Universitas Sumatera Utara
Apriliani, M.Psi
dan Dosen
5 Dra.
Khairiyah Ramlah
Sari P
50 Tamat S1
Islam Melayu
Guru
6 Dr.
Nurbani, M.Si
P 55
Tamat S3 Islam
Minang Dosen
7 Ramzi
L 16
Tamat SMP Islam
Melayu Pelajar
SMA 8
Dea P
13 Tamat SD
Islam Aceh
Pelajar SMP
9 Zakki
L 20
Tamat SMA Islam
Minang Mahasiswa
10 Prili
P 21
Tamat SMA Islam
Melayu Mahasiswa
11 Andra
L 20
Tamat SMA Islam
Minang Mahasiswa
12 Dito
L 21
Tamat SMA Islam
Jawa Mahasiswa
13 Wita
P 21
Tamat SMA Islam
Batak Pegawai
14 Diah
P 22
Tamat SMA Islam
Jawa Mahasiswa
15 Yani
P 22
Tamat SMA Islam
Batak Wiraswasta
Sumber : Wawancara dari tanggal 9 Juni 2016 – 29 September 2016
4.1.2. Hasil Wawancara dan Pengamatan Informan 1
Nama : Ust. Nayan Pelis
Tanggal Wawancara : 1 Agustus 2016 Waktu Wawancara
: 20.30 – 21.00 WIB Tempat Wawancara : Mesjid Al – Ikhlas
Pria kelahiran 2 Januari 1970 ini merupakan seorang ustad yang juga berprofesi sebagai guru di salah satu sekolah dasar swasta di Kota Medan. Bapak
Universitas Sumatera Utara
dari 2 orang anak ini, merupakan sosok yang bertubuh gemuk dan berkulit putih. Beliau cukup dikenal dan disegani di lingkungan masyarakat tempatnya tinggal.
Beliau juga merupakan sosok yang cukup ramah dan tidak sombong kepada orang-orang di sekitarnya.
Ayah dari 2 orang anak ini merupakan lulusan dari Institut Agama Islam Negeri Medan. Pak Nayan telah menjadi seorang guru sejak tahun 1996 di sebuah
taman kanak-kanak dan pada tahun 2000 ia mulai menjadi guru di salah satu sekolah dasar swasta di Medan. Pak Nayan mengatakan, bahwa ia sudah
mendalami ilmu agama sejak masih bersekolah dan mengambil jurusan agama islam ketika masih kuliah, sehingga dengan bekal ilmu agama yang ia miliki, ia
dipercaya menjadi seorang ustad di lingkungan tempat tinggalnya. Baginya, menjadi seorang guru juga merupakan suatu ibadah karena dapat mengajarkan dan
berbagi ilmu dengan banyak orang, begitu juga dengan menjadi ustad, ia bisa juga berbagi ilmu yang ia punya dengan orang-orang disekitarnya.
“Oh ya jelas, mengajar anak-anak itu kan beribadah. Berdakwah menjadi ustad juga beribadah kan membagi ilmu mengajarkan sama
banyak orang ilmu yang dipunya.” “Jadi guru ya karena memang bapak kuliah kan ngambil jurusan
keguruan, jadi berniat jadi guru itu memang sudah ada. Kalau jadi ustad, sebenarnya bukan niat awal nyimas, tapi karena bapak dari
dulu sudah jadi remaja mesjid, lalu ketua remaja mesjid, aktif di kegiatan islam, sampai akhirnya memperdalam ilmu agama, mulai
lah bapak mencoba mengisi ceramah di mesjid-mesjid ketika sudah dipercayakan orang, baru lah semakin lama kan harus semakin
memperdalam ilmu agama, makanya sekarang bisa sampai seperti ini.”
Bagi ayah dari dua orang anak ini, menanamkan nilai-nilai moral dan kebudayaan kepada anak-anaknya adalah hal yang penting dan harus dilakukan
sejak mereka masih kecil agar mereka memiliki bekal untuk kehidupan ke depannya. Bagi Pak Nayan, penanaman nilai moral dan budaya dapat
memperkuat nilai agama bagi anak-anaknya. Pak Nayan selalu mengawasi kedua anaknya dalam setiap tumbuh kembangnya, terutama dalam hal mempelajari
seks.
Universitas Sumatera Utara
“ Oh ya jelas. Itu perlu, kalau anak-anak gak diajarkan budaya sama agama, gak tau nanti mereka moral, gak tau agama nanti.”
Pak Nayan memiliki dua orang anak, yaitu seorang anak laki-laki yang sudah memasuki bangku Sekolah Menengah Atas dan seorang anak perempuan
yang sudah duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Bagi Pak Nayan, menjaga kedua anaknya bukanlah hal yang mudah karena di usia tersebut
merupakan masa-masa transisi bagi kedua anaknya sehingga mereka mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitar dan pergaulan. Oleh karena itu, Pak Nayan
selalu mengawasi mereka dan juga mendekatkan diri kepada kedua anaknya. Untuk anaknya yang laki-laki, Pak Nayan selalu mengawasi anaknya dalam
urusan pergaulan, agar ia tidak salah memilih pergaulan dan sampai saat ini anaknya selalu mengikuti perkataan Pak Nayan. Meskipun begitu, Pak Nayan
tetap mengawasi pergaulan kedua anaknya baik anak laki-lakinya maupun anak perempuannya dan selalu mendekatkan diri kepada kedua anaknya agar mereka
selalu terbuka kepadanya. “Kalau anak yang besar kan laki-laki, umur dia yang sekarang ini
sedang dalam masa rawan-rawannya anak muda lah, jadi perlu bapak awasi. Laki-laki kan kalau salah pergaulannya sudah susah
nak. Tapi untungnya sampai sekarang dia masih mengikuti aturan main bapaknya,belum menyalah. Kalau yang kecil, perempuan.
Menjaga perempuan ini lebih susah lagi, itulah makanya bapak sama anak-anak selalu mendekatkan diri. Jadi mereka gak merasa
kurang kasih sayang dari orangtuanya. Kan anak-anak yang bandel itu, salah pilih pergaulan karena mereka mencari perhatian, biasanya
karena orangtuanya gak memperhatikan mereka, keluarganya gak bahagia.”
Menurut Pak Nayan, saat ini seks bebas sudah menjadi hal yang merajalela dan menjadi hal yang dianggap biasa saja bagi para pelaku seks bebas.
Ia mengatakan bahwa ia merasa gagal untuk memberikan ilmu yang baik bagi masyarakat apabila ia melihat dan mengetahui para pelaku seks bebas sedang
melancarkan aksinya. Ia merasa bahwa mereka yang melakukan hubungan seks sebelum menikah merupakan orang-orang yang sudah memiliki akal pikiran,
sehingga seharusnya mereka menyadari hal buruk yang telah mereka lakukan. Selain itu, banyaknya tempat-tempat penginapan dan fasilitas yang tersedia untuk
melakukan hubungan seks bebas, menyebabkan setiap kesempatan untuk
Universitas Sumatera Utara
melakukan hubungan seks sebelum menikah itu selalu ada. Pak Nayan berpendapat bahwa sudah hampir sebagian besar remaja melakukan hubungan
seks bebas dan juga gaya berpacaran yang sering kali menyalahi aturan dan menyebabkan mereka terjerumus ke dalam seks bebas.
“Bagaimana ya… bapak sudah gak bisa komentar lagi. Kadang di satu sisi, bapak sebagai guru sebagai ustad merasa gagal. Kenapa
gak bisa mendidik dan mengajarkan semua orang hal yang baik. Bapak memang gak sempurna, tapi setidaknya masa muda bapak
gak bermain dengan seks bebas. Tapi coba dilihat saja sekarang ini, dimana-mana sudah terlalu blak-blakan. Anak muda pacaran gak tau
tempat, kalau terliat jadi zina, tapi yaa.. gak sengaja terliat. Kan jadi buat dosa bapak.”
“Sudah terlalu bebas, penginapan-penginapan murah itu juga sudah bertebar. Buat yang gak punya uang, tempat-tempat gelap dan sepi
bisa jadi sasaran. Kan gak mungkin semua bapak tegur, mereka kan sudah besar, sudah tua malah terkadang, masa gak bisa dipakai
pemikirannya mana yang benar dan salah.”
Bagi Pak Nayan, melakukan hubungan seks sebelum menikah merupakan hal yang tidak wajar karena telah menyalahi aturan agama dan budaya
masyarakat Indonesia, yaitu budaya Timur. “Oh ya jelas tidak lah. itu sudah menyalahi aturan agama dan
budaya kita orang Indonesia.”
Masyarakat Indonesia terkenal dengan menganut paham budaya Timur, hal ini jelas bertentangan dengan budaya Barat yang sudah mulai masuk ke
Indonesia. Menurut Pak Nayan, hal inilah yang menyebabkan terjadinya pelanggaran-pelanggaran kebudayaan di Kota Medan ini, khususnya dalam hal
seks bebas. Meskipun seks bebas tidak sebebas di Negara Barat atau seperti di beberapa kota di Pulau Jawa, Pak Nayan mengatakan bahwa seks bebas di Kota
Medan sudah mulai menjadi suatu hal yang biasa dilakukan. Hal ini tidak lepas dari adanya pengaruh budaya Barat yang masuk ke Indonesia, termasuklah ke
Kota Medan. Kebiasaan dan budaya Barat telah ditelan bulat-bulat oleh masyarakat, padahal sudah jelas budaya barat dengan budaya timur jauh berbeda.
Mulai dari musik, kebiasaan, cara berpakaian mereka, trend kehidupan, dan lainnya jelas berbeda dengan masyarakat Indonesia. Namun, hal tersebut justru
Universitas Sumatera Utara
diterima mentah-mentah oleh sebagian besar masyarakat Indonesia tanpa adanya pemilihan baik dan buruk.
“Terlalu banyak kebebasan disini, memang disini tidak sebebas di luar negeri sana, atau di pulau jawa sana, tapi tetap aja disini sudah
bebas. Tidak bisa juga dibilang tidak sama pengaruh budaya dari Barat sana. Pelan-pelan mulai dari musik, kebiasaan, pakaian-
pakaian mereka, trend kehidupan mereka, semua diterima bulat- bulat sama orang-orang Indonesia ini, termasuklah orang medan.
Sampai kebiasaan seks bebas pun sudah tertular di kita. Karena itu sudah menjadi hal yang biasa, itu pula yang kalian lihat, orang barat
cerminan kalian padahal kita ini orang timur, ya begitulah jadinya.”
Menurut Pak Nayan, beberapa remaja yang melakukan hubungan seks bebas tentu memiliki alasan ketika melakukan hubungan seks tersebut, salah satu
alasannya adalah kurangnya kasih sayang dari kedua orangtuanya. Bagi Pak Nayan, orangtua merupakan sosok yang paling penting dalam menciptakan dan
memberikan yang terbaik bagi anaknya. Orangtua berperan penting dalam memperhatikan serta menciptakan karakter seorang anak dalam setiap tumbuh
kembangnya. Semakin menginjak usia remaja, seorang anak akan memiliki kondisi emosional yang berbeda-beda pula. Apabila kedua orangtuanya tidak
memberikan kasih sayang yang cukup, hal ini akan menyebabkan anaknya mencari kasih sayang dan kebahagiaan lainnya di luar sana. Tidak semua anak
akan melakukan hubungan seks bebas untuk mendapatkan kesenangan dan kasih sayang dari orang lain. Namun, tidak bisa disangkal bahwa hal tersebut menjadi
salah satu alasannya. Terlepas dari itu semua, kembali lagi kepada para pelaku seks bebas, hal itu terjadi karena kurangnya keimanan yang dimiliki oleh mereka.
Bagi Pak Nayan, apabila dalam beribadah pun jarang dilakukan, tentu akan sulit bagi mereka untuk membentengi dirinya untuk tidak melakukan hal-hal buruk
dan perbuatan maksiat. “Kalau menurut bapak ya karena dia kurang dapat perhatian dan
kasih sayang orangtuanya, orangtuanya kurang peduli terhadap tumbuh kembangnya. Wajar seorang anak mencari kesenangan dari
orang yang memperdulikannya dan memberikannya perhatian yang lebih. Itulah sebabnya kenapa peran keluarga itu penting, ketika
seorang anak merasa nyaman dan dekat dengan keluarganya, tidak mungkin dia mencari perhatian kesana kemari. Dan yang pasti itu
semua karena imannya lemah, seharusnya kita ini mendekatkan diri
Universitas Sumatera Utara
sama Allah, biar iman kita kuat biar godaan setan itu bisa kita abaikan. Ya kalau solat saja segan-segan, bagaimana kita
membentengi diri dari perbuatan maksiat.”
Beberapa hal yang dapat menjadi faktor terjadinya seks bebas menurut Pak Nayan adalah kurangnya keimanan dan pendekatan diri kepada Tuhan Yang
Maha Esa, hal itulah yang menyebabkan seseorang tidak dapat membentengi dirinya dengan baik. Selain itu, pengaruh budaya luar yang sudah masuk ke
masyarakat Indonesia juga mempengaruhi terjadinya hubungan seks bebas. Kemudian keluarga juga menjadi faktor terjadinya seks bebas, keharmonisan
keluarga akan menciptakan kenyamanan bagi seorang anak untuk tetap menjalankan perintah yang diberikan oleh kedua orangtuanya. Dan yang terakhir
adalah pergaulan, baik itu pergaulan di sekolah ataupun di lingkungan luar sekolah. Pertemanan akan mempengaruhi seseorang dalam berbuat baik atau
buruk. Oleh karena itu, setiap orang harus pandai dalam memilih teman dan menempatkan diri.
“Kurang dekat sama Allah, atau sama Tuhan di agama apapun dia, gak ada iman yang membentengi dia buat bertindak yang salah.
Pengaruh dari budaya luar juga mempengaruhi, faktor keharmonisan keluarga juga termasuk dan mempengaruhi. Pergaulan yang salah
juga mempengaruhi, makanya kalian itu harus pandai-pandai memilih kawan, lihat dulu latar belakang keluarganya baik-baik atau
tidak. bapak bukan membatasi, kalian boleh berteman dengan siapa aja tapi harus pandai menempatkan diri.”
Oleh karena itu, seks bebas haruslah dihindari terutama bagi para remaja, karena banyak sekali akibat yang buruk dari perbuatan melakukan hubungan seks
sebelum menikah. Menurut Pak Nayan, ketika seorang remaja mengalami kehamilan sebelum menikah, hal tersebut dapat memberikan dampak yang buruk
bagi dirinya sendiri maupun lingkungan sekitarnya. Di usia yang masih muda dan belum cukup umur untuk menjadi seorang ibu, seorang remaja sudah harus
dibebani oleh beban mengurusi seorang anak. Terlepas dari hal itu, tentu saja pendidikan remaja tersebut akan terhambat karena ia harus berhenti sekolah
untuk beberapa saat demi menjaga kelangsungan hidup buah hatinya. Semua tanggung jawab untuk merawat bayi yang di kandungnya akan sedikit lebih
terbantu apabila pasangan yang telah menghamilinya bersedia untuk menikahinya dan bertanggung jawab, namun apabila tidak bertanggung jawab, maka akan
Universitas Sumatera Utara
semakin menambah beban bagi dirinya. Pak Nayan berpesan, apabila hal ini telah terjadi akan lebih baik jika bayi yang dikandung tidak digugurkan ataupun
dibuang, sebaiknya harus tetap dijaga dan dirawat hingga dewasa. Hal ini agar para pelaku seks bebas menyadari betapa sulitnya merawat dan mendidik seorang
anak, dan tidak lagi berbuat hal yang tidak baik agar tidak merusak nama baik keluarga.
“Jelas banyak, sekolah dan kuliah mereka pasti terhambat, pendidikan terhambat. Di umur yang masih muda, sudah harus
menanggung beban yang besar, mengurusi anak, belum lagi menghadapi bahan pembicaraan tetangganya. Sukur kalau dia
dinikahi, kalau enggak? Pasti jadi menambah beban orangtuanya juga, buat aib lagi buat keluarganya. Coba lah, udah bagus-bagus
dibiayai orangtua, malah bertingkah. Kasihan lah orangtua itu nambah pikirannya. Kan bukannya sedikit sekarang remaja yang
hamil di luar nikah. Lihatnya itu sedih, masih SMA udah harus gendong-gendong anak, padahal itu kan masa-masanya kalian
berkembang, mencari jati diri kalian, merancang cita-cita nanti mau jadi. Tapi sudah mengurusi anak bayi. Tapi pesan bapak satu,
meskipun kalian hamil di luar nikah, anak itu jangan digugurkan atau dibunuh, karena itu titipan Allah. Tetap harus kalian rawat dan
jaga, mau jadi bebas bagi kalian, tetap harus dirawat sampai besar. Biar kalian tau bagaimana perjuangan orangtua itu mengurusi hidup
kalian.”
Informan 2
Nama : Ust. Ahmad Supriyadi
Tanggal Wawancara : 10 Agustus 2016 Waktu Wawancara
: 11.30 - 12.00 WIB Tempat Wawancara : Kantor Guru SMA Harapan 1
Lelaki kelahiran Siantar, 23 Juli 1972 ini merupakan sosok seorang Ustad sekaligus guru di sebuah sekolah swasta di Kota Medan. Pak Ahmad adalah
sosok yang sangat ramah dan pembawaannya yang selalu ceria, ia juga tidak terlepas dari guyonan dan hal-hal yang lucu yang dapat ia ciptakan dengan
spontan ketika ia sedang berbicara dengan murid-murid serta rekan-rekannya. Pak ahmad bertubuh ideal layaknya laki-laki, tinggi, berkulit putih dan berwajah
Universitas Sumatera Utara
tampan sehingga cukup teduh untuk melihat wajahnya ditambah dengan senyum yang tidak pernah terlepas dari wajahnya. Walau dalam keadaan serius pun, Pak
Ahmad tetap mampu memberikan senyumnya sehingga suasana yang ia ciptakan tidak pernah tegang dan selalu menyenangkan.
Pak Ahmad sudah menjadi guru di salah satu sekolah swasta di Kota Medan sejak tahun 2002 silam. Ia merupakan seorang guru Agama Islam yang
telah menempuh pendidikan di Institut Agama Islam Negeri Medan. Selain menjadi seorang guru, Pak Ahmad yang juga sudah mendalami ilmu agama sejak
ia masih kecil, saat ini juga menjadi seorang Ustad dan juga Penceramah di mesjid-mesjid serta acara-acara keagamaan yang ada. Semua ia lakukan dengan
sukarela dan bahagia, karena baginya ketika menjadi seorang guru ia bisa selalu bertemu dengan para murid yang selalu membuat hidupnya menjadi lebih
berwarna. Sedangkan ketika ia menjadi ustad, ia merasa dapat membantu siapapun, saling berbagi ilmu dan juga sebagai bentuk ia beramal agar
mendapatkan pahala dari Tuhan Yang Maha Esa. Bagi Pak Ahmad, mengajar dan berdakwah merupakan dua pekerjaan yang ia cintai dari hatinya.
“Bapak suka kerja jadi guru, karena jumpa murid-murid terus, gak suntuk hidup bapak rame jadinya. Belum lagi tingkah mereka yang
aneh-aneh tapi lucu. Kalo jadi ustad itu kan hitungannya ibadah, jadi nambah pahala aja minta ridho dari Allah.”
“Karena bapak memang suka dua pekerjaan itu, memang keinginan dari hati terdalam haha..”
Pak Ahmad telah menikah dan saat ini ia memiliki 2 orang anak perempuan yang saat ini sedang menempuh pendidikan di bangku Sekolah
Menengah Pertama dan juga Sekolah Dasar. Bagi Pak Ahmad, kedua anaknya merupakan harta keluarga yang harus dijaga dan dirawat dengan sebaik-baiknya.
Oleh karena itu, Pak Ahmad tidak ingin jika kedua anaknya terjerumus ke dalam hal-hal buruk yang dapat terjadi kepada mereka. Bagi Pak Ahmad, kedua anaknya
harus diajarkan nilai-nilai budaya serta nilai moral sejak kecil, agar mereka selalu terjaga akhlak dan sopan santunnya. Bermula dari hal-hal kecil, hingga hal-hal
besar selalu diajarkan oleh Pak Ahmad, semua itu tergantung dan sesuai dengan usia mereka.
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itu, ketika salah seorang anak perempuan Pak Ahmad sudah menginjak usia remaja, ia mulai bernisiatif untuk memberikan pengetahuan
mengenai seks sejak usia dini agar anaknya paham akan hal baik dan hal buruk. Pak Ahmad lebih menekankan pendekatan dan penanaman pendidikan mengenai
seks kepada anaknya, melalui istrinya. Karena menurut Pak Ahmad, komunikasi antara ibu dan anak untuk hal-hal yang lebih sensitif lebih baik dan lebih mudah
untuk dipahami. “Iya nyimas, itu kan harus dari kecil udah diajarkan. Dari hal-hal
kecil juga bisa, misalnya salam sama orangtua kalo mau berangkat sekolah itu kan udah nilai moral. Nah kalo udah makin besar baru
makin banyak juga yang diajarkan sama mereka.”
“Karena anak bapak masih kecil, belum terlalu diajarkan kali. Tapi kalo buat si kakak udah mulai agak diajarkan sama ibu nya, karena
udah akil baligh kan dia, mulailah diajarkan pengetahuan seks itu yang benar itu gimana, sekarang udah boleh apa belum, ya
percakapan ibu dan anak. Untungnya anak bapak ngerti, mudah- mudahan selamanya dia paham.”
Pendidikan mengenai seks haruslah diajarkan sejak usia dini, agar anak- anak tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak diinginkan. Seperti yang
dikatakan oleh Pak Ahmad, saat ini seks bebas sudahlah menjadi hal yang lazim dan biasa dilakukan oleh setiap orang, baik para remaja maupun orang dewasa.
Pak Ahmad merasa sudah tidak ada lagi rasa malu bagi para pelaku seks bebas untuk melakukan hal tersebut, setidaknya mereka tidak malu untuk
mempertontonkan atau menunjukkan kemesraan mereka yang tidak baik untuk diumbar di depan umum. Pak Ahmad seringkali merasa miris dengan hal tersebut,
sehingga ia tidak mampu berkata-kata karena ia merasa seks bebas sudah sangat bebas saat ini.
Pak Ahmad menyadari bahwa hubungan seks ada beberapa macam dan tidak semuanya selalu mengarah kepada berhubungan intim seperti sepasang
suami istri, namun Pak Ahmad menegaskan bahwa hal tersebut tetap merupakan sesuatu hal yang dilarang oleh agama serta norma-norma agama dan budaya.
Mulai dari hal kecil, seperti saling berpegangan tangan, mencium pipi, mencium bibir, hingga semakin lama akan semakin mengarah kepada hal-hal yang
berhubungan langsung dengan melakukan hubungan seks intim. Ia melihat bahwa
Universitas Sumatera Utara
tidak hanya remaja saja yang melakukan hal tersebut, namun anak-anak usia muda seperti anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar pun pernah
menyentuh dengan hal-hal yang berbau seks bebas. Bahkan tidak segan-segan, ada sebuah kasus dimana sepasang anak Sekolah Dasar mempublikasikan foto
syur mereka di media sosial milik mereka. Hal inilah yang membuat Pak Ahmad merasa bahwa seks bebas sudah terlalu bebas dan menjelajah hingga ke semua
kalangan. “Ya kalo menurut bapak seks bebas disini udah hampir jadi hal yang
lazim ya, tau lazim kan? Lazim loh… udah biasa haha..soalnya orang-orang ini udah gak segan-segan pacaran di tempat umum
sambil bercumbuh hahaha.. bapak rasanya mau ketawa aja, soalnya bingung mau bilang apa lagi kalo soal seks bebas disini.”
“Ya udah kali ini bapak tanggapi serius ya. Menurut bapak ya bisa kita liat sendiri kan cemana. Namanya aja udah seks bebas, berarti
udah bebas dilakukan. Jadi setau bapak seks bebas itu ada macamnya, yang intinya semua itu haram, dilarang agama. anak-
anak sekolahan masih kecil udah pacaran, udah pegangan tangan, cium-cium pipi, bentar lagi cium bibir terus cium yang lain-lain itu.
Kenapa anak kecil aja, anak SD lah kita bilang udah kayak gitu? Ya karena yang dia liat contoh di atasnya juga kayak gitu. Pernah main
facebook kan? Pasti nyimas tau berita di facebook yang anak SD memasukkan foto dia sama pacarnya, tapi di dalam kamar berduaan.
Anak SD jaman sekarang ya Allah…… bapak aja sampe sekarang belum pernah foto berduaan sama istri di kamar lagi posisi di bawah
selimut, lah itu anak kecil kok udah curi start aja.”
Walaupun seks bebas sudah terlihat lazim dan biasa dilakukan, namun Pak Ahmad tetap berpendapat bahwa melakukan hubungan seks bebas
merupakan sesuatu hal yang tidak wajar dilakukan. Baginya, melakukan hubungan seks sebelum menikah merupakan sesuatu hal yang dilarang oleh
agama, karena merupakan salah satu perbuatan zina. “Wajar kalo udah menikah hahaha. Seks bebas itu gak boleh, haram
hukumnya. Pacaran aja haram, berzina apalagi. Dosa besar zina itu.” Menurut Pak Ahmad, penyebab dari maraknya pelanggaran kebudayaan,
terutama dalam hal seks bebas di Kota Medan ini adalah karena lunturnya kebudayaan bangsa Timur yang mulai terkontaminasi oleh budaya Barat, dimana
budaya Barat dan budaya Timur merupakan dua kebudayaan yang berbeda. Seks
Universitas Sumatera Utara
bebas di luar negeri merupakan hal yang lazim apabila dilakukan, berbeda dengan budaya Timur yang melarang dilakukannya seks bebas. Apabila di Negara-negara
Barat seks bebas merupakan sebuah trend, hal tersebut jelas berbeda dengan kebiasaan yang ada di budaya Timur. Hal itulah yang menyebabkan seks bebas
sudah menjadi trend di kalangan masyarakat kota Medan saat ini, karena adanya kontaminasi dari budaya Barat.
“Kalo menurut bapak itu karena orang-orang Medan udah terkontaminasi budaya luar negeri yang kita tau seks bebasnya
memang diperbolehkan, kan beda sama kita yang disini. Jadi semacam mengikuti trend anak muda lah, lagi jamannya apa
diikutin. Tapi kalo bapak rasa seks ini gak ada jamannya, kapan aja masuk dia tetap jadi trend..”
Sama halnya dengan Pak Nayan, Pak Ahmad mengatakan bahwa alasan terbesar bagi seorang remaja untuk melakukan seks bebas adalah kurangnya
keimanan yang mereka miliki, sehingga dirinya tidak terbentengi oleh iman maka ia akan mudah untuk melakukan hubungan seks di luar nikah. Walaupun ia
memiliki keluarga yang tidak mengayomi dan lingkungan yang tidak baik, apabila jiwanya sudah terbentengi oleh keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
tentu hal tersebut tidak akan terjadi. “Yang pasti karena dia gak dekat sama Tuhannya, gak dekat sama
Allah. Kalo dia beriman, pasti dijaga Allah supaya gak berbuat zina. Hatinya itu gak dibentengi sama iman makanya dia bisa berbuat
zina seenaknya. Yang kayak gitu biasanya nyari duniawi aja.”
Selain karena kurangnya keimanan seseorang terhadap sang pencipta, pergaulan seorang remaja juga mempengaruhi mereka untuk melakukan
hubungan seks bebas. Menurut Pak Ahmad, apabila pergaulan ataupun lingkungan pertemanan seorang remaja berasal dari pertemanan yang baik-baik,
tentu saja ia tidak akan terjerumus ke dalam perbuatan yang salah. Selain itu, keluarga juga menjadi salah satu faktor bagi seseorang untuk melakukan
hubungan seks bebas, karena kurangnya perhatian dan kasih sayang serta kurangnya keluarga dalam mengayomi anak-anak mereka, sehingga mereka akan
mencari kebahagiaan dengan cara lain. Terlepas dari itu semua, kembali lagi kepada kuat dan lemahnya iman seseorang dalam melakukan suatu perbuatan.
“Pergaulan itu juga mempengaruhi mereka buat seks bebas, ya kalo pergaulan mereka bagus-bagus kan gak mungkin bisa sampe
Universitas Sumatera Utara
melakukan seks bebas itu. Mungkin selain itu ya di dorong juga ada alasan lain, entah karena keluarganya sibuk jadi gak peduli sama
anaknya juga bisa, atau ya kembali lagi seperti yang tadi bapak bilang karena imannya lemah.”
Oleh karena itu, seorang remaja sebaiknya tidak melakukan hubungan
seks bebas karena dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Menurut Pak Ahmad, apabila seorang remaja melakukan hubungan seks di luar nikah,
maka besar kemungkinan pula baginya untuk mengalami kehamilan di luar pernikahan. Hal ini tentu akan menganggu banyak hal, setidaknya pendidikannya
akan terhambat karena ia harus cuti sekolah ataupun kuliah untuk beberapa saat agar ia dapat mengurus bayi yang ada di dalam kandungannya setidaknya sampai
anaknya lahir dengan selamat dan mampu untuk ia titipkan kepada orang lain. Selain itu, ketika seorang remaja hamil di luar nikah, akan ada banyak hambatan
yang terjadi selain terhambatnya pendidikan, kondisi psikis serta mentalnya akan terganggu karena ia harus menanggung akibat dan menanggung malu karena aib
yang telah ia perbuat. Ia juga akan sulit untuk berkomunikasi dengan tetangga dan lingkungannya karena ia sudah merasa malu dengan aibnya. Hal ini akan
membuat kondisi mental dan psikis remaja tersebut menjadi terganggu, maka hal tersebut dapat mengganggu kondisi bayi yang dikandungnya.
“Pendidikannya itu nomor satu kalo menurut bapak, sekolahnya jadi terganggu. Mau gak mau si perempuan kan harus cuti gak sekolah
atau kuliah dulu karena dia harus hamil, melahirkan, ngurusi anaknya sampe bisa ditinggal. Belum lagi gak enak sama tetangga,
kan itu aib besar, malu lah. iya kalo tetangganya mendukung, kalo mereka justru menjatuhkan? Kan psikis si kawan itu bisa makin
rusak, bahaya buat anak yang di perutnya.”
