Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

Universitas Sumatera Utara Pegawai orangtua. 2. Memiliki teman-teman yang menjerumuskan ke dalam seks bebas. 3. Media sosial dan media massa yang banyak memberikan gambaran mengenai seks bebas. budaya barat yang menganggap bahwa seks bebas merupakan sebuah trend. 2. Diah 22 Mahasiswa Tidak wajar, karena seks bebas merupakan perbuatan yang merugikan dan tidak baik untuk dilakukan. 1. Kurangnya perhatian dari orangtua. 2. Lingkungan pertemanan yang tidak baik. Masuknya budaya barat ke masyarakat Kota Medan. 3. Yani 22 Wiraswasta Wajar, karena berhubungan seks bertujuan untuk menunjukkan rasa cinta kepada pasangan, dan juga merupakan bagian dari nafsu yang harus dipenuhi. Terjebak di dalam lingkungan pertemanan yang salah, dimana mengikuti budaya barat adalah suatu trend dan gaya hidup.

4.2. Pembahasan

Adapun pembahasan atas hasil-hasil penelitian di atas adalah sebagai berikut:

1. Pandangan Masyarakat terhadap Seks Bebas

Persepsi budaya muncul karena setiap penilaian dan pemilihan seseorang terhadap orang lain diukur berdasarkan pernyataan budayanya sendiri. Melalu Universitas Sumatera Utara persepsi, peserta komunikasi akan memilih apa-apa yang diterima atau yang menolaknya. Persepsi yang sama akan memudahkan peserta komunikasi yang diharapkan Mulyana, dalam Lubis, 2012 : 61. Dalam persepsi budaya, terdapat tiga elemen pokok dari persepsi budaya yang memiliki pengaruh besar dan langsung terhadap individu-individu peserta komunikasi antarbudaya, ketiganya ialah pandangan dunia world view, sistem lambang, dan organisasi sosial. Pertama, pandangan dunia world view merupakan suatu cara pandang kita terhadap nilai-nilai budaya orang lain, dimana budaya setiap suku maupun negara tentu tidaklah sama. Dengan memahami budaya orang lain, tentu kita akan lebih mudah untuk terbuka dengan budaya tersebut. Ketika kita berusaha untuk memahami budaya orang lain, kita cenderung melupakan budaya yang ada pada diri kita sendiri. Hal inilah yang menyebabkan seks bebas menjadi suatu hal yang menjadi permasalahan di Kota Medan saat ini. Masuknya budaya barat di zaman globalisasi saat ini, ternyata membawa dampak yang tidak selamanya baik bagi masyarakat Kota Medan sendiri. Dengan adanya berbagai macam budaya yang jelas berbeda dengan budaya timur yang telah dianut oleh masyarakat Kota Medan, hal ini menyebabkan seringkali terjadi timpang tindih dalam memposisikan diri mengenai budaya mana yang layak dipergunakan dan tidak layak. Pada dasarnya semua budaya adalah baik, bagi masyarakat penganut budaya tersebut. Namun dalam hal ini, budaya barat bukanlah budaya yang cocok untuk masyarakat Kota Medan karena banyak nilai- nilai dari budaya barat yang bertentangan dengan budaya timur. Dalam hal ini, peneliti mengambil contoh budaya barat yang cukup meresahkan di Kota Medan adalah seks bebas yang saat sudah bukanlah menjadi hal baru ataupun sesuatu yang asing untuk dilakukan. Jika dahulu, sebelum masuknya budaya barat ke masyarakat Kota Medan, para pelaku seks bebas tidak dapat melakukan seks bebas secara terbuka dan tentu saja akan menciptakan aib. Terlebih lagi apabila mereka mengalami kehamilan di luar nikah. Untuk beberapa suku ataupun masyarakat yang masih menganut nilai-nilai moral kebudayaannya, ketika mereka menemukan orang-orang ataupun remaja yang belum cukup umur Universitas Sumatera Utara telah melakukan hubungan seks di luar nikah, maka keputusan yang mereka ambil adalah dengan menikahkan keduanya agar tidak terjadi zina yang berkelanjutan ataupun sesuatu yang dapat merusak dirinya sendiri maupun orang lain. Namun, saat ini seks bebas sudah dapat dilakukan oleh siapa saja dan dengan siapa saja tanpa harus menanggung konsekuensi dari perbuatan mereka. Pandangan ataupun persepsi masyarakat terhadap para remaja pelaku seks bebas dan juga remaja yang mengalami kehamilan di luar nikah umumnya beragam. Ada yang menerima hal tersebut dan menganggapnya sesuatu yang wajar, namun ada pula masyarakat yang menganggap bahwa melakukan hubungan seks di luar pernikahan adalah sesuatu hal yang tidak wajar untuk dilakukan karena bertentangan dengan nilai, norma, dan kebudayaan bangsa Timur. Hal tersebut dijelaskan oleh 11 informan peneliti yang terdiri dari 2 orang pemuka agama yakni Ustad Nayan dan Ustad Ahmad, diikuti pernyataan oleh 2 orang Psikolog yakni Ibu Safira dan Ibu Nela, kemudian diikuti oleh pernyataan 2 orang akademisi yakni Ibu Nurbani dan Ibu Sari, serta pernyataan dari 5 informan peneliti yang berasal dari kalangan remaja baik itu pelajar maupun mahasiswa, yakni Ramzi, Dea, Zakki, Prili dan Dito. Kesebelas informan peneliti mengatakan bahwa melakukan hubungan seksual sebelum menikah merupakan sesuatu hal yang tidak wajar dilakukan. Begitu pun, terdapat 1 dari 3 informan tambahan peneliti yang sependapat dengan kesepuluh informan di atas, bahwa melakukan hubungan seks sebelum menikah merupakan sesuatu hal yang tidak boleh dan tidak wajar untuk dilakukan. Persepsi Pak Nayan dengan Pak Ahmad mengenai seks bebas adalah sama-sama berpendapat bahwa seks bebas bukanlah hal yang wajar untuk dilakukan, karena telah melanggar nilai agama dan juga budaya timur yang dianut oleh masyarakat Kota Medan. Mereka berpendapat bahwa seks bebas saat ini sudah cukup banyak dilakukan oleh siapa saja, termasuk para remaja. Seks bebas sendiri bermula dari pengontrolan nafsu yang tidak bisa dikendalikan oleh para remaja. Sebagai contoh dari seks bebas adalah ketika sepasang kekasih sedang berduaan, mereka seringkali melampiaskan nafsunya dengan berbagai cara, baik dengan cara yang masih dalam kadar seks kecil maupun melakukan hubungan Universitas Sumatera Utara seks. Menurut Pak Nayan dan Pak Ahmad, banyak remaja yang saat ini lebih mengutamakan nafsu mereka daripada mengingat dosa akan perbuatan mereka, karena pada dasarnya semua agama mengajarkan hal baik, seperti tidak melakukan hubungan seks di luar nikah. Bu Safira dan Bu Nela juga mengutarakan pendapat yang sama dengan Pak Nayan dan Pak Ahmad. Bu Nela sendiri mengatakan bahwa seks bebas yang sedang terjadi di kalangan masyarakat, khususnya remaja pada saat ini tetaplah suatu hal yang seharusnya tidak dilakukan. Baginya, meskipun sudah banyak masyarakat yang menganggap bahwa seks bebas ini boleh dilakukan, namun ia tetap berpegang teguh pada ajaran-ajaran agama dan budaya yang ia miliki saat ini. Ia dengan tegas mengatakan bahwa seks bebas tidak wajar untuk dilakukan dan harus dihentikan. Berbeda dengan bu Safira yang sebenarnya juga mengatakan bahwa seks bebas tidak wajar untuk dilakukan, namun ia merasa bahwa sudah banyak masyarakat yang menganggap seks bebas sah-sah saja untuk dilakukan, sehingga ia tidak terlalu mengambil pusing dengan persepsi orang lain yang menyetujui seks bebas tersebut. Baginya, semua itu merupakan urusan masing-masing setiap orang apakah tetap ingin melakukan seks bebas atau tidak. Meskipun terdapat perbedaan diantara keduanya, namun keduanya menegaskan bahwa seks bebas bukanlah hal yang patut untuk dilakukan, karena telah melanggar nilai agama dan juga budaya, serta dapat merusak kesehatan para pelaku seks bebas. Menurut mereka, saat ini para remaja yang melakukan hubungan seks di luar nikah telah menjadikan hubungan seks tersebut sebagai kadar kesetiaan terhadap pasangan dan juga kebutuhan yang harus dipenuhi. Sehingga tidak jarang bahwa seks menjadi suatu pelengkap bagi hubungan mereka sendiri. Menurut mereka, seks bebas di Kota Medan saat ini belumlah sebanding dengan seks bebas yang ada di kota lainnya di Pulau Jawa. Menurut mereka, seks bebas yang terjadi di beberapa kota yang ada di Pulau Jawa lebih bebas daripada yang ada di Kota Medan. Selanjutnya, Bu Sari dan Bu Nurbani juga mengatakan hal yang sama dengan keempat informan di atas, bahwa seks bebas bukanlah hal yang wajar untuk dilakukan. Bagi keduanya, saat ini seks bebas sudah menjadi salah satu Universitas Sumatera Utara trend di kalangan para remaja, sehingga tidak malu bagi mereka untuk melakukan hubungan seks di luar nikah, bahkan menjadi suatu kebutuhan untuk menunjukkan eksistensi di lingkungan pertemanan. Hal ini dikarenakan para remaja yang tidak memilih-milih hal baik dan buruk yang sesuai dan tidak sesuai dari budaya barat yang saat ini sedang masuk ke budaya timur, lebih tepatnya ke masyarakat Kota Medan. Mereka mengatakan bahwa peran orangtua disini sangat penting, untuk menciptakan para remaja yang berbudaya dan bermoral. Menurut mereka, maraknya seks bebas saat ini juga dikarenakan kurangnya penanaman moral dan budaya kepada setiap anak. Meskipun saat ini mereka berdua menyadari bahwa seks bebas sudah banyak dilakukan oleh para remaja dan dianggap sebagai hal yang lumrah untuk dilakukan, namun bagi kedua ibu ini mengatakan bahwa seks bebas tidak wajar dan tidak boleh untuk dilakukan karena dapat merusak diri sendiri serta orang lain, dan juga telah melanggar nilai agama dan juga budaya. Dari pendapat keenam informan ahli dalam penelitian ini telah mengatakan bahwa seks bebas bukanlah hal yang wajar untuk dilakukan dan masih dianggap tabu, meskipun mereka menyadari bahwa seks bebas saat ini sudah marak terjadi di masyarakat, terutama di Kota Medan. Keenam informan peneliti mengatakan bahwa seks bebas adalah suatu hal yang tidak wajar dilakukan karena mereka merasa bahwa pergeseran budaya terjadi pada saat dewasa ini, hal ini jelas berbeda dengan zaman ketika mereka masih remaja dulu, dimana seks bebas masih dianggap sangat tabu oleh masyarakat dan juga tidak sebanyak saat ini dilakukan oleh para remaja. Lalu, bagaimana dengan pendapat para remaja yang saat ini telah dianggap sebagai generasi yang hidup di dalam trend seks bebas? Ramzi adalah seorang remaja yang saat ini masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, ia merupakan informan peneliti yang menyatakan bahwa melakukan hubungan seks sebelum menikah merupakan sesuatu hal yang tidak wajar untuk dilakukan, karena telah melanggar nilai agama yang dianut oleh agama yang ia anut, maupun agama lainnya. Ramzi menyadari bahwa saat ini seks bebas sudah banyak dilakukan oleh teman-teman seusianya, bahkan mereka Universitas Sumatera Utara juga sudah akrab dengan hubungan seks, namun bagi Ramzi sendiri, melakukan hubungan seks adalah suatu hal yang masih ia anggap tabu untuk dilakukan. Meskipun banyak teman-temannya yang sudah akrab dengan seks bebas, namun masih ada beberapa temannya yang juga berpendapat sama dengannya mengenai seks bebas saat ini. Menurutnya, seks bebas yang terjadi di kalangan remaja saat ini dapat merusak akal dan pikiran serta merusak diri mereka sendiri. Seks bebas juga dianggapnya sangat merugikan, sehingga wajar jika Ramzi menganggap bahwa seks bebas tidak wajar untuk dilakukan. Dea yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama juga mengatakan hal yang sama dengan Ramzi, ia mengatakan bahwa seks bebas juga bukanlah hal yang wajar dan pantas untuk dilakukan. Dea juga merasa bahwa seks bebas saat ini bukanlah suatu hal yang harus ditutupi ketika akan melakukannya, dengan kata lain tidak apa-apa jika ada orang lain yang mengetahui selama bukanlah menjadi suatu permasalahan bagi mereka. Namun, Dea tetap menegaskan bahwa seks bebas bukanlah hal yang pantas untuk dilakukan. Meskipun begitu, Dea tidak lantas bersikap membenci para pelaku seks bebas, ia hanya berpegang teguh pada prinsip dan persepsinya, namun tidak melarang apabila ada yang melakukan hubungan seks di luar nikah. Baginya, itu sudah menjadi urusan masing-masing setiap orang. Pendapat yang sama juga diutarakan oleh Zakki, seorang mahasiswa yang juga mengatakan bahwa melakukan seks bebas di luar nikah adalah sesuatu hal yang tidak wajar dan tidak pantas untuk dilakukan. Menurutnya, seks bebas telah melanggar nilai agama dan juga budaya yang ada. Ia merasa bahwa saat ini seks bebas sudah banyak terjadi di kalangan masyarakat, khusunya remaja. Para pelaku seks bebas seperti sudah mengesampingkan nilai-nilai agama dan budaya mereka, dan lebih mengandalkan nafsu semata. Zakki juga berpendapat bahwa para remaja yang melakukan seks bebas selalu mengutamakan nafsu mereka dan selalu melakukan hubungan seks di setiap ada kesempatan. Kurangnya keimanan dan juga kesadaran setiap remaja dalam agama dan nilai budaya, menyebabkan mereka mudah saja untuk melakukan hubungan seks tersebut, sehingga menjadi suatu kebiasaan bagi mereka sendiri. Universitas Sumatera Utara Dari ketiga informan remaja di atas, peneliti menyimpulkan, mereka berpendapat bahwa melakukan hubungan seks di luar nikah merupakan sesuatu hal yang tidak wajar dilakukan dan masih bersifat tabu. Bagi mereka sendiri, seks bebas merupakan suatu hal yang tabu dilakukan karena telah melanggar nilai- nilai budaya serta nilai agama. Oleh karena itu, mereka mencoba untuk menjauhi dan tidak melakukan seks bebas meskipun beberapa remaja seusia mereka menganggap bahwa seks bebas adalah hal yang biasa dilakukan. Selanjutnya, Prili, Andra, dan Dito sebagai para remaja yang melakukan hubungan seks di luar nikah juga menyatakan bahwa melakukan hubungan seks di luar nikah adalah sesuatu hal yang tidak wajar. Bagi Prili sendiri, ia mengatakan bahwa seks bebas tidaklah pantas untuk dilakukan dan tidak wajar, karena dapat merugikan diri sendiri, terutama bagi remaja perempuan. Namun, ia melihat bahwa seks bebas saat ini sudah sering dilakukan oleh para remaja dan menjadi sebuah trend di kalangan remaja. Oleh karena itu, ketika melakukan hubungan seks di luar nikah, hal tersebut bukanlah menjadi sesuatu yang tabu lagi, meskipun ia menyadari bahwa hal tersebut tidaklah wajar untuk dilakukan. Berbeda dengan Andra yang mengatakan bahwa melakukan seks bebas merupakan hal yang wajar saja, apabila tidak mengalami kehamilan. Meskipun begitu, ia menyadari bahwa seks bebas telah melanggar nilai-nilai budaya timur, meskipun ia merupakan salah satu pelaku seks bebas. Baginya, saat ini seks bebas sudah menjadi suatu hal yang biasa dilakukan. Sedangkan Dito, mengatakan hal yang sama dengan Prili. Ia mengatakan bahwa melakukan hubungan seks sebelum menikah merupakan sesuatu hal yang tidak wajar untuk dilakukan. Meskipun begitu, ia melihat bahwa maraknya seks bebas saat ini sudah biasa terjadi oleh para remaja sekalipun. Ia sendiri mengatakan bahwa tidak sedikit lagi para remaja yang terjebak ke dalam dunia seks bebas, bahkan di lingkungan pertemanannya sendiri. Walaupun Dito merupakan salah satu pelaku seks bebas, ia menyadari bahwa seks bebas bukanlah hal yang patut untuk dilakukan. Dari ketiga informan pelaku seks bebas tersebut, peneliti menemukan bahwa dua diantara mereka menyadari jika melakukan hubungan seks di luar nikah bukanlah hal yang wajar dilakukan meskipun mereka merasa di beberapa Universitas Sumatera Utara masyarakat, seks bebas bukanlah hal yang tabu lagi. Namun, bagi mereka sendiri, hubungan seks yang mereka lakukan masih menjadi suatu hal yang tabu, yang tidak layak diketahui oleh banyak orang, dengan kata lain, mereka masih menjaga nama baik serta image mereka di depan banyak orang. Mereka tidak ingin di cap sebagai pelaku seks bebas ataupun maniak seks bebas, dan saat ini mereka sudah mulai meninggalkan kebiasaan melakukan hubungan seks di luar nikah tersebut secara perlahan dan berkala. Informan peneliti yang bernama Diah, juga mengatakan bahwa seks bebas bukanlah hal yang wajar untuk dilakukan meskipun ia sendiri adalah pelaku seks bebas yang telah mengalami kehamilan di luar nikah. Diah mengatakan bahwa ia sudah melakukan hubungan seks di luar nikah ketika ia masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, dan ia juga sudah menyadari bahwa apa yang ia lakukan salah serta melanggar nilai budaya dan agamanya. Oleh karena itu, ketika Diah mengalami kehamilan di luar nikah, ia tidak pernah lagi melakukan hubungan seks di luar nikah, karena ia menyadari akibat dari perbuatan tersebut. Hal ini berbeda dengan pendapat yang dinyatakan oleh Wita. Meskipun Wita menyadari bahwa seks bebas bukanlah hal yang wajar untuk dilakukan, namun sampai saat ini ia masih melakukan hubungan seks bebas, bahkan ketika ia sudah merasakan kehamilan di luar nikah. Bagi Wita, ia tidak bisa melepaskan kebiasaan melakukan hubungan seks di luar nikah tersebut. Oleh karena itu, Wita merasa bahwa melakukan hubungan seks bebas masih wajar untuk dilakukan. Pendapat yang sama juga diutarakan oleh Yani, yang juga merupakan remaja yang hamil di luar nikah karena seks bebas. Ia mengatakan bahwa melakukan hubungan seks di luar nikah adalah hal yang wajar saja dilakukan selama tidak mengalami akibat yang ditanggung. Baginya, melakukan hubungan seks sebelum menikah atau saat berpacaran merupakan suatu bentuk apresiasi untuk menunjukkan perasaan cinta kepada pasangan masing-masing, sehingga wajar- wajar saja apabila dilakukan. Dari kedua belas informan yang dipilih oleh peneliti yang terdiri dari tokoh masyarakat, psikolog, guru dan dosen, serta remaja yang melakukan seks bebas ataupun tidak melakukan, di dapati bahwa sebelas informan mengatakan Universitas Sumatera Utara bahwa melakukan hubungan seks di luar nikah atau biasa disebut dengan seks bebas, merupakan sesuatu hal yang tidak wajar dilakukan dan masih dianggap tabu. Oleh karena itu, bagi mereka yang melakukan hubungan seks di luar nikah dianggap telah melanggar nilai-nilai kebudayaan bangsa timur dan juga nilai-nilai agama. Mereka menyadari bahwa bagi sebagian besar masyarakat, terutama dalam hal ini adalah remaja, seks bebas sudah biasa dilakukan, namun tetap bersifat tabu dan tidak dapat dilakukan secara terang-terangan seperti yang dilakukan oleh masyarakat yang menganut budaya barat. Kemudian, dari ketiga informan tambahan peneliti, satu dari dua informan menyatakan bahwa seks bebas juga merupakan sesuatu hal yang tidak wajar untuk dilakukan karena telah melanggar nilai budaya dan agama. Namun, dua dari informan tambahan peneliti menyatakan bahwa melakukan hubungan seks di luar nikah adalah suatu hal yang wajar untuk dilakukan. Dengan demikian, peneliti mengambil kesimpulan bahwa seks bebas merupakan suatu hal yang tidak wajar untuk dilakukan dan masih bersifat tabu di masyarakat Kota Medan.

