16 akhir. Alat pengangkutan untuk mengedarkan produk akhir harus bersih, dapat
melindungi produk baik fisik maupun mutunya sampai ke tempat tujuan. Dalam implementasinya, CPB dapat berperan untuk menghasilkan suatu
produk pangan yang bermutu dan aman bagi kesehatan. Sebelumnya, baik- buruknya mutu produk ditentukan dengan mengandalkan pengujian akhir di
laboratorium. Namun hal itu ternyata tidak efektif, sehingga diperlukan adanya penerapan sistem jaminan mutu dan sistem manajemen lingkungan, dan sistem
produksi pangan yang baik Cara Produksi yang Baik. Dengan menerapkan CPB diharapkan produsen pangan dapat menghasilkan produk makanan yang bermutu,
aman dikonsumsi dan sesuai dengan tuntutan konsumen, bukan hanya konsumen lokal tetapi juga konsumen global Fardiaz, 1997.
Direktorat Jenderal Perikanan 2000 menyatakan penerapan CPB dimaksudkan untuk lebih meningkatkan jaminan dan konsistensi mutu dari
produk yang dihasilkan. Oleh karena itu dalam menyusun CPB maka perlu dirinci hal-hal yang menyangkut fungsi atau tujuan dari suatu tahapan proses
pengolahan dan perlakuankondisi yang dipersyaratkan dalam proses pengolahan ikan, yang pada umumnya terkait dengan waktu dan temperatur, pemakaian klor
atau bahan untuk mencapai tujuan dari proses pengolahan yang dilakukan.
2.5 Sanitation Standard Operating Procedures SSOP atau Standar Prosedur
Operasi Sanitasi SPOS
Direktorat Jenderal Perikanan 2000 menyatakan Sanitation Standard Operating Procedures
SSOP atau Standar Prosedur Operasi Sanitasi SPOS merupakan salah satu persyaratan kelayakan yang dimaksudkan untuk melakukan
pengawasan terhadap kondisi lingkungan agar tidak menjadi sumber kontaminasi terhadap produk yang dihasilkan. Lingkungan yang dimaksud meliputi ruangan,
peralatan, pekerja, air dan sebagainya. Surono 2007, menyatakan bahwa SPOS adalah prosedur untuk
memelihara kondisi sanitasi yang biasanya berhubungan dengan seluruh fasilitas produksibisnis pangan atau area dan tidak terbatas pada tahap tertentu atau
Critical Control Point CCP. Departemen Kelautan dan Perikanan 2008
17 menyatakan SPOS menjelaskan setiap prosedur atau cara pembersihan dan
sanitasi yang digunakan di unit pengolahan ikan secara lengkap. SPOS diperlukan untuk menjelaskan prosedur sanitasi di unit pengolahan
ikan, memberikan jadwal sanitasi, memberikan landasan monitoring secara rutin, mendorong perencanaan untuk menjamin pelaksanaan tindakan koreksi,
mengidentifikasi trend dan mencegah terulang kembali, menjamin setiap orang dari level manajemen hingga pekerja memahami sanitasi, memberikan materi
yang konsisten untuk pelatihan karyawan, menunjukan komitmen kepada pembeli dan inspektor dan membawa perbaikan berkelanjutan pada industri.
Lebih lanjut Surono 2007 menyatakan 8 kunci persyaratan sanitasi yaitu keamanan air, kondisi dan kebersihan permukaan yang kontak dengan bahan
pangan, pencegahan kontaminasi silang, menjaga fasilitas pencucian tangan, sanitasi dan toilet, proteksi dari bahan-bahan kontaminan, pelabelan,
penyimpanan dan penggunaan bahan toksin yang benar, pengawasan kondisi kesehatan personil dan menghilangkan pest dari unit pengolahan.
Swarasangi 2000 menyatakan SPOS dilaksanakan untuk mengawasi tahapan kritis dalam proses sanitasi unit pengolahan ikan yang meliputi
perawatan konstruksi, peralatan dan fasilitas higiene, kondisi kebersihan permukaan yang kontak dengan produk, pengawasan kontaminasi terhadap
makanan, permukaan yang kontak dengan makanan dan pengemas, kualitas air dan es, pencegahan kontaminasi silang kepada produk, bahan pengemas produk,
dan permukaan yang kontak dengan makanan, pengawasan bahan kimia, bahan tambahan makanan, pembersih dan bahan beracun, pengawasan terhadap pest dan
pengawasan terhadap tindakan dan kondisi kesehatan karyawan.
2.6 Pembinaan Sistem Manajemen Mutu Hasil Perikanan