Informan 3
Nama : Syafa Safira M.Psi.
Tanggal Wawancara : 18 Agustus 2016 Waktu Wawancara
: 10.00 – 11.30 WIB Tempat Wawancara : Rumah Informan
Ibu Syafa Safira, atau yang biasa dikenal dengan sapaan Bu Safira, adalah seorang wanita yang saat ini sedang menempuh pendidikan S3 di sebuah
Universitas Negeri di Pulau Jawa. Bu Safira adalah seorang psikolog lulusan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Medan Area, yang saat ini selain berfokus pada pendidikan S3 nya, ia juga seorang pemilik sebuah Taman Kanak-Kanak di perumahan tempat ia
tinggal. Sesekali waktu, Bu Safira masih mengajar di beberapa universitas yang membutuhkannya, dan ia juga masih mengontrol sendiri Taman Kanak-Kanak
yang ia miliki. Bu Safira sudah menjadi psikolog sejak ia menyelesaikan pendidikan S1
nya, dan ia merasa menjadi psikolog adalah salah satu pekerjaan yang menyenangkan baginya. Ketika seseorang datang kepadanya untuk berkonsultasi,
lalu ia dapat memberikan bantuan dengan solusi, ia merasa bahwa ia dapat membantu orang-orang yang membutuhkannya. Baginya, mendengarkan keluh
kesah dan berbagai cerita orang-orang sangat menyenangkan karena dapat menambah pengalaman baginya. Menjadi seorang dosen juga menyenangkan
bagi Bu Safira, karena ia akan terus berinteraksi dengan berbagai karakter mahasiswa yang berbeda-beda dan selalu membuat suasana kelas menjadi ramai
dan menyenangkan. Bu Safira mengatakan, bahwa alasannya menjadi seorang psikolog adalah
karena ia merasa selalu menemukan hal baru dari setiap pengalaman, cerita, dan juga ada banyak hal-hal baru yang dapat ia temukan dari menjadi seorang
psikolog. Ia mengatakan bahwa ia sudah menyukai bidang ini sejak lama, sehingga dia tertarik untuk mengambil jurusan psikologi saat mengikuti bangku
perkuliahan. “Ibuk paling suka kalo udah ada yang datang buat konsultasi sama
ibuk. Jadi bisa dengarkan cerita orang, terus bisa saling membantu, jadi lebih ngerti kan sifat-sifat manusia. Jadi suka aja ibu kalo lagi
jadi psikolog. Jadi dosen juga ibu seneng, kan aneh-aneh tingkah mahasiswa, lucu-lucu. Apalagi kalo udah di kelas bahasannya asik-
asik.” “Banyak orang yang bilang kalo psikologi itu ilmu orang gila, buat
mempelajari kejiwaan, padahal sebenarnya gak melulu soal itu. Banyak cabangnya, ada yang mempelajari kepribadian setiap orang
nah ini seru. Bipolar, mental, banyak sebenarnya. Tapi orang-orang mikirnya psikologi itu buat ngobati orang gila aja. Padahal ya setiap
orang itu sebenarnya kondisi psikisnya perlu di upgrade loh haha. Maksudnya tiap orang itu pasti kondisi psikisnya, kejiwaannya itu
ada titik gila nya juga. Gak semua orang itu sempurna kok. Itulah
Universitas Sumatera Utara
ibuk senangnya jadi psikolog ini, karena memang ibuk suka sama bidang ini. setiap hari ada aja nemu hal baru jadinya.”
Ibu dari satu orang anak laki-laki ini mengatakan bahwa selain suka bersosialisasi dengan banyak orang, ia juga sangat menyayangi keluarganya. Saat
ini Bu Safira memiliki seorang anak laki-laki yang sudah berusia sekitar 22 tahun, yang saat ini sedang menempuh pendidikan di bangku perkuliahan semester 5.
Anaknya juga menggeluti bidang psikologi yang terlihat dari jurusan perkuliahan yang ia ambil. Bagi Bu Safira, dalam mendidik seorang anak, ia sudah
menanamkan pendidikan budaya dan juga nilai-nilai moral kepada anaknya sejak ia masih kecil. Terlebih lagi, anak lelaki bu Safira merupakan anak tunggal yang
biasa memiliki stereotype manja dan bisa berbuat seenaknya. Sejak kecil, Bu Safira sudah mengajarkan kepada anaknya agar lebih mandiri dan juga
menghargai setiap orang, terutama perempuan. Baginya, meskipun anaknya tidak memiliki saudara kandung perempuan, ia harus tetap menghargai perempuan dan
tidak boleh berbuat seenaknya kepada perempuan. Selain itu, semua hal-hal baik juga sudah diajarkan Bu Safira ketika anaknya masih kecil, hingga saat ini.
“Ibuk ngajarin ya dari kecil, apalagi dia anak cowok kan satu- satunya pulak. Ibuk gak mau ya karena dia anak tunggal jadi dia
bisa mengkek seenaknya aja minta ini itu. Makanya dari kecil udah diajarkan biar mandiri, jangan mengkek. Terus kan dia gak punya
sodara perempuan juga, jadi ya ibuk ajarkan cara menghargai perempuan itu cemana, jangan jahat sama perempuan. ya intinya
dari kecil itu udah diajarkan lah yang bagus-bagus sama dia.”
Meskipun Bu Safira hanya memiliki seorang anak laki-laki, hal tersebut justru membuatnya semakin dekat dengan anaknya itu. Selain karena hanya anak
satu-satunya, Bu Safira ingin agar anaknya selalu bercerita dan bertukar pikiran kepadanya mengenai berbagai hal, khususnya untuknya hal seks yang
menurutnya saat ini sudah menjadi hal yang cukup mengkhawatirkan. Terbukti bahwa kedekatan keduanya membuahkan hasil, ketika anaknya memasuki masa-
masa puber, Bu Safira mengatakan bahwa anaknya selalu bertanya dan bercerita kepadanya mengenai hal yang ia alami ketika menuju masa puber. Sejak saat itu,
Bu Safira selalu memberikan nasehat dan juga mengajarinya hal-hal yang baik dan buruk yang tidak boleh ia lakukan ketika ia sudah memasuki masa puber.
Universitas Sumatera Utara
Ketika beranjak dewasa, Bu Safira tetap bertanya dan selalu memancing anaknya agar selalu bercerita kepadanya, terutama untuk urusan asmara dan juga seks,
namun ketika usianya mulai dewasa, Bu Safira jarang sekali mendapati anaknya selalu bercerita dengannya, hanya ketika Bu Safira bertanya kepada anaknya. Hal
ini disebabkan karena anaknya merasa bahwa saat ini semua hal mengenai kisah asmaranya adalah privasi baginya. Namun hal ini tidak menyebabkan
kepercayaan Bu Safira kepada anaknya memudar. Ia tetap mempercayai anaknya tidak melakukan perbuatan yang buruk, karena ia merasa sudah menanamkan
nilai-nilai moral kepada anaknya sejak kecil. Bu Safira juga seringkali mengingatkan kepada anaknya agar tidak terjerumus ke dalam seks bebas dan
mengingatkan batasan-batasan yang wajar yang diperbolehkan untuk dilakukan. “Pernah dan selalu sih. Kan biasa kalo seorang ibu itu lebih dekat
sama anak laki-lakinya, ya karena anak ibuk memang cuma satu dan laki-laki jadi dekatlah ibuk sama dia. Dari SMP pas dia cerita udah
dewasa, dia langsung cerita ke ibuk, dia nanya itu maksudnya apa. Ya ibuk jelaskan lah mimpi basah itu apa, dan mulai ibuk jelaskan
kalo mulai dari sejak saat itu tanda dia udah dewasa, semua hal-hal negatif bisa diperbuatnya. Ya ibuk ajarkan juga, jangan terlalu
berhubungan dekat sama perempuan, boleh pacaran tapi kalo udah tamat sekolah, dan terbukti dia pacarannya sewaktu kuliah, itu yang
setau ibuk ya hahaha. Kalo dulu masih SMP masih jujur lah dia kan, waktu mau tamat-tamat SMA ya dia gak cerita terlalu banyak kalo
gak ibuk yang pancing, itu juga gak terbuka. Mungkin karena udah ngerasa private kali ya dia. Tapi ya ibuk percaya aja sama dia,
seandainya pun dia pacaran ya ibuk cuma ngasih izin batasan paling jauh itu cium kening atau pipi aja, buat cium-cium bibir ibuk gak
terlalu ngasih izin. Yaa pande-pande dia aja lah, yang penting jangan sampai kejauhan ngikutin nafsunya.”
Bu Safira selalu mengingatkan anaknya agar tidak terjerumus ke dalam
seks bebas, karena baginya saat ini seks bebas sudah menjadi suatu hal yang bebas dilakukan. Bu Safira menyadari bahwa seks bebas di Kota Medan ini
belum sebebas di beberapa kota di Pulau Jawa, namun baginya tetap saja seks bebas di Kota Medan saat ini sudah merajalela. Terlihat dari banyaknya remaja
yang sudah melakukan seks bebas ini bahkan yang masih mencoba seks bebas baik dari kalangan remaja hingga yang sudah dewasa.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Bu Safira, seks bebas saat ini sudah seperti menjadi sebuah trend terutama di kalangan remaja. Meskipun seks bebas ada banyak macamnya, bagi
Bu Safira ketika seseorang sudah berciuman juga sudah dapat dikatakan seks bebas karena hal tersebut mereka lakukan sebelum menikah. Bermula dari
kebiasaan dari budaya Barat, ketika sesuatu hal dilakukan dan menjadi hal yang biasa disana, ketika dilakukan di budaya Timur merupakan suatu hal baru yang
kemudian akan menjadi sebuah trend. Sebuah hal apabila sudah dianggap trend, maka akan sering dipamerkan dan dipertunjukkan, maka hal tersebut lah yang
menjadi suatu kebiasaan yang dilakukan. “Itu yang ditakutkan, sekarang disini pun udah mulai banyak yang
seks bebas. Memang gak terlalu blak-blakan kayak di Jogja atau Bandung sana, tapi tetap aja udah banyak. Mulai dari yang anak-
anak baru puber, kalian-kalian yang udah sebesar ini juga udah mulai berani coba-coba seks bebas, sampe yang udah tua-tua juga
banyak kan.”
“Ya kalo menurut ibuk sekarang ya seks bebas ini udah kayak jadi trend, seks bebas itu kan macamnya ada banyak, kalian ciuman aja
itu udah dibilang seks bebas, karena apa? Karena kalian itu melakukannya ketika kalian belum menjadi suami istri. Karena
trend itu tadi, apa-apa dikit dibilang pasti ya kan udah biasa aja sih ciuman aja. Atau bilangnya pasti, ya namanya sayang sama pacar ya
ditunjukkan dari seks inilah.” Meskipun seks bebas sudah menjadi hal yang dianggap biasa dilakukan
pada saat ini, namun Bu Safira tetap menyatakan bahwa melakukan seks bebas tetaplah merupakan sesuatu hal yang tidak wajar untuk dilakukan karena
berhubungan seks sebelum menikah merupakan suatu hal yang salah walaupun saat ini melakukan hubungan seks di luar nikah adalah hal yang dianggap biasa
saja untuk menunjukkan rasa saya dan cinta kepada pasangan. Menurut Bu Safira, hal tersebut tetap saja adalah perbuatan yang merugikan.
“Sebenarnya enggak wajar kalo dari pendapat ibuk, tapi ibuk ngerasa hal itu udah menjadi hal yang wajar di jaman sekarang ini.
selalu menjadikan alasan perasaan cinta buat seks bebas. Padahal udah jelas itu salah, perbuatan yang merugikan.”
Menurut Bu Safira, penyebab utama dari pelanggaran kebudayaan di Kota Medan, khusunya untuk hal seks bebas adalah karena adanya percampuran
budaya Barat yang masuk ke budaya Timur, dimana budaya yang dianut oleh
Universitas Sumatera Utara
masyarakat Indonesia adalah budaya Timur yang jelas berbeda dengan budaya Barat.
“Apa ya… karena budaya kita udah becampur sama budaya luar kali ya dek. Soalnya kan budaya orang timur sama orang barat kan
beda.” Selain karena percampuran budaya Barat, adanya alasan perasaan cinta
kepada pasangan, juga membuat seorang remaja berani dan mau melakukan hubungan seks di luar nikah. Padahal menurut Bu Safira, apabila seseorang
mencintai pasangannya, seharusnya ia menjaga pasangannya tersebut dan tidak berbuat seks bebas karena itu dapat merusak dan merugikan pasangannya. Hal
inilah yang ditanamkan Bu Safira kepada anaknya, untuk tidak melakukan hubungan seks kepada kekasihnya.
“Yang kayak tadi ibuk bilang, karena alasan cinta itu. Padahal kan sebenarnya itu nafsu, nafsu yang dibesarkan dan gak bisa ditahan.
Kalo kita memang cinta sama pasangan masing-masing itu harusnya saling menjaga, bukan merusak. Itu yang ibuk tanamkan sama anak
ibuk, jadi dia itu gak boleh sembarangan kalo sama perempuan.”
Menurut Bu Safira, terdapat beberapa faktor terjadinya seks bebas di kalangan remaja pada saat ini, diantaranya adalah faktor keluarga. Menurutnya,
keluarga yang tidak memberikan perhatian dan kasih sayang yang lebih dan juga tidak memperhatikan perkembangan kehidupan anaknya, dapat menjadi salah
satu faktor seorang remaja untuk melakukan hubungan seks di luar nikah,. Selain itu, ketika kedua orangtuanya tidak memperhatikan anaknya, bisa saja anaknya
terjerumus ke dalam pergaulan bebas yang menyalah, sehingga ia akan terikuti oleh perkembangan zaman dan juga pergaulan yang menjerumuskannya ke dalam
perbuatan yang tidak baik. Selain itu, seks bebas juga dapat terjadi karena adanya faktor keadaan atau keterpaksaan. Ketika seseorang yang ingin menghidupi
dirinya dengan kemewahan namun keadaan membuatnya tidak bisa berkehidupan mewah, maka ia dapat menjual dirinya agar memperoleh kemewahan.
“Itu bisa jadi karena si cewek gak dapat perhatian dari orangtuanya, atau ya memang keluarganya itu gak back up kehidupan mereka.
Pergaulan juga jadi alasan kenapa orang bisa melakukan seks bebas itu. Salah pilih pergaulan, terlalu mengikuti perkembangan trend
yang gak baik itu bisa menjerumuskan. Misalnya kawan-kawannya suka dugem, ya dia ikut. Di diskotik kan banyak itu yang
Universitas Sumatera Utara
menjerumuskan. Bisa jadi juga, orang melakukan seks bebas itu karena keadaan, misalnya aja dia jadi psk karena untuk membiayai
kehidupannya. Bisa jadi karena memang keluarganya susah, atau karena dia ngikutin pergaulan temen-temennya yang hidup mewah
tapi gak terikuti sama dia.”
Ketika seks bebas sudah sering dilakukan, maka kemungkinan untuk hamil di luar nikah bagi remaja juga besar. Menurut Bu Safira, para remaja
perempuan yang mengalami kehamilan di luar nikah, tentu saja akan mengalami kondisi psikis yang menurun karena ia harus menanggung beban, baik itu malu
karena aib ataupun juga menanggung beban harus mengurusi seorang bayi. Hal itu juga tidak terlepas dari beban, apakah pasangannya bersedia untuk
bertanggung jawab dan menikahinya pada saat itu. Bu Safira mengatakan, bahwa banyak remaja perempuan yang hamil di luar nikah dan tidak mendapat
pertanggung jawaban dari pasangannya, sehingga pada akhirnya ia menjadi gila. Oleh karena itu Bu Safira menyarankan agar tidak melakukan hubungan seks
sebelum menikah, karena dapat merugikan dan akan menyebabkan suatu hal yang menjadi kecanduan.
“Yang pasti kondisi psikis dia akan terganggu, itu udah pasti. Dengan beban yang dia tanggung kan, harus hamil, sukur kalo dia
dinikahi dan gak ada yang tau kalo dia itu hamil di luar nikah, kalo gak ada yang nikahi kan bisa jadi musibah buat dia karena harus
nanggung malu. Banyak loh mereka yang hamil di luar nikah dan gak dinikahi itu jadi gila. Ya makanya biar jadi gila kan, janganlah
kalian coba-coba seks bebas itu sedikit pun. Karena kalian bakal ketagihan, itu udah alamiah kalian pengen lagi dan lagi. Seks itu kan
memang kebutuhan, tapi kan kalo kalian belum nikah ya jangan.
Informan 4
Nama : Nayla Apriliani, M.Psi
Tanggal Wawancara : 18 Agustus 2016 Waktu Wawancara
: 16.30 – 18.00 WIB Tempat Wawancara : Rumah Informan
Nayla Apriliani, adalah sosok seorang wanita yang bertubuh tinggi, berwajah menyenangkan serta berkulit putih. Senyum juga tidak pernah terlepas
dari bibirnya dan ia selalu bersikap ramah dengan orang-orang yang sedang berbicara dengannya. Saat ini Bu Nela, sapaan akrabnya, sedang sibuk menggeluti
Universitas Sumatera Utara
dunia bisnisnya yaitu dengan membuka sebuah butik di salah satu daerah yang ada di Kota Medan. Walau begitu, ia juga masih sempat untuk mengajar meskipun
tidak pada pekerjaan tetap, karena saat ini ia sedang berfokus pada usaha butiknya.
Selain itu, Bu Nela yang memiliki basic psikologi juga masih menjadi pembicara di beberapa acara yang bertemakan psikologi pada remaja meskipun
tidak kebanjiran job. Bagi bu Nela, semua pekerjaan yang ia geluti, baik manjadi dosen, psikolog, maupun berbisnis usaha butik, merupakan pekerjaan yang ia
sukai dan pekerjaan yang membuatnya merasa nyaman. Ia menyukai dunia psikologi ketika ia masih kecil, karena ia termasuk orang yang cukup kritis dan
mudah sekali untuk penasaran terhadap berbagai hal-hal kecil, terutama mengenai sifat-sifat manusia yang berbeda-beda.
“Ya semua pekerjaan yang saya pilih pasti saya suka dan saya nyaman.”
“Hmm.. apa yah.. mungkin karena darah itu mengalir aja dari sejak lahir ke saya haha. Soalnya saya dari kecil emang udah suka nanya
ke siapa aja, misalnya saya tanya ‘kenapa sih ada orang gila?’, hahaha saya suka nanya kayak gitu ke ibu saya yaaa banyak lagi lah
pokoknya. Saya penasaran kok orang-orang itu sifatnya bisa beda- beda, cara mereka mengekspresikan emosi mereka juga kenapa bisa
beda-beda. Ya mulai dari situ aja sih saya tertarik aja gitu sama psikologi.”
Ibu dari dua orang anak ini mengatakan, bahwa sejak anak-anaknya masih kecil, ia sudah menanamkan nilai-nilai kebudayaan kepada mereka. Semua
berawal dari penanaman nilai-nilai keagamaan kepada anak-anaknya, karena berawal dari penanaman nilai agama lah maka seseorang dapat berpegang teguh
kepada nilai moral. Hal ini ia lakukan agar anak-anaknya tidak terjerumus ke dalam pergaulan bebas yang sudah mengikuti trend budaya barat yang sering kali
menjerumuskan ke arah yang tidak baik. “Ya diajarin, orang kalo gak tau budaya ya bahaya. Apalagi jaman
sekarang kan semua udah ikut-ikut budaya barat yang jadi trend di anak-anak muda. Ya jadi dari kecil saya ajarin ke anak-anak saya
gimana nilai moral yang baik itu, yang paling utama ya saya ajarkan lah budaya islam itu gimana, ya karena kan dia agamanya islam.
Universitas Sumatera Utara
Dimulai dari agama, baru ke budaya lainnya. Mereka selalu saya kasih tau, mana yang baik dan mana yang buruk.”
Oleh karena itu, Bu Nela mengatakan bahwa dengan penanaman nilai moral dan budaya yang telah ia berikan kepada anak-anaknya sejak usia dini,
maka ia pun memberikan kepercayaan kepada anak-anaknya agar tidak melakukan perbuatan yang melanggar norma seperti melakukan hubungan seks di
luar nikah. Sejak memasuki usia pubertas, Bu Safira sudah menjelaskan dan menanamkan kepada anak-anaknya bahwa mereka memiliki alat-alat sensitif dan
alat kelamin yang tidak boleh disentuh atau dilihat oleh orang lain. “Kalau diawasin banget sih yah enggak yah. Yang penting saya
percaya sama mereka dan mereka juga jaga kepercayaan saya aja. Kalau masalah seks, mereka ya dari umur-umur 10 tahun atau yaa
mau menjelang puber udah saya ajarin, mana aja yang boleh dan yang enggak. Ya saya ajarin, semua yang ada di tubuh dia itu apalagi
alat-alat senstif, itu fungsinya apa dan jangan sampe diliat apalagi dipegang orang, harus dijaga. Yaa semua dari hal-hal kecil dulu
diajarin kan.”
Bagi Bu Nela, pengajaran dan pendidikan mengenai seks harus diberikan sejak mereka masih kecil, agar mereka tidak terjerumus ke dalam seks bebas.
Karena menurut Bu Nela, saat ini seks bebas sudah menjadi suatu hal yang cukup bebas untuk dilakukan. Hal ini juga sudah tidak lagi hanya menjangkau kalangan
remaja saja, namun sudah seluruh kalangan baik kalangan dewasa juga sudah melakukan seks bebas tanpa mempertimbangkan banyak hal. Menurut Bu Nela,
saat ini seks bebas yang terjadi di Kota Medan sudah cukup bebas, sesuai dengan namanya. Bu Nela sangat menyayangkan adanya hal ini, karena menurutnya seks
bebas adalah suatu perbuatan yang merugikan apabila dilihat dari berbagai sisi. Menurut Bu Nela, seks bebas adalah suatu perbuatan yang dilarang oleh
semua agama karena hal tersebut bukanlah perbuatan yang baik untuk dilakukan. Selain itu, melakukan hubungan seks bebas untuk anak usia remaja ataupun yang
belum cukup umur, dapat menyebabkan kerusakan pada alat kelamin apabila terlalu sering dilakukan. Selain itu, melakukan hubungan seks sebelum menikah
juga dapat merusak pemikiran seseorang, karena berhubungan seks terus membayangi pikirannya sehingga ia merasa kecanduan. Melakukan hubungan
Universitas Sumatera Utara
seks di masa puber merupakan suatu hal yang saat ini sudah menjadi sebagian kebutuhan pada pasangan remaja. Menurut Bu Nela, saat ini di Kota Medan ketika
melakukan hubungan seks di luar nikah, merupakan hal yang biasa dilakukan karena tidak adanya aturan atau larangan yang kerasa bagi para pelaku seks bebas,
sehingga mereka dapat melakukannya selama apa yang mereka perbuat tidak diketahui oleh pihak-pihak berwenang. Selain itu, saat ini seks bebas sudah
dianggap menjadi sebuah trend bagi sebagian besar masyarakat dan menjadi gaya hidup masyarakat yang sebenarnya bertentangan dengan budaya yang dianut oleh
masyarakat Indonesia. “Yaa… pas kayak namanya lah udah bebas dek hahaha. Gak yang
anak muda, orang dewasa pun ikut-ikut seks bebas, jadi udah dianggap kayak biasa aja. Padahal kan sebenarnya seks bebas itu gak
bagus lah, dari segi agama salah, dari kesehatan juga salah. Lagian semua agama juga melarang kan adanya seks bebas. Buat yang anak
muda, seks bebas terlalu sering dan sebelum waktunya juga bisa ngerusak alat reproduksi kalian, otak dan mental kalian juga. Di
masa puber-pubernya sekarang saya liat sih banyak yang menjadikan hubungan seks itu sebagai kebutuhan yang harus di dapat, ya kalau
udah gitu kan pikirannya jadi dipenuhi seks aja dan hal-hal yang berbau seks, jelas lah itu merusak kan. Dan kalau saya liat sendiri di
Medan sih memang gak ada larangan yang benar-benar melarang seks bebas, yaa selama mereka melakukannya dan gak ketahuan ya
gak apa.”
“Tetap sama aja kayak yang tadi saya bilang, apalagi kalau di Pulau Jawa sana ya lebih bebas lagi. Seks bebas udah dipandang kayak
trend sih buat anak muda, dan udah jadi gaya hidup juga buat beberapa bahkan sebagian besar orang.”
Walaupun banyak masyarakat berpendapat bahwa seks bebas merupakan hal yang wajar dan biasa dilakukan, lain halnya dengan Bu Nela yang merasa
bahwa seks bebas bukanlah suatu hal yang wajar untuk dilakukan. “Ya enggak lah, meskipun mungkin banyak ya yang di sekeliling
kita yang mengatakan seks bebas itu wajar, tapi tetap aja gak wajar kalo di mata saya pribadi.”
Menurut Bu Nela, penyebab terjadinya pelanggaran kebudayaan,
khususnya untuk hal seks bebas adalah budaya Barat yang saat ini sedang memasuki masyarakat Indonesia yang menganut budaya Timur. Dalam hal ini, Bu
Universitas Sumatera Utara
Nela tidak menyalahkan adanya budaya Barat yang datang, karena saat ini merupakan zaman globalisasi sehingga memungkinkan hal tersebut terjadi. Hanya
saja, menurut Bu Nela pelanggaran kebudayaan budaya yang terjadi saat ini merupakan kesalah dari masyarakat Indonesia sendiri. Khususnya untuk di Kota
Medan, masyarakatnya banyak yang menerima mentah-mentah budaya barat yang masuk saat ini, dan ada juga yang menjadi budaya barat sebagai sebuah trend. Hal
inilah yang menyebabkan pelanggaran kebudayaan, karena banyak masyarakat yang tidak menyaring dan memilih mana budaya yang baik untuk diikuti dan
sesuai dengan budayanya sendiri, dan mana yang tidak sesuai dengan norma dan nilai budayanya sendiri.
“Ya jelas lah karena budaya barat yang masuk ke kita. Saya sih gak nyalahin budaya baratnya, ya itu emang udah budaya mereka.
Apalagi dengan adanya globalisasi ini, sangat memungkinkan untuk terjadinya percampuran budaya. Tapi bukan berarti ketika budaya
barat masuk ke budaya kita, harus kita terima semua mentah-mentah. Kan ada yang harus dipilih karena itu baik buat kita, dan ada yang
harus dibuang atau gak diikutin karena itu jelas bertentangan dengan norma dan budaya kita. Nah masalahnya disitu, kebanyakan orang
kita menerima budaya barat itu sepenuhnya dan menjadikannya trend.”
Karena adanya trend tersebut, banyak pasangan remaja yang menjadikan alasan seks bebas sebagai bentuk penyaluran rasa sayang dan cintanya kepada
pasangannya. Bu Nela mengatakan bahwa pada dasarnya setiap orang ingin merasakan kasih sayang ketika mereka memiliki waktu berduaan untuk saling
bersikap mesra dan manja kepada pasangan, sehingga sangat besar kemungkinan untuk melakukan hubungan seks di luar nikah. Terlepas dari hal itu, rasa
penasaran serta salahnya dalam memilih teman sepermainan jugalah yang dapat menyebabkan seseorang terjerumus dalam seks bebas.
“Karena penasaran yang berawal dari pergaulan sih kalau menurut saya. Yaa selain itu juga karena perasaan sendiri ya, kayak yang tadi
saya bilang, semua orang pengen disayang-sayang yaa dalam kata lain pengen mesra-mesraan sama pacarnya kan, jadi ya gitu. Tapi
memang banyak sih yang menyalahgunakan keinginan itu, malah dijadikan alasan untuk seks bebas.”
Selain itu, ada beberapa hal yang menjadi faktor terjadinya seks bebas bagi sebagian masyarakat. menurut Bu Nela, salah satu diantaranya adalah faktor
keluarga yang tidak memberikan pembekalan ataupun mengajarkan norma-norma
Universitas Sumatera Utara
agama dan budaya secara mendalam kepada anak-anaknya, sehingga besar kemungkinan bagi mereka untuk melakukan perbuatan menyimpang seperti seks
bebas. Selain itu, faktor pertemanan dan lingkungan juga mempengaruhi seseorang untuk melakukan hubungan seks bebas. Apabila seseorang terjerumus
dalam pergaulan bebas yang merupakan pergaulan yang tidak baik, maka ia juga akan terjerumus ke dalam seks bebas. Namun, semua hal tersebut kembali lagi
kepada masing-masing individu, apakah diri mereka sendiri mampu membentengi diri untuk tidak melakukan seks bebas, ataukah mereka memang ingin melakukan
seks bebas. “Faktornya.. hmm apa ya.. setiap orang pasti beda-beda faktornya
dek. Bisa jadi karena keluarganya enggak mengajarkan norma- norma agama, kebudayaan dan hal-hal baik lainnya dari kecil, jadi
dia gak ada bekal yang cukup untuk menjalani kehidupan di masa sekarang ini. Karena bekal yang gak cukup itu, kemungkinan besar
dia untuk melakukan hal-hal yang salah dan di luar jalur itu ya ada. Apalagi kalau di dukung sama lingkungan pertemanannya yang juga
gak bagus, yauda makanya jadilah seks bebas itu. Di jaman sekarang ini, kalian itu harus pinter-pinter pilih temen dek, cukup pun bekal
pendidikan yang ditanamkan sama orangtua kalian, belum tentu selamanya bertahan kalau lingkungan pertemanan kalian gak bagus
dan diri kalian sendiri mudah terikut teman.”
Pada akhirnya, remaja yang sering melakukan hubungan seks di luar nikah bisa saja mengalami kehamilan di luar pernikahan atau disebut juga dengan
kehamilan tidak diinginkan. Dengan adanya keadaan tersebut, maka akan muncul pula lah tantangan hidup yang baru bagi remaja tersebut, khususnya remaja
perempuan. Menurut Bu Nela, sebelum lingkungannya mengetahui kabar kehamilan di luar nikah seorang remaja, remaja perempuan tersebut tentu sudah
mengalami goncangan ketakutan dalam mentalnya sendiri. Sebagai orang pertama yang mengetahui kehamilannya, tentu saja hal tersebut akan menjadi beban bagi
dirinya sendiri untuk menghadapi keluarganya, maupun dunia luar atau lingkungannya.