2. Faktor Penyebab Terjadinya Seks Bebas pada Remaja

Dalam persepsi budaya di komunikasi antarbudaya, terdapat 3 elemen pokok yang dapat mempengaruhi individu-individu dalam komunikasi antarbudaya, yang pertama adalah pandangan dunia world view. World view sendiri memiliki tiga bagian, yang terdiri dari agama dan sistem kepercayaan, nilai, serta perilaku. Dari ketiga bagian di atas, telah dibahas oleh peneliti pada point sebelumnya, yang dapat disimpulkan bahwa seks bebas merupakan budaya barat yang tidak sesuai dengan budaya timur, dimana menurut pandangan budaya timur dari sisi agama dan kepercayaan telah melanggar aturan agama yang ada di bangsa timur. Begitu pula dengan nilai-nilai yang dianut oleh bangsa timur, jelas bertentangan dengan adanya seks bebas. Kemudian, perilaku bangsa timur yang dikenal ramah dan juga memiliki sopan santun serta bertata karma, juga berbeda dengan perilaku seks bebas yang terkesan tidak memiliki sopan santun dan juga tidak paham akan norma-norma yang berlaku di budaya timur sendiri. Universitas Sumatera Utara Faktor penyebab terjadinya seks bebas pada remaja di Kota Medan pun beragam dengan berbagai faktor serta alasan. Namun, dari kelima belas informan yang diteliti oleh peneliti, menyatakan bahwa masuknya pengaruh budaya barat ke masyarakat Kota Medan yang dominan adalah masyarakat yang meganut budaya timur, menjadi penyebab utama dalam terjadinya penyimpangan kebudayaan di Kota Medan, khususnya dalam hal seks bebas. Hal ini disimpulkan dari kesepuluh informan peneliti yang menyatakan bahwa seks bebas terjadi karena adanya percampuran budaya barat ke budaya timur. Selebihnya, kelima informan peneliti mengatakan hal yang sama, hanya saja mereka lebih menekankan kurangnya peran keluarga dalam menanamkan nilai-nilai budaya dan moral kepada anak-anaknya. Pak Nayan dan Pak Supri, selaku tokoh masyarakat mengatakan bahwa mereka menilai seks bebas yang saat ini marak terjadi adalah karena masuknya pengaruh budaya barat ke masyarakat Kota Medan. Dalam hal ini, peran keluarga tentunya sangat dibutuhkan untuk lebih menanamkan nilai-nilai agama yang dianut, agar mereka tidak sampai melakukan perbuatan menyimpang seperti seks bebas. Nyatanya, saat ini banyak para remaja yang melakukan hubungan seks di luar nikah, hal ini dikarenakan kurangnya keimanan dan rasa takut yang mereka miliki kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga dapat disimpulkan bahwa rasa kedekatan antara mereka dengan Tuhan sangatlah jauh, sehingga mereka dapat berbuat hal yang buruk. Oleh karena itu, kedua tokoh masyarakat ini selalu mendekatkan diri kepada anak-anaknya dan juga selalu menanamkan nilai-nilai agama dan moral yang baik kepada anak-anak mereka. Selanjutnya, kedua psikolog informan, yaitu Bu Safira dan Bu Nela juga mengatakan hal yang sama, dimana penyebab utama terjadinya seks bebas adalah karena pengaruh budaya barat di zaman globalisasi saat ini. Masa remaja merupakan masa yang rentan bagi seseorang dalam mengikuti perkembangan zaman yang selalu berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Ada banyak hal baik dan hal buruk yang akan berkembang di masyarakat pada saat ini. Oleh karena itu, dibutuhkan peran keluarga untuk selalu memberikan rasa aman dan nyaman kepada seorang remaja, agar mereka tidak melakukan perbuatan- Universitas Sumatera Utara perbuatan menyimpang. Selain itu, penanaman nilai moral dan budaya juga harus ditanamkan kepada setiap anak di dalam keluarga. Keluarga yang tidak harmonis ataupun tidak saling menjaga satu sama lain, dapat menyebabkan seorang anak dapat dengan mudah terkontaminasi dengan pengaruh hal buruk, seperti dalam hal ini seks bebas. Hal yang serupa juga diutarakan oleh kedua akademisi, yaitu Bu Sari dan Bu Nurbani, yang menyatakan bahwa faktor utama terjadinya seks bebas adalah karena pengaruh budaya barat, yang tidak dapat disaring oleh beberapa masyarakat Kota