Universitas Sumatera Utara
memberitahu anggota-anggota barunya apa yang telah terjadi, apa yang penting dan apa yang harus diketahui seseorang sebagai anggota budaya.
Selain sekolah, peranan organisasi kemasyarakatan seperti Serikat Tolong Menolong STM, kelompok perkumpulan, maupun tempat kita bekerja, para
individu yang berbeda budaya mencoba untuk saling belajar dan memahami perbedaan-perbedaan yang terdapat pada masing-masing budayanya. Individu-
individu pada kebudayaan saling bergantung dan harus menyesuaikan diri ke dalam nilai-nilai dan norma-norma kelompok mereka. Sikap yang pertama adalah
dengan memelihara hubungan pada kelompok dan menyokong hubungan sosial kekeluargaan. Tujuannya yaitu mempertinggi esksistensi diri yang merupakan
kepentingan kedua pada kebudayaan itu Lubis, 2012 : 82.
2.2.4. Seks Bebas
Menurut Sarwono dalam Miron, 2006 perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya
maupun sesama jenis. Objek seksual biasa berupa orang lain, orang dalam khayalan, atau diri sendiri. Berdasarkan defenisi tersebut, dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual atau aktifitas fisik yang melibatkan tubuh untuk
mengekspresikan perasaan erotis atau afektif. Seks bebas adalah hubungan seksual yang dilakukan di luar ikatan
pernikahan, baik suka sama suka ataupun dalam dunia prostitusi. Seks bebas bukan hanya dilakukan oleh kaum remaja, bahkan yang telah berumah tangga pun
sering melakukannya dengan orang yang bukan pasangannya. Biasanya dilakukan dengan alasan mencari variasi seks ataupun sensasi seks untuk mengatasi
kejenuhan. Seks bebas merupakan suatu perilaku negatif yang terjadi pada remaja.
Pada dasarnya, seks bebas pada remaja terjadi tidaklah murni terjadi atas tindakan
diri mereka sendiri, namun ada faktor pendukung atau faktor yang mempengaruhi
dari luar. Menurut Ghifari dalam Kauma, 2002 faktor-faktor yang menjadi penyimpangan tersebut adalah :
Universitas Sumatera Utara
- Kualitas diri remaja itu sendiri, seperti perkembangan emosional yang
tidak sehat, mengalami hambatan dalam pergaulan sehat, kurang mendalami norma agama, dan ketidakmampuan dalam menggunakan
waktu luang. -
Kualitas keluarga yang tidak mendukung anak untuk berlaku baik, bahkan tidak mendapatkan kasih sayang dari orangtua dan pergeseran
norma keluarga dalam mengembangkan norma positif. -
Kualitas lingkungan yang kurang sehat, seperti lingkungan masyarakat yang mengalami kesenjangan komunikasi antar tetangga.
- Minimnya kualitas informasi yang masuk pada remaja sebagai akibat
globalisasi, akibatnya anak remaja sangat kesulitan atau jarang mendapatkan informasi sehat dalam seksualitas.
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Keluarga Kaiser dalam Dariyono, 2004, hal-hal yang mendorong remaja melakukan hubungan
seks di luar pernikahan adalah : 1.
Hubungan seks sebagai bentuk penyaluran kasih sayang yang salah dalam masa pacaran. Seringkali remaja memiliki pandangan yang salah bahwa
masa pacaran merupakan masa dimana seseorang boleh mencintai dan dicintai kekasihnya. Dalam hal ini, bentuk ungkapan rasa cinta dapat
dinyatakan dinyatakan dengan berbagai cara, misalnya pemberian hadiah, berpelukan, berciuman, bahkan melakukan hubungan seksual. Hal inilah
yang menyebabkan tindakan yang salah tersebut terjadi. 2.
Kehidupan iman yang rapuh, dalam keadaan apa saja orang yang taat beragama selalu dapat menempatkan diri dan mengendalikan diri agar
tidak berbuat hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama. Apabila iman seseorang rapuh, maka kemungkinan untuk melakukan hubungan
seks pranikah sangat besar. 3.
Faktor kematangan biologis, dengan adanya kematangan biologis seorang remaja sudah dapat melakukan fungsi reproduksi layaknya orang dewasa.
Hal inilah yang membawa konsekuensi bahwa seorang remaja akan mudah terpengaruh oleh stimulasi yang merangsang gairah seksualnya.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu, terdapat bentuk-bentuk perilaku seks bebas dalam www.Bkkbn.go.id, yaitu :
a. Kissing : saling bersentuhan antara dua bibir manusia atau
pasangan yang didorong oleh hasrat seksual. b.
Necking : seks yang dilakukan dengan bercumbu namun tidak sampai menempelkan alat kelamin, biasanya dilakukan dengan
berpelukan, memegang payudara, atau melakukan oral seks pada alat kelamin tetapi belum bersenggama.
c. Petting : seks yang dilakukan dengan bercumbu sampai
menempelkan alat kelamin, yaitu dengan menggesek-gesekkan alat kelamin dengan pasangan namun belum bersenggama.
d. Intercourse : melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh di luar
pernikahan.
2.2.5. Remaja