Dengan adanya ketakutan itulah, maka dapat menyebabkan remaja tersebut mampu melakukan hal-hal buruk seperti menggugurkan kandungannya
dengan cara aborsi atau bahkan ia akan melakukan bunuh diri. Sudah seharusnya ia menanggung akibat dari perbuatan yang ia lakukan, meskipun seharusnya ia
Universitas Sumatera Utara
tidak menanggung hal itu sendirian. Namun, apapun yang terjadi, tetap saja bagi Bu Nela akibat perbuatan tersebut harus ditanggungnya agar ia tahu bahwa
perbuatan yang dilakukannya akan berdampak buruk di kemudian hari. “Mental yang paling jadi penghambat, diri mereka sendiri yang akan
diuji. Sebelum dunia luar tau kalau mereka itu hamil di luar nikah, diri mereka sendiri udah ketakutan dalam menghadapi dunia luar,
bahkan menghadapi keluarganya sendiri. Takut gak diterima atau diasingkan atau apalah, jadi karena pikiran yang aneh-aneh itulah
makanya dia bisa aja melakukan hal-hal yang buruk, yaa seperti menggugurkan kandungannya dengan cara aborsi, atau bahkan
bunuh diri. Seharusnya ya dia menanggung atas apa yang dia perbuat meskipun seharusnya dia tanggung berdua sama yang menghamili.
Tapi tetap aja, harusnya ya dia gak boleh berbuat aneh-aneh dan harus menerima akibatnya lah.”
Informan 5
Nama : Dra. Khairiyah Ramlah Sari
Tanggal Wawancara : 09 Juni 2016 Waktu Wawancara
: 14.00 – 15.00 WIB Tempat Wawancara : SMP Negeri 2 Medan
Khairiyah Ramlah Sari, atau lebih dikenal dengan panggilan Bu Sari, merupakan sosok seorang wanita yang memaki kerudung dengan tampilan modis,
berkulit putih, berbadan tinggi langsing, dan berperawakan tegas. Bu Sari merupakan seorang guru di salah satu Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota
Medan. Ia mengajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah tempat ia mengajar.
Perempuan lulusan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan ini mengatakan bahwa ia sudah 20 tahun menjadi seorang guru. Baginya, menjadi
seorang guru merupakan suatu pekerjaan yang menjadi pilihannya ketika ia masih berkuliah, karena ia sudah memilih untuk mengambil jurusan keguruan. Bu Sari
mengatakan bahwa ia suka ketika ia mengajar, namun dengan catatan bahwa fasilitas dalam proses belajar mengajar cukup lengkap dan tidak ketinggalan
zaman. Baginya, fasilitas yang lengkap akan membuat cara mengajar dan suasana
Universitas Sumatera Utara
belajar mengajar lebih menyenangkan, sehingga pelajaran mudah diterima oleh murid-muridnya.
Selain itu, alasan bagi Bu Sari menjadi guru adalah karena ayahnya adalah seorang guru dan ia sangat menyukai cara mengajar ayahnya ketika mengajari
mereka belajar dulu. Hal itulah yang membuat bu Sari tertarik untuk menjadi seorang guru, terlepas dari itu ia mengatakan bahwa ia merasa jiwa pengajar
sudah ada di dalam dirinya sejak dulu karena adanya darah menjadi guru dari sang ayah.
“Ya disuka-sukain aja lah haha, namanya dari kuliah juga udah milih kuliah di keguruan, jadi yaa harus dijalani lah jadi guru ini. Ibu suka
ngajar, asalkan fasilitas buat belajar itu lengkap dan gak ketinggalan jaman. Gak suka ibu ngajar yang masih nulis-nulis di papan tulis
atau anak-anak itu mencatat. Makanya ya pinter-pinter ibu lah cemana buat supaya suasana belajar itu jadi keren, jadi anak-anak itu
pun cepat nangkap pelajaran. ”
“Apa ya… karena dulu bapaknya ibu pun guru, jadi ngeliat dia ngajar atau ngajarin kami pun kok enak kali gitu, jadi ibu
mengidolakan bapak dulu. Atau mungkin juga karena darah-darah pengajar itu ada kali ya haha, jadi semacam memang pengen aja jadi
guru.”
Perempuan kelahiran 20 April 1966 ini sudah berkeluarga dan memiliki dua orang anak, yaitu anak laki-laki yang sudah beranjak dewasa dan anak
perempuannya yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Bagi seorang Bu Sari, mengajarkan pendidikan agama dan menanamkan nilai moral serta
kebudayaan kepada kedua anaknya haruslah dilakukan sejak mereka masih berusia dini. Dimulai dari hal-hal kecil, seperti menghormati orang yang lebih
tua, bersikap yang baik dan bersopan santun. Ia menyadari bahwa tidak semua hal yang ia ajarkan telah dilakukan oleh kedua anaknya. Namun bagi Bu Sari,
mengajarkan hal-hal seperti itu harus dimulai dari hal kecil ketika usia dini, dan juga harus selalu ditanamkan agar mereka memiliki pegangan atau fondasi dasar
bagi kehidupan mereka. “Iya lah diajarin, lah orang ibu aja jadi guru kewarganegaraan haha
masa anak sendiri gak diajarin nilai-nilai moral. Ya mereka dari kecil harus udah diajarin lah. Dari segala hal kecil, mulai dari cara
menghormati dan menghargai orang yang lebih tua, bersikap yang
Universitas Sumatera Utara
baik gimana, yaa memang gak semuanya mereka itu bener atau dilakuin, tapi seenggaknya kan udah diajarin dan ditanamkan ke diri
mereka, paling gak ya mereka taulah mana yang baik dan mana yang buruk. Tapi yang paling dasar itu ya mengajarkan soal agama,
fondasi dasar mereka ya harus kuat agamanya.”
Bu Sari mengatakan bahwa selain mengajarkan nilai-nilai moral dan budaya kepada anak-anaknya sejak kecil, ia juga selalu memperhatikan
perkembangan anak-anaknya, diantaranya dalam proses memakui usia remaja dan masa-masa puber. Bagi Bu Sari, memasuki masa puber adalah masa dimana
seorang anak mulai mencari hal baru dan penasaran dengan hal-hal baru tersebut, seperti seks bebas. Bu Sari selalu mengawasi perkembangan anak-anaknya,
terutama saat itu adalah perkembangan anak laki-lakinya yang memasuki masa puber. Ia mengatakan bahwa ia mencoba untuk membuat nyaman sang anak,
dengan tidak terlalu memberikan pertauran yang ketat dan mengekang anaknya. Hal ini dimaksudkan agar anaknya menjadi terbuka dan mau untuk bercerita
mengenai segala hal yang terjadi kepada dirinya. Nyatanya, sampai saat ini, Bu Sari masih mendapati anaknya tetap
bersikap terbuka dan menceritakan apa yang ia alami kepada ibunya, meskipun sejak memasuki bangku Sekolah Menengah Atas, anaknya sudah tidak lagi terlalu
terbuka dan menceritakan segala hal. Walau demikian, Bu Sari tetap mengingatkan anaknya agar tidak terjerumus ke dalam seks bebas dan narkoba,
tanpa mengekang anaknya. Karena bagi Bu Sari, apabila ia memberikan peraturan yang terlalu ketat dan tidak mempercayai anaknya, hal itu akan
membuat anaknya merasa tidak nyaman dan justru mencoba untuk melakukan hal-hal yang dilarang oleh ibunya.
“Yang si abang lah ya, kalo adeknya apa yang mau diawasin orang masih kecil, ya paling dijaga aja biar gak diganggu orang pedofil.
Kalo si abang ini ya dari SMP lah udah ibu awasin, bukan diawasin sih tapi lebih kayak memperhatikan dia, kan itu masa-masanya dia
puber kan. Ibu berusaha sebaik mungkin supaya kalo ada apa-apa ya dia cerita ke ibu, mulai dari suka sama cewek, atau apalah. Nah jadi
itu buat dia nyaman dan terbuka sama ibu. Tapi tetap ibu kasih tau, mana yang baik dan yang gak baik, terutama untuk urusan seks ya..
karena di masa-masa masih puber itu kan dia masih penasaran soal seks, belum dewasa lah istilahnya mau ikut-ikut kawan aja. Tapi
memang waktu dia SMA, ya agak tertutup sama ibu soal cewek atau yang sifatnya pribadi lah. Cuma tetap ibu jaga hubungan kami ini
Universitas Sumatera Utara
kan biar gimana dia itu tetap butuh ibu, kadang kan mau anak-anak itu kalo udah agak besar sikit ngerasa udah bisa lah sendiri gitu.
Tetap juga ibu ingatkan, jangan diikuti kali kawan kalo gak baik, jangan sampe nyoba narkoba atau seks bebas sekalipun, karena nanti
bakal ketagihan. Ibu memang cuma bisa mengingatkan, karena ibu percaya sama dia, kalo misalnya ibu kekang dia pasti makin menjadi
lah dia malah makin nyoba hal-hal seperti itu.”
Untuk urusan seks, Bu Sari selalu memantau anaknya agar tidak terjerumus ke dalam pergaulan bebas dan juga seks bebas. Menurutnya, seks
bebas di Kota Medan saat ini sudah seperti menjadi sebuah budaya yang hampir diterima oleh semua masyarakat. ia merasa bahwa budaya barat yang masuk ke
masyarakat Indonesia, khususnya Kota Medan sendiri, sudah menjadi hal yang harus diikuti agar terlihat gaul dan trendy. Tidak jarang ia mendapati anak-anak
sekolah yang masih remaja terlihat sedang melakukan aksi ‘mojok’ mereka. Menurut Bu Sari, semua hal besar selalu terjadi karena adanya hal kecil, seperti
contoh yang pada awalnya apabila sepasang kekasih sedang berduaan, mereka akan mencoba untuk saling mencium satu sama lain. Lama kelamaan, hal itu akan
bertambah menjadi suatu bentuk penyaluran kasih sayang yang semakin besar. Hal inilah yang dapat menyebabkan seks bebas terjadi.
Menurutnya, karena seks bebas saat ini saja sudah menjadi hal yang lumrah, ia memperediksikan bahwa seks bebas di 20 tahun mendatang akan
menjadi hal yang dianggap biasa saja, seperti mengikuti budaya barat. Ia mengatakan bahwa fasilitas yang lengkap dan tersedia, serta keimanan yang
lemah juga mempengaruhi seks bebas sangat mudah terjadi. Menurutnya, masyarakat saat ini sangat mudah untuk menerima mentah-mentah budaya barat
yang masuk, padahal sebenarnya tidak semua budaya barat baik dan cocok untuk budaya kita sendiri.
“Kalo menurut ibu ya udah ga wajar aja sih buat kita yang punya budaya timur. Jadi semacam kayak apa yah… ngikutin budaya barat
aja, kalo gak seks bebas gak keren, gak gaul. Udah biasa kali kayaknya disini, ya enggak pun seks bebas, kadang mau itu ibu liat
anak-anak sekolah mojok, udah lah nanti cium-cium orang itu. Ibu males negurnya, itukan urusan mereka, udah gede mereka. Cuma
kan dari hal kecil itulah seks bebas itu terjadi kan. Hari ini cium pipi, besok bisa cium bibir, udah kurang dirasanya, pengen lebih dia, udah
entah apa-apa diciumnya.”
Universitas Sumatera Utara
“Ya hampir sama lah kayak pendapat sebelumnya, udah merajalela dan udah bebas kali karena udah dianggap kayak trend. Mungkin
sekitar 10 tahun lagi, bisa jadi semua orang seks bebas itu jadi hal yang biasa aja. Atau mungkin 20 tahun lagi, di jaman generasi
remaja sekarang bakal jadi orangtua, mereka mengizinkan dan mengharuskan anaknya berhubungan seks kalo udah 17 tahun, biar
kayak di barat sana. Lagian cemana gak bebas yakan, fasilitas lengkap, gak ada uang untuk beli fasilitas ada banyak semak-semak
hahaha apa lagi yakan. Iman lemah, otaknya pun asik mikir gituuu aja jadi mau cemana lagi. Ini kan jaman globalisasi, tapi menurut ibu
sendiri orang Indonesia ini belum bisa menerima globalisasi itu, maksudnya semua aja diterima tapi gak dipilih-pilih.”
Di mata Bu Sari sendiri, melakukan hubungan seks sebelum menikah merupakan suatu hal yang tidak wajar. Tidak hanya di zaman saat ini, bahkan di
zaman ketika ia masih remaja dulu pun ia sudah menganggap bahwa melakukan hubungan seks di luar nikah adalah suatu hal yang tidak wajar dan tidak boleh
dilakukan. “Enggak wajar lah. Mau banyak pun orang yang bilang wajar, tetap
aja sama ibu gak wajar, mau ibu dibilang kuno pun tetap gak wajar. Ya gak di jaman sekarang ajanya, di jaman dulu pun udah banyak
juga orang yang melakukan seks bebas, kawan-kawan ibu pun ada nya, dan tetap ibu anggap gak wajar.”
Menurutnya, salah satu penyebab utama terjadinya pelanggaran budaya di Kota Medan, khususnya untuk hal seks bebas adalah karena globalisasi yang
terjadi saat ini, sangat memungkinkan budaya barat masuk dan bercampur dengan budaya timur. Namun, banyaknya masyarakat budaya timur yang tidak memilih-
milih mana budaya barat yang baik untuk diikuti dan mana yang tidak. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya seks bebas yang merajalela.
“Ya globalisasi inilah, belum bisa dipilih-pilih dengan baik sama orang kita. Budaya-budaya jadi bercampur-campur, dan kita juga
jadi kehilangan moral sebagai bangsa Timur. Bukannya budaya barat itu gak bermoral, cuma kan udah jelas berbeda budayanya.”
Menurut Bu Sari, alasan seorang remaja melakukan hubungan seks di luar
nikah ialah karena mengikuti pergaulan yang salah. Selain itu, kurangnya penanaman moral dan nilai agama pada dirinya juga dapat menyebabkan seorang
remaja melakukan seks bebas. Ia mengatakan bahwa para guru di sekolah sudah
Universitas Sumatera Utara
mengajarkan yang terbaik mengenai nilai-nilai moral kepada setiap anak, hanya saja semua kembali kepada anak tersebut, apakah mereka bersedia mendengarkan
atau hanya membiarkan saja. “Kurang itu pendidikan kewarganegaraan sama agamanya hahaha.
Itu kan balek lagi ke iman dia sendiri cemana, sanggup gak dia supaya gak melakukan hal itu. Dan itu juga tergantung sama gimana
lingkungan pertemanannya sendiri, apakah dia salah bergaul atau enggak. Kalo kami guru-guru ini cuma mengajarkan hal-hal yang
dirasa baik dan berguna buat moralnya dia ajanya, sama kayak orangtua fungsinya. Tapi tetap semua itu balik lagi ke anaknya mau
gimana.”
Keluarga merupakan salah satu faktor utama dan yang terpenting dalam pembentukan karakter seorang anak. Keluarga juga merupaka tempat pertama
bagi seorang remaja untuk tetap menempatkan mereka kepada hal-hal baik. Menurut Bu Sari, orangtua yang tidak mendidik anaknya dengan baik ataupun
tidak memberikan penanaman moral yang baik, tentu saja besar kemungkinan bagi anak tersebut untuk melakukan hal-hal buruk seperti seks bebas. Selain
keluarga, sekolah juga berperan penting dalam menanamkan moral dan nilai budaya kepada seorang anak, walau demikian tidak hanya guru saja yang terlibat
di dalamnya, lingkungan pertemanan juga mempengaruhi seseorang untuk berbuat baik atau buruk seperti seks bebas.
“Setiap orang beda-beda sih ya kalo menurut ibu. Tapi kalo menurut ibu sih, itu semua tergantung gimana cara keluarga dia itu mendidik
dia. Keluarga dan sekolah, apakah keluarga sudah memberikan yang terbaik untuk penanaman nilai moral anaknya? Kalo sudah, tapi dia
masih menyalah, berarti lingkungan sekolahnya. Sekolah bukan mutlak cuma guru ya, teman-teman kan juga termasuk di sekolah.”
Banyaknya remaja yang melakukan hubungan seks di luar nikah, tentu akan memiliki akibat yang buruk, salah satunya adalah kehamilan di luar nikah.
Menanggapi hal tersebut, Bu Sari mengatakan bahwa akan ada hambatan bagi remaja perempuan yang hamil di luar nikah. Terutama dalam hal bersosialisasi
ataupun berkomunikasi dengan lingkungannya. Tidak hanya dengan para tetangga, namun juga dengan teman-teman sepermainannya. Meskipun seks bebas
saat ini sudah menjadi hal yang cukup lumrah untuk dilakukan, namun tetap saja masih ada masyarakat ataupun orang-orang yang masih memegang teguh nilai
kebudayaan, sehingga terdapat kemungkinan bahwa remaja perempuan yang
Universitas Sumatera Utara
hamil di luar nikah akan mendapat perlakuan kurang menyenangkan dari lingkungannya, seperti contoh ia akan dijauhi ataupun menjadi bahan
pembicaraan di lingkungannya. Bagi Bu Sari sendiri, ketika ia memiliki tetangga yang hamil di luar nikah, ia mengatakan bahwa ia tidak akan menyudutukan
remaja tersebut karena perbuatannya, karena sebaiknya ia harus terus di dukung demi kelancaran proses kehamilan hingga ia melahirkan. Karena setidaknya,
remaja tersebut telah mendapatkan akibat dari perbuatannya yang salah. “Hambatan ya… ya cara dia bersosialisasi dengan lingkungannya lah
nanti gimana. Kalo keluarga, udah lah yakan pada akhirnya keluarga dia juga akan mensupport dia meskipun dia udah menyalah. Kalo
tetangga ini yang kita gak tau kan, teman-teman dia juga. Karena kan gak semua orang di jaman sekarang ini yang udah berfikiran
terbuka dan modern, masih ada juga kan yang menganut kali paham- paham dan nilai-nilai budaya kita, jadi mungkin gak menerima
sesuatu yang seperti itu. Ya kalo ibu sendiri sih memang gak setuju ada seks bebas itu, tapi kalo pada akhirnya ada yang harus hamil di
luar nikah, yaa gak ibu jauhin lah. Tetap ibu support supaya dia tetap menjaga anaknya, ya jangan sampe lah digugurkan. Seenggaknya
dari situ dia bisa belajar kalo apa yang dulu dia perbuat itu salah.”
Informan 6
Nama : Dr. Nurbani, M.Si
Tanggal Wawancara : 30 September 2016 Waktu Wawancara
: 12.30 – 13.30 WIB Tempat Wawancara : Ruang Dosen FISIP USU
Bu Nurbani, merupakan sosok seorang perempuan yang berumur 55 tahun namun tetap terlihat muda dan modis. Ia merupakan seorang dosen di
Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU. Bu Nurbani merupakan seorang dosen yang mengajarkan kepribadian kepada mahasiswanya. Selain menjadi dosen di
Departemen Ilmu Komunikasi USU, ia juga mengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU dan juga sesekali mengajar di Universitas Medan Area. Ia
merupakan lulusan Komunikasi USU pada pendidikan Strata 1, kemudian ia melanjutkan pendidikan Strata 2 di Komunikasi Pembangunan Institut Pertanian
Bogor, dan kemudian melanjutkan kembali pendidikan Strata 3 nya di Universitas Padjajaran.
Universitas Sumatera Utara
Bu Nurbani telah menjadi seorang dosen selama hampir 30 tahun. Ia sudah mencintai pekerjaannya dan sudah merasa cocok dengan pekerjaannya saat
ini. Bu Nurbani memilih menjadi dosen karena ia merasa bahwa dirinya sudah menjiwai pekerjaan ini berawal ketika ia mengikuti sebuah Lembaga Swadaya
Masyarakat, dimana ia aktif dalam kegiatan tersebut untuk memberikan pengajaran kepada masyarakat yang membutuhkannya. Oleh karena itu, ia merasa
asyik untuk mengajar dan mendapatkan pengalaman, sehingga ia berfikir untuk menjadi seorang pengajar.
“Hmm kenapa ya… kamu mau yang standart atau yang.. hahaha. Kenapa ya.. gak tau kayaknya udah tercebur aja kesitu karena ibu
dulu sebelum jadi dosen kan sempat di LSM. Yaa…namanya untuk pengembangan masyarakat jadi ibu pikir di masyarakat sama di
perguruan tinggi juga sama aja. ” Perempuan kelahiran Sidikalang, 2 Agustus 1961 ini sudah berkeluarga
dan memiliki 3 orang anak. Dua anak perempuan dan seorang anak laki-laki yang saat ini ketiganya sudah bekerja namun belum memilih untuk menikah. Ia
mengatakan bahwa anak-anaknya memilih untuk berkarier terlebih dahulu sebelum membina sebuah rumah tangga. Bagi Bu Nurbani, kedekatan antara ia
dan anak-anaknya harus selalu ia bangun, agar ketiga anaknya merasa dekat dengannya dan tidak merasa kekurangan kasih sayang. Ia mengatakan bahwa
sejak kecil, Bu Nurbani sudah mengajarkan nilai-nilai moral dan budaya kepada anak-anaknya, agar mereka memiliki fondasi yang kuat bagi agamanya.
Selain itu, menyadari bahwa anak-anaknya akan tumbuh semakin dewasa, bu Nurbani juga mengawasi mereka dalam urusan seks. Meskipun ia mengatakan
bahwa ia tidak mengawasi mereka dengan memberikan peraturan yang ketat dan mengekang, Bu Nurbani hanya memberikan mereka nasehat, pandangan, serta
memberikan contoh yang baik dan yang buruk, sehingga anak-anaknya dapat berfikir dengan sendirinya apakah yang mereka perbuat adalah hal baik atau hal
buruk. Bu Nurbani selalu mengajarkan anak-anaknya akan nilai moral melalui segi agama, karena baginya agama adalah hal utama dan dasar bagi seseorang. Ia
juga selalu mengingatkan kepada anak-anaknya bahwa apapun yang mereka perbuat meskipun tidak diketahui oleh dirinya, namun Tuhan akan selalu
mengetahui perbuatan baik dan buruk mereka. Ia juga selalu mengingatkan
Universitas Sumatera Utara
kepada anak-anaknya agar tetap mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar mereka tetap terjaga dan terbentengi dirinya dari perbuatan buruk. Oleh
karena itu, ketika anak-anaknya sudah memiliki kekasih, ia hanya mengingatkan agar mereka tidak melakukan seks bebas dan perbuatan menyimpang. Ia selalu
memberikan kepercayaan kepada anak-anaknya, tanpa mengekakng mereka agar mereka selalu merasa nyaman dengannya.
“ Oh ya jelas. Itu perlu, kalau anak-anak gak diajarkan budaya sama agama, gak tau nanti mereka moral, gak tau agama nanti.”
“Gak diawasin, tapi setiap ada nonton tv ada adegan ciuman apa pegangan tangan itu selalu dikasih penjelasan. Misalnya ada hal-hal
yang boleh dilakukan dan yang enggak, ibu jelasin apalagi dari segi agama ya, ibu selalu mengajarkan dari segi agama ya karena kan
muslim harus tau mana yang boleh dilakukan dan mana yang enggak. Jadi menurut ibu takutnya itu harus sama yang di atas,
bukan yang di sekitar kita. Mulai dari kecil kalo mereka mau pergi- pergi selalu ibu kasih cuma pertanyaan ibu selalu ‘udah bawa
mukenah belum?’ buat yang perempuan, kalo yang laki-laki ‘jangan lupa solat ya nak’, udah itu aja. Kalo sampe sekarang anak ibu kalo
pacaran gak usah di luar, di rumah juga gak papa. Ngapain pacaran di luar nanti dibawak ke semak-semak. Kalo mereka pacaran mereka
gak harus mengenalkan ke ibu, yang penting ibu tetap buat mereka nyaman aja.”
Menurut Bu Nurbani, saat ini seks bebas di Kota Medan maupun di luar
Kota Medan sudan menjadi suatu hal yang bebas sekali dilakukan. Tidak sedikit dari remaja yang sudah melakukan hubungan seks di luar nikah. Menurut Bu
Nurbani, oleh karena hal tersebut, para orangtua diharapkan mampu menjaga serta memberikan penanaman nilai moral dan budaya yang lebih mendalam kepada
anak-anaknya agar tidak melakukan hubungan seks di luar nikah. Baginya, saat ini sudah banyak kesempatan yang ada bagi para remaja untuk melakukan hubungan
seks bebas. “Ha.. kalo itu ibu gak bisa kasih kesimpulan kesitu. Soalnya kan
udah bebas kali seks bebas disini. Dikit-dikit berhubungan seks, gak tau lagi lah ibu sama anak jaman sekarang ini. Makanya buat
orangtua yang ada di jaman sekarang itu susah jaga anak-anaknya. Ya harus pande-pandelah dari kecil udah diajarkan budaya sama
moral lah.”
“Bagaimana ya... Ya kayak tadi yang ibu bilang, udah bebas kali sekarang. Gak cuma di Medan aja, tapi di luar-luar sana juga udah
Universitas Sumatera Utara
bebas kali kan. Mereka berbuat begitu karena ada kesempatan yang sekarang ibu rasa udah banyak kali kesempatannya.”
Meskipun sudah banyak sekali pelaku seks bebas di kalangan remaja,
namun tetap saja bagi Bu Nurbani melakukan hubungan seks di luar nikah adalah sesuatu hal yang tidak wajar dan tidak boleh dilakukan.
“Ya enggaklah kalo menurut ibu, tapi mungkin menurut sebagian besar orang udah jadi hal yang wajar .”
Menurut Bu Nurbani, penyebab terjadinya pelanggaran kebudayaan di Kota Medan dalam hal seks bebas terdapat pada beberapa segi, selain karena
orangtua yang tidak memberikan penanaman nilai agama, moral dan budaya kepada anak-anaknya, media sosial juga saat ini sudah memberikan dampak buruk
bagi seorang remaja. Saat ini, media sosial juga sudah mulai memberikan banyak sekali gambaran seks, sehingga memancing rasa penasaran para remaja akan seks.
Terlepas dari itu semua, bagi Bu Nurbani semuanya kembali lagi kepada diri para remaja, apakah mereka sudah memiliki bekal yang kuat untuk memilih mana hal
baik yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.” “Karna menurut ibu penyebabnya bukan cuma dari satu segi, banyak
sekali penyebabnya. Selain dari orangtua, media sosial ini kan ngeri kali sekarang ini, itu juga bisa jadi pemicunya. Tapi kalo sebenarnya
memang udah ada bekal yang kuat dari si anak dan kalo dia udah paham ya bisa dia milih mana yang baik mana yang enggak. Kayak
ibu sama anak ibu, kami udah lama gak sama kan pisah-pisah tinggalnya, tapi tetap anak ibu rajin kami komunikasi, selalu
bekabar.” Selain karena media sosial, faktor utama yang mempengaruhi seorang
remaja melakukan hubungan seks di luar nikah adalah karena kurangnya pengawasan oleh orangtua kepada anaknya. Menurut Bu Nurbani, di zaman
sekarang ini, sudah banyak sekali pergaulan yang menyalah berada pada lingkungan pertemanan. Apabila orangtua tidak mengontrol pergaulan anaknya
dan juga si anak tidak memiliki bekal keimanan dan moral yang kuat, tentu saja akan mudah baginya untuk melakukan seks bebas tersebut.
“Kalo ibu gak bisa nyalahkan satu-satu sih, semua. Orangtuanya juga gak ngontrol kan anaknya, padahal sekarang kan pergaulan juga
udah ngeri-ngeri karena terpengaruh budaya luar. Ya istilahnya kan mereka itu kadang-kadang apa namanya ya.. kepleset, itulah kena
godaan setan. Ya itu makanya menurut ibu kalo agamanya kuat, yaa
Universitas Sumatera Utara
dia lebih ini sih lebih tebal bentengnya. Makanya kalo udah mau ke arah-arah sana ya akan mikir dia.
Meskipun saat ini sudah banyak orang yang menerima seks bebas serta remaja yang hamil di luar, tentu masih ada masyarakat yang tidak setuju dengan
hal tersebut. Menurut Bu Nurbani, ketika seorang remaja yang hamil di luar nikah akibat seks bebas, komunikasinya dengan lingkungan sekitarnya tidak selamanya
akan berjalan buruk. Semua tergantung dari lingkungan dimana ia tinggal. Apabila ia tinggal di lingkungan yang sudah berfikiran modern, tentu hal itu tidak
menjadi persoalan baginya, karena lingkungannya juga menerima statusnya sebagai perempuan yang hamil tanpa suami. Namun, apabila ia tinggal di
lingkungan yang masih berfikiran tradisional, tentu tidak mudah baginya untuk dapat berkomunikasi dan bersosialisasi dengan lingkungannya.
“Ya tergantung dia tinggal di lingkungan bagaimana dulu. Kalo dia tinggal di lingkungan yang biasa, modern yaudah lahir aja anaknya.
Sekarang kan banyak juga orang nganggap anak yang lahir tanpa nikah kan biasa kan, apalah istilahnya single parent. Tapi ya kalo dia
tinggal di lingkungan yang belum modern, kemungkinan besar kehadiran dia dengan kondisi hamil di luar nikah itu gak diterima.
Kalo di lingkungan ibuk kayaknya gak ada, biasanya kalo udah ketauan biasanya langsung dinikahkan. ”
Informan 7
Nama Samaran : Ramzi
Tanggal Wawancara : 13 Agustus 2016 Waktu Wawancara
: 15.00 – 16.30 WIB Tempat Wawancara : KFC Ramayana Teladan
Laki-laki kelahiran 6 September 2000 ini adalah sosok remaja laki-laki yang betubuh tinggi dan kurus, serta berkulit sawo matang. Ia merupakan seorang
pelajar Sekolah Menengah Atas di sebuah sekolah swasta yang ada di Kota Medan. Ramzi merupakan seorang ketua di organisasi intra yang ada di
sekolahnya. Ia juga termasuk tipekal orang yang suka menyibukkan diri dan suka mengikuti berbagai kegiatan. Oleh karena itulah, Ramzi memutuskan untuk tidak
memiliki kekasih pada saat ini. Ia merasa bahwa memiliki kekasih merupakan suatu hal yang tidak menjadi kebutuhannya saat ini, karena hal itu akan
menganggu segala kesibukannya.