Medan, sehingga mereka tidak dapat menentukan hal yang baik dan hal yang buruk. Kemudian, penyebab tersebut didorong pula oleh faktor keluarga yang tidak mem-back up anak-anak remaja mereka, sehingga mudah saja bagi anak-anaknya untuk melakukan hubungan seks bebas. Selanjutnya, ketiga informan remaja peneliti juga mengatakan hal yang sama, yaitu Ramzi, Dea, dan Zakki. Ramzi sendiri mengatakan bahwa pengaruh budaya saat ini cukup mempengaruhi perilaku seseorang dalam bertindak, dan ditambah pula dengan peran keluarga yang kurang untuk menjaga serta memberikan rasa aman bagi diri seorang remaja. Ramzi sendiri bukanlah berasal dari keluarga yang sangat harmonis, hubungannya dengan ayahnya sendiri tidak berjalan baik layaknya keluarga lainnya. Namun, hal tersebut lantas tidak dijadikannya alasan untuk dapat berbuat seenaknya, seperti melakukan seks bebas. Menyadari kedekatannya dengan ayahnya tidak baik, ia pun lebih memilih mendekatkan diri dengan ibunya. Ibu Ramzi sendiri cukup berperan dalam memberikan penanaman nilai moral dan budaya serta agama kepada anak- anaknya. Oleh karena itu, ibunya selalu mendekatkan diri kepada anak-anaknya, agar mereka selalu merasa aman dan nyaman di dalam keluarga tersebut. Sehingga, dengan rasa nyaman tersebut dan juga bekal nilai-nilai agama dan budaya yang mereka miliki, tentu untuk melakukan seks bebas mereka akan berfikir berkali-kali. Dea dan Zakki sendiri berasal dari keluarga yang cukup harmonis dan saling menjaga satu sama lain. Mereka mengatakan bahwa sejak kecil, kedua orangtua mereka telah memberikan contoh yang baik kepada mereka dan juga Universitas Sumatera Utara sudah menanamkan nilai-nilai agama, budaya, dan juga hal-hal baik lainnya. Hal inilah yang membuat mereka merasa nyaman di dalam keluarganya masing- masing, serta dengan bekal yang ada, mereka dapat menentukan hal baik dan hal buruk yang dapat mereka lakukan. Selain itu, mereka juga selalu memilih-milih dalam hal pergaulan. Bagi mereka, pergaulan yang baik juga akan memberikan dampak yang baik bagi mereka, begitu pula sebaliknya. Selanjutnya, kedua informan peneliti yang melakukan seks bebas, Andra dan Dito mengatakan bahwa penyebab terjadinya seks bebas adalah karena pengaruh budaya barat dan juga didukung oleh pengaruh lingkungan dan pergaulan. Kedua informan peneliti memiliki keluarga yang cukup harmonis dan mereka mengatakan bahwa hubungan di dalam keluarga mereka cukup baik, namun lingkungan serta pergaulan mereka yang tidak mendukung bagi mereka sendiri untuk tidak mencoba melakukan hubungan seks di luar nikah. Andra mengatakan bahwa pada mulanya ia adalah seorang anak yang tidak pernah melakukan hubungan seks bebas, namun sejak ia memiliki pergaulan yang terdiri dari kalangan menengah atas, ia mulai penasaran dengan hal yang berbau seks bebas. Teman-temannya sudah mencoba berbagai hal, seperti pergi ke diskotik, sampai melakukan hubungan seks bebas. Hanya saja, saat ini teman-temannya sudah mengurangi perbuatan tersebut. Andra yang masih baru akan hal tersebut merasa penasaran dan mencoba seks bebas meskipun tidak ia lakukan sampai pada tahap yang cukup jauh. Begitu pun dengan Dito, ia mulai melakukan seks bebas karena faktor lingkungan tempat tinggalnya yang dimana para remaja seusianya sudah terbiasa dengan hal seperti itu. Hanya saja, saat ini Dito sudah tidak terlalu sering melakukan hubungan seks diluar nikah tersebut, karena saat ini Dito telah memiliki teman-teman lain yang tidak melakukan hubungan seks bebas. Untuk ketiga informan peneliti yang mengalami kehamilan di luar nikah karena seks bebas, mereka memiliki alasan yang sama ketika melakukan hubungan seks bebas tersebut, yaitu karena rasa penasaran. Wita yang berasal dari keluarga yang cukup harmonis, ternyata hal tersebut tidak cukup baginya untuk tidak melakukan perbuatan menyimpang. Ia terjebak di dalam pergaulan Universitas Sumatera Utara yang salah, sehingga