19 b. Meminta informasi dalam bentuk apapun yang diperlukan baik berbentuk
tulisan, gambar, foto, film, video, rekaman suara atau bentuk lainnya yang berkaitan dengan pemeriksaan.
c. Menghentikan, memeriksa dan mencegah setiap sarana angkutan yang diduga atau patut diduga digunakan dalam pengangkutan hasil perikanan serta
memeriksa contoh hasil perikanan. d. Membuka dan meneliti setiap kemasan hasil perikanan.
e. Memeriksa setiap buku, dokumen atau catatan lain yang memuat atau diduga memuat keterangan mengenai kegiatan atau proses produksi, penyimpanan,
pengangkutan dan
atau perdagangan
hasil perikanan,
termasuk menggandakan atau mengutip keterangan tersebut.
f. Menahan segala sesuatu, termasuk buku, dokumen, catatan, bahan pengemas, label atau bahan pembuat label, bahan untuk iklan, yang diduga atau patut
diduga berkaitan dengan pelanggaran. g. Memerintahkan untuk memperlihatkan izin usaha dan atau dokumen lain
yang dipandang perlu. h. Menandai, mengamankan, menimbang, menghitung atau mengukur hasil
perikanan atau peralatan yang digunakan untuk kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan dan perdagangan hasil perikanan yang tidak
memenuhi atau diduga tidak memenuhi ketentuan yang ditetapkan. i.
Mengirim contoh yang diambil pada waktu pemeriksaan untuk dilakukan pengujian di laboratorium.
j. Melakukan pengujian contoh dan monitoring sanitasi unit pengolahan.
2.8 Teori Komunikasi Inovasi
Penerapan CPB dan SPOS pengolahan fillet ikan yang diperkenalkan oleh Direktorat Jenderal P2HP, Kementerian Kelautan dan Perikanan merupakan
sebuah inovasi cara pengolahan fillet ikan yang baru bagi para pengolah. Direktorat Jenderal P2HP, Kementerian Kelautan dan Perikanan memperkenalkan
penerapan CPB dan SPOS pengolahan fillet untuk meningkatkan kualitas dan daya saing produk fillet yang dihasilkan oleh para pengolah.
20 Adams 1988 mendefinisikan inovasi sebagai ide atau objek yang
dipersepsikan baru oleh individu. Simamora 2003 menyatakan, inovasi sebagai ide, praktek atau produk yang dianggap baru oleh individu atau group
yang relevan. Van Den Ban dan Hawkins 1996 menyatakan, inovasi adalah ide, metode, atau objek yang dianggap baru oleh sesorang tetapi tidak selalu hasil riset
terbaru. Teori Difusi Inovasi pada dasarnya menjelaskan proses bagaimana suatu
inovasi dikomunikasikan melalui saluran-saluran tertentu sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Rogers 1983 menyatakan, bahwa difusi
inovasi adalah proses dimana sebuah inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu selama jangka waktu diantara anggota kelompok sosial. Lebih lanjut
Rogers 1983 menyatakan, dalam proses difusi inovasi terdapat 4 empat elemen pokok, yaitu:
a. Inovasi; gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan
individu yang menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang maka itu adalah inovasi untuk orang itu. Konsep
“baru” dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali.
b. Saluran komunikasi; ’alat’ untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari
sumber kepada penerima. Dalam memilih saluran komunikasi, sumber paling tidak perlu memperhatikan a tujuan diadakannya komunikasi dan b
karakteristik penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran
komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima
secara personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran interpersonal.
c. Jangka waktu; proses keputusan inovasi dari mulai seseorang mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya dan pengukuhan
terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam a proses pengambilan keputusan inovasi, b
21 keinovatifan seseorang: relatif lebih awal atau lebih lambat dalam menerima
inovasi, dan c kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial. d. Sistem sosial; kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat
dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama
Rogers 1983 mengemukakan lima karakteristik inovasi yang mempengaruhi kecepatan adopsi yaitu: 1 keunggulan relatif relative advantage,
2 kompatibilitas compatibility, 3 kerumitan complexity, 4 kemampuan diuji cobakan trialability dan 5 kemampuan diamati observability.