Universitas Sumatera Utara
Ia merupakan seorang sosok yang sangat dekat dengan ibunya, serta dengan kedua saudara perempuannya. Namun, ia mengatakan bahwa kedekatan
mereka semua tidak sebanding dengan kedekatan antara mereka semua dengan ayahnya. Ramzi merasa bahwa ia dan saudara-saudaranya sangat dekat dengan
ibunya, namun tidak dekat dengan ayahnya. Oleh karena itu, setiap kali ia ingin bercerita ataupun bertukar pikiran, selalu ia lakukan dengan ibunya atau kakak
perempuannya saja. “Gak kayak keluarga lain lah, keluarga aku sebenarnya enak lah
kami dekat sama mama yang anak-anaknya, tapi kalo sama papa enggak. Ngomong juga jarang-jarang aja, kalo ditanya papa aja baru
ngomong. Yaa memang agak kurang bagus hubungan papa sama anak-anaknya, tapi kalo sama mama, kami dekat, selalu cerita
semuanya.”
“Paling cuma sama kakak atau sama mama aja.” Walaupun begitu, Ramzi sebenarnya adalah sosok yang menyenangkan
dan menghargai perempuan. Meskipun ia memilih untuk mengakhiri hubungannya dengan kekasihnya terdahulu, tidak berarti bahwa ia ingin menyakiti
perempuan. Ia hanya merasa bahwa kesibukannya dan sifatnya yang suka mencari kesibukan tersebut akan menyakitkan bagi pasangannya, untuk itulah ia memilih
mengakhiri hubungan. Ketika Ramzi ingin menjalin hubungan dengan seorang perempuan, ia melihat fisik dan penampilan seseorang untuk pertama kalinya.
Menurutnya, hal itu penting untuk menciptakan kesan ketertarikan pada pandangan pertama. Namun, semua perasaan akan berlanjut apabila ia mendapati
bahwa perempuan yang ia sukai ternyata memiliki hati dan sifat yang baik. Di usianya yang sudah menginjak usia remaja saat ini, ia harus mampu
menempatkan diri dengan baik sebagai seorang laki-laki. Ia adalah salah satu laki- laki yang sangat menghargai perempuan dan selalu mencoba bersikap tidak
menyimpang dari perbuatan yang baik. Menurutnya, saat ini seks bebas merupakan salah satu permasalahan utama yang terjadi di kalangan remaja. Ramzi
sendiri sudah mengetahui mengenai seks ketika ia duduk di bangku Sekolah Dasar. Saat itu, ia mengetahui akan seks ketika sedang dalam materi pelajaran.
Seiring berjalannya waktu, ia mulai mengetahui banyak hal akan seks, seperti
Universitas Sumatera Utara
hubungan intim dan bagaimana cara melakukannya. Namun, ia mengatakan bahwa ia tidak pernah melakukan hubungan seks di luar nikah.
“Dari SD udah tau kak, kan udah belajar.” “Seks apa ya hahaha, ya cuma tau dari pelajaran aja ya kalo kita itu
lahir dari hubungan seks hahaha. Lama-lama ya tau aja seks itu apa- apa aja, ngapai aja, ya cuma tau ya kak gak pernah melakukan.”
Di mata Ramzi sendiri, saat ini seks bebas sudah menjadi suatu hal yang cukup bebas untuk dilakukan di kalangan para remaja. Meskipun hal tersebut
sebenarnya dilarang, namun masih banyak saja para remaja yang melakukan hubungan seks di luar nikah ini. Ramzi mengatakan bahwa dalam memilih teman,
ia adalah orang yang cukup pemilih, apabila ia mengetahui bahwa teman- temannya tidak mengajarkan hal yang positif baginya, maka ia tidak akan
mendekati temannya tersebut. Ia mengatakan, bahwa sesekali ia pernah mendengarkan cerita dari teman-temannya yang ia anggap sebagai anak nakal,
bahwa mereka sudah pernah melakukan hubungan seks di luar nikah. Dan hal tersebut mereka ceritakan dengan teman-teman sepermainannya, mereka
menceritakan mengenai pengalaman berhubungan seks mereka dengan para kekasih mereka. Saat itu, Ramzi masih berteman dengan mereka karena belum
mengetahui sifat asli dari teman-temannya, namun ketika ia sudah mengetahuinya dan teman-temannya tidak kunjung berubah, maka Ramzi memutuskan untuk
menjauh dari mereka. Saat mereka masih berteman dekat, tidak jarang pula Ramzi ditawari oleh teman-temannya para remaja perempuan yang bersedia untuk
melakukan hubungan seks dengannya, tetapi Ramzi selalu menolak. Menurut Ramzi sendiri, melakukan hubungan seks sebelum menikah
adalah suatu perbuatan yang tidak wajar dan melanggar aturan agama. Oleh karena itu, ia selalu menjauhi perbuataan tercela itu. Menurutnya, mereka yang
melakukan hubungan seks di luar nikah adalah orang-orang yang tidak menggunakan akal pikirannya, hanya nafsunya saja. Menurut Ramzi, seks bebas
adalah perbuatan yang dapat merusak diri sendiri. “Ya meskipun aku gak pernah kak, dan kawan-kawanku juga gak
pernah cerita, tapi ya aku tau lah sikit-sikit haha. Aku pun punya kawan yang bandel cuma gak kukawani dekat kali karna tau aja dia
Universitas Sumatera Utara
gak baik. Tapi yaa…. Taulah kak kekmana, menurutku seks bebas ini udah bebas lah namanya aja seks bebas hahaha. Ini yang aku
tangkap ya dari cerita kawan-kawanku yang bandel itu ya… mereka aja yang baru seumuran samaku, udah sering katanya sama cewek-
cewek orang itu main seks, paling gak ciuman itu gak kemana, udah biasa. Jadi ya gitu ajalah kak, ciuman aja udah biasa kan, pasti yang
lebih dari itu udah sering juga. Aku dengar-dengar aja kadang kalo orang itu cerita, kadang mau juga kan kalo orang itu kumpul, aku
ikut gabung-gabung kadang pun sering juga aku ditawari cewek sama orang itu hahaha, karna dikira orang itu aku gak mau sama
cewek, padahal aku memang gak mau pacaran karna pacaran nyusahin kurasa.”
“Ya enggak lah, bedosa kak haram hahaha.” “Apa ya.. bodoh sih. Otaknya gak dipake, nafsu aja diutamakan,
padahal kan bedosa hahaha. Lagian menurut aku ya kak, seks bebas itu merusak diri sendiri sih. Otak jadinya asik mau seks bebas aja,
jadi bawaannya mau mesum aja”
Menurut Ramzi, penyebab utama dari maraknya seks bebas di Kota Medan ini adalah adanya pengaruh budaya barat yang masuk ke masyarakat Kota Medan.
Ia mengatakan bahwa globalisasi telah menyebabkan bercampurnya budaya barat ke budaya timur. Karena hal itulah, ditambah dengan masyarakat kota Medan
yang terlalu mengikuti perkembangan zaman, sehingga mereka menjadikan budaya barat saat ini adalah suatu trend yang patut untuk diikuti.
“Apa ya, kalo kurasa sih ya karena pengaruh budaya barat aja sih, ya kan tau sama tau sih kak kalo jaman sekarang semua orang udah sok
kebarat-baratan. Karna udah ngerasa bisa ngikutin gaya hidup orang barat, jadi nya ya lingkungan pun mendukung, mulai dari dibuat
tempat-tempat mesum sampe seks jadi kebiasaan disini.”
Dengan trend seks bebas inilah, tidak sedikit pula para pasangan remaja yang sudah melakukan hubungan seks di luar nikah ketika mereka masih
berpacaran. Menurut Ramzi, ini adalah suatu hal yang salah dan tidak sewajarnya dilakukan. Karena hal tersebut dapat merusak keduanya serta hubungan itu
sendiri. Apabila sudah melakukan hubungan seks saat berpacaran, maka akan merasa ada keterikatan baik diantara salah satunya ataupun keduanya. Dengan
kata lain, hubungan tersebut akan berujung kepada hubungan berpacaran yang tidak sehat.
Universitas Sumatera Utara
“Ya enggak lah, ngapain cobak. Yang setau aku ya dari cerita kakakku ini ya kak, kalo pacaran aja udah main seks, nanti jadi
rasanya pacaran itu cuma sekedar seks aja, gadak lagi perasaan sayangnya cuma nafsu aja haha. Lagian, seks itu kan bikin jadi
terikat, entah itu si cewek atau cowoknya, jadi lebih banyak ngatur kalo udah main seks gitu, aku gak tipe suka diatur pulak, jadi ya
mending gak usah haha.”
Seperti yang ia ketahui, bahwa tidaklah mungkin seorang remaja melakukan hubungan seks di luar nikah tanpa alasan. Menurutnya, seorang remaja
akan melakukan hubungan seks di luar nikah karena alasan kurangnya perhatian dan kasih sayang yang ia dapat dari kedua orangtuanya, sehingga mudah baginya
untuk terjerumus ke dalam pergaulan bebas yang mengantarkannya kepada seks bebas.
“Pengaruh budaya barat haha. Ya gara-gara itu juga lah, kan jadi terikut pergaulan bebas juga sih kak, pergaulan bebas itu kan kalo
kita salah milih kawan jadinya ya gitu. Kalo keluarga gak back up pergaulan anaknya, jadinya ya bisa jadi gitu kak.”
Selain itu, faktor yang menjadi penyebab remaja melakukan seks bebas
menurut Ramzi adalah karena faktor keluarga dan lingkungan tempat tinggal serta lingkungan sekolahnya yang tidak mengayomi seseorang untuk berbuat yang baik
sesuai dengan norma-norma yang ada. Ketika seorang remaja hidup di dalam keluarga yang tidak harmonis, maka seks bebas bisa ia jadikan salah satu jalan
untuk mencari kesenangan di luar keluarganya. Itulah mengapa keluarga sangat penting dalam pembentukan karakter seorang anak dan juga penanaman nilai
moral dan budaya seseorang. “Keluarga kak, menurutku ya kalo keluarganya sama lingkungan
tempat tinggalnya gak mendukung dia buat berbuat baik, ya jadi lah dia anak bandel. Kadang ada keluarga yang gak harmonis, jadinya ya
si anak mencari kebahagiaan di luar sana dengan cara seks bebas misalnya. Ada juga keluarga yang harmonis, tapi si anak tetap kena
seks bebas karena pergaulan kawan-kawannya. Semua bisa aja terjadi sih, kalo menurutku ya, keluarga itu yang utama kak karna
kan mereka ngontrol si anak ini cemana. Diajarin yang baik-baik aja bisa jadi gak baik, gimana lagi kalo gak diajarin yang baik sama
sekali.” Ketika seorang remaja mengalami kehamilan di luar nikah, maka hal
tersebut tentu akan merugikan pihak remaja perempuan. Ramzi mengatakan bahwa hal tersebut merupakan akibat dari perbuatan yang telah ia lakukan sendiri,
Universitas Sumatera Utara
yaitu seks bebas. Oleh karena itu, akibat tersebut harus ia tanggung meskipun pada akhirnya ia harus menanggung malu dan mendapatkan perilaku yang tidak
mendukung dari lingkungan tempat tinggalnya. Oleh karena itu, ada baiknya jika seorang remaja tidak melakukan hubungan seks di luar nikah karena hal tersebut
dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. “Itulah kan, kalo di bilang kasian si ceweknya ya gak juga, orang dia
mau aja, entah kalo tadi diperkosa kak. Jadi ya rasakanlah akibatnya hahaha. Paling ya tekanan mental aja sih kalo dia anaknya yang gak
tahan mental, kalo pun lingkungannya nerima, pasti tetap malu sama nyesal juga dia itu. Jadi ya… jangan buat dosa aja makanya
hahaha… kasian orangtua.”
Informan 8
Nama Samaran : Dea
Tanggal Wawancara : 11 Agustus 2016 Waktu Wawancara
: 15.30 – 16.30 WIB Tempat Wawancara : Dunkin Donut Ramayana Teladan
Gadis kelahiran tahun 2003 ini adalah seorang gadis yang saat ini masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Dea, adalah sosok gadis yang setia
menggunakan jilbabnya, bertubuh mungil, berkulit putih dan matanya selalu berbinar memancarkan kepercayaan dirinya. Dea merupakan seorang pelajar
Sekolah Menengah Pertama di sebuah sekolah negeri di Kota Medan. Saat ini, ia memiliki banyak kegiatan baik di organisasi intra maupun di luar sekolahnya.
Selain itu, Dea juga merupaka seorang anggota rohani islam di sekolahnya dan ia juga cukup aktif di berbagai kegiatan.
Gadis berdarah Aceh ini ternyata kegiatan yang menyibukkan dirinya ini telah menyebabkan kandasnya hubungan asmara Dea dengan kekasihnya. Namun
hal tersebut tidak menjadi masalah baginya, karena bagi seorang Dea, memiliki seorang kekasih yang tidak dapat mengerti kesibukannya adalah suatu hal yang
membosankan, karena Dea sendiri tidak pernah mengekang kekasihnya untuk terus bersama dengan Dea. Dea lebih banyak menghabiskan waktu untuk
kegiatannya di sekolah dan juga dengan teman-temannya.
Universitas Sumatera Utara
Walaupun tidak memiliki kekasih, namun Dea masih memiliki keluarga yang cukup harmonis dan memiliki rasa kedekatan diantara mereka. Dea
mengatakan bahwa ia merasa sangat dekat dengan Ibunya, karena ibunya selalu berada di rumah dan selalu menjaga Dea. Selain itu, Dea juga memiliki 2 orang
kakak laki-laki yang juga sayang kepadanya. Meskipun ayah Dea sangat sibuk dan sering pergi keluar kota, hal itu lantas tidak menyebabkan Dea menjadi tidak
dekat dengan ayahnya. Untuk hal menceritakan pengalaman dan juga bertukar pikiran, Dea selalu membagikan kisah hidupnya kepada sang ibu, karena ia
merasa nyaman bercerita kepada ibunya. Namun, sesekali Dea juga bercerita dengan kakak laki-lakinya, terutama untuk urusan asmara.
“Biasa aja sih kak, Dea dekatnya sama papa tapi papa sering keluar kota jadi sekarang Dea dekatnya sama mama. Kalo abang Dea kan
ada 2, tapi dua-duanya suka pulang malam, yang satu sibuk les, satu lagi sibuk ekskul dia jadinya jarang kali sore di rumah. Tapi Dea
sama abang-abang Dea dekat juga kok. Intinya kami dekat semua dan saling menyayangi kak hahaha. ”
“Ya pernah kak, Dea sering cerita ke mama. Tapi kea bang juga sering, biasanya cerita cowok sih. Soalnya abang juga bilang, kalo
ada cowok yang jahat sama Dea, lapor ke abang haha.”
Tidak jarang Dea bercerita mengenai teman laki-lakinya ataupun kisah asmaranya kepada sang kakak. Baginya, ia merasa nyaman dan juga merasa
terlindungi oleh kedua kakak laki-lakinya. Dea mengatakan bahwa ia hanya tertarik dengan laki-laki yang bersikap baik kepadanya. Karena baginya, sikap
baik seseorang akan menuntun Dea untuk tetap berbuat baik dan tidak menyimpang dari hal-hal baik. Saat ini, Dea merasa bahwa sudah banyak teman
ataupun berita yang ia ketahui mengenai pasangan remaja yang sudah melakukan seks bebas di usia dini. Hal inilah yang membuat Dea hati-hati dalam memilih
pasangan. Dea sendiri mengatakan bahwa ia sudah mengetahui seks ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar, namun hal itu hanya ia pelajari ketika di sekolah.
Namun, lama kelamaan Dea mulai mengetahui dan paham, mengapa hubungan seks tidak bisa dilakukan oleh sembarangan orang dengan waktu yang tidak pas.
Oleh karena itu, Dea tidak pernah melakukan seks bebas karena baginya itu merugikan dan menjadi suatu hal yang tidak wajar untuk dilakukan, meskipun ia
Universitas Sumatera Utara
tahu bahwa saat ini seks bebas sudah banyak dilakukan oleh para remaja dan mereka melakukannya tanpa rasa takut ataupun malu.
“Cuma sekedar tau ya kak, dari SD soalnya kan ada belajar soal seks dikit kak.”
“Yaa soal pelajaran sih kak. Tapi sejak SMP ini udah mulai taulah sikit-sikit seks itu ngapain aja. Tapi cuma sekedar tau ya kak haha.”
“Buat Dea sih enggak ya kak, karena setau Dea juga itu merugikan. Tapi gak tau ya kalo menurut orang-orang.”
“Dea gak terlalu paham cuma sekedar tau aja kak dari cerita-cerita kawan, cerita abang-abang Dea yaa pokoknya dari segala macam
cerita sama berita-berita aja sih hahaha. Pokoknya menurut Dea yaa udah bebas lah sekarang seks bebas itu kayak udah hal biasa yang
gak perlu takut-takut kali dan gak perlu ditutup-tutupin kali kalo kita ngelakuin hal itu.
Bagi Dea, ketika seorang remaja melakukan hubungan seks di luar nikah, tentu akan berdampak buruk dan merugikan bagi dirinya sendiri. Menurut Dea, itu
adalah perbuatan yang bodoh dan salah. Namun, tetap saja sebagai orang yang masih mampu memilih mana perbuatan baik dan buruk, sebaiknya harus saling
mengingatkan agar teman-temannya atau siapapun remaja pelaku seks bebas tidak terjerumus ke dalam seks bebas lebih jauh lagi.
“Dea gak mau menghakimi ya kak, soalnya Dea udah diajarin dari dulu harus open minded haha. Tapi tetap aja menurut Dea, yaa
terserah mereka mau melakukan itu apa enggak, kan ruginya di mereka. Tapi tetap aja menurut Dea itu perbuatan bodoh lah kak,
cuma ya kita-kita ini harus saling mengingatkan aja jangan sampai kayak gitu dan kita juga jangan kayak gitu. Tapi kalo tetap mau
dibuatnya yaudah itu urusan dia.”
Menurut Dea, seks bebas yang saat ini terjadi di Kota Medan merupakan pengaruh dari budaya barat yang masuk ke masyarakat saat ini. Banyak
masyarakat yang mencoba untuk mengikuti budaya barat yang berbeda dengan budaya timur, sehingga tidak sedikit pula hasilnya bahwa masyarakat Kota Medan
sudah terpengaruh oleh budaya Barat. “Menurut Dea itu sih karena pengaruh dari luar negeri kak. Abang
Dea juga bilang gitu sih, katanya karena kita sekarang udah sok-sok ikutan orang Barat kak gaya hidupnya, jadi ya gitu. Tapi setelah Dea
liat-liat pun ya emang iya sih kak haha.”
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itu, tidak jarang pula banyak pasangan remaja yang melakukan hubungan seks di luar nikah saat mereka berpacaran. Menurut Dea
sendiri, melakukan hubungan seks saat berpacaran bukanlah hal yang harus dilakukan. Baginya, berpacaran bukanlah menjadi prioritas utama untuknya,
terlebih lagi melakukan hubungan seks. Namun, ia tidak bisa memastikan bahwa semua pasangan remaja juga berfikiran yang sama dengannya.
“Tergantung sih kak, kembali lagi ke setiap orang. Kalo menurut Dea sih enggak, ya karena pacaran itu gak prioritas utama sama Dea,
lagian memang Dea gak mau sih kayak gitu-gitu. Ya gak tau kalo orang pacaran yang lainnya ya.”
Menurut Dea, melakukan hubungan seks saat berpacaran, saat ini di kalangan pasangan remaja sudah menjadi sebuah trend untuk beberapa orang,
dimana lingkungan pertemanannya telah menyebabkan hal tersebut menjadi suatu perbuatan yang wajar untuk dilakukan. Menurutnya, alasan para remaja
melakukan hubungan seks tersebut selain karena mengikuti trend, juga karena kondisi keluarganya yang tidak mem-back up anak-anaknya, sehingga mereka
terjerumus ke dalam seks bebas. “Karena ikut-ikut kawan kak, karena udah jadi trend dirasanya,
makanya dibuatnya lah kayak gitu. Tapi pun kalo keluarganya bagus kak, pasti gak bakal dia terikut hal-hal kayak gitu. Yaa bisa jadi juga
sih kan karena keluarganya gak kasih perhatian lebih sama dia.”
Dea mengatakan, bahwa keluarga merupakan faktor utama dan unsur yang paling penting untuk menciptakan kenyamanan bagi seorang anak, terutama para
remaja. Keluarga berperan untuk melindungi dan mengayomi satu sama lain, dengan begitu para anak-anak akan merasa nyaman dengan keluarganya sendiri,
dan tidak mencari kebahagiaan atau kenyamanan di tempat luar ataupun dengan orang lain yang tidak sepenuhnya dapat dipercaya akan memberikan dampak yang
baik baginya. “Faktor.. apa ya kak, kayaknya keluarga lah. ya kayak yang tadi Dea
bilang, kalo keluarganya ya ibaratnya gak sayang sama dia, atau gak diajarkan yang bagus-bagus sama dia, gak rajin ditanyain tiap hari
yaa anaknya pun bisa cari kesenangan lain di luar sana ya meskipun dengan cara yang gak bagus. Itu lah kenapa, kami sekeluarga saling
dekat kak, soalnya kata mama kami ini harus merasa nyaman di keluarga sendiri, biar gak cari nyaman sama orang lain.”
Universitas Sumatera Utara
Pada akhirnya, seks bebas yang dilakukan oleh remaja tidak selamanya akan berjalan lancar dan tanpa akibat. Tidak jarang pula, ada beberapa remaja
perempuan yang melakukan seks bebas, pada akhirnya harus mengalami kehamilan di luar nikah. Menurut Dea, apabila hal tersebut telah terjadi kepada
remaja perempuan tersebut, maka ia harus menanggung akibat dari perbuatannya. Apabila pasangannya tidak bersedia bertanggung jawab atas perbuatan mereka,
maka hal itu harus ditanggung oleh perempuan itu sendiri, tanpa harus menggugurkan kandungannya walaupun ia akan mendapatkan tanggapan yang
tentu tidak baik dari lingkungannya, baik lingkungan tempat tinggalnya maupun teman-temannya.
“Itu sih salah dia sendiri kak, kan dia yang mau berhubungan seks itu. Jadi ya dia harus nanggung akibatnya kak, mau dinikahi atau
enggak ya itu takdir dia. Tapi yang jelas anaknya jangan sampe dibunuh, digugurkan atau dibuang sih kak, kasian. Nanti dia pun
makin bedosa kak. Yaa kalo keluarga dia marah karena dia buat aib, atau tetangganya jadi jauhin dia ya itu lah akibatnya kak. Pande-
pande dia lah bisa tahan apa enggak sama semua itu.
Informan 9
Nama Samaran : Zakki
Tanggal Wawancara : 29 September 2016 Waktu Wawancara
: 13.00 – 14. 00 WIB Tempat Wawancara : LPPM USU
` Zakki merupakan sosok lelaki yang betubuh kecil dan berkulit sawo
matang seperti kebanyakan bangsa Indonesia. Ia merupakan salah satu mahasiswa di salah satu universitas negeri yang ada di Medan. Zakki adalah seorang remaja
yang cukup aktif mengikuti berbagai kegiatan maupun organisasi di banyak tempat, baik di dalam kampus maupun di luar kampus. Selain itu, Zakki juga
merupakan seorang ketua di salah satu organisasi intra di kampusnya. Banyaknya kegiatan yang diikuti Zakki, sering kali berupa kegiatan amal ataupun keagamaan.
Maka tak salah jika ia ditunjuk sebagai Ketua Remaja Mesjid di lingkungan tempat tinggalnya.
Universitas Sumatera Utara
Lelaki kelahiran 9 Oktober 1996 ini mengaku bahwa ia menyukai berbagai kegiatan dan kesibukan yang saat ini sedang ia tekuni, meskipun begitu ia tidak
melupakan tugas utamanya yaitu menyelesaikan kuliahnya dengan baik. Walau kesibukan melanda, tak menyurutkan kebersamaan Zakki dengan keluarganya
menjadi berkurang. Sesekali waktu, apabila ada waktu senggang akan selalu dihabiskan oleh keluarga Zakki untuk pergi refreshing atau berlibur.
Bagi Zakki, memiliki keluarga yang harmonis dan demokratis adalah suatu kebahagiaan buatnya. Hal ini terlihat ketika apabila setiap anggota keluarganya
ingin melakukan sesuatu, seringkali mereka akan berkumpul dan saling bermusyawarah untuk mengambil keputusan yang terbaik, sehingga tidak akan
ada pihak yang merasa dirugikan. Selain itu, Zakki juga mengatakan bahwa mereka selalu menceritakan mengenai setiap kegiatan dan aktivitas yang
dilakukan sehari-hari kepada kedua orangtua mereka. Hal inilah yang menyebabkan Zakki merasa terbuka dengan keluarganya.
“Keluarga kami itu harmonis, di keluarga kami itu segala keputusan itu dilakukan secara demokratis. Kalo ada misalnya harus ngambil
keputusan gitu, biasanya kami kumpul, kami bahas sama-sama. Yaa demokratis lah cemana demokratis itu hahaha. Jadi gak ada paksaan
dari orangtua atau otoriter. Terus pun kalo lagi ada waktu senggang, kami jalan-jalan sekeluarga, refreshing lah.”
“Ya selalu lah. kami apa-apa selalu cerita, misalnya tentang apa ya… semua sih kami ceritain ke orangtua. Ya apapun ku ceritain
gitu. Misalnya aku lagi dekat sama siapa, aku ceritain juga haha. Jadi orangtuaku tau siapa pacarku gitu. Kuliah juga pasti aku
ceritain lah, kegiatan di kampus sama di luar juga, ya semua-semua lah.”
Karena memiliki keluarga dan kesibukan yang banyak itulah, Zakki
mengaku bahwa ia tidak memiliki waktu untuk memikirkan mengenai hubungan percintaan. Hingga saat ini, Zakki mengatakan bahwa ia tidak memiliki kekasih.
Kali terakhir ia memiliki kekasih adalah sekitar setahun yang lalu. Meskipun kekasihnya pada saat itu bukanlah kekasih yang pertama bagi Zakki, namun ia
merasa cukup nyaman ketika menjalin hubungan dengannya, meskipun terkadang hubungan mereka harus terganggu akibat dari perbuatan teman-teman kekasihnya.
Bagi Zakki, suatu hubungan sebaiknya tidak harus selalu diikut campuri oleh pihak lain, terutama teman. Namun, teman-teman kekasih Zakki pada saat itu
Universitas Sumatera Utara
seringkali memberikan komentar negatif dan mengadu domba hubungan mereka, hal itulah yang menyebabkan hubungan mereka pada akhirnya harus berakhir.
“Dia itu gampang kali dengarkan cakap-cakap sama suara-suara dari luar. Misalnya ada kawannya komen kayak gini tentang hubungan
kami, dia dengarkan. Terakhir jadinya berantem, gitu aja terus. Lagian kawan-kawannya suka kali ikut campur urusan kami. Buat
risih.” Bagi Zakki, ketika ia akan menjalin hubungan dengan seseorang maka ia
haruslah dilandasi oleh perasaan suka kepada orang tersebut. Bermula dari perasaan suka itulah maka akan berkembang menjadi perasaan yang lebih
meningkat seiring dengan berjalannya waktu. Selama menjalin hubungan dengan perempuan mana pun, Zakki mengatakan bahwa ia selalu menjaga kekasihnya dan
tidak pernah berniat untuk melakukan hubungan seks, karena hal tersebut tetntu akan merusak masa depan kekasihnya.
“ Ya karena suka lah. nanti kan lama-lama bisa jadi sayang atau cinta.”
“Ya karena memang suka, sayang, kalo soal seks mana pernah kami kek gitu, kan kujaga kali mantanku waktu itu gak ada niat mau
merusak.”
Walaupun sudah mengetahui mengenai seks sejak duduk di bangku sekolah dasar, Zakki mengatakan bahwa pada saat itu ia hanya mengetahui seks
sebatas untuk pembelajaran. Seiring berjalannya waktu, ia mulai memahami bahwa seks tidak hanya sebatas untuk pembelajaran. Zakki mulai mengetahui
mengenai pelecehan seks yang terjadi, bahkan seluruh hal mengenai hubungan seks Zakki sudah mengetahuinya. Namun, bagi Zakki hal tersebut hanya untuk
pembelajaran baginya dan tidak untuk dilakukan disaat yang belum sewajarnya. Oleh karena itu, Zakki menganggap bahwa melakukan hubungan seks
sebelum menikah adalah sesuatu hal yang tidak wajar untuk dilakukan. Namun di zaman sekarang ini, Zakki menilai bahwa melakukan hubungan seks sebelum
menikah adalah hal yang biasa dilakukan. Hal ini terjadi karena kehidupan masyarakat yang saat ini sudah tidak terkontrol dan melanggar nilai agama serta
norma-norma yang ada, sehingga hal tersebut sudah tidak penting lagi untuk dipikirkan maka terjadilah seks bebas tersebut. Kebanyakan seks bebas dilakukan
Universitas Sumatera Utara
ketika ada keinginan dan kesempatan, lalu mengesampingkan nilai budaya serta agama dan norma-norma yang ada.
Hal itulah yang menyebabkan kebiasaan bagi para pelaku hubungan seks bebas. Dengan mengesampingkan hal-hal tersebut, maka mereka akan bebas
melakukan hubungan seks sebelum menikah. Zakki mengatakan, apabila dilihat dari sisi agamanya, Zakki berpendapat bahwa mereka para pelaku seks bebas juga
sudah tidak mengingat akan dosa dari perbuatan mereka. Mereka akan berpendapat bahwa apa yang mereka lakukan ini adalah dosa, namun bencana
dari perbuatan mereka itu tidak akan datang dengan secepatnya sehingga masih ada waktu bagi mereka untuk bertobat nantinya. Padahal, tidak ada yang tahu
kapan manusia akan meninggal. “Gak wajar lah bagi aku.”
