17 menyatakan SPOS menjelaskan setiap prosedur atau cara pembersihan dan
sanitasi yang digunakan di unit pengolahan ikan secara lengkap. SPOS diperlukan untuk menjelaskan prosedur sanitasi di unit pengolahan
ikan, memberikan jadwal sanitasi, memberikan landasan monitoring secara rutin, mendorong perencanaan untuk menjamin pelaksanaan tindakan koreksi,
mengidentifikasi trend dan mencegah terulang kembali, menjamin setiap orang dari level manajemen hingga pekerja memahami sanitasi, memberikan materi
yang konsisten untuk pelatihan karyawan, menunjukan komitmen kepada pembeli dan inspektor dan membawa perbaikan berkelanjutan pada industri.
Lebih lanjut Surono 2007 menyatakan 8 kunci persyaratan sanitasi yaitu keamanan air, kondisi dan kebersihan permukaan yang kontak dengan bahan
pangan, pencegahan kontaminasi silang, menjaga fasilitas pencucian tangan, sanitasi dan toilet, proteksi dari bahan-bahan kontaminan, pelabelan,
penyimpanan dan penggunaan bahan toksin yang benar, pengawasan kondisi kesehatan personil dan menghilangkan pest dari unit pengolahan.
Swarasangi 2000 menyatakan SPOS dilaksanakan untuk mengawasi tahapan kritis dalam proses sanitasi unit pengolahan ikan yang meliputi
perawatan konstruksi, peralatan dan fasilitas higiene, kondisi kebersihan permukaan yang kontak dengan produk, pengawasan kontaminasi terhadap
makanan, permukaan yang kontak dengan makanan dan pengemas, kualitas air dan es, pencegahan kontaminasi silang kepada produk, bahan pengemas produk,
dan permukaan yang kontak dengan makanan, pengawasan bahan kimia, bahan tambahan makanan, pembersih dan bahan beracun, pengawasan terhadap pest dan
pengawasan terhadap tindakan dan kondisi kesehatan karyawan.
2.6 Pembinaan Sistem Manajemen Mutu Hasil Perikanan
Undang-undang No 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang- undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan menyatakan bahwa pemerintah
pusat dan pemerintah daerah membina dan memfasilitasi pengembangan usaha perikanan agar memenuhi standar mutu hasil perikanan. Lebih lanjut dijelaskan
dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.01MEN2002 tentang Sistem Manajemen Mutu Terpadu Hasil Perikanan bahwa pembinaan
18 penerapan sistem manajemen mutu hasil perikanan dimaksudkan untuk menjamin
mutu dan keamanan hasil perikanan, mendorong pengembangan usaha di bidang perikanan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap hasil
perikanan yang memenuhi persyaratan mutu dan keamanan hasil perikanan, mewujudkan kepatuhan setiap orang yang memproduksi, mengedarkan dan atau
memperdagangkan hasil perikanan, meningkatkan pemahaman dan kesadaran konsumen terhadap pentingnya mutu dan keamanan hasil perikanan.
Pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah dalam penerapan sistem manajemen mutu hasil perikanan meliputi kegiatan pengembangan sumber daya
manusia dan kegiatan yang menangani usaha perikanan melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan, peningkatan peran serta masyarakat dan kegiatan
penyuluhan tentang mutu hasil perikanan, peningkatan peran serta asosiasi dan organisasi profesi dalam peningkatan mutu hasil perikanan, peningkatan
penganekaragaman hasil perikanan, peningkatan kegiatan penelitian dan atau pengembangan ilmu dan teknologi dalam peningkatan mutu hasil perikanan,
penyebarluasan peraturan perundang-undangan dan pengetahuan tentang mutu hasil perikanan dan peningkatan kesadaran masyarakat mengenai peraturan
perundang-undangan di bidang mutu hasil perikanan.
2.7 Pengawasan Sistem Manajemen Mutu Hasil Perikanan
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.01MEN2002 tentang Sistem Manajemen Mutu Terpadu Hasil Perikanan menyatakan bahwa
pengawasan sistem manajemen mutu hasil perikanan dilakukan oleh pengawas mutu hasil perikanan. Pengawas mutu hasil perikanan dalam melakukan
pengawasan berwenang untuk: a. Memasuki setiap tempat yang digunakan untuk kegiatan atau proses produksi,
penyimpanan, pengangkutan dan atau perdagangan hasil perikanan untuk memeriksa, meneliti dan mengambil contoh dan segala sesuatu yang
digunakan atau diduga digunakan dalam kegiatan produksi, penyimpanan, pengangkutan dan atau perdagangan hasil perikanan.
19 b. Meminta informasi dalam bentuk apapun yang diperlukan baik berbentuk
tulisan, gambar, foto, film, video, rekaman suara atau bentuk lainnya yang berkaitan dengan pemeriksaan.
c. Menghentikan, memeriksa dan mencegah setiap sarana angkutan yang diduga atau patut diduga digunakan dalam pengangkutan hasil perikanan serta
memeriksa contoh hasil perikanan. d. Membuka dan meneliti setiap kemasan hasil perikanan.
e. Memeriksa setiap buku, dokumen atau catatan lain yang memuat atau diduga memuat keterangan mengenai kegiatan atau proses produksi, penyimpanan,
pengangkutan dan
atau perdagangan
hasil perikanan,
termasuk menggandakan atau mengutip keterangan tersebut.
f. Menahan segala sesuatu, termasuk buku, dokumen, catatan, bahan pengemas, label atau bahan pembuat label, bahan untuk iklan, yang diduga atau patut
diduga berkaitan dengan pelanggaran. g. Memerintahkan untuk memperlihatkan izin usaha dan atau dokumen lain
yang dipandang perlu. h. Menandai, mengamankan, menimbang, menghitung atau mengukur hasil
perikanan atau peralatan yang digunakan untuk kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan dan perdagangan hasil perikanan yang tidak
memenuhi atau diduga tidak memenuhi ketentuan yang ditetapkan. i.
Mengirim contoh yang diambil pada waktu pemeriksaan untuk dilakukan pengujian di laboratorium.
j. Melakukan pengujian contoh dan monitoring sanitasi unit pengolahan.
2.8 Teori Komunikasi Inovasi