Keunggulan relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih baik atau unggul dari yang pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat diukur dari
beberapa segi seperti segi ekonomi, kenyamanan, kepuasan dan lain-lain. Semakin besar keunggulan relatif dirasakan oleh pengadopsi, semakin cepat inovasi
tersebut dapat diadopsi. Kompatibilitas adalah derajat dimana inovasi tersebut dianggap konsisten
dengan nilai-nilai yang berlaku, pengalaman masa lalu dan kebutuhan pengadopsi. Sebagai contoh, jika suatu inovasi atau ide baru tertentu tidak sesuai dengan nilai
dan norma yang berlaku, maka inovasi itu tidak dapat diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya dengan inovasi yang sesuai compatible.
Kerumitan adalah derajat dimana inovasi dianggap sebagai suatu yang sulit untuk dipahami dan digunakan. Beberapa inovasi tertentu ada yang dengan
mudah dapat dimengerti dan digunakan oleh pengadopsi dan ada pula yang sebaliknya. Semakin mudah dipahami dan dimengerti oleh pengadopsi, maka
semakin cepat suatu inovasi dapat diadopsi. Kemampuan untuk diujicobakan adalah derajat dimana suatu inovasi dapat
diuji coba dalam batas tertentu. Suatu inovasi yang dapat diujicobakan dalam kondisi sesungguhnya umumnya akan lebih cepat diadopsi. Jadi, agar dapat
dengan cepat diadopsi, suatu inovasi sebaiknya harus mampu menunjukan keunggulannya.
Kemampuan untuk diamati adalah derajat dimana hasil suatu inovasi dapat terlihat oleh orang lain. Semakin mudah seseorang melihat hasil dari suatu
inovasi, semakin besar kemungkinan orang atau sekelompok orang tersebut
22 mengadopsi. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar keunggulan relatif;
kesesuaian compatibility; kemampuan untuk diuji cobakan dan kemampuan untuk diamati serta semakin kecil kerumitannya, maka semakin cepat
kemungkinan inovasi tersebut dapat diadopsi Selain hal di atas, Subagyo 2005 menyatakan, adopsi suatu inovasi
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi adopsi suatu inovasi adalah motivasi, keterlibatan dalam
organisasi, komunikasi interpersonal, tingkat kosmopolitan dan terpaan media masa. Faktor eksternal yang mempengaruhi adopsi suatu inovasi adalah
kebijakan pemerintah, peran tokoh, sistem sosial dan nilai-nilai atau norma- norma.
Seseorang yang telah memutuskan untuk menerima inovasi ada kemungkinan untuk meneruskan ataupun untuk menghentikan penggunaannya.
Menghentikan penggunaan diartikan sebagai tidak meneruskan untuk menerima atau mengadopsi, hal ini dapat terjadi karena seseorang telah menemukan ide-ide
lain ataupun kecewa terhadap hasil yang diperolehnya. Rogers 1983 menyatakan tahapan proses adopsi suatu inovasi seperti
Gambar 2.
Gambar 2. Tahapan proses adopsi inovasi
Inovasi
Kesadaran awareness
Perhatian Interest
Penaksiran Evaluation
Percobaan Trial
Adopsi Adoption
Konfirmasi Confirmation
Penolakan Rejection
23 Berdasarkan Gambar 2 diketahui bahwa setelah dilakukan percobaan
terhadap sebuah inovasi trial terdapat tiga kemungkinan yang akan dilakukan yaitu memutuskan untuk mengadopsi inovasi adoption, menolak inovasi
rejection atau mengadopsi inovasi kemudian menolaknya karena telah menemukan ide-ide baru atau inovasi tersebut dinilai mengecewakan. Namun
demikian, tidak menutup kemungkinan terjadi proses adopsi inovasi kembali setelah terjadi penolakan.
24
III. METODOLOGI PENELITIAN