“Di mataku itu sekarang udh gak terkontrol gitu ya. Istilahnya ya kapan dia mau dan ada kesempatan ya dilakukannya. Istilahnya ya
kalo sekarang ini norma, nilai agama bagi mereka itu udah gak penting lagi, jadi ya gitu yang gak mematuhinya itu udah gak ada
nilainya lagi untuk mencegah mereka melakukan itu, jd gak ada penghalang lagi lah. Ya udah kayak jadi habbit gitulah, kebiasaan.
Jadi mereka berani berbuat. Ya kalo mereka liat dari sisi agamanya ya mereka mikirnya pun bencananya gak datang langsung kok, jadi
masih ada kesempatan tobat. Ya padahal kan kita gak tau yakan kapan kita mati, bisa hari ini hidup, rupanya besok udah mati, gak
ada lah sempat buat tobat .” Zakki berpandangan bahwa mereka yang melakukan hubungan seks
sebelum menikah merupakan suatu perbuatan yang salah dan bodoh untuk dilakukan. Karena menurut Zakki, hal tersebut hanya akan mengundang dosa dan
becana, alangkah lebih baik jika nafsu akan seks tersebut ditahan hingga waktu yang ditentukan tiba yaitu pada saat sudah menikah.
“Rasaku itu…… kek mana ya. Bodoh sih. Karna kan hidup itu cuma sekali. Kenapa gak dirasakan yang indah-indahnya. Kenapa gak
ditunggu saatnya aja. Kan kenikmatan kek gitu sesaat aja. Selebihnya ganjaran.”
Menurut Zakki, maraknya seks bebas yang terjadi di Kota Medan ini merupakan suatu hal yang terjadi akibat pengaruhnya budaya dari luar, yaitu
budaya Barat yang berbeda dengan budaya Timur seperti yang dianut oleh Negara
Universitas Sumatera Utara
ini, sehingga menyebabkan lunturnya nilai budaya yang ada. Selain itu, rendahnya iman seseorang, baik dalam agama Islam atau agama apapun. Zakki berpendapat
bahwa ketika seseorang tidka mendekatkan diri kepada Tuhannya, maka imannya akan lemah, sehingga tidak ada yang mampu membentengi dirinya untuk tidak
melakukan perbuatan yang tercela. Oleh karena itu, ia tidak takut melakukan hubungan seks sebelum menikah, selama tidak ada yang mengetahuinya dan juga
sama-sama bersedia untuk melakukan hubungan seks tersebut. “ Kalo menurut aku ya.. pengaruh dari luar, lunturnya nilai budaya,
gak ada imannya. Jadi dia gak ngerasa ada hukuman gitu yang dia rasakan dari akibat yang dia lakukan. Mungkin dia mikir selagi gak
ada yang tau dan sama-sama mau buat seks bebas gitu ya gak masalah.”
Selama menjalin hubungan asmara dengan kekasihnya yang terdahulu, Zakki mengatakan bahwa ia tidak pernah melakukan hubungan seks. Menurut
Zakki, melakukan hubungan seks saat berpacaran merupakan sesuatu hal yang tidak harus dilakukan dan tidak dibenarkan untuk dilakukan. Baginya, berpacaran
merupakan hal yang tidak diperbolehkan setelah ia menyadari bahwa ternyata berpacaran merupakan sesuatu hal yang dilarang oleh agamanya
“Tidak, karna menurut aku pacaran itu tidak ada, setelah aku sadari bahwa landasan di agama ada mutlaknya dilarang pacaran.”
Menurut Zakki, alasan seseorang melakukan hubungan seks sebelum menikah adalah karena alasan pergaulan. Tidak hanya karena mereka terjerumus
ke dalam pergaulan bebas, namun bisa dikarenakan rasa penasaran yang timbul saat mereka sedang berkumpul bersama teman-temannya dan mulai membahas
mengenai hubungan seks. Hal tersebut lah yang dapat memicu seseorang untuk mencoba melakukan hubungan seks sebelum menikah.
“ Apa ya.. kalo menurut aku sih pergaulan juga termasuk salah satu alasannya. Ya mungkin awalnya penasaran karna dengar-dengar
cerita kawannya yang udah berhubungan seks atau apalah yakan, terus yaudah jadi nyobain.”
Bagi Zakki, selain mempertebal keimanan, keluarga berperan penting dalam menanamkan nilai kebudayaan sehingga setidaknya dapat membentengi
dan membekali kepada anak-anaknya untuk tidak melakukan hubungan seks
Universitas Sumatera Utara
sebelum menikah. Dari keluarga lah seorang anak dapat menentukan apakah yang ia perbuat merupakan sesuatu yang baik dilakukan atau tidak. Lingkungan
pertemanan juga berpengaruh dalam tumbuh kembang seseorang. Walaupun pada akhirnya, semua hal tersebut kembali lagi pada diri sendiri, apakah tetap akan
melakukan hubungan seks bebas atau tidak. Dalam keluarga Zakki sendiri, nilai- nilai budaya dan keagamaan sudah lama ditanamkan kepada mereka, sehingga
mereka tahu mana hal yang baik untuk dilakukan dan yang tidak baik untuk dilakukan.
“Ya itu lah paling karena kurang kuat imannya, penanaman agama sama budaya di keluarganya gak mendalam, jadi dia juga gak
terbentengi dirinya buat berbuat kek gitu. Pertemanan sama lingkungan juga mempengaruhi, tapi yang paling penting sih itu
balik ke diri sendiri lagi. Kalo di keluargaku sendiri sih kami memang ditanamkan dari kecil soal nilai-nilai agama dan
kebudayaan itu. Jadi dari kecil ya kami udah paham. Aku pribadi sih kalo berkawan ya pilih-pilih background keluarganya juga,
maksudnya dia ini anak baik-baik apa enggak gitu.”
Apabila seorang remaja tetap bersikeras untuk melakukan hubungan seks sebelum menikah, maka tidak melepas kemungkinan bahwa ia akan dirugikan
ataupun pihak perempuan akan mengalami kehamilan. Apabila hal ini sudah terjadi, maka yang dapat dilakukan hanyalah menyesali keadaan. Untuk itulah,
Zakki mengatakan bahwa sebaiknya untuk tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah, karena dapat merugikan. Ketika seorang remaja perempuan
mengalami kehamilan di luar pernikahan, maka ia akan merasa terasingkan dan mentalnya akan terganggu. Ia akan hidup di dalam lingkungannya dan dipandang
telah berbuat hal yang buruk. Apalagi jika ia masih dalam usia sekolah atau masih duduk di bangku sekolah, tentu itu akan menghambat pendidikannya.
Selain itu, ia akan merusak nama baik keluarganya, dan yang terpenting ia akan merasa sangat berdosa dengan Tuhannya.
“ Nah itu lah kan, kalo udah seks bebas meskipun udah pake segala macam alat supaya mencegah kehamilan tapi kalo udah ditakdirkan
hamil ya mau bilang apa coba. Makanya jangan dilakukan kalo gak mau kena resikonya. Nanti kalo udah gak mau hamil, dipaksa
digugurkan padahal banyak orangtua lainnya yang pengen punya anak tapi gak bisa-bisa. Lagian, meskipun jaman sekarang ini seks
bebas udah biasa kayaknya ya, tetap aja kalo si perempuan hamil di
Universitas Sumatera Utara
luar nikah akan dipandang jelek dan rendah. Belum lagi kalo dia masih sekolah, ya gimana sekolahnya kan jadi terhambat. Masih
mudah udah harus hamil tanpa suami, kan malu. Rusak mentalnya, beban hidupnya nambah, buat malu keluarga juga, yang paling pasti
dosanya sama Tuhan kan apalagi kalo sampe mau digugurkan anaknya. Yaaa intinya janganlah seks bebas itu, rugi aja yang di
dapat.”
Informan 10
Nama Samaran : Prili
Tanggal Wawancara : 29 September 2016 Waktu Wawancara
: 17.00 – 19.00 WIB Tempat Wawancara : Kopi Takar
Prili, adalah seorang perempuan yang saat ini sudah memasuki usia 21 tahun. Perempuan berkulit sawo matang dan bertubuh kurus ini, merupakan sosok
yang cukup ceria dan memiliki mood yang mudah sekali berubah-ubah. Prili merupakan seorang mahasiswi tingkat akhir di sebuah universitas negeri yang ada
di Medan. Selain mempunyai kesibukan sebagai mahasiswa semester akhir yang tengah dikejar oleh deadline skripsi, Prili juga memiliki banyak kegiatan di luar
kampusnya. Salah satunya adalah ia ikut serta dalam pekerjaan yang tergabung dengansebuah Event Organizer, oleh karena itu ia harus pandai-pandai dalam
mengatur jadwalnya. Banyaknya kesibukan yang harus dijalani oleh Prili, membuatnya
seringkali merasa jenuh dan lelah. Terlebih lagi dengan kondisi keluarganya yang kurang harmonis, terutama hubungannya dengan ayahnya. Prili mengatakan
bahwa hubungannya dengan ibu, serta kedua adiknya cukup harmonis. Namun tidak dengan ayahnya, bahkan kedua adiknya juga tidak merasa dekat dengan
ayah mereka. Hal ini dikarenakan adanya permasalahan yang terjadi diantara Prili dengan ayahnya di masa lalu, sehingga sampai saat ini hubungannya dengan
ayahnya tidak berjalan baik. Walau begitu, ia selalu mendapat dukungan dari ibu dan kedua adiknya untuk tetap semangat dalam menyelesaikan semua pekerjaan
dan juga tugas akhirnya. “Aku sama papaku gak dekat, gak aku aja sih, adek-adekku juga.
Soalnya dia suka marah-marah, dulu sering berantem sama mamaku,
Universitas Sumatera Utara
sampe terakhir karena aku mau belain mamaku yang sering dipukuli dia, aku malah jadi kenak sasaran dia. Jadi aku yang berantem sama
dia hahaha. Cuma sekarang ya udah biasa aja sih, gak becakap aja aku sama dia, nanti lah kalo udah pas waktunya baru kucakapi haha.
Tapi kalo sama mamaku, aku dekat. Semua-semua ku ceritakan, ya gak semua sih tapi hampir semua hahaha. Sama adek-adekku juga
dekat, meskipun sering berantem tapi yaa gitulah.”
Meskipun tengah disibukkan oleh banyak kegiatan, ternyata perempuan kelahiran 4 April 1995 ini sudah memiliki seorang kekasih yang berusia lebih tua
7 tahun darinya. Prili mengatakan bahwa hubungan mereka sudah berjalan selama 5 bulan. Ia merasa nyaman dalam menjalin hubungan dengan kekasihnya, hanya
saja terkadang ia merasa bahwa hubungannya seringkali tidak berjalan mulus karena kurangnya restu dari kedua orangtuanya yang tidak terlalu merestui
hubungan mereka. Selain itu, sifat kekasihnya yang masih kekanak-kanakan juga ia anggap sebagai hal yang membuat hubungan mereka tidak selalu berjalan
lancar. “Orangtuaku sebenernya kurang setuju kalo aku pacaran sama dia,
tapi kalo buat dekat bekawan-bekawan aja ya gak papa. Soalnya apa ya.. umur kami jaraknya lumayan jauh sih 7 tahun, lagian kerjaan dia
juga gak menjamin buat nanti kalo misalnya nanti aku nikah sama dia. Terus dia itu sifatnya masih kayak anak-anak, jadi mamaku rasa
gak cocok juga kalo samaku yang lebih masih kayak anak-anak hahaha..”
Bagi Prili, hal yang terpenting ketika ia akan menjalin hubungan dengan seseorang adalah ketika ia juga menyukai lelaki tersebut, selain itu sifat baik dan
perhatian yang ditujukan oleh lelaki tersebut kepadanya, akan membuat Prili menjadi semakin menyukai lelaki tersebut. Baginya, hubungan yang ia jalani saat
ini adalah hubungan yang sudah ia anggap ke arah yang lebih serius, karena ia tidak ingin menjalin hubungan hanya untuk sesaat saja. Hubungan yang ia jalin
saat ini tidak dilandasi oleh keinginan melakukan hubungan seks semata, namun dilandasi oleh perasaan cinta dan juga komitmen.
“Biasanya karena aku suka sama dia, terus kayak selalu ada aja jalan buat pdkt, jadi yaudahlah jadi dekat. Nah abistu ya karena dia baik
terus perhatian samaku, pasti aku gampang kali suka sama orang.”
Universitas Sumatera Utara
“Yah karena cinta lah haha. Awalnya abang itu yang suka samaku, sampe dia nanya-nanyain aku ke mamaku. Ya mereka emang udah
kenal, cuma karena waktu itu aku lagi dekat sama orang lain, jadi dia gak ku tanggapi. Cuma karena dia gencar kali kurasa, jadi lama-lama
luluh juga haha. Makanya jadi dekat terus pacaran. Umur dia pun bukannya masi anak-anak kan, jadi memang niatnya mau serius aja,
mau komitmen, aku juga udah males pacaran main-main aja haha.” Prili mengatakan bahwa ia sudah merasa lelah untuk menjalani hubungan
yang tidak serius dan tidak berkomitmen. Baginya, hubungan yang tanpa arah hanya akan mengantarkannya kepada hal-hal yang tidak baik, seperti seks bebas.
Prili sendiri mengatakan bahwa ia sudah mengenal seks ketika ia masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Saat itu, ia sedang menjalin hubungan
dengan seorang laki-laki yang sudah mengajarkan kepadanya mengenai seks meskipun hanya melalui telepon seluler. Hal ini membuat Prili menjadi penasaran
dengan itu dan membuatnya mencari tahu mengenai seks lebih jauh lagi. Lama kelamaan, Prili mengetahui banyak hal akan seks, sehingga pada
akhirnya ketika ia sedang menjalin hubungan dengan laki-laki lainnya ketika ia memasuki bangku perkuliahan, ia mulai mencoba melakukan hubungan seks di
luar nikah. Hal ini dikarenakan ia merasa penasaran dengan ajakan kekasihnya pada saat itu yang selalu mengajaknya untuk melakukan hubungan seks.
“Dari SMP. Nah jadi waktu itu aku pernah punya pacar anak bola, jadi pas gak lama kami pacaran, dia itu di karantina. Masuk ke
asrama, jadi gak pernah jumpa. Yaa dari situ lah dia mulai lah kan agak-agak suka mincing ngebahas seks gitu, ya aku kan penasaran
maksudnya apa jadi aku banyak googling ajalah. Jadi dari situ pahamnya, kalo cuma sekedar tau, ya dari SD, kan ada belajar bahas-
bahas reproduksi.”
“Dulu ya karena kami cuma bisa telponan, jadi kadang tebahas soal seks ya di telpon, kayak phonesex gitu. Tapi ya makin lama makin
tau semua-semua lah haha. Cuma sekarang ya cukup tau aja, gak mau banyak tau lagi hahaha.”
“Waktu kuliah, semester dua atau tiga gitu aku lupa. Sial aja kemaren dapat pacar yang asik ngajak kayak gitu, jadi terikut lah.”
“Sama pacarku, waktu itu. Nyesal juga sebenarnya pacaran sama dia, jadi salah jalur gini aku kan haha. Padahal sebelum-sebelumnya aku
gak pernah berurusan sama hal kayak gitu. Paling pun chat-chat mengarah ke arah situ aja, gak pernah sampe melakukan.”
Universitas Sumatera Utara
Meskipun sudah pernah melakukan hubungan seks di luar nikah, ia merasa bahwa sebenarnya melakukan hal tersebut adalah perbuatan yang tidak wajar
untuk dilakukan. Prili mengatakan bahwa saat ini seks bebas sudah menjadi hal yang dianggap dapat dilakukan oleh siapa saja, asalkan mereka dapat
melakukannya tanpa diketahui oleh pihak-pihak yang berwenang. Hal inilah yang mendukung terjadinya seks bebas di kalangan masyarakat. Ia mengatakan bahwa
seks bebas bukanlah lagi menjadi hal yang tabu untuk dilakukan. Hubungan seks bebas biasanya bermula dari hubungan berpacaran yang seringkali terjadi
perangsangan terhadap masing-masing pasangan. Melalui hal kecil inilah, sehingga lama kelamaan akan terjadi hubungan seksual yang intim.
Bagi Prili, meskipun ia sudah pernah melakukan hubungan seks di luar nikah, ia merasa bahwa sebaiknya seorang remaja tidak mencoba melakukan
hubungan seks di luar nikah, karena hal tersebut dapat merusak dirinya sendiri, terutama bagi remaja perempuan. Akan ada banyak kerugian yang dialami oleh
remaja perempuan apabila ia melakukan hubungan seks, sehingga ia merasa ketagihan dengan perbuatan tersebut.
“Sebenernya ya… enggak. Tapi karena udah banyak yang kayak gitu, jadi terasa kayak kalo berbuat pun gak papa asal gak ketahuan
atau gak hamil. Tapi tetap aja sebenarnya menurutku gak wajar.”
“Ya kayak yang tadi ku bilang sih, udah banyak juga kan yang seks bebas gitu. Ya mungkin kita aja yang gak tau. Kayak aku gini lah,
orang kalo nilai aku sekilas pasti gak nyangka kalo aku pernah seks bebas, tapi nyatanya kan emang pernah. Jadi sebenernya banyak aja
yang udah melakukan seks bebas itu cuma kita gak tau. Ya aku aja ya, kawan-kawanku pun ada aja yang udah pernah, dari yang cuma
gelik-gelik aja sampe yang udah expert pun ada. Gak usah lah munafik, yang pacaran itu pasti banyak yang udah ciuman, ciuman
pun pasti ada dia megang-megang, lama-lama ya kurang dirasanya, udahlah semi-semi jadinya. Jadi, udah ku anggap disini udah biasa
aja dilakukan asal gak ketauan. Gak ada juga yang memang melarang kali.”
“ Aku gak bisa menghakimi, orang aku juga seks bebas dulunya. Cuma ya, memang sih seks bebas itu susah kali dihindari kalo udah
pernah kenak sekali jadi mau lagi. Ya kalo rasaku sih, ada bagusnya supaya pelan-pelan dikurangi ajalah yang kayak gitu. Kalo lagi
pengen banget gitu, ya ditahan. Terutama buat yang cewek ya, karena kan bakal rugi di dianya sendiri. Ya kalo cowok-cowok itu
Universitas Sumatera Utara
abis masukin udah abislah perkara. Enak di dia aja, kalo kita yang cewek kenapa-kenapa, belum tentu kan dia mau tanggung jawab. ”
Menurut Prili, penyebab maraknya seks bebas di Kota Medan ini adalah karena masyarakat Kota Medan saat ini merasa bahwa budaya barat yang masuk
ke kota ini merupakan sebuah trend yang harus diikuti agar merasa tidak ketinggalan zaman. Padahal, budaya barat dengan budaya timur adalah dua
kebudayaan yang berbeda. “Budaya sih. Kan seks bebas udah jadi hampir trend lah kalo
istilahnya. Di barat kan seks bebas itu wajar - wajar aja. Beda kalo disini kan itu dilarang, masih tabu sebenernya. Cuma ya karena udah
jaman globalisasi dan budaya barat juga udah masuk kesini, jadi ya udah wajar-wajar aja. Apalagi kalo pengen ngikutin trend. Kan
budaya barat dianggap gaul gitu, keren.”
Bagi Prili sendiri, melakukan hubungan seks pada saat berpacaran sebenarnya tidak boleh untuk dilakukan. Namun, ia tidak menyangkal bahwa
ketika sedang berduaan, akan sangat susah untuk mengatur nafsu agar tidak melakukan hubungan seks tersebut.
“Sebenernya enggak, tapi memang susah ngontrol nafsu kalo lagi berduaan sama pacar. Lagian seks itu buat kecanduan, ada bagusnya
jangan pernah nyoba sekali pun karna nanti bakal ketagihan lagi, dilakuin lagi.”
Ketika ia melakukan hubungan seks di luar nikah dengan kekasihnya saat itu, ia memiliki alasan selain karena penasaran, ia juga mengatakan bahwa ia
sangat mencintai kekasihnya dan ingin mendapatkan rasa sayang yang lebih dari kekasihnya. Ia mengatakan bahwa jarak antara ia dan ayahnya membuat
kedekatan keduanya berkurang, sehingga ia membutuhkan kasih sayang yang lebih dari laki-laki lain selain ayahnya. Oleh karena itu, ia lebih menyerahkan
dirinya kepada kekasihnya agar ia bisa merasakan kasih sayang dari kekasihnya. “Alasan? Satu, aku penasaran. Dua, aku pengen nyoba. Ketiga, aku
emang udah cinta kali sih sama pacarku waktu itu. Lagian aku kan emang gak dekat sama papaku, jadi aku ngerasa aku butuh disayang
laki-laki. Nah pas pulak kan punya pacar, dia juga memang kuakui lah sayang kali dulu samaku, jadi ya aku nyaman aja sama dia,
makanya jadilah kayak gitu. Ya intinya karna memang aku kurang kasih sayang dari papa aja, jadi aku cari kesenangan sama laki-laki
lain haha.”
Universitas Sumatera Utara
Faktor utama bagi Prili untuk melakukan hubungan seks adalah karena tidak harmonisnya keluarga yang ia miliki. Ia merasa bahwa kedua orangtuanya
seringkali bertengkar hebat sehingga membuat ia menjadi tidak nyaman dan dibebani oleh banyak pikiran. Oleh karena itu, ia menyalurkan semua kepenatan
yang ia rasakan dengan mencari kebahagiaan dengan orang lain yang dapat membuatnya merasa nyaman dan terlindungi.
Menurut Prili, ketika seorang remaja perempuan mengalami kehamilan di luar nikah, maka akan menjadi tantangan besar dalam hidupnya untuk tetap
mengandung dan melahirkan anaknya dengan selamat. Mental remaja tersebut tentu akan mudah down apabila ia tidak di dukung oleh lingkungan sekitarnya.
Kehamilan di luar nikah bukanlah menjadi hal yang sangat biasa untuk terjadi, di beberapa tempat dan beberapa orang masih menganggap bahwa kehamilan di luar
nikah adalah sesuatu hal yang tidak baik apabila terjadi di lingkungan mereka. Oleh karena itu, remaja perempuan yang mengalami kehamilan di luar nikah
harusnya tetap kuat dan sabar ketika menghadapi kenyataan apabila ia tidak mendapat dukungan yang baik dari lingkungannya.
“Ya karna aku perempuan ya dan kawanku pun yang hamil di luar nikah juga ada beberapa orang, jadi aku gak bisa nyaci dia. Toh aku
juga pernah seks bebas, dan untungnya nasibku gak sejelek mereka. Ya itu pasti jadi situasi yang sulit kali lah, karena dia kan harus
nanggung malu, aib keluarga, terus kalo gak kebal-kebal si cewek, susah juga lah. mentalnya bisa down kan, bahaya buat anaknya.
Orang hamil itu harus disenang-senangkan biar anaknya juga ga kenapa-kenapa di oerut lahirnya selamat, kan gitu. Masalah laki-
lakinya mau tanggung jawab apa enggak, menurutku sih kalo seandainya dia gak tanggung jawab yaudah, si cewek harus bisa
nunjukkan kalo dia bisa menghidupi anaknya. Tapi ya dengan catatan, jangan pernah kasih izin si cowok buat ngeliat, nyentuh,
apalagi mau ngambil anaknya kalo udah lahir.”
Informan 11
Nama Samaran : Andra
Tanggal Wawancara : 1 Juli 2016 Waktu Wawancara
: 20.00 – 22. 00 WIB Tempat Wawancara : JCO Cambridge
Universitas Sumatera Utara
Lelaki kelahiran Medan, 12 Oktober 1995 ini merupakan sosok seorang laki-laki yang berkulit cukup putih, berbadan tegap dan sedikit bertubuh gemuk.
Postur tubuhnya tidak terlalu ideal seperti lelaki yang berbadan ideal kebanyakan, namun Andra memiliki wajah yang cukup tampan untuk menarik hati para
perempuan di sekelilingnya. Sifatnya yang juga ramah dan suka membuat suasana menjadi hidup dan menyenangkan, membuatnya banyak disukai perempuan baik
sudah mengenalnya secara dekat maupun yang hanya sekedar mengenalnya. Andra juga memiliki pengetahuan yang cukup luas mengenai filsafat dan
pengetahuan umum serta berita ter-update lainnya. Hal ini membuat beberapa orang yang berada di dekatnya akan merasa nyaman apabila mereka saling
bertukar cerita atau bertukar pikiran. Ternyata hal tersebut juga merupakan pengaruh dari iklim dan kondisi
keluarga Andra sendiri. Andra memiliki keluarga yang cukup harmonis dan bahagia serta kompak dalam seluruh anggota keluarganya. Ia merupakan anak
kedua dari dua bersaudara, sehingga dapat dikatakan bahwa Andra merupakan anak bungsu. Hubungan antara Andra dengan kedua orangtua, abangnya, serta
nenek yang tinggal bersama dengannya di rumah mereka, juga sangat akrab. Walaupun Andra anak bungsu, namun ia tidak ingin selalu diperlakukan seperti
anak bungsu ketika ia sudah mulai memasuki dunia perkuliahan. Ibu Andra seringkali memperlakukan Andra seperti anak kecil, meskipun
usianya saat ini sudah beranjak dewasa. Andra sering dilarang pergi di malam hari dengan teman-teman yang tidak dikenal oleh ibunya. Namun, seiring berjalannya
waktu, ia sudah mulai mengubah pola hidupnya yang selalu menjadi ‘anak rumahan’. Ia mulai sering meminta izin untuk bepergian di malam hari, dan lama
kelamaan, kebiasaan Andra yang selalu berada di rumah juga mulai berkurang. Ibunya juga mulai memberikan sedikit kebebasan dan kepercayaan kepada Andra.
“Asik kami semuanya. Sama ayah, mama, abang, nenek aku dekat. Tapi ya gitu lah, karena aku anak paling kecil, jadi kadang aku
dianggap masih kecil sama mamaku. Sering dilarang pergi-pergi malam, ya maksudnya harus sama orang yang jelas sama kawan
yang dikenal mamaku. Kalo sekarang udah agak berkuranglah, kalo
Universitas Sumatera Utara
dulu aku memang anak mami anak rumahan hahaha makanya jarang pacaran.”
Ternyata, lelaki tampan ini sudah memiliki kekasih sejak satu tahun yang lalu. Meskipun Andra mengakui bahwa ia jarang sekali bergonta-ganti kekasih,
namun bukan berarti kekasih Andra saat ini adalah kekasih pertamanya. Ia merasa cukup nyaman berhubungan dengan kekasihnya saat ini, meskipun ada
beberapa hal yang membuatnya tidak nyaman dan merasa bahwa hubungannya tidak bisa dilanjutkan ke jenjang yang lebih serius lagi. Masalah tersebut berasal
dari perbedaan agama diantara keduanya. Andra yang menganut agama Islam, berbeda keyakinan dengan kekasihnya yang menganut agama Kristen.
Selain itu, kekasihnya kerap kali meminta Andra untuk lebih memperhatikannya dirinya. Namun hal tersebut jarang sekali dilakukan Andra,
karena Andra juga bukanlah tipe lelaki yang selalu memberikan perhatian yang terlalu mendramatisir kepada setiap kekasihnya selama ia menjalin hubungan.
Baginya, sifatnya yang cuek dan tidak terlalu peduli sudah tidak dapat diubah, meskipun begitu ia adalah lelaki yang menyayangi kekasihnya walaupun tidak
dapat menunjukkan secara berlebihan. “Aku memang jarang pacaran , tapi gak lah ini pacar pertama juga
hahaha. Pacar ke empat ini. ”
“Agama lah apa lagi haha. Kami kan beda agama. Sama apa ya, dia itu minta aku sering-sering perhatian sama dia, aku ya mana bisa.
Memang bawaanku kayak gini kak haha. Lagian aku juga gak mau serius-serius kali sih, karena gak mungkin juga nyatu kan beda
agama.”
Andra mengakui bahwa ketika ia menjalin hubungan dengan seseorang, biasanya ia selalu dilandasi perasaan suka dan tidak lebih. Hanya saja, seiring
berjalannya waktu, terkadang perasaan sukanya dapat berubah menjadi rasa sayang. Andra mengatakan bahwa ia tidak terlalu memikirkan urusan percintaan,
sehingga ia tidak terlalu ambil pusing ketika ia tidak memiliki kekasih. Baginya, tidak memiliki kekasih juga merupakan sesuatu hal yang bisa dilewatkan dengan
bersenang-senang dengan teman-temannya. “Entah haha. Mungkin karena suka aja, tapi kalo cinta kali
enggaklah. Kalo soal urusan percintaan aku memang gak terlalu
Universitas Sumatera Utara
mikirkan kali. Gak punya pacar pun aku oke-oke aja sih hahaha, bebas malah kak bisa banyak ngabisin waktu sama pacar, gadak
yang ngatur-ngatur kali.”
Oleh karena itu, hubungan Andra pada saat ini juga hanya dilandasi oleh perasaan suka semata. Ia mengatakan bahwa Andra sudah lama tidak memiliki
kekasih dan sedang ingin memiliki kekasih. Oleh karena itu, ketika ada seorang perempuan yang begitu menyukainya, Andra pun segera melakukan pendekatan
dengan perempuan tersebut dan menjadikannya kekasihnya. Sehingga dalam hubungan mereka, Andra dan kekasihnya tidak pernah melakukan hubungan seks
bebas. “Ya…. Biar ada pacar aja haha. Ya cuma suka aja sama dia kak,
soalnya dia yang suka duluan, ngejar kali dia waktu itu, yaudalah lama-lama jadian. Kalo seks gak pernah lah aku sama dia, paling
ciuman aja, itu pun jarang kali hahaha. Kalo mau lebih dari ciuman, aku sama orang lain biasanya hahaha.”
