31 Hal ini juga menunjukkan bahwa pemberian pupuk slow release dapat
meningkatkan pertumbuhan tanaman kelapa sawit dan tidak berbeda dengan penggunaan pupuk standar kecuali pada perlakuan P1 sedangkan dosis pupuk
slow release lebih rendah dari pada pupuk standar Tabel 8 dan Gambar 4.
Panjang pelepah tanaman kelapa sawit pada umur tanam yang sama sangat beragam dan juga dipengaruhi oleh faktor genetik dari kelapa sawit itu sendiri.
Luas daun kelapa sawit juga sangat dipengaruhi oleh panjang pelepah, jumlah daun, panjang daun dan lebar daun. Pengamatan kedua parameter pertumbuhan
tersebut secara umum hanya bertujuan untuk mengetahui tingkat perkembangan tanaman kelapa sawit evaluasi pemupukan yang dilakukan setiap satu semester.
4.4. Pengaruh Pupuk Slow Release dan Terak Baja Terhadap Produksi
Tanaman Kelapa Sawit
Hasil analisis sidik ragam pada Tabel Lampiran menunjukkan bahwa perlakuan pupuk slow release sangat nyata
α=0.01 mempengaruhi bobot janjang rata-rata BJR dan tidak ada interaksi antara pupuk slow release dan terak baja
terhadap BJR kelapa sawit. Hasil uji lanjut BJR serta rata-rata jumlah tandan dan produksi kelapa sawit tersaji pada Tabel 9.
Tabel 9. Jumlah Tandan, BJR dan Produksi Kelapa Sawit
PERLAKUAN Produksi Kelapa Sawit
jlh. Tandan semester I
jlh. tandan semester II
BJR kg
Produksi tonhathn
Standar P0 150
216 4.43c
14.5 Pupuk Slow Release
P1 149 181
4.81b 14.2
P2 149 182
5.03a 14.9
P3 153 183
5.02a 15.1
P4 154 180
5.03a 15.0
P5 146 187
5.05a 15.0
Terak Baja T T0 153
184 4.92
14.8 T1 148
187 4.95
14.8
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5.
32 Produksi kelapa sawit yang tinggi merupakan tujuan akhir dari tindakan
agronomis, mulai dari pemeliharaan sampai dengan pemupukan yang dilakukan dalam budidaya kelapa sawit. Variabel produksi yang diamati untuk mengetahui
produktivitas kelapa sawit meliputi jumlah tandan, bobot janjang rata-rata BJR dan produksi. Jumlah tandan dan BJR kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh faktor
iklim curah hujan, lama penyinaran matahari, dan suhu dan kecukupan hara pada saat proses inisiasi.
Jika dilihat dari hasil percobaan seperti yang tertera pada Tabel 9, rata- rata jumlah tandan kelapa sawit perlakuan pupuk slow release maupun terak baja
pada semester I dan semester II lebih rendah daripada perlakuan standar, tetapi secara statistik pengaruh pupuk slow release maupun terak baja tidak berbeda
dengan pupuk standar. Meskipun jumlah tandan kelapa sawit perlakuan pupuk slow release
lebih rendah daripada pupuk standar, tetapi menghasilkan BJR yang lebih tinggi. Perlakuan pupuk slow release sangat nyata meningkatkan BJR kelapa
sawit. Hal ini dapat dilihat pada dosis P1 16 set pupuk slow release BJR yang dihasilkan tanaman kelapa sawit lebih tinggi daripada pupuk standar seperti yang
tertera pada Gambar 5.
Gambar 5. Grafik BJR Kelapa Sawit Selama 1 Tahun Pengamatan
Rata-rata produksi kelapa sawit pada perlakuan pupuk slow release lebih tinggi daripada perlakuan pupuk standar kecuali pada perlakuan P1. Produksi
4.43 4.81
5.03 5.02
5.03 5.05
4 4.2
4.4 4.6
4.8 5
5.2
P0 P1
P2 P3
P4 P5
BJR kg
Perlakuan
33 kelapa sawit pada percobaan tersebut cukup tinggi untuk tanaman menghasilkan
satu tahun TM-1 pada tanah gambut yang hampir menyamai produksi tanaman kelapa sawit pada tanah mineral seperti yang dipublikasikan Pahan 2008 yaitu
sekitar 16 tonhatahun dengan umur tanaman yang sama. Berdasarkan produktivitas kelapa sawit, penggunaan pupuk slow release
dengan dosis 18 set menghasilkan produksi yang lebih besar dari produksi dengan menggunakan pupuk standar Tabel 9. Pada dosis tersebut jumlah N, P, K, Mg
dan Ca per tahun yang diberikan kepada tanaman berturut-turut adalah 180 gram, 30.46 gram, 153.27 gram, 23.37 gram dan 7.45 gram. Dosis tersebut jauh lebih
rendah dengan penggunaan pupuk standar per tahun yaitu 460 gram N, 121.6 gram P dan 420 gram K. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pupuk slow
release jauh lebih efektif daripada penggunaan pupuk konvensional pupuk
standar. Selanjutnya, pemberian terak baja juga diduga dapat memperbaiki kondisi lingkungan yang meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman.
34
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan