan untuk tidak bergabung ke dalam TPP.
12 1.5
Kerangka Pemikiran Penelitian ini akan menggunakan konsep Kepentingan Nasional dan Rational
Choice Theory yang disertai dengan konsep-konsepnya antara lain: Motif Negara dan
Kalkulasi agar dapat memudahkan sekaligus membantu membentuk kerangka berfikir yang akademis.
1.5.1 Konsep Kepentingan Nasional Menurut Hans Morgenthau, kepentingan nasional diartikan sebagai segala
sesuatu yang harus dipertahankan oleh suatu negara dalam berbagai aspek baik politik, fisik maupun identitas budaya dari bahaya atau gangguan negara
lain.
25
Hans Morgenthau juga melihat bahwa kepentingan nasional memilki beberapa dimensi. Antara lain kepentingan nasional yang termasuk vital dan
sekunder. Kepentingan vital merupakan kepentingan nasional yang terkait dengan kedaulatan dan keamanan negara. Untuk mencapainya tidak ada jalan
lain bagi suatu negara selain berperang. Sedangkan kepentingan nasional yang bersifat sekunder yaitu kepentingan nasional yang cara mencapainya dapat
dikompromikan dan tidak terkait dengan keamanan atau pun kedaulatan negara.
26
25
Kiyono Ken. A Study on The Concept of The National Interest of Hans J Morgenthau: As a Standard of American Foreign Policy
. Nagasaki University’s Academic Output Site. Hal 2
26
Michael G. Roskin. National Interest: From Abstraction to Strategy. Director, Strategic Studies Institute, U.S. Army War College, Carlisle Barracks. 1994
13 Hans Morgenthau juga melanjutkan bahwa kepentingan nasional ada
yang bersifat spesifik dan general. Kepentingan nasional yang bersifat spesifik yaitu yang terkait dengan kepentingan khusus suatu negara yang ingin dicapai
dalam aspek tertentu misalnya politik, ekonomi atau sosial budaya. Sedangkan kepentingan yang bersifat general yaitu yang terkait dengan
pencapaian negara pada umumnya, misalnya menjaga kedaulatan negara. Adapun kepentingan nasional menuru
t Martin Griffith dan Terry O’ Callaghan diartikan sebagai sesuatu yang harus dicapai dan dikejar oleh
pemerintah suatu negara yang menjadi tujuan dari politik luar negeri negara tersebut.
27
Selanjutnya menurut Martin Griffith dan Terry O’ Callaghan kepentingan nasional juga merupakan sesuatu yang dirumuskan berdasarkan perhitungan
yang telah dilakukan oleh para pembuat kebijakan dan akan
diimplementasikan di dalam kebijakan luar negeri suatu negara. Kebijakan luar negeri itulah yang nantinya menjadi suatu alat tawar dalam hubungan
dengan negara lain. Sedangkan menurut Theodore A. Coloumbis dan James H. Wolfe,
kepentingan nasional merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menggambarkan dan memprediksi aksi suatu negara terhadap negara lainnya
dalam hubungan internasional.
27
Martin Griffith dan Terry O’ Callaghan. International Relations: The Key Concepts. 2002. London and New York: Routledge. Hal 203
14 Theodore A. Coloumbis dan James H. Wolfe juga menjelaskan bahwa
kepentingan nasional dapat tercapai jika para pembuat kebijakan dapat mengaitkan dan mensinergikan personalitas dan idealitas dari para pembuat
kebijakan, tipe dan filosofi dari struktur pemerintahan, kondisi geopolitik dan kemampuan negara lain dalam persaingan global.
Dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kepentingan nasional adalah segala sesuatu yang diperjuangkan oleh negara agar dapat
bertahan dalam hubungannya dengan negara lain melalui serangkaian proses penghitungan atau kalkulasi yang tepat dan diimplementasikan dalam
berubungan dengan negara lain. Penelitian ini menggunakan konsep kepentingan nasional menurut Martin
Griffith dan Terry O’ Callaghan karena penelitian ini menduga bahwa alasan Indonesia memutuskan untuk tidak bergabung ke dalam Trans Pacific
Partnership adalah adanya suatu tujuan yang harus dicapai dan dipertahankan
yaitu menjaga sentralitas Indonesia di kawasan Asia Tenggara melalui organisasi ASEAN Association of Southeast Asian Nations agar tidak
didominasi oleh kehadiran TPP Trans Pacific Partnership.