Sebenarnya Andra sudah mengenal seks secara mendalam ketika ia duduk di bangku sekolah menengah atas. Ia mengakui bahwa ia merasa terlambat
mengalami masa puber ataupun masa remaja yang penuh dengan lika-liku cerita kenakalan anak remaja seusianya. Andra mengatakan, bahwa saat itu ia hanya
sekedar mengetahui bagaimana berhubungan seks itu tanpa pernah mencoba melakukannya. Andra yang sudah terkenal sebagai anak rumahan dan anak mama,
tentu saja merasa bahwa hal tersebut tidak baik untuk dilakukan, sehingga baginya memegang tangan seorang perempuan pun dia takut.
“Dari SMA udah tau kak, kawan-kawanku kan pubernya pas SMP sama SMA, kurasa aku aja yang telat puber ini haha. Dulu sih cuma
tau-tau aja, tapi gak pernah sampe ngelakuin. Pegangan tangan sama cewek aja masih grogi kadang, hahahaha.”
Sejak duduk di bangku sekolah menengah atas, Andra sudah mengetahui beberapa hubungan seks yang biasa dilakukan. Baginya, berhubungan seks ialah
ketika sepasang laki-laki dan perempuan saling melakukan hubungan badan layaknya sepasang suami istri. Ia tidak terlalu paham mengenai istilah ataupun
sebutan-sebutan bagi hubungan seks, hanya saja ia mengerti bagaimana saja hubungan seks bebas dapat dilakukan. Seperti misalnya memegang alat kelamin
Universitas Sumatera Utara
satu sama lain, baginya itu sudah merupakan salah satu bentuk berhubungan seks bebas.
“Aku gak tau nama-nama istilahnya kak, tapi yang aku tau ya seks itu udah kayak berhubungan badan lah. Tapi sekarang ya setau aku,
masukkan jari ke kelaminnya perempuan, atau megang-megang alat kelamin lawan jenis itu macem berhubungan seks juga, apa sih itu
namanya ya… semi-semi gitu haha.” Karena Andra sudah banyak mengetahui mengenai hubungan seks, maka
dari itu, ia mencoba melakukan hubungan seks pertama kali saat ia sudah duduk di bangku perkuliahan. Meskipun ia tidak melakukan hubungan seks layaknya
sepasang suami istri, namun tetap saja baginya ia sudah melakukan hubungan seks bebas dengan saling memegang alat kelamin satu sama lain bagi keduanya. Pada
saat itu, ia melakukannya dengan salah seorang perempuan yang cukup dekat dengannya. Ia mengira bahwa kedekatan mereka akan berlanjut sampai hubungan
yang lebih serius, ternyata hubungan mereka hanya sampai pada hubungan pertemanan saja.
“Pas kuliah kak, gak ingat semester berapa pokoknya bukan pas masih jadi maba.”
“Sama kakak senior haha, waktu itu kami lagi pdkt, cuma gak sampe jadian karena dia udah jadian sama orang lain.”
Bagi seorang Andra, melakukan hubungan seks sebelum menikah merupakan sesuatu hal yang wajar saja dilakukan, selama keduanya mampu
untuk tidak menyebabkan kehamilan bagi perempuan yang dapat merugikan perempuan tersebut. Walau begitu, Andra menyadari bahwa melakukan
hubungan seks sebelum menikah merupakan perilaku yang bertentangan dengan norma-norma dan kebudayaan bangsa Timur, namun seiring berjalannya waktu
dan pengaruh budaya, melakukan hubungan seks sebelum menikah merupakan sesuatu hal yang dianggap lumrah dan wajar saja.
“Sah-sah aja kalo gak sampe hamil ceweknya kak, haha. Ya kalo disesuaikan sama adat-adat orang Indonesia ya udah gak cocoklah
itu sebenarnya, kita kan orang timur. Cuma ya liatlah sekarang ini seks bebas aja udah biasa kali kuliat.”
Menurut lelaki tampan ini, melakukan hubungan seks sebelum menikah
sudah menjadi hal yang biasa saja di masyarakat. Hal tersebut dikarenakan
Universitas Sumatera Utara
banyaknya tempat-tempat yang tersedia untuk melakukan hubungan seks bebas tersebut. Selain itu, menurutnya, seks bebas sudah biasa dilakukan oleh para
remaja seusia Andra bahkan para remaja yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama hingga sekolah menengah atas. Sebagai contoh yang ia ambil
adalah kasus remaja yang masih dibawah umur ketika mereka memposting foto sepasang kekasih tersebut dengan pose yang tidak senonoh. Bagi Andra, generasi
remaja saat ini sudah semakin berbeda dengan generasi sebelumnya, semakin melanggar adat-adat dan kebudayaan bangsa Timur. Menurutnya, ketika anak usia
remaja yang masih di bawah umur sudah melakukan seks bebas, berarti mereka melakukannya tanpa memikirkan akibat dan juga efek jangka panjangnya,
berbeda dengan apabila yang melakukannya adalah remaja yang sudah cukup umur.
“Kayak yang aku bilang tadi kak, udah biasa aja seks bebas ini. Tempat-tempat mesum ada banyak dimana-mana, terus pun anak-
anak kayak kita gini juga udah biasa kali berurusan sama seks, gak usahlah kita yakan anggaplah kita udah mulai dewasa, yang anak-
anak SMP, SMA itu cemana lagi. Tau kan pas heboh di fb yang berita soal postingan anak SD foto bareng di kamar tidur gitu kak
pake selimut. Nah yaudah dari situ aja udah nampak kan urusan seks ini udah biasa kali. Pacaran sikit-sikit ngepost foto ciuman lah,
apalah. Kok ngeri kali gitu haha, aku aja pegangan tangan dulu pas masih sekolah agak getar kak hahaha. Ya kalo sekarang gak usahlah
ditanya ya namanya udah mahasiswa, udah tau harus berbuat apa.”
Andra berpandangan bahwa mereka yang melakukan seks bebas ketika berumur di bawah 20 tahun biasanya adalah karena melakukannya hanya untuk
kesenangan semata dan tidak memikirkan akibatnya. Terlebih lagi, terkadang mereka melakukannya hanya untuk menunjukkan eksisnya diri mereka dalam
perkembangan zaman. Tetapi, apabila yang melakukan hubungan seks bebas adalah mereka-mereka yang sudah berumur lebih dari 20 tahun, Andra
berpendapat bahwa hal tersebut sudah menjadi tanggung jawab masing-masing dan baginya, mereka sudah dapat memikirkan akibat dari perbuatan mereka
tersebut. Andra pribadi mengakui, bahwa ia juga tidak lepas dari yang namanya
berhubungan seks, walaupun tidak sampai pada berhubungan badan layaknya
Universitas Sumatera Utara
sepasang suami istri. Ia tidak cukup berani untuk melakukan hubungan seks layaknya sepasang suami istri, meskipun di zaman sekarang ini sudah banyak
sekali alat-alat untuk mencegah kehamilan, namun tetap saja ia tidak berani untuk mengambil langkah yang terlalu jauh. Namun, ia tidak melakukannya dengan
sembarangan perempuan, atau hanya untuk sekedar melepaskan nafsunya saja. Ia biasanya melakukannya hanya beberapa kali dengan perempuan yang sudah ia
kenal atau dengan teman perempuannya, ataupun dengan perempuan yang sedang dekat dengannya. Dengan kata lain, terkadang ia melakukannya dengan membawa
sedikit perasaannya, bukan hanya untuk melampiaskan hawa nafsunya saja. “Paten lah haha. Aku aja gak berani, ya aku pun cuma sampe yang
semi-semi gitu kak, kalo sampe yang berhubungan badan, berhubungan intim itu gak pernah lah, gak berani juga hahaha..
nanti hamil pulak anak orang, ya mau pake kondom pun tetap aja gak berani, karena aku kalo mau main-main kayak gitu biasanya
memang sama orang yang aku kenal, bukan sama cewek-cewek yang dibayar ya, bukan sama pelacur lah kak pokoknya. Ya
misalnya sama entah kawanku yang agak bandel sikit, yang mau diajak main, tapi gak sampe yang kayak gitu ya kak, alah ngerti lah
ya hahaha. Kan jadi panjang, tadi nanya pandangan ya kak? Kalo menurutku sih itu udah urusan masing-masing, tapi kalo yang udah
dewasa ya, kalo masih dibawah 20 tahun gitu, bagus gak usahlah. Masih banyak kali main-main kayak gitu biasanya terikut-ikut
kawan. Kalo udah diatas 20 itu kan udah tau dia harus apa, jadi urusan masing-masing. Kalo tetiba nanti hamil si ceweknya kan,
umur 20an itu udah bisa dinikahi, udah ada kerjaannya haha. ”
Penyebab utama dari maraknya seks bebas di kota Medan ini menurut Andra adalah karena faktor kebiasaan, terutama karena masuknya pengaruh
budaya Barat ke Indonesia yang menganut paham budaya Timur, jelas sangat berbeda. Karena masuknya pengaruh budaya Barat tersebut, secara tidak
langsung dan lama kelamaan, bangsa Indonesia sendiri sudah mulai menerima budaya Barat tersebut di berbagai aspek kehidupan, termasuk seks bebas.
Pergaulan bebas di kalangan remaja sudah merajalela, demikian pula fasilitas- fasilitas yang disediakan untuk melakukan hubungan seks bebas sudah tersebar
dan tersedia dimana-mana. Bahkan, hal tersebut sudah menjadi hal yang sudah hampir menjadi legal, dikarenakan jarang sekali terjadi pemeriksaan mendadak
oleh aparat kepolisian dan juga apabila telah dilakukan pemeriksaan, tempat-
Universitas Sumatera Utara
tempat tersebut tetap dibuka dan tidak ditutup. Oleh karena itu, semua hal tersebut kembali lagi kepada para pelaku atau para masyarakat. apabila pada
dasarnya memang sudah berniat untuk selalu melakukan hubungan seks bebas, maka hal tersebut sudah tidak dapat dicegah lagi, karena yang dapat mengontrol
semua hal tersebut adalah diri sendiri. “Apa ya, kebiasaan kayaknya kak. Budaya dari luar pun udah masuk
kesini bebas aja kan, ya makin lama makin merajalela lah, kalo di Barat kan seks bebas itu ya bebas aja, kalo disini kan awalnya
enggak, tapi lama-lama jadi kayak biasa aja. Terus pergaulan anak- anak jaman sekarang pun udah bebas kali, fasilitas lengkap juga
haha. Fasilitas buat kek gituan maksudnya ya, tengok lah itu hotel- hotel mesum udah banyak, gak bisa di hotel di tempat karoke
mesum juga bisa, tempat makan pun ada juga yang bisa kayak gitu haha. Kalo dibilang selalu ada razia, gak nya sering ada razia, paling
cuma pas puasa aja. Dan satu lagi sih kak menurutku, karena diri kita sendiri nya, kalo orangnya pada dasarnya anti seks bebas ya gak
bakal dia ngelakuin itu, tapi ya kalo memang otaknya udah seks bebas aja yaudah lah mau dilarang pun tetap dilakukan.”
Menurut Andra, dalam menjalin hubungan dengan kekasihnya saat ini ataupun kekasihnya yang terdahulu, Andra selalu menjaga kekasihnya dengan
cara tidak melakukan hubungan seks bebas. Karena bagi Andra, apabila ia sudah mencintai seseorang, maka ia tidak perlu merusak orang yang ia cintai.
“Gak lah, kalo aku sih enggak ya. Karena kalo kita masih pacaran aja udah ngajak cewek kita berhubungan seks gitu, tandanya kita
gak sayang sama dia, cuma mau itu nya aja. Makanya kalo mau berhubungan seks gitu sama orang lain aja, ibaratnya berhubungan
sama orang yang memang udah agak rusak haha. Kalo pacar sendiri ya dijaga lah, jangan dirusak.”
Andra mengakui, bahwa alasannya melakukan hubungan seks adalah karena rasa penasarannya yang cukup besar. Selain karena keinginannya sendiri,
rasa penasaran itu muncul ketika ia berada dalam lingkungan pertemanannya yang seringkali membicarakan pengalaman berhubungan seks mereka. Oleh
karena itu, Andra menjadi penasaran dan berniat untuk mencobanya. “Ya karena pengen haha, pertama ya karena penasaran aja kak,
soalnya dari dulu aku memang kalo sama cewek gak berani, pacaran pun cuma ngechat aja haha. Ya abis itu cemana ya, namanya cowok
Universitas Sumatera Utara
nafsunya kan lebih besar daripada cewek, jadi ya gitulah, pas udah agak berani kan ada yang dekat juga samaku, yaudalah jadi hahaha.”
“Memang cuma karena penasaran aja, kawan-kawan udah cerita pernah ngapain aja sama pacar-pacar orang itu. Aku belum pernah
ngapa-ngapain, jadi gak bisa ikut becerita, makanya ku coba lah sekali kan main-main kayak gitu haha, ya intinya terikut pergaulan
juga.”
Menurut Andra, melakukan hubungan seks sebelum menikah juga harus hati-hati, karena apabila terjadi kesalahan maka akan mengakibatkan sesuatu yang
fatal seperti kehamilan. Apabila seorang perempuan mengalami kehamilan di luar pernikahan, tentu akan menjadi tekanan bagi dirinya sendiri. Ada banyak hal yang
dapat menakutkan bagi dirinya, diantaranya adalah apakah pihak lelaki akan bertanggung jawab atas perbuatannya, tekanan yang akan ia hadapi dalam
menghadapi keluarganya, saudaranya, teman-temannya, serta tetangganya. “ Yah bodoh lah mereka kok bisa sampe hamil hahahaha… yang
jelas itu pasti situasi yang rumit kali lah, apalagi kalo mereka itu masih di bawah umur yakan, pasti bingung, mau diapakan anaknya.
Kalo nikah, belum tentu orangtua si laki-laki mau. Jangankan orangtuanya, belum tentu pun si laki-laki mau kak, kan bisa aja dia
tinggal kabur apalah susahnya sama dia gak ada ruginya sama dia. Yang kasian yaa yang perempuan lah. hamil gak ada suami, tekanan
kali keknya mental dia nanti itu ngadepin keluarganya, sodaranya, tetangga, kawan-kawannya. Jadi ya.. kalo rasaku sih, kalo memang
mau berhubungan seks, yah tetap harus konsisten sama konsekuensinya.”
Informan 12
Nama samaran : Dito
Tanggal wawancara : 15 Agustus 2016 Waktu wawancara
: 15.00 – 17.00 wib Tempat wawancara
: Kopi Takar
Dito merupakan seorang laki-laki berusia 21 tahun, bertubuh tinggi dan tegap serta berkulit sawo matang. Lelaki ini memakai kacamata sesekali dan
selalu berpenampilan rapi dan juga bersih. Wajahnya yang cukup manis dengan
Universitas Sumatera Utara
postur tubuh yang bagus, menyebabkan ia menjadi incaran banyak perempuan. Dito pada saat ini sedang menyelesaikan kuliah Ilmu Komunikasinya di salah satu
universitas di Kota Medan. Saat ini, Dito sedang berkonsetrasi dengan skripsi yang sedang dikerjakannya.
Dito merupakan seorang laki-laki yang sangat ramah dan bersahabat serta cukup terbuka. Ia pandai memberikan mana informasi yang dibutuhkan dan mana
yang tidak. Selain itu, Dito mudah akrab dengan orang lain dan pembawaannya selalu ceria. Hal ini juga menyebabkan Dito memiliki banyak teman baik di
lingkungan kampusnya maupun di luar kampus. Dito merupakan anak kedua dari empat bersaudara, ia memiliki satu orang
kakak dan dua orang adik. Kakaknya telah menikah dan memiliki satu orang anak, sedangkan adiknya yang laki-laki sedang menduduki bangku perkuliahan
semester 2 di salah satu universitas negeri di Kota Medan, dan adiknya yang perempuan masih duduk di bangku sekolah menengah pertama kelas 2. Keluarga
Dito merupakan salah satu contoh keluarga yang cukup harmonis dan mudah akrab satu sama lainnya. Pada saat sudah mulai menginjak usia dewasa, tidak
jarang Dito menyurahkan isi hatinya kepada keluarganya. “Musim salju lah.. dingin hahahaha. Dulu-dulu waktu aku masih kecil
masih malu buat ngomong sesuatu yang sensitif, malu ngomong sama orangtua. Misalnya bahas pacar gitu aku gak pernah cerita, kalo bisa pun
jangan sampe tau orangtuaku. Ya tapi kalo sekarang udah mulai lah aku cerita kan sama mereka, kadang pun curhat juga.”
Lelaki berusia 21 tahun ini ternyata sudah memiliki kekasih sejak ia
memasuki bangku perkuliahan. Ia mengatakan bahwa kekasihnya saat ini bukanlah kekasih yang pertama, namun kekasih yang ketiganya. Selama hampir 4
tahun menjalin hubungan, ia merasa nyaman dengan kekasihnya meskipun seringkali mereka terlibat perselisihan dan hubungan mereka harus berakhir untuk
sementara waktu. Dito merasa tidak nyaman dengan sifat kekasihnya yang cukup keras kepala dan egois, serta terlalu sering mengatur kehidupan Dito, dan masih
banyak lagi alasan lain yang membuatnya merasa tidak nyaman. “Cemana ya bahasanya.. pokonya dia itu egois baru cerewet. Ah
bingung pun aku kalo ngasih contoh, banyak kali soalnya haha.”
Universitas Sumatera Utara
Bagi Dito, dalam menjalin suatu hubungan diperlukan perasaan cinta dengan pasangannya, dengan begitu ia dapat bertahan dengan hubungannya
tersebut walaupun seringkali ada pertengkaran dalam suatu hubungan, apabila sudah dilandasi oleh perasaan cinta, tentu saja hubungan itu akan tetap bertahan.
Sama seperti dengan hubungannya saat ini, walaupun banyak sifat kekasihnya yang tidak ia sukai, namun tetap saja kekasihnya selalu mengerti dirinya.
“Ya karena cinta lah, yang kedua yaa walaupun dia kayak gitu tetap dia yang paling tau dan paling mengerti tapi dengan cara dia
sendiri.” Selain karena rasa cinta, dalam menjalin hubungan juga diperlukan
berhubungan seks. Ia mengatakan bahwa hubungan seks dan perasaan cinta harus berbarengan dan sejalan. Meskipun melakukan hubungan seks bukat alasan utama
dalam berpacaran, namun baginya itu tetap merupakan suatu kebutuhan meskipun tidak harus selalu dilakukan.
“Berbarengan hahaha, sejalan. Ya di satu sisi memang cinta tapi seks itu juga jadi kebutuhan cuma ya gak sering.”
Dito sudah mengenal seks ketika ia masih duduk di bangku kelas 6
Sekolah Dasar. Pada saat itu, ia baru saja menempati rumah barunya di tempat tinggalnya saat ini, secara tidak langsung ia mendapat teman-teman baru yang
memberinya pengajaran mengenai seks. Ia mengatakan bahwa pertama kali ia mengenal seks yaitu onani. Pada saat itu, Dito sedang bersama teman-temannya,
dan ia melihat mereka saling berkerumun membahasa suatu hal. Dito yang masih penasaran hanya mendengarkan pembicaraan mereka. Berawal dari sebuat foto
perempuan yang memakai bikini, kemudian menjadi pembahasan dalam percakapan teman-teman Dito. Sehingga setelah itu, mereka melakukan onani
bersama-sama, dan Dito hanya melihatnya. Sejak saat itulah Dito mulai mengenal seks itu seperti apa.
“Ooh aku kenal seks itu sejak aku pindah ke rumah yang sekarang, jadi itu kira-kira kelas 6 SD.”
“Aaah.. Onani hahaha. Jadi pas bahas itu, kawan-kawanku punya foto cewek pake bikini terus orang itu onani bareng hahaha. Ya
Universitas Sumatera Utara
orang itu yang bareng, aku sendiri lah haha. Dari situ aku tau soal seks..”
Oleh karena pengetahuan Dito mengenai seks sudah ia miliki sejak
sekolah dasar, maka Dito pun mulai melakukan seks bebas ketika ia sudah duduk di bangku kelas 1 Sekolah Menengah Atas. Namun pada saat itu, ia melakukan
seks bebas tidak dengan kekasihnya, melainkan dengan perempuan lain yang telah ia kenal dari temannya. Baginya pada saat itu, menjalin hubungan serius
dengan perempuan bukanlah hal yang penting, namun karena rasa penasarannya akan berhubungan seks cukup besar, maka ia melakukannya dengan perempuan
lain, hanya untuk memuaskan nafsunya dan rasa penasarannya saja, tanpa didasari perasaan cinta.
“Pas SMA lah, gak penting pacaran dulu aku. Jadi gak pernah dulu- dulunya seks bebas. Pas SMA kelas 1 lah.”
“Sama kenalan kawanku.” Walaupun Dito pernah melakukan hubungan seks sebelum menikah, tetap
saja baginya itu merupakan sesuatu hal yang tidak wajar dan salah apabila dilakukan. Di mata Dito sendiri, seks bebas saat ini di kalangan masyarakat sudah
sangat merajalela dan sudah dianggap seperti hal yang biasa saja untuk dilakukan. Selain itu, banyaknya tempat-tempat yang memang disediakan atau difasilitasi
untuk melakukan hubungan seks bebas tersebut. Di kota Medan sendiri, Dito merasa bahwa melakukan seks bebas adalah
hal wajar yang tidak terlalu dilarang untuk dilakukan. Selain karena fasilitas yang telah disediakan, penyebab lainnya terjadi seks bebas begitu bebas adalah
kurangnya pendidikan seks yang diterima oleh remaja-remaja saat ini dan juga faktor lingkungan. Apabila seorang remaja telah dibekali pendidikan seks sejak
usia dini dengan mencukupi, tentu saja ia bisa mencegah hal-hal yang boleh dilakukan dan tidak dilakukan.
“Menurut aku pribadi nih, ya menurut aku gak wajar. Ya walaupun aku kek gini aku masih tau agama lah.”
Universitas Sumatera Utara
“Aku liat udah merajalela kali seks bebas kali sekarang. Apalagi di Medan, ya karna aku cuma tinggal di Kota Medan ya hahaha.
Banyak tempat-tempat yang memang disediakan buat kayak gitu.”
“Mungkin karna lingkungan ya sama kurangnya pendidikan seks di usia dini. Ya sebenernya kan itu bisa mencegah hal-hal yang tidak
diinginkan ketika kita udah menginjak usia remaja..” Bagi Dito, melakukan seks bebas di kalangan remaja saat ini sudah
menjadi hal yang biasa saja. Di kalangan pertemanan Dito saja hal tersebut sudah menjadi hal yang biasa, oleh karena itu Dito memandang teman-teman lelakinya
yang sudah melakukan seks bebas juga adalah hal yang biasa saja. Namun, ketika ia mengetahui ada perempuan atau tempat perempuannya yang terbiasa
melakukan seks bebas, Dito merasa kurang nyaman dan memiliki penilaian yang agak berkurang atau kurang baik kepada perempuan tersebut.
“Kalo aku ngeliat orang yang seks bebas itu biasa aja sih, soalnya kawan-kawan aku rata-rata udah pernah kayak gitu. Cuma aku kalo
ngeliat atau tau ada cewek yang udah pernah seks bebas itu jadi ada pandangan beda aja sama dia. ”
Di dalam menjalin suatu hubungan, baginya melakukan hubungan seks saat berpacaran merupakan sesuatu yang perlu dilakukan walau hanya untuk
sekedar membuat dinamika dalam hubungan tersebut agar tidak mudah bosan. Namun, hal tersebut hanya berlangsung selama awal-awal hubungan mereka
terjalin. Ketika sudah bertahun-tahun menjalin hubungan, berhubungan seks bukanlah menjadi hal yang harus dilakukan lagi. Hal ini dikarenakan Dito lebih
membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari kekasihnya dan perasaan cintanya semakin besar, bukan hanya untuk berhubungan seks semata.
“Kalo aku ya.. mungkin karena hubungan aku udah jauh, jadi aku ngeliat seks itu udah gak penting-penting kali. Malah banyak lebih
pengen diperhatiin, karena udah kurang perhatian dan kasih sayang. Udah gak yang terlalu menggebu-gebu kayak pertama pacaran kalo
soal pengen seks. Jadi lebih pengen perhatian, diperhatiin daripada hal-hal kayak gitu.”
Alasan Dito pernah melakukan hubungan seks sebelum menikah adalah
karena rasa penasarannya mengenai bagaimana rasanya melakukan hubungan seks. Ia mengakui bahwa ia cukup menikmati hal tersebut pada awalnya, namun
Universitas Sumatera Utara
ketika ia sudah sering melakukannya, hal tersebut sudah menjadi hal yang membosankan baginya. Selain itu, faktor lingkungan pertemanan juga
mempengaruhinya untuk melakukan seks bebas. Apabila ia sedang bersama teman-temannya yang selalu membahas hal-hal sensitif mengenai seks, hal
tersebut dapat membangkitkan gairahnya dan membuatnya jadi ingin melakukan seks bebas.
“Karena pertamanya pengen tau rasanya, dan rupanya rasanya enak. Kalo gak sering-sering ya. Tapi kalo sering.. BOSAN.”
“Kayak, situasi kalo mendukung dan biasanya gara-gara ngeliat sesuatu yang bergairah hahaha. Ya biasanya juga dari kawan-kawan
kalo orang itu bahas itu kadang bergairah dia haha. Ya intinya kalo sering bahas kayak gitu bisa buat jadi pengen.”
Informan 13
Nama samaran : Wita
Tanggal wawancara : 16 Juni 2016 Waktu wawancara
: 17.30 – 19.00 wib Tempat wawancara
: Le Chiec Parfait Lippo Plaza
Gadis berusia 21 tahun ini merupakan seorang gadis yang bertubuh mungil dan juga berparas wajah cantik, serta berkulit putih. Dibalik tubuh kecilnya, dia
merupakan sosok yang sangat ceria namun sangat mudah untuk tersentuh hatinya. Tidak jarang, ketika peneliti sedang melakukan wawancara dengan gadis ini, ia
menanggapi dengan ceria sambil tertawa dan mudah terbawa emosi dalam menyampaikan ceritanya. Wita merupakan salah satu karyawan di sebuah
perusahaan swasta yang ada di Medan. Sejak menamatkan pendidikan Sekolah Menengah Atas, Wita langsung ditawari pekerjaan di salah satu perusahaan
tersebut. Pada awalnya, Wita ditempatkan di Jambi, karena pada waktu itu dia sedang tinggal di kota tersebut. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, dia
kembali ke kota kelahirannya ini dan kembali bekerja di perusahaan yang sama di Kota Medan.
Wita adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Kakaknya yang telah berusia 27 tahun sudah lebih dulu menikah dan memiliki satu orang anak. Sedangkan
Universitas Sumatera Utara
adiknya sendiri ialah seorang laki-laki yang masih duduk di bangku kelas 2 SMA. Wita memiliki keluarga yang sangat harmonis, tidak jarang orang-orang akan
merasa iri apabila melihat keluarga Wita yang selalu terlihat bahagia. Kedua orangtua Wita merupakan sosok yang sangat ramah dan juga bersahabat. Ayahnya
adalah seorang pimpinan di tempat ia bekerja. Begitu pula dengan ibunya yang juga bekerja di tempat yang sama dengan Wita. Hal inilah yang membuat waktu
untuk keluarga menjadi kurang, karena kedua orangtua Wita sama-sama bekerja. Meskipun bekerja di tempat yang sama, namun banyaknya pekerjaan yang
menanti membuat mereka sibuk satu sama lain. Walau demikian, mereka selalu menyisihkan waktu untuk berkumpul bersama keluarga.
“Iklim maksudnya semacam suasanya gitu kan? Harmonis kali keluargaku, mama papaku akur, aku, adekku sama kakakku juga
akur. Malah aku pengen kali punya suami kayak papaku, jadi keluarga kami nanti bisa bahagia hahaha. Papaku itu orangnya
penyayang, penyabar. Kalo mamaku juga gitu, cuma ya mamak- mamak yakan jadi agak cerewet. Mungkin kurangnya di keluargaku
itu cuma karena mereka itu sibuk, dua-duanya kerja. Papaku kan pimpinan di tempat aku kerja, mamaku juga kerja di tempat yang
sama sih. Ya tapi tetap aja semua sibuk sama kerjaan masing- masing. Jadi waktu sama kami juga kurang full lah, tapi tetap sih
kalo ada waktu kami selalu jalan bareng keluarga.”
Gadis cantik ini sudah memiliki kekasih sejak ia tinggal di Jambi. Hubungan yang terjalin diantara mereka sudah berjalan selama tiga tahun. Wita
mengenal kekasihnya ketika ia masih berumur 18 tahun dan kekasihnya berumur 28 tahun. Hubungan yang sudah terjalin selama tiga tahun tersebut bukan berjalan
tanpa tantangan, namun penuh lika-liku dan tantangan dalam menghadapinya. Umur yang terpaut jauh, yaitu 10 tahun termasuk salah satu alasan bagi
Wita dan kekasihnya dalam menjalani hubungan mereka. Terlebih lagi, perbedaan agama bagi keduanya, sehingga mendapatkan tantangan yang lebih besar lagi bagi
hubungan mereka, yaitu tantangan dari keluarga besar Wita yang tidak menyetujui hubungan mereka. Begitu pula dengan kedua orangtua Wita yang pada awalnya
sulit untuk memberikan restu bagi hubungan keduanya. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, keduanya mampu membuktikan bahwa hubungan mereka
dapat berjalan dengan baik hingga saat ini. Terlebih lagi, kekasih Wita sudah memeluk agama yang sama dengannya, yaitu agama islam.
Universitas Sumatera Utara
“ Dulu sih sebenernya sering gak nyaman. Ya karena awalnya banyak kan yang gak suka sama hubungan kita. Dapat restu dari
orangtua ku juga susah nyim. Soalnya umur aku sama pacarku juga lumayan jauh kan, 10 tahun. Terus pun kami beda agama. Susahlah
awal-awal itu, banyak yang nyuruh putus lah, ngerusak hubungan kami lah, banyak aja cobaannya. Kalo keluarga besar udah kumpul,
suka ditanya-tanya kadang disindir gitu kan, misalnya kayak dibilang mana bisa hubungan kami serius, dia aja bukan islam mana
bisa nikah beda agama. Gitulah pokoknya.”