mengajarkannya kepada hal yang salah pula. Keluarga Wita, meskipun selalu menjaga kedekatan diantara seluruh anggota keluarga, nyatanya tidak memiliki cukup banyak waktu untuk mengurus anak-anaknya. Kesibukan yang dimiliki oleh kedua orangtuanya, membuat Wita merasa kurang perhatian, sehingga ia banyak menghabiskan waktunya di luar dengan orang lain. Sedangkan Diah, memiliki keluarga yang tidak harmonis dan juga tidak memberikan kasih sayang yang selayaknya kepada Diah. Ia merupakan seorang anak angkat dan seringkali mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari ibu angkatnya. Ia merasa tidak ada kedekatan antara ia dengan ibunya, sehingga ia merasa tidak nyaman, dan lebih baik jika ia mencari kebahagiaan lainnya di luar. Hampir sama dengan Yani, ia pun memiliki orangtua yang sudah bercerai, meskipun hubungan antara Yani dengan ayah dan ibunya masih berjalan baik, namun ia tetap merasa kurang dengan keadaan keluarganya saat ini. oleh karena itu, ia juga terjebak dengan lingkungan pertemanan yang pada akhirnya menjerumuskannya ke dalam gaya hidup yang tidak baik. Faktor-faktor penyebab seorang remaja melakukan seks bebas cukup beragam, namun 13 dari 15 informan peneliti menyatakan dengan tegas bahwa penyebab utama adalah karena percampuran budaya barat yang masuk ke masyarakat Kota Medan. Masyarakat Kota Medan yang pada dasarnya menganut budaya timur, ketika masuk ke masa globalisasi saat ini, tidak semua masyarakat mampu memilih hal baik dan yang cocok dari budaya barat dengan budaya timur, yaitu budaya yang dianutnya sendiri. Kemudian, kedua informan lainnya mengatakan bahwa penyebab terjadinya seks bebas ialah karena terlalu mengikuti pergaulan yang ada, dimana saat ini seks bebas sudah menjadi sebuah trend. Oleh karena itu, peneliti menyimpulkan bahwa penyebab utama dari pelanggaran budaya dalam hal seks bebas di Kota Medan adalah karena percampuran budaya barat yang masuk ke masyarakat Kota Medan, dan tidak disaring oleh sebagian masyarakat Kota Medan, khususnya para remaja. Bahkan seks bebas dianggap telah menjadi sebuah trend di kalangan mereka. Selain itu, faktor yang mendukung terjadi seks bebas adalah peran orangtua dan keluarga yang tidak memberikan pendidikan dan penanaman moral serta nilai kebudayaan kepada Universitas Sumatera Utara anak-anaknya secara mendalam, sehingga bekal pendidikan budaya yang mereka miliki masih kurang dalam menghadapi zaman globalisasi saat ini. Universitas Sumatera Utara BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Dari hasil penelitian mengenai persepsi masyarakat terhadap seks bebas dan remaja hamil di luar nikah di Kota Medan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan total keseluruhan informan, disimpulkan bahwa 13 informan menyatakan seks bebas adalah hal yang tidak wajar dilakukan di Kota Medan, meskipun saat ini seks bebas sudah banyak dilakukan oleh para remaja. Hal ini menyatakan bahwa seks bebas, masih menjadi suatu hal yang tabu untuk dilakukan karena seks bebas tidaklah mencerminkan sifat budaya timur, melainkan sudah menjadi suatu budaya yang berasal dari budaya barat. 2. Berdasarkan 15 informan, peneliti menyimpulkan bahwa 13 informan menyatakan faktor utama penyebab terjadinya seks bebas adalah karena adanya percampuran budaya barat yang masuk dan mempengaruhi masyrakat Kota Medan. Selain itu, terdapat faktor lainnya yang mendukung terjadinya seks bebas, yaitu kurangnya peran orangtua dalam mengayomi anak-anaknya, sehingga mereka mudah terjebak dalam pergaulan yang salah dan mengikutin trend seks bebas dan gaya hidup budaya barat. Universitas Sumatera Utara 5.2. Saran 1. Persepsi masyarakat yang menyatakan bahwa seks bebas tidaklah wajar dilakukan dan masih dianggap tabu, sebaiknya harus tetap dibudayakan agar untuk generasi selanjutnya seks bebas tidak lagi merajelala seperti saat ini dan tidak membuat keresahan bagi masyarakat lainnya.

2. Peran keluarga sangat dibutuhkan dalam membimbing para remaja untuk

tetap mengarahkan mereka kepada hal yang baik, untuk tetap berpegang teguh kepada nilai-nilai budaya dan agama agar tidak terjerumus ke dalam pergaulan bebas dan seks bebas. Sebaiknya para orangtua tetap menjalin komunikasi yang baik dengan anak, agar para remaja dapat diawasi dalam perkembangannya, baik pergaulan maupun tingkah lakunya.

5.3. Implikasi Teoritis

Dokumen yang terkait

Kontrol Sosial Masyarakat Terhadap Seks Bebas Sebagai Gaya Hidup Remaja

4 69 85

KECEMASAN PADA REMAJA HAMIL DI LUAR NIKAH Kecemasan Pada Remaja Hamil di Luar Nikah.

0 0 16

PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG HAMIL DI LUAR NIKAH : Studi Kasus pada Dua Remaja yang Hamil Di Luar Nikah di Kota Bandung.

0 4 35

STUDI KASUS PENYESUAIAN DIRI DAN SOSIAL REMAJA HAMIL DILUAR NIKAH.

3 19 315

Persepsi Masyarakat Terhadap Seks Bebas dan Remaja Hamil Diluar Nikah (Studi Kasus Kualitatif Persepsi Masyarakat Terhadap Seks Bebas dan Remaja Hamil di Luar Nikah di Kota Medan)

0 0 15

Persepsi Masyarakat Terhadap Seks Bebas dan Remaja Hamil Diluar Nikah (Studi Kasus Kualitatif Persepsi Masyarakat Terhadap Seks Bebas dan Remaja Hamil di Luar Nikah di Kota Medan)

0 0 2

Persepsi Masyarakat Terhadap Seks Bebas dan Remaja Hamil Diluar Nikah (Studi Kasus Kualitatif Persepsi Masyarakat Terhadap Seks Bebas dan Remaja Hamil di Luar Nikah di Kota Medan)

0 0 11

Persepsi Masyarakat Terhadap Seks Bebas dan Remaja Hamil Diluar Nikah (Studi Kasus Kualitatif Persepsi Masyarakat Terhadap Seks Bebas dan Remaja Hamil di Luar Nikah di Kota Medan)

0 0 22

Persepsi Masyarakat Terhadap Seks Bebas dan Remaja Hamil Diluar Nikah (Studi Kasus Kualitatif Persepsi Masyarakat Terhadap Seks Bebas dan Remaja Hamil di Luar Nikah di Kota Medan)

0 0 2

Persepsi Masyarakat Terhadap Seks Bebas dan Remaja Hamil Diluar Nikah (Studi Kasus Kualitatif Persepsi Masyarakat Terhadap Seks Bebas dan Remaja Hamil di Luar Nikah di Kota Medan)

0 2 99