1.5.2 Rational Choice Theory Rational Choice Theory
menurut Charles L Glaser adalah segala sesuatu yang menjadikan sebuah negara memutuskan untuk berkompetisi atau
bekerjasama. Teori ini juga menjelaskan mengenai apa yang harus dilakukan
15 oleh negara untuk mencapai tujuan mereka di tengah kendala yang sedang
dihadapi. Selain itu, suatu negara juga harus memahami bahwa akan ada negara
lain yang merespon kebijakan yang telah dibuat lalu membuat strategi untuk mengantisipasi kebijakan tersebut.
28
Sedangkan menurut Valerie Hudson, Rational Choice Theory adalah segala sesuatu yang diambil oleh para pembuat keputusan atau decision
makers yang disertai dengan tujuan yang jelas dan informasi yang memadai.
29
Adapun Rational Choice Theory menurut Raymond Boudon yakni setiap tindakan aktor bersifat instrumental. Maksudnya adalah segala tujuan yang
sudah jelas ditetapkan oleh aktor harus dijelaskan secara rasional.
30
Dari ketiga penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Rational Choice Theory
adalah segala tindakan yang diambil oleh pembuat keputusan, dalam hal ini adalah negara, melalui perhitungan rasional sehingga negara tersebut
dapat memutuskan apakah akan berkompetisi atau bekerja sama. Penelitian ini akan menggunakan Rational Choice Theory menurut
Charles L Glaser karena hal ini sesuai dengan respon yang diambil oleh Indonesia terhadap pembentukan Trans Pacific Partnership TPP serta
strategi Indonesia untuk menghadapinya.
28
Charles L Glaser. The Rational Theory of International Politics: The Logic of Competition and Cooperation
. 2010. New Jersey: Priceton University Press. Hal 23
29
Valerie Hudson, et al. Foreign Policy Making Revisited. 2002. New York: Palgrave Macmillan. Hal 18
30
Raymond Boudon. The Limitations of Rational Choice Theory. American Journal of Sociology, Vol. 104, No. 3 November 1998. The University of Chicago Press. Hal 818
16 Adapun konsep dari Rational Choice Theory yang akan digunakan dalam
penelitian ini antara lain: Motif Negara dan Kalkulasi. 1.5.2.1 Motif Negara
Setiap negara tentu memiliki motif yang dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan apakah akan
berkompetisi atau bekerjasama.
31
Sebuah negara memiliki motif tertentu untuk memutuskan apakah akan bekerjasama atau bersaing
berdasarkan kondisi atau lingkungan internasional yang ada di sekitarnya. Lingkungan internasional inilah yang nantinya akan
memberikan pengaruh
kepada sebuah
negara untuk
memperjuangkan kepentingan nasionalnya dan melakukan stateginya untuk menghadapi perilaku negara lain. Konsep
motif negara ini juga menjelaskan bagaimana suatu negara dapat memahami dan mengetahui secara lebih dalam mengenai
motif negara lain. Penelitian ini menduga bahwa salah satu motif
Indonesia tidak bergabung ke dalam Trans Pacific Partnership TPP adalah karena TPP terdiri dari negara-negara dengan
kekuatan ekonomi terbesar di dunia seperti Amerika Serikat
31
Charles L Glaser. The Rational Theory of International Politics: The Logic of Competition and Cooperation
. 2010. New Jersey: Priceton University Press. Hal 53
17 dan Jepang sehingga Indonesia harus menciptakan strategi
untuk menghadapinya. Oleh karena itu konsep ini tepat bila digunakan untuk
menganalisis motif negara sebagai respon Indonesia terhadap pembentukan Trans Pacific Partnership TPP.
1.5.2.2 Kalkulasi Dalam kaitannya dengan kalkulasi, sebuah negara
berhak melakukan perhitungan atau kalkulasi untuk menyusun strategi sebagai penyeimbang kekuatan negara lain dalam
berkompetisi atau bekerjasama.
32
Selain itu, kalkulasi juga dilakukan suatu negara untuk meyeimbangkan kekuatannya dengan negara lain. Kalkulasi
merupakan hal penting yang harus dilakukan agar suatu negara dapat mengetahui keuntungan dan kerugian jika bekerjasama
atau pun berkompetisi dengan negara lain. Kalkulasi dilakukan sebuah negara dengan cara
menganalisa dan memperoleh informasi sebanyak-banyaknya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan
nasionalnya, letak geografis negara, reaksi negara lain terkait dengan keputusan yang diambil serta dampak yang
32
Ibid. Hal 197
18 ditimbulkan apakah akan menguntungkan atau merugikan jika
keputusan tersebut diimplementasikan.