“Ya kalo sekarang udah gak lagi sih, soalnya kan udah terbukti sampe sekarang hubungan kami awet-awet aja meskipun ya sering
berantem sih. Sekarang juga dia lagi proses buat mengenal Islam lebih dalam, ya alhamdulillahnya sekarang dia masuk islam.”
Bagi seorang Wita, ketika ia ingin menjalin suatu hubungan, hal yang ia
pikirkan adalah bagaimana masa depannya dengan pasangannya kelak. Selain itu, rasa tertarik dan menyukai seseorang juga menjadi alasan utama baginya untuk
memiliki suatu hubungan yang lebih intim. Ini merupakan hal-hal yang dipertimbangkan Wita ketika ia sudah beranjak dewasa pada saat ini. Hal ini
berbanding terbalik ketika ia menjalin hubungan pada saat masih berada pada masa puber, atau belum beranjak dewasa. Ia mengatakan bahwa dulu ketika
memilih kekasih, Wita lebih melihat penampilan fisik, salah satunya adalah lelaki yang berwajah tampan dan pada saat itu, ia tidak memikirkan masa depannya
akan bagaimana, hanya berbicara tentang kesenangan sesaat saja. Wita mengatakan, bahwa hubungannya dengan kekasihnya saat ini sudah berlandaskan
atas rasa cinta, bukan hanya sebatas perasaan suka. Hal ini berbeda ketika Wita masih berusia belasan tahun, pada saat itu dia hanya menjalin hubungan dengan
seseorang yang dia sukai saja dan untuk mencari kesenangan semata, apabila dia sudah bosan dengan hubungan tersebut maka dia akan mengakhiri hubungan itu.
“Kalo aku pribadi ya, jujur aja ya karena aku tertarik sama dia. Kalo sekarang ini aku lebih ngeliat gimana masa depanku kalo aku
pacaran sama seseorang. Kalo dulu sih, ya karena aku liat aja mukanya ganteng, baik dia samaku, yaudah bisa langsung pacaran
kami, hahaha. Maklumlah, dulu kan masih sempit pemikirannya jadi bawaannya mau senang-senang aja dulu.”
“Kalo sama yang sekarang ya karena cinta. Udah tiga tahun masa gak cinta. Tapi kalo sama yang dulu-dulu sih ya cuma suka-suka
Universitas Sumatera Utara
aja, main enak-enak, abis itu kalo udah bosan yaudah putus hahaha.”
Karena alasan hanya ingin bersenang-senang dan tertarik ketampanan wajah dengan seorang laki-laki ketika akan menjalin suatu hubungan,
menyebabkan Wita dengan mudahnya dapat berganti-ganti pasangan pada saat masih Sekolah Menengah Pertama sampai Sekolah Menengah Atas. Dengan
kondisi mental yang masih dalam masa transisi dan proses pencarian jati diri, seorang Wita sudah mengenal seks bebas pada saat kelas 1 Sekolah Menengah
Pertama. Baginya, yang disebut seks bebas adalah ketika sudah melakukan hubungan seksual atau hubungan intim. Jika hanya berciuman dan saling
memegang tangan ataupun bagian intim masing-masing pasangan, itu merupakan hal yang wajar dan biasa saja. Hal itulah yang menyebabkan Wita sudah
melakukan hubungan seks pada saat sudah kelas 1 SMA. Dan dia melakukannya dengan kekasihnya pada saat itu.
“Dari SMP kelas 1 nyim. Kan kau tau aku dulu cemana hahaha. Udah mulai taulah.”
“Dari yang kecil-kecil sampe yang besar-besar pun aku tau. Tapi kalo di mataku sih seks itu ya kalo udah berhubungan intim lah. Jadi
kalo cuma ciuman, megang-megang, itu ya biasa aja sih.”
“Hmm, kapan ya. Pas SMA kelas 1 sih baru ngelakuin itu.” “Waktu itu sama pacar sih, dia minta ya aku kasih.”
Wita menyadari bahwa melakukan hubungan seks sebelum menikah
adalah sesuatu hal yang sebenarnya salah dan tidak boleh untuk dilakukan. Namun, ketika belum menginjak usia menuju dewasa, Wita merasa jika
melakukan hubungan seks di luar nikah dengan kekasihnya pada saat itu merupakan sesuatu hal yang sah-sah saja, karena hal tersebut merupakan suatu
bentuk rasa sayangnya kepada kekasihnya. Namun, meskipun begitu Wita mengaku bahwa sampai saat ini dia masih terlibat dengan yang namanya
hubungan seks, meskipun tidak sampai melakukan hubungan seks layaknya sepasang suami istri. Wita mengatakan bahwa dengan kekasihnya saat ini, hal
seperti berciuman juga masih sering ia lakukan, karena baginya itu masih hal yang dianggap wajar.
Universitas Sumatera Utara
“Hmm, ini jawaban pemikiran jaman dulu atau sekarang nih nyim? Karena aku udah pernah hamil gak punya suami yakan, jadi aku
udah tau resikonya, jadi aku tekankan sekali lagi seks sebelum nikah itu gak wajar dan gak boleh. Tapi sebenarnya kalo pas dulu ya aku
ngerasa wajar-wajar aja sih, kan itu menunjukkan rasa sayang kita sama pacar. Kalo sekarang ya, kalo sekedar ciuman sama pegang-
pegang aja boleh lah, kalo sampe buat anak lagi gaklah. Udah gak wajar itu namanya. Eh labil ya jawabanku? Hahaha.. sebenernya aku
masih seringnya main seks gitu sampe sekarang, meskipun gak sampe yang berhubungan seks kali. Jadi kalo dibilang gak wajar
pun, ya aku masih melakukan sih. Gitulah intinya nyim hahaha.” Wita mengatakan bahwa kurangnya pengawasan kedua orangtuanya yang
selalu sibuk bekerja, selain itu kedua orangtuanya selalu memfasilitasi Wita dengan semua kebutuhan yang diinginkan dan juga uang banyak yang selalu
diberikan oleh orangtuanya membuat dia menjadi bebas melakukan apa saja yang dia inginkan. Selain karena hal itu, faktor pergaulan juga mempengaruhi Wita
untuk melakukan seks bebas. Wita mengatakan bahwa dia juga memiliki teman di luar sekolah yang membuatnya terjerumus ke dalam seks bebas. Sosial media
juga merupakan salah satu faktor terjerumusnya Wita ke dalam seks bebas. Banyak menghabiskan waktu di warnet membuat Wita seringkali bebas
mengakses berbagai macam situs-situs serta video-video yang berbau pornografi dan seks bebas di dunia maya tersebut.
“Faktornya? Kurangnya pengawasan orangtua ku sih. Aku bebas karena dulu orangtua ku sibuk dua-duanya kerja terus, uang ngalir
aja samaku jadi bebas ajalah aku. Terus karena pergaulan aku, kawan-kawan di luar sekolah ku ya anak-anak bandel memang,
yang udah biasa seks gitu, jadi ya kalo belum berhubungan seks jadi gak keren gitu. Aku pun tau soal gitu-gituan karna liat-liat di
internetnya, nonton youtube kan banyak film-film kek gitu hahaha.” Alasan terbesar bagi seorang Wita sampai ia melakukan hubungan seks
sebelum menikah adalah karena rasa penasarannya yang begitu besar. Bermula dari rasa penasarannya ketika ia mendengar cerita teman-temannya tentang
pengalaman berhubungan seks mereka dengan kekasih mereka, yang kemudian membuat Wita menjadi penasaran bagaimana rasanya berhubungan seks. Dia
mengatakan bahwa ketika masih berada di Sekolah Menengah Pertama, cerita
Universitas Sumatera Utara
seputar seks merupakan suatu hal yang biasa dalam lingkungan pertemanannya. Bagi mereka, ketika sudah berpacaran, diharuskan untuk sudah berciuman,
karena jika belum melakukan hal itu maka dianggap akan ketinggalan zaman dan tidak keren.
Oleh karena itu, Wita pun mulai mencoba untuk mengenal bagaimana seks itu, dan mulai mencoba melakukan hal-hal seperti mencium kekasihnya dan
berciuman. Kemudian hal tersebut semakin berlanjut ketika usia Wita juga mulai bertambah. Seiring dengan berjalannya waktu, ciuman saja bukan suatu hal yang
hebat untuk dilakukan, dan sudah menjadi hal yang sangat biasa. Melakukan ciuman disertai dengan perangsangan sambil memegang beberapa daerah sensitif
wanita, yang dilakukan oleh laki-laki juga sudah merupakan hal yang biasa saja. Ketika memasuki masa Sekolah Menengah Atas, rasa penasaran Wita
semakin bertambah ketika dia memiliki seorang kekasih baru. Wita mengenal kekasihnya pada saat dia sering berada di warung internet warnet. Wita yang
sejak masa Sekolah Menengah Pertama sudah menyukai permainan game online, mengakui bahwa berada di warnet selama berjam-jam sudah menjadi hal yang
biasa baginya. Sehingga tidak sulit baginya untuk mendapatkan kenalan baru di warnet tersebut. Sampai pada akhirnya dia berkenalan dengan seorang laki-laki
dan Wita pun tertarik dengan laki-laki tersebut,sehingga akhirnya mereka menjalin hubungan.
Saat menjalin sebuah hubungan dengan kekasihnya pada saat itu, hal-hal seperti ciuman dan saling meraba daerah sensitif wanita dan juga alat kelamin
juga tidak lepas dari hubungan seorang Wita. Sampai pada akhirnya kekasih yang dia kenal di warung internet tersebut meminta hal yang lebih kepada Wita,
sesuatu hal yang seharusnya dia jaga untuk suaminya kelak, yaitu keperawanannya. Pada awalnya Wita tidak memberikan apa yang diminta oleh
kekasihnya itu. Sampai pada akhirnya kekasihnya mengancam akan memutuskan hubungan mereka apabila Wita tidak memberikan keperawanannya kepada
kekasihnya itu. Karena Wita tidak ingin ditinggalkan ataupun diputuskan, akhirnya Wita memberikan apa yang diminta. Selain itu, rasa penasaran juga
menyelimuti Wita. Dia ingin tahu, bagaimana rasanya melakukan hubungan seks
Universitas Sumatera Utara
layaknya sebagai sepasang suami istri. Karena alasan-alasan tersebut, akhirnya mereka berhubungan seks seperti sepasang suami istri dan Wita mengakui bahwa
melakukan hal tersebut merupakan suatu kenikmatan yang tidak dapat dijelaskan. Mereka sering melakukan hal tersebut sehingga pada akhirnya Wita hamil.
“Pernah lah. Malah jaman dulu pas puber, macem kayak ada tagline gitu kalo yang gak pernah ciuman itu berarti gak keren. Jadi ya
makin tinggi tingkat main seks nya makin keren. Dipamerin malah kalo udah ngapain aja sama pacar. Tapi ya makin lama makin gede
makin malu buat cerita.”
“Jadi kan dulu emang lagi masa puber gitu, ya gitulah kan masih kemarok gitu-gituan. Nah dulu kan aku suka nongkrong di warnet
gitu sampe berjam-jam main game. Terus dapat kenalan lah orang- orang yang suka main di warnet itu juga. Terus yaudalah gak lama
kenal, pacaran. Ya awalnya dari dial ah aku ngerti itu ciuman cemana, baru ke tahap lebih dalam lagi yakan hahaha, abis itu
yaudalah karna udah sering kan cuma ciuman sama pegang-pegang, jadi ya dia minta hubungan seks gitulah. Pertama gak kukasi, cuma
aku pun penasaran cemana rasanya, terus pun dia ngancam mau mutusin aku kan, jadi yaudalah jadi juga kami kek gituan.”
“Semua karena penasaran sih. Awalnya ya penasaran, pengen tau gimana rasanya, yauda nyoba dari yang kecil-kecil, terus jadi ya
sampe kebobolan gitu haha. Dan ternyata rasanya emang enak. Ya.. enak aja sih gitu, susah juga kalo dijelaskan, dirasakan sendiri ajalah
nyim hahaha.”
Wita mengetahui bahwa dia telah hamil ketika baru memasuki kelas 2 Sekolah Menengah Atas. Dia mengatakan bahwa terakhir kalinya ia melakukan
hubungan seks ialah ketika masih berada di kelas 1 Sekolah Menengah Atas. Ia menyadari hal tersebut ketika ia mulai merasa mual dan muntah-muntah serta
merasa badannya tidak enak. Wita menyadari bahwa ia sudah terlambat datang bulan selama dua bulan, namun ia tidak merasa ada hal yang aneh karena Wita
sering mengalami terlambat datang bulan dan datang bulan yang tidak teratur. Namun Wita merasa penasaran dengan rasa mual yang selalu melandanya.
Akhirnya ia berinisiatif untuk membeli testpack agar dapat mengecek apakah ia hamil atau tidak. Ternyata setelah melakukan tes, Wita dinyatakan positif hamil.
“Pas baru naik kelas 2 SMA lah. Terakhir kali aku berhubungan seks itu pas kelas 1 akhir. Pas lagi belajar kan di kelas, aku muntah-
muntah mual kali, badan pun gak enak aja. Memang udah dua bulan aku telat mens. Kukira biasa aja soalnya aku emang sering gitu
Universitas Sumatera Utara
jarang mens, biasa telat sebulan tapi kali ini dua bulan. Yaudalah karna udah sering kali aku mual gak enak badan jadi aku penasaran
kan, kubeli lah testpack nyim. Ih matilah aku itu pun beliknya malu kalii, kubilang aja itu buat kakakku. Terus iseng kan sampe rumah
ku tes, kukira gak bakal hamil, rupanya ih sumpah ya ingat itu terasa kali jantungannya sampe sekarang hahaha. Pas liat tesnya rupanya
udah dua garis aja. Stress kali aku waktu itu lah.”
Ketika mengetahui bahwa dirinya hamil, Wita merasa sangat ketakutan, panik, bingung dan juga stress, sehingga ia tidak tahu harus berbuat apa. Wita
sempat berniat untuk melakukan aborsi atau menggugurkan kandungannya, namun karena ia takut akan resikonya yang dapat menyebabkan kematian,
akhirnya ia membatalkan niatnya tersebut. Dia pun mencoba memakan buah nenas sebanyak-banyaknya agar dapat menggugurkan kandungannya, namun hal
itu pun hanya dilakukannya selama dua hari saja. Sampai pada akhirnya Wita memutuskan untuk menceritakan masalah yang dihadapinya kepada keluarganya.
“Aduh, mau bunuh diri aja rasanya aku. Bingung, ketakutan, panik, stress, udah gak tau lagi lah kan apa yang harus diperbuat. Sempat
juga tepikir mau aborsi pas waktu itu, tapi kalo mikirkan aborsi itu sakit, terus bisa buat mati, gak jadilah aku aborsi. Jadi ada kawanku
yang bilang kan disuruhnya makan nenas banyak-banyak biar keguguran. Tapi cuma dua hari aja kumakan nenas itu, terus karena
aku udah gak tahan jadi terpaksa aku cerita sama orangtua lah.”
Ketika kedua orangtua Wita mengetahui bahwa dia telah hamil di luar nikah, mereka tidak membenci ataupun membuang Wita, mereka hanya terlihat
sedih dan kecewa, namun juga merasa iba dan kasihan pada Wita. Kedua orangtuanya langsung memeluk Wita dan tetap memberikan dukungan kepada
Wita agar tetap kuat dan bertahan dalam menghadapi cobaan yang datang. Pada saat itu, Wita merasa sangat sedih dan terharu serta menyesal karena telah
merusak nama baik kedua orangtuanya. “Alhamdulillah kali aku punya orangtua kayak mama papaku. Pas
aku kasih tau mereka, keliatan memang muka sedihnya, kecewa, tapi lebih kepada iba samaku. Gak ada nampak muka marah.
Mereka langsung meluk aku dua-duanya. Pas dipeluk itulah aku nangis sampe gak bisa berenti. Terharu, sedih, nyesal, semualah
udah. Tapi mereka tetap mensupport aku meskipun aku kayak gini merusak nama baik mereka kan.”
Universitas Sumatera Utara
Berbeda halnya dengan kekasih Wita, dia tidak memberikan tanggapan yang baik ataupun merasa menyesal dengan apa yang telah diperbuatnya. Wita
justru dituduh berselingkuh dengan orang lain, dan kekasihnya tidak percaya bahwa Wita hanya melakukan hubungan seks dengannya. Wita mengakui bahwa
selama ia berpacaran, tidak pernah sekali pun berselingkuh, dan dapat dipastikan kalau anak yang ia kandung adalah anak hasil hubungannya dengan kekasihnya
saat itu. Walau demikian, kekasih Wita tetap tidak percaya dan menuduh Wita melakukan hubungan seks dengan orang lain. Tidak mendapatkan tanggapan
yang baik, Wita justru dimaki oleh kekasihnya. Hal ini membuat Wita semakin menjadi frustasi dan bingung dalam menerima kenyataan yang dihadapinya saat
itu. “Ah kalo dia gak usah ditanya, malah dituduhnya aku selingkuh
sama orang. Dibilangnya aku berhubungan seks sama cowok lain. Padahal udah jelas cuma dia pacarku waktu itu. Aku kalo pacaran
nyim, gak pernah tarek banyak, satu ya satu aja. Jadi tau aku kalo bandel sama pacar yang mana. Abis dituduhnya aku, dimaki-
makinya aku, abistu dibentak-bentak. Aku ngasih tau dia pertama kali sebelum ngasih tau orangtuaku. Jadi aku berharap kali dapat
support yakan, eh rupanya malah kenak maki. Makin gilak lah aku dibuatnya.”
Wita mengharapkan agar kekasihnya mau bertanggung jawab atas perbuatan mereka, namun kenyataan berkata lain. Ketika Wita mendatangi
kekasihnya di tempat tinggalnya, Wita justru dibentak, dimaki, dan kemudian diusir oleh kekasihnya. Oleh karena itu, Wita memutuskan untuk kembali lagi dan
membawa kedua orangtuanya ikut serta. Tetapi apa daya, kekasih Wita telah menghilang tanpa kabar dan tanpa jejak. Wita sudah bertanya kepada tetangga
kekasihnya dan juga teman-temannya, namun tetap tidak ada yang tahu dimana kekasihnya berada. Akhirnya Wita pun pasrah dan tidak berharap kekasihnya akan
bertanggung jawab atas perbuatannya itu. “Ya jelas lah nyim. Jelas gak mau, hahaha. Melarikan diri dia. Pas
aku datangi sendiri, itulah aku dimakinya, apalagi pas aku minta dia tanggung jawab, malah diusirnya aku. Terus yang kedua kalinya aku
bawa orangtuaku ke kos dia. Dia kan anak kos nyim, aslinya bukan orang Medan, ntah orang mana aku udah lupa lah itu. Pas kami
datangi, dia udah gak ada di kos. Kutanyain tetangga kos dia, katanya dia udah berapa hari gitu gak tinggal disitu lagi. Kucariin
Universitas Sumatera Utara
sampe ke kawan-kawannya, katanya orang itu gak tau dia dimana. Yauda mampuslah situ udah pasrah aja aku.
Ketika keluarga besar Wita mengetahui bahwa Wita telah hamil di luar
nikah, ia langsung dianggap aib bagi keluarga besar mereka dan juga menjijikkan. Keluarga besar Wita tidak dapat menerima kenyataan bahwa Wita telah hamil,
berbeda dengan kedua orangtua Wita yang tetap meberikan dukungan dan juga mencoba menerima kenyataan. Berita tersebut tetap disembunyikan dari tetangga-
tetangga Wita, namun entah apa yang membuat berita tersebut menyebar, akhirnya para tetangga pun mulai mencium berita tersebut, padahal pada saat itu
perut Wita belum membesar sehingga secara fisik Wita tidak terlihat sedang hamil.
Mulailah pada saat itu, Wita dikucilkan dan dijauhi oleh tetangganya sampai ia sering dibicarakan serta dicaci tetangganya. Tidak sekali dua kali Wita
merasa sakit hati dengan perbuatan orang sekitarnya itu, sehingga terkadang Wita ingin agar orang-orang yang menghinanya juga mengalami hal yang dialaminya
saat ini. Oleh karena itu, akhirnya Wita pun dipindahkan ke Jambi untuk tinggal disana sampai ia melahirkan, agar kondisi mental Wita menjadi lebih baik dan
tidak terganggu dengan hal-hal yang dapat memperburuk kandungannya. Wita mengatakan bahwa kondisi masyarakat di Jambi tempat ia tinggal
berbeda dengan masyarakat tempatnya tinggal di Medan. Saat ia tinggal di Jambi, para tetangganya sangat terbuka dan selalu mendukung Wita. Tidak pernah
mencaci ataupun menjatuhkan mentalnya. Mereka sering datang ke rumah Wita untuk bertamu dan memberikan nasehat agar tetap kuat dalam menghadapi
cobaan yang dihadapinya. Hingga saat Wita melahirkan, banyak para tetangga yang datang mengunjunginya dan memberikan banyak hadiah perlengkapan
untuk bayinya. “Sejak keluarga besarku tau kalau aku hamil, semua langsung
shock. Karena waktu itu umurku masih 16 tahun, masih kelas 2 SMA. Yaudah aku langsung dianggap kayak menjijikkan dan
dianggap aib. Keluarga besarku gak bisa menerima berita itu dengan legowo nyim, beda sama orangtuaku. Awalnya masih
disembunyikan berita ini dari tetangga. Tapi lama kelamaan mulai ada gosip beredar, aku mulai dijauhin, padahal waktu itu perutku
Universitas Sumatera Utara
belum besar. Mulailah kan makin terasa gitu kayak sering dibicarain, dicaci mamak-mamak tukang gosip pun sering kali,
kadang pengen ku sumpahin mereka supaya anaknya hamil di luar nikah juga karna sangking sakit hatinya aku. Ya maklum lah, orang
hamil kan sensitif kali perasaannya. Jadi, atas inisiatif orangtuaku, akhirnya aku dipindahkan ke Jambi. Disana ada rumah dinas
papaku, jadi aku diasingkan kesana. Tinggal disana sama mamaku sampe akhirnya aku melahirkan. Selama tinggal di Jambi,
lingkungan disana juga baik samaku. Mereka tau kalo aku ini hamil gak punya suami, tapi gak pernah nyaci gitu, malah sering support.
Kadang datang gitu bawain makanan, pas aku mau melahirkan tetangga sering datang buat ngasih ntah pernak pernik bayi,
nasehat-nasehat gitu juga ada. Abis melahirkan mereka juga rajin datang ngeliatin anakku nyim. Makanya aku suka kali suasana
disana, entah karena di tempat tinggalku yang disana itu masih agak pinggiran jadi masih agak bersahabat lingkungannya, gak tau
lah ya haha.”
Ketika menjalani kehidupan sebagai seorang perempuan yang hamil di luar nikah dan tanpa suami, Wita merasa sangat malu dan stres. Hampir semua
orang menjauhinya dan ia tidak memiliki teman yang banyak lagi seperti dulu. Meskipun selalu mendapatkan dukungan dari keluarganya, tetapi kadang-kadang
Wita tetap berniat untuk mengugurkan kandungannya, namun hal tersebut sering diurungkannya karena ia menyadari bahwa kandungannya ini adalah seorang
manusia. Wita sering mengurung diri di dalam kamar meskipun banyak yang mendatanginya ke rumah, bahkan ketika perutnya membesar Wita pun masih
sering mengurung diri di kamar karena malu untuk keluar rumah. Namun setelah memasuki bulan ketujuh kehamilannya, ia menyadari bahwa ia telah mengandung
seorang anak dan sudah mulai ada ikatan batin diantara keduanya. Sehingga mulai saat itu, Wita mulai sadar dan merasa kembali hidup. Ia mulai sibuk
membeli perlengkapan bayi dan menyiapkan semua kebutuhan untuk bayinya. Rasa bahagia dan terharu Wita memuncak ketika ia melahirkan anak
pertamanya yaitu seorang anak perempuan yang cantik. Hanya saja ada sedikit rasa sedih yang menyelimuti dirinya, karena anaknya lahir tanpa ayah. Pada saat
melahirkan, Wita masih berstatus sebagai seorang siswa Sekolah Menengah Atas. Oleh karena itu, kedua orangtua Wita berinisiatif untuk menjadikan anak Wita
sebagai anak mereka. Pada awalnya, Wita tidak mau menjadikan anaknya sebagai
Universitas Sumatera Utara
adiknya di akta kelahiran, namun setelah ia memikirkan dengan matang akhirnya ia pun menyetujui saran kedua orangtuanya sehingga ia dapat bersekolah lagi
seperti biasa. Hingga saat ini, anak Wita tidak mengetahui siapa orangtua sebenarnya. Tetapi Wita mengatakan bahwa suatu saat nanti ia akan
memberitahukan bahwa sebenarnya ibu dari anaknya adalah dirinya sendiri. “Pertama kali ngerasaian jadi orang yang dikucilkan, rasanya aku
udah stress kali, dijauhin semua orang, diasingkan, gak punya temen. Meskipun udah dapat support dari keluarga pun tetap aja
kadang tepikir ku pengen kali kubunuh aja anak ini, pengeeen kali ku gugurkan kandungan ini, cuma teringat kan anak ini manusia
bernyawa, terpaksa harus kujaga dia sampe lahir. Apalagi aku hamil gak ada suami, beda ceritanya kalo tadi aku dinikahin, hamil
pun masih sabar aku. Kemana-mana sendiri bawa perut besar, gadak suaminya kan diliatin. Terakhir pas udah masuk bulan
kelima, asli aku gak mau keluar rumah karna malu. Pas udah bulan ketujuh, baru aku sadar kan kalo dia anakku, jadi mulai terasa ada
ikatan batinnya. Barulah aku nyesal kan karena dulu-dulu berniat mau bunuh anakku sendiri. Baru lah aku mulai sadar, berani keluar
rumah, mulai sibuk kan ngurus perlengkapan bayi karena dia mau lahir.
Pas udah melahirkan pun aku senang kali, anakku lahirnya selamat. Baru aku sadar kan kek gini rupanya jadi ibu, melahirkan anak itu
susah. Anakku cantik pas waktu itu terharu kali lah. Cuma yang buat sedih itu satu ajanya, gak ada yang mengadzankan dia, jadi
papaku yang mengadzankan dia. Sedih rasanya dia gak diazdankan sama bapaknya, tapi sama kakeknya. Abis itu, karena aku juga
masih SMA dan perlu sekolah, mama papaku bilang supaya anakku ini diakui sebagai anak mereka. Jadi di akta kelahiran, anakku ini
jadi adekku. Pertama aku gak mau yakan, masa nanti pas dia udah besar, dia taunya aku ini kakaknya bukan mamanya. Tapi setelah
sebulanan kupikir, akhirnya ku iyakan juga. Tapi sampe sekarang anakku udah 5 tahun masih juga belum kami kasih tau siapa
orangtua sebenernya. Mungkin nantilah, tunggu dia udah besar.”
Informan 14
Nama samaran : Diah
Tanggal wawancara : 20 Juni 2016 Waktu wawancara
: 13.00 – 16.00 wib Tempat wawancara
: Rumah informan
Universitas Sumatera Utara
Perempuan yang baru saja genap berusia 22 tahun ini merupakan sosok seorang perempuan yang bertubuh kurus, tinggi, dan berkulit kuning langsat. Diah
adalah perempuan yang terlihat sangat cantik dengan gaya casual-nya walau tanpa riasan make up sedikit pun. Diah adalah seseorang yang sangat ramah dan selalu
bersikap tidak peduli dengan hal-hal yang bukan menjadi urusannya. Baginya, terlalu mengurusi kehidupan orang lain bukanlah hal yang baik. Diah merupakan
seorang mahasiswa sastra inggris di salah satu Sekolah Tinggi Bahasa Asing swasta di Kota Medan. Saat ini, Diah sedang dalam proses menyelesaikan tugas
akhirnya agar segera memperoleh gelar kelulusannya. Diah merupakan anak ketujuh dari delapan bersaudara, dan ia juga
merupakan perempuan satu-satunya diantara ketujuh saudaranya. Hal tersebut ternyata dikarenakan Diah merupakan anak angkat di keluarganya saat ini, namun
hal tersebut tidak membuat kedekatan antara ia dengan saudara-saudaranya menjadi renggang. Diah mengatakan, bahwa ibunya mendidik anak-anaknya
dengan tegas dan hal tersebut menyebabkan Diah menjadi tidak dekat dengan ibunya, seperti ada jarak diantara mereka. Lain halnya dengan ayah Diah,
meskipun Diah merupakan anak angkat, namun Diah merasa cukup dekat dengan ayahnya. Selain itu, ayah Diah merupakan sosok seseorang yang lembut dalam
mendidik anak-anaknya. Walaupun Ibu Diah cukup tegas dalam mendidik anak- anaknya dan kurangnya kedekatan diantara mereka, ibu Diah tetap peduli dengan
anak-anaknya. “Ngerilah udah macem tentara hahaha. Taulah kan mamaku
orangnya keras dia dalam mendidik kami, kalo papaku masih agak lembutlah sikit. Mamaku ini macem kami ini tentara semua,
makanya dari dulu sampe sekarang aku gak pala dekat sama mamaku, sering canggung. Cuma ya dia pun peduli sebenernya
samaku, gitu-gitu dia mamakku juga meskipun aku ini anak angkatnya ya. Tapi kalo sama sodara-sodaraku ya kami lumayan
dekatlah..”
Karena hubungan antara Diah dengan ibunya kurang dekat, maka Diah selalu berbagi cerita dengan kakak laki-lakinya saat mereka masih tinggal di
rumah yang sama. Sejak beberapa saudaranya menikah dan tidak tinggal satu rumah dengan Diah, maka saat ini Diah selalu bertukar pikiran dan bercerita
Universitas Sumatera Utara
dengan teman dekatnya, karena tidak mungkin bagi Diah untuk bertukar pikiran dengan ibunya yang tidak dekat dengannya.
“Pernah tapi jaranglah, paling kalo cerita itu ke abangku yang nomor dua sama nomor empat. Tapi itu pun dulu pas orang itu
masih tinggal di rumah, sekarang kan udah nikah semua, jadi ya aku kalo apa-apa ceritanya ke kawan ajalah. Gak mungkin kan aku
cerita ke mamaku nyim, ngomong aja kami jarang.”
Perempuan berusia 22 tahun ini mengaku sudah memiliki kekasih dan hubungannya sudah berjalan selama 8 bulan. Diah mengaku bahwa hubungan
yang mereka lalui juga penuh dengan tantangan yang membuat hubungan mereka menjadi pasang-surut. Seringkali hubungan mereka berakhir, namun kembali
bersatu kembali. Diah merasa nyaman ketika menjalin hubungan dengan kekasihnya saat ini, karena kekasihnya sangat menghargai Diah dan juga
menyayangi Diah. Pada awal mula hubungan mereka, sering terdapat tantangan, yaitu jarak
yang terbentang diantara mereka. Saat itu, Diah menjalin hubungan jarak jauh dengan kekasihnya yang pada saat itu sedang menyelesaikan pendidikannya di
Bandung. Oleh karena itu, menyebabkan komunikasi diantara keduanya kurang baik. Selain itu, kekasih Diah saat ini adalah kekasih masa lalunya pada saat
masih di Sekolah Menengah Atas dan saat ini mereka kembali menjalin hubungan. Kadang-kadang, pertengkaran diantara keduanya sering terjadi juga
dikarenakan oleh alasan berakhirnya hubungan mereka di masa lalu. Selain itu, kekasih Diah sering kali mencoba untuk menguji apakah Diah masih suka
berhubungan seks di luar nikah atau tidak pada saat awal mula mereka kembali berpacaran. Hal itu membuat Diah merasa tidak nyaman dan kerap kali hubungan
mereka harus berakhir. “Nyaman kok sama yang sekarang ini. Soalnya dia menghargai aku
kali, terus sayang samaku juga.”
“Awal-awal pacaran yang buat gak nyaman ya karena jarak,. Dulu dia kuliah di Bandung, tapi sekarang udah balek tinggal di Medan
lagi. Sama apa ya… paling karena dia dulu mantanku pas SMA, terus kami dulu putusnya gak baik-baik, jadinya kadang aku suka
tebawa-bawa yang dulu hahaha. Oh ya, terus satu lagi nyim, dia dulu pas awal-awal pacaran suka kali ngetes aku soal seks. Dia
Universitas Sumatera Utara
ngetes kan, aku mau apa enggak kek gituan lagi kalo sama dia, secara aku kan janda. Makanya aku palak kali, sering kali kami
putus nyambung dulu.” Namun, lama kelamaan hal tersebut sudah tidak menganggu hubungan
keduanya. Ketika kekasih Diah kembali mencoba untuk mengajaknya berhubungan seks, Diah selalu menolak dan mengatakan bahwa ia tidak ingin
melakukan hal itu lagi apabila belum menikah. Akhirnya, kekasih Diah pun paham dan percaya bahwa Diah telah berubah dan menjadi lebih menghargai
Diah sebagai seorang perempuan. hal ini membuat kekasihnya menjadi lebih menyayangi Diah.
“Udah enggak lah. Karena aku selalu nolak kan kalo diajaknya gegek, terus kubilanglah kalo aku yang sekarang udah berubah, gak
mau lagi macem anak puber gilak seks bebas aja, jadi dia pun paham. Sekarang dia makin sayang samaku, terus menghargai aku
lah.” Ketika menjalin suatu hubungan asmara dengan seseorang, Diah
mengatakan bahwa alasannya mau menjalin hubungan tersebut dikarenakan oleh perasaan suka antara Diah dan juga lawan jenisnya. Bagi Diah, laki-laki yang ia
pilih untuk menjadi kekasihnya adalah seorang laki-laki yang peduli terhadap dirinya, mampu memberikan perhatian yang lebih kepadanya, serta bertanggung
jawab dan juga mau menerima dan menghargai kehadiran buah hatinya saat ini. Oleh karena itu, Diah merasa bahwa kekasihnya saat ini adalah orang yang tepat
untuk menjadi pendamping hidupnya karena ia memiliki semua kriteria tersebut. “Ya karena aku suka sama dia, dia suka samaku haha. Yang penting
samaku ya dia bisa peduli samaku, perhatian, bertanggung jawab lah, terus menghargai aku sama anakku. untungnya pacarku yang
sekarang ini masuk semua kriterianya hahaha.”
Saat ini, hubungan yang dijalani Diah dengan kekasihnya adalah sebuah hubungan yang sudah dilandasi oleh rasa cinta dan ingin berakhir pada jenjang
yang lebih serius lagi. Ia mengatakan bahwa saat ini, ia ingin menjalin hubungan dengan rasa cinta seutuhnya tanpa harus melakukan hubungan seks bebas, karena
ia masih merasa takut dan trauma ketika kejadian bahwa ia hamil di luar nikah kembali terulang.
Universitas Sumatera Utara
“Udah cinta lah hahaha.. aku udah gak mau lagi berhubungan seks sama sekali. Maksudnya sampe buat anak lagi enggaklah. Paling
cuma ciuman aja. Soalnya aku pun masih trauma kalo hamil lagi, pening kalilah ngurus anak ini.”
Seks bebas bukanlah hal yang baru bagi seorang Diah, ia telah mengenal
seks ketika ia masih duduk di bangku kelas 6 Sekolah Dasar, atau lebih tepatnya ketika ia akan memasuki bangku Sekolah Menengah Pertama. Pada saat itu, yang
Diah pahami mengenai seks ialah ketika laki-laki dan perempuan saling melakukan hubungan badan layaknya sepasang suami istri. Berawal dari sebuah
ciuman, hubungan seks tersebut akan berlanjut hingga melakukan hubungan suami istri. Baginya, melakukan ciuman adalah hal yang wajar dan tidak
dianggap melakukan seks bebas, dengan catatan apabila ketika melakukan ciuman, keduanya tidak saling meraba ataupun menyentuh alat kelamin masing-
masing, baik dari laki-laki maupun perempuan. Oleh karena pengetahuannya akan seks telah ia pahami ketika masih di
usia yang cukup muda, hal tersebut membuat Diah penasaran dengan bagaimana rasa dari apabila ia melakukan hubungan seks tersebut. Pada akhirnya, ia pun
mulai melakukan hubungan seksual layaknya sepasang suami istri ketika ia baru memasuki bangku Sekolah Menengah Atas dengan kekasihnya pada saat itu,
yang pada akhirnya menjadi ayah dari anaknya saat ini. “Dari SMP kelas 6 SD lah, udah ngerti aku kek gitu-gitu.”
“Sebenernya seks itu kan dimulai dari ciuman, cuma kalo menurutku ya seks itu berarti udah mulai main gitu nyim, apasih ya
hmm kayak ya gitu hahahaha. Berhubungan suami istri gitu, udah seks lah. Kalo ciuman sih menurutku masih wajar aja, ciuman aja
tapi ya gak pake grepe-grepe”
“Pas udah SMA lah, pas udah pacaran sama mantan suamiku baru kami kek gitu.”
“Sama pacar lah.”
Walaupun demikian, Diah menyadari bahwa hal yang ia lakukan itu adalah sesuatu hal yang salah dan tidak boleh untuk dilakukan, namun ia masih saja
melakukan hubungan seks tersebut dengan kekasihnya pada saat itu. Setiap kali
Universitas Sumatera Utara
kekasihnya meminta ia untuk melakukan hubungan tersebut, Diah selalu memberikannya dan bersedia melakukannya.
“Enggak sebenernya. Dulu pun pas aku masih sering berhubungan suami istri gitu tapi sebelum nikah ya, aku udah taunya itu gak
betol, cuma masih aja kukasih dan ku iyakan aja apa yang dia minta. Tapi tetap aja aku bilang itu gak wajar sebenernya.”
Diah mengatakan, bahwa ia melakukan hubungan seks bebas dikarenakan kurangnya kasih sayang yang ia dapatkan dari keluarganya. Ia merasa bahwa ia
tidak diperlakukan layaknya anak-anak seusianya, yang diberikan kasih sayang dan perhatian yang melimpah dari kedua orangtuanya. Diah menyadari bahwa ia
tidak akan mendapatkan kasih sayang yang normal layaknya anak lainnya karena ia adalah seorang anak angkat di dalam keluarganya. Lagipula, hubungan Diah
dengan ibu angkatnya juga tidak terlalu baik dan ada jarak diantara mereka karena kerasnya didikan ibu angkatnya tersebut.
Oleh karena faktor tersebut, Diah rela melakukan apa saja untuk kekasihnya pada saat itu, karena baginya kekasihnya telah memberikan perhatian
dan kasih sayang yang lebih kepadanya, yang tidak pernah ia dapatkan dari keluarganya. Itulah yang menyebabkan Diah mudah sekali untuk berhubungan
seks dengan kekasihnya. Selain itu, faktor lingkungan dan pertemanannya pada saat itu juga mempengaruhi Diah untuk melakukan hubungan seks tersebut.
“Karena kurang kasih sayanglah hahaha. Karna di keluarga aku gak dapat kasih sayang sama perhatian yang kayak anak-anak normal,
ya namanya juga aku anak angkat. Ditambah lagi memang mamakku ini agak keras dia kalo ngedidik anak. Jadi ya karena ada
orang lain yang sayang samaku, perhatiin aku, jadi ya aku ngerasa dia duniaku. Terus pun ya sisanya pengaruh lingkungan lah.”
Alasan terbesar Diah melakukan hubungan seks bebas tersebut adalah
karena rasa cintanya yang begitu besar kepada kekasihnya pada saat itu. Seringkali kekasihnya mengancam Diah untuk mengakhiri hubungan mereka
apabila Diah tidak mau melakukan hubungan seks tersebut, hal ini membuat Diah takut untuk kehilangan kekasihnya sehingga ia melakukan hubungan seks
tersebut. Bagi Diah, kekasihnya merupakan seseorang yang sangat mengerti dan juga menyayanginya, karena kedua orangtua serta keluarganya tidak memberikan
Universitas Sumatera Utara
kasih sayang dan perhatian yang normal layaknya orangtua kepada anaknya. Ketika ia mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang lebih dari seorang laki-
laki, ia merasa bahagia dan nyaman serta membuatnya menjadi mencintai lelaki tersebut.
Selain itu, Diah juga mengatakan bahwa hubungan seks yang ia lakukan merupakan sesuatu hal yang nikmat untuk dilakukan dan membuatnya menjadi
ketagihan untuk terus melakukan hubungan seks tersebut. Hal ini pula yang menyebabkan ia sulit untuk lepas dari kebiasaannya melakukan hubungan seks
bebas dengan kekasihnya itu. “Ya namanya dia minta, aku pun dulu cinta kali. Ya kukasih ajalah
soalnya dia ngancam putus. Lagian enak sih kek gitu nyim hahaha. Pertama aku cuma mau sekali aja, tapi perempuan ini sekali dikasi
enak, mau lagi. Makanya jangan sampe lah kau kena sekali aja, nanti minta terus.”
“Karena cinta. Soalnya yang sayang samaku pas waktu itu ya cuma dia. Orangtua ku manada ngasih perhatian lebih, becakap aja jarang
kami.”
Karena melakukan hubungan seks bebas merupakan sesuatu hal yang biasa dilakukan oleh Diah dan pasangannya, ternyata hal ini berdampak buruk
bagi kehidupan dan masa depannya. Ketika memasuki bangku perguruan tinggi di semester awal, Diah baru menyadari bahwa ternyata ia telah berbadan dua. Diah
merasa badannya tidak sehat dan selalu merasa mual disertai muntah. Karena gejala tersebut, akhirnya Diah memutuskan untuk membeli alat tes kehamilan dan
berharap bahwa hal buruk tidak terjadi. Namun pada akhirnya, Diah telah mengandung seorang janin di perutnya.
“Waktu masuk kuliah semester dua lah. Seminggu lebih badanku gak enak kan, asik mual aja, muntah-muntah. Gak tau kenapa
feeling aja aku, ku tes lah. Beli testpack, udah berharap kali aku gak hamil, rupanya hamil juga.”
Ketika mengetahui bahwa dirinya hamil, pada saat itu Diah merasa sangat frustasi dan mengharapkan agar ia meninggal pada saat itu juga. Segala rencana
untuk masa depannya, mulai dari traveling, menyelesaikan kuliahnya hingga
Universitas Sumatera Utara
menjadi sarjana, dan menjalin hubungan yang serius dengan laki-laki lain seakan lenyap saat itu juga. Diah membayangkan harus mengurus seorang bayi, seorang
anak yang tentu akan merepotkannya, ditambah lagi dengan kuliah Diah yang belum selesai.
Pada saat itu juga, Diah langsung menghubungi temannya yang pernah hamil di luar nikah dan berhasil mengugurkannya. Berbekal pengetahuan dan
saran dari temannya, Diah mulai melakukan berbagai cara untuk menggugurkan kandungannya, mulai dari meminum obat-obat untuk mengugurkan kandungan,
namun janin tersebut masih ada di dalam perutnya. Selain itu, Diah juga mencoba menggugurkan kandungannya dengan memakan berbagai macam makanan yang
dilarang bagi ibu hamil. Kemudian Diah juga banyak melakukan aktivitas berat agar kandungannya gugur, namun janin tersebut masih tetap ada di dalam
perutnya. Pada akhirnya Diah merasa pasrah dan tidak mau lagi mencoba untuk menggugurkan kandungannya.
“Kalo bisa mati, bagus mati aja aku pas kemaren itu. Langsung lenyap semua bayangan aku kuliah, traveling, pacaran yang serius,
hilang semua. Gak tebayangku kek mana masa depanku, aku harus ngurus anak, sementara aku masih kuliah. Udah gila lah kurasa di
detik pertama aku tau kalo aku hamil aja udah kurasain aku ini mau gila. Langsung lah ku telpon kawanku yang pernah gugurin
kandungan itu. Diajarin dia kan supaya aku minum obat-obat buat gugurkan kandungan. Udah kubeli, kuminum, tapi masih ada aja
anak ini. Semua makanan yang dilarang buat orang hamil sengaja ku makan. Aku lari-lari, lompat-lompat, ih semua lah olahraga yang
buat rahimku jatuh udah ku lakuin, gak juga gugur anak ini. Sampe terakhir aku udah pasrah lah. ”
Karena sudah lelah mencoba berbagai cara untuk mengugurkan
kandungannya, akhirnya Diah mencoba untuk memberitahukan berita buruk tersebut kepada kedua orangtuanya. Reaksi yang diberikan orangtua Diah tentu
bukan tanggapan yang baik yang ia dapatkan. Ibu Diah hanya mendiamkan Diah ketika ia memberitahukan berita tersebut, dan hanya menyuruh Diah agar segera
menyelesaikan masalah tersebut dengan meminta pertanggung jawaban kepada pihak keluarga kekasihnya pada saat itu. Sebenarnya dalam keluarga Diah, kasus
Universitas Sumatera Utara
seperti ini bukanlah hal yang pertama kali terjadi. Sebelumnya, abang Diah sudah pernah mengalami kasus seperti ini, yaitu menghamili seorang wanita sebelum
menikah. Sehingga ketika Diah mengalami hal tersebut, membuat kedua orangtuanya kembali kecewa.
“Marah lah, apalagi yakan hahaha. Kecewa pasti lah, marah pun mamakku cuma di diamkannya aja aku. Sama ya dia nyuruh aku
bilangkan sama keluarga mantan suamiku itu biar dia tanggung jawab. Udah gitu aja. Cuma diamnya dia itu berarti marah. Kalo
papaku ya dia kecewa, cuma gak marah-marah. Mau cemana lagi yakan, gitu katanya hahaha.. soalnya sebelum aku kejadian kayak
gini, abangku udah pernah kejadian ngehamilin anak orang juga. Abang angkatku ya maksudnya.”
Ketika Diah memberitahukan kehamilannya kepada kekasihnya pada saat
itu, ia juga tidak mendapat respon yang positif. Kekasihnya menghilang tanpa kabar untuk beberapa hari, dan Diah hanya membiarkan hal tersebut. Ternyata
setelah menghilang beberapa hari, kekasih Diah telah mengatakan kepada orangtuanya atas hal yang menimpa Diah dan juga dirinya. Tidak lama kemudian,
kekasih Diah beserta keluarnya mendatangi Diah ke rumahnya dan mengatakan bahwa ia bersedia untuk bertanggung jawab dan menikahi Diah. Pada saat itu,
Diah yang sudah merasa bingung dan tidak tahu harus berbuat apa, hanya menerima niatan baik dari pihak kekasihnya tersebut. Di satu sisi, Diah
menyadari banyaknya kekurangan kekasihnya itu sehingga ia takut jika menikah dengannya maka ia tidak akan merasa bahagia. Namun di sisi lain, Diah juga
tidak tahu siapa lagi yang akan bersedia untuk bertanggung jawab dan menikahinya. Oleh karena itu, akhirnya Diah bersedia menikah dengan
kekasihnya dan mereka tinggal di rumah kekasihnya. Hubungan Diah dengan keluarga kekasihnya memang sudah cukup dekat sejak mereka berpacaran.
“Dia agak melarikan diri dulu nyim. Ngilang gitu tiga apa empat hari. Aku pun gak ngejar, kubiarkan aja.”
“Rupanya dia bilang ke orangtuanya, soalnya gak lama kan orangtuanya datang ke rumahku. Mereka bilang kalo anaknya mau
tanggung jawab. Ya cemana ya, pas waktu itu aku udah gak bisa mikir, kalo nikah sama dia pun kurasa gak bahagia aku, soalnya
udah tau kali aku kek mana tabiat dia. Tapi kalo gak nikah sama dia,
Universitas Sumatera Utara
siapa lagi yang mau tanggung jawab yakan. Jadi yaudah, mau gak mau dia tanggung jawab, kami nikah, aku tinggal di rumahnya.
Lagian aku sama keluarga dia memang udah dekat dari sejak kami pacaran dulu.”
Setelah menikah dan menjalani hari-harinya sebagai remaja yang sudah
hamil sebelum menikah, hari-hari yang dijalani Diah tidak semulus biasanya. Diah mulai menutup diri dari lingkungan sekitarnya, dan ia juga merasa telah
dikucilkan baik dalam lingkungan rumahnya maupun pertemanannya. Ia lebih suka mengurung diri di dalam kamar. Ketika pernikahannya dilangsungkan,
pernikahan tersebut dilangsungkan dengan tertutup dan tanpa ada pesta ataupun perayaan seperti pernikahan pada umumnya. Setelah pernikahan terjadi, Diah dan
suaminya tinggal bersama salah seorang tante dari suaminya sampai akhirnya Diah melahirkan dan pindah ke rumah kedua orangtua suaminya tersebut.
Pada awalnya menjalani kehidupan sebagai seorang perempuan yang hamil besar di usia muda, Diah merasa tidak percaya diri dan seringkali merasa
risih saat ia sedang berjalan-jalan di keramaian orang, karena setiap orang selalu memandangnya dengan berbagai tatapan tanda tanya. Namun, seiring berjalannya
waktu Diah mulai terbiasa dengan kondisi seperti itu dan mulai bisa menerima kenyataan yang telah terjadi kepadanya pada saat itu.
“Dikucilkan udah pasti lah. Lagian aku pun jadi makin jarang keluar rumah. Di kamar aja menyesali keadaan hahaha.. bahkan pas
sampe nikah pun kami gak pake acara-acara. Cuma akad nikah aja, yang datang pun sikit kali kami undang. Abis itu, baru lah kami
tinggal di rumahnya bou mantan suamiku. Bou itu kayak tante gitu lah nyim. Baru pas udah aku melahirkan, baru lah pindahnya ke
rumah mami nya mantan suamiku. Pertama-pertama aku risih kalo jalan-jalan orang pasti ngeliatin aku, apalagi kalo ke mall. Cuma
lama-lama aku biasa ajalah memang udah kek gini ceritanya mau cemana yakan haha.”
Ketika menjadi seseorang yang hamil di luar nikah, Diah seringkali menyesali perbuatannya, walaupun ia telah memiliki seorang suami ketika ia
hamil besar, namun tetap saja ia selalu menyesalinya. Ia merasa malu kepada kedua orangtua angkatnya, yang telah membesarkannya namun telah ia rusak
nama baik kedua orangtuanya. Selain itu, walaupun telah menikah, namun tidak sedikit pun perlakuan baik ia dapatkan dari suaminya. Suaminya selalu
Universitas Sumatera Utara
menelantarkannya ketika ia sedang hamil bahkan sampai telah melahirkan. Seringkali Diah mengurus dirinya sendiri ketika hamil dan juga tante serta ibu
mertuanya yang mengurusi segala kebutuhannya. Suami Diah selalu bepergian keluar rumah bersama teman-temannya, atau
terkadang berada di warung internet untuk bermain game selama satu harian tanpa memperdulikan atau mengurusi Diah. Oleh karena itu, Diah lebih sering
berada di rumah dan tidak pernah keluar rumah, karena keterbatasan kendaraan dan tidak ada yang bisa mengantarkannya. Diah merasa bahwa sudah tidak ada
gunanya ia marah atas perlakuan suaminya atau menuntut agar lebih diperhatikan dan dipedulikan. Baginya, ia hanya ingin anaknya lahir dengan selamat, dan bisa
membahagiakan anaknya. Meskipun pada awal kehadiran anaknya, Diah sangat membenci dan berusaha untuk menggugurkan kandungannya, namun lama
kelamaan Diah mulai menyayangi anaknya dan mulai timbul ikatan batin yang kuat antara keduanya. Hal itulah yang menyebabkan Diah mulai menyadari
bahwa janin tersebut adalah anak kandungnya. Setelah melahirkan, Diah pun tinggal bersama orangtua suaminya, dan
sering merasa tidak enak hati ketika tinggal bersama keluarga mereka. Bukan sekali ataupun dua kali, Diah mendapat sindiri dari ibu mertuanya. Perlakuan ibu
mertua Diah sangat berbeda ketika Diah hamil dengan saat ketika Diah sudah melahirkan. Diah seringkali disindir untuk melakukan pekerjaan rumah, mulai
dari membersihkan rumah hingga pekerjaan lainnya. Selain itu, Diah juga seringkali dibentak ataupun ditegur dengan keras oleh ibu mertuanya, sehingga
Diah hanya selalu berada di rumah ketika tidak kuliah ataupun ketika sudah selesai kuliah. Teman-teman Diah juga tidak diizinkan untuk datang ke rumah
tersebut atas perintah ibu mertuanya. Bagi Diah, selama ia hamil sampai saat ini, ia tidak pernah berharap rasa
kasihan dan simpati dari orang-orang sekelilingnya. Ia juga tidak berharap semua orang akan mengerti keadaannya dan memaklumi perbuatannya. Ia menyadari
bahwa perbuatan yang ia lakukan adalah perbuatan yang salah, sehingga ia tidak ingin hal tersebut terulang kembali, baik dengan dirinya sendiri ataupun dengan
teman-temannya.
Universitas Sumatera Utara
“ Menyedihkan hahaha… aku nyesal kali rasanya hamil gini pas awal hamil ya. Udalah aku anak angkat, nyusahin, MBA pula kan
kayaknya gak ada kali otakku. Memang aku dinikahin, tapi sama aja toh mantan suamiku gak peduli, yang ngurus aku malah
mamaknya. Abis nikah, aku tinggal sama keluarga suamiku, keluargaku bukan gak mau nampung aku sih, cuma kan aku harus
ikut suami. Tau kan gak enaknya numpang sama orang? Memang mamak dia gak ada nyuruh aku kerja-kerja bersihkan rumah, tapi
ya aku tau diri. Kadang sih memang agak disindir gitu kan misalnya rumah kotor atau apalah, terpaksa aku bersihkan dulu. Pas
lagi hamil ya itu nyim. Terus mantan suamiku gak pernah di rumah, ke warnet aja kerjanya, melalak aja ntah ngapain. Kalo
pulang pun dia langsung tidur, becakap samaku juga jarang-jarang. Pas lagi ada maunya aja dia baik-baik samaku, kalo lagi gak ada
maunya ya aku gak dipedulikan. Jadi aku sering di rumah aja, gak pernah kemana-mana kecuali kalo lagi diajak sama mertuaku.
Kawan-kawanku yang datang jenguk aku pun juga agak dibatasi, gak bisa sering-sering. Aku pernah kan dulu pergi ke rumah
kawanku, lagi ada reunian. Aku udah hamil lima apa enam bulan gitu, yaudah aku cuma dianterin aja sama mantan suamiku.
Pulangnya malam itu kan, ya aku pulang sendiri, dia gak mau jemput. Ya terakhir aku diantar sih sama kawanku. Apa ya, aku
udah gak marah atau nuntut dia peduli samaku, yang penting anakku lahir selamat, nanti kalo udah besar bisa bahagia lah
hidupnya. Awal-awal aja aku benci kali sama anak ini, tapi setelah aku kemana-mana sendiri, di rumah sendiri, kawan cakap juga gak
ada, jadi mulai ada ikatan batin sama anak ini. Mulai dari situ lah aku sayangnya, baru sadar kalo dia anakku.”
“Kalo mikirkan soal orang lain mandang aku, udah gak peduli aku. Aku juga gak cari simpati, aku tau aku salah dan yaudah ini
hidupku gitu. Yang pasti aku gak mau kejadian ini terulang lagi, baik samaku ataupun sama kawan-kawanku.”
Informan 15
Nama samaran : Yani
Tanggal wawancara : 20 Juni 2016 Waktu wawancara
: 19.00 – 21.00 wib Tempat wawancara
: Charlie Brown
Yani merupakan informan terakhir dalam penelitian ini. Ia merupakan seorang remaja yang bertubuh sedikit gemuk, berkulit putih, berambut hitam
panjang, dan selalu terlihat ceria yang terlihat dari kebiasaannya yang selalu ramah dan tersenyum kepada setiap orang yang ia temui. Yani merupakan sosok
Universitas Sumatera Utara
perempuan yang cukup tangguh karena di usia yang masih cukup muda, ia sudah mampu menafkahi keluarganya. Ketika tamat dari sekolah menengah atas, ia
tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang perkuliahan, namun ia memulai bisnis online shop yang cukup menguntungkan baginya, sehingga ia sudah dapat
menafkahi keluarganya dengan usahanya tersebut. Yani merupakan gadis yang cukup ramah dan selalu ceria, sehingga
suasana akan selalu hidup dan menyenangkan ketika ia berada di lingkungan tersebut. Dibalik kesuksesannya dalam mencari rezeki, ternyata Yani mengatakan
bahwa kedua orangtuanya telah berpisah ataupun bercerai. Namun hal tersebut tidak membuat kedekatan antara ia serta adiknya menjadi berkurang dengan
ayahnya, karena mereka masih melakukan komunikasi dengan ayahnya. Sedangkan untuk hubungan Yani, adiknya, beserta ibunya, mereka selalu merasa
akur dan bahagia, tidak pernah ada pertengkaran hebat atau serius diantara mereka bertiga. Sekali waktu, jika ada kesempatan Yani juga membawa ibunya
pergi berlibur ke Kuala Lumpur ketika ia sedang berbelanja untuk bisnis online shop-nya. Yani sering berbelanja di luar negeri bersama adiknya, karena ia
mengatakan bahwa bisnis tersebut adalah bisnis ia bersama adiknya. “Kami bertiga akur-akur aja sih. Kalo sama bapakku, pas
orangtuaku cerei pun kami masih komunikasi. Karna sekarang lebih sering bertiga aja, aku mamakku sama adekku, jadi ya akur aja sih
kami. Kalo pas bisa bawa mamakku ke KL, ya kami bawa. Tapi kalo dekat kali memang sama adekku lah, namanya kami sama-sama
usaha online shop nya berdua.”
Perempuan cantik ini ternyata sudah memiliki kekasih dan sedang menjalin hubungan sudah selama 6 bulan. Ia merasa nyaman dengan hubungan
yang sedang ia jalani saat ini, meskipun perbedaan usia diantara keduanya dimana kekasihnya jauh lebih muda daripada Yani, namun hal tersebut tidak
terlalu menganggu hubungan mereka. Beberapa hal yang mengganggu hanyalah kesibukan keduanya, yaitu Yani yang sibu berbisnis dan kekasihnya yang cukup
sibuk dengan kuliahnya, sehingga mereka sulit untuk bertemu. Namun, di saat akhir pekan atau disaat liburan, mereka selalu menghabiskan waktu bersama
dengan berjalan-jalan keluar kota ataupun keluar negeri.
Universitas Sumatera Utara
“Apa ya.. gak ada sih kalo sekarang ini. Gak ada yang terlalu ganggu, paling ya karena pacar aku sekarang lebih muda aja dari
aku, jadi dia sibuk kuliah, susah jumpa aja kami..”
“Enggak lah, kalo lagi weekend kan kita jalan, kadang pun dia ikut aku kalo pas aku lagi belanja ke KL.”
Bagi Yani, ketika dia menjalin suatu hubungan dengan seseorang, yang
menjadi alasan terbesarnya mau menjalin hubungan tersebut adalah karena lelaki tersebut bisa memberikan perhatian dan kasih sayang kepadanya. Hal tersebut
akan membuat Yani menjadi mudah jatuh cinta kepada lelaki tersebut, sehingga ia akan merasa nyaman saat diperhatikan dan diperdulikan. Oleh karena itu, Yani
mau untuk menjalin hubungan dengan lelaki tersebut. “Kalo dia perhatian samaku, peduli samaku, pasti aku jadi suka
sama dia. Yang penting sih karena dia bisa buat aku nyaman lah makanya aku mau pacaran sama dia.”
Oleh karena itu, hubungan yang terjalin antara Yani dan kekasihnya saat ini adalah dilandasi oleh perasaan cinta. Baginya, melakukan hubungan seks
hanya dianggap sebagai pelengkap saja dalam hubungan mereka. Pada dasarnya, hubungan seks yang dilakukan haruslah dilandasi oleh perasaan saling mencintai
diantara keduanya, bukan hanya sekedar mengikuti nafsu semata. “Ya cinta lah hahaha.. kalo seks itu kan karna udah cinta aja
makanya