33
Dalam hal ini negara melakukan kalkulasi atau perhitungan melalui dua tahap: Pertama, melakukan
perhitungan rasional dalam menganalisa berbagai pilihan keputusan dan selanjutnya hanya akan menjadi satu keputusan.
Kedua, dari satu keputusan yang didapat kembali dianalisa keuntungan benefit dan kerugian cost nya. Pada akhirnya
negara akan memutuskan apakah akan mengimplementasikan keputusan yang telah dibuat atau tidak.
34
Sedangkan menurut Alex Mintz, terdapat sebuah model dalam pengambilan keputusan yaitu Rational Actor Model
RAM. Proses pengambilan keputusan melalui konsep Rational Actor Model RAM
yaitu pembuat keputusan atau stakeholder
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya lalu melakukan kalkulasi atau pehitungan yang pada akhirnya
merumuskan beberapa kebijakan alternatif.
35
Setelah merumuskan beberapa kebijakan alternatif yang dapat dipilih, tahap selanjutnya dalam konsep Rational Actor
33
Bruce Bueno de Mesquita. Foreign Policy Analysis and Rational Choice Models. New York UniversityStanford University
34
Alex Mintz. How Do Leaders Makes Decision? A Poliheuristic Perpective. Journal of Conflict Resolution, Vol. 48 No.1, February. Sage Publications. 2004
35
Alex Mintz dan Karl DeRouen. Understanding Foreign Policy Decision Making. Cambridge University Press. 2010. Hal 87-88
19 Model RAM
adalah memilih keputusan yang sangat penting dan menjadi prioritas serta tetap dapat mempertahankan
kepentingan nasional.
36
Terkait dengan
pola di
atas, penelitian
ini memperkirakan bahwa Indonesia telah melakukan kalkulasi
berdasarkan keuntungan dan kerugian untuk memberikan respon terhadap pembentukan Trans Pacific Partnership TPP
yaitu dengan lebih memfokuskan kerjasama di ASEAN melalui Regional Comprehensive Economic Partnership
RCEP.
1.6 Metode Penelitian
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini yang juga terkait dengan jenis penelitiannya yaitu kualitatif. Adapun pengertian penelitian
kualitatif menurut Denzin Norman K dan Yvonna S Lincoln adalah penelitian yang disajikan dalam bentuk teks.
37
Selain itu, menurut Patton Michael Quinn penelitian kualitatif juga dapat diartikan sebagai penelitian yang
menggunakan kata-kata sebagai penjabaran dari objek yang diteliti.
38
36
Marijke Breuning. Foreign Policy Analysis: A Comparative Introduction. Palgrave Macmillan. 2007. Hal 97
37
Denzin Norman K dan Yvonna S Lincoln. Handbook of Qualitative Research Second Edition. Sage Publications, Inc. Hal 769
38
Patton Michael Quinn. A Guide To Using Qualitative Research Methodology. Medecins Sans Frontieres. Hal 2
20 Penelitian ini juga menggunakan teknik pengumpulan data melalui
studi pustaka sebagai data sekunder yang bersumber dari jurnal, buku, media nasional dan internasional serta website. Adapun perpustakaan yang
dikunjungi untuk mendapatkan referensi terkait antara lain: Perpustakaan Ali Alatas di Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Perpustakaan FISIP
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Utama dan Perpustakaan FISIP Universitas Indonesia.
Selain itu, penelitian ini juga akan menggunakan sumber data primer yaitu melalui dokumen resmi pemerintah berupa hasil analisa respon
Indonesia terhadap pembentukan Trans Pacific Partnership TPP dan juga melalui wawancara atau in-depth interview. Adapun narasumber yang
diwawancarai yaitu Reza Pahlevi Chairul selaku Deputy Director of ASEAN Cooperation
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Adapun teknik analisa penelitian ini akan menggunakan deskriptif
analitis yaitu menganalisa variabel-variabel yang ada. Teknik ini juga akan menghubungkan masalah dengan konsep-konsep yang digunakan.
Sedangkan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan kaitannya dengan kerangka pemikiran, penelitian ini akan menggunakan teknik deduktif
yaitu pemaparan masalah dan penjabarannya terlebih dahulu lalu ditarik kesimpulan di akhir penelitian.
21 1.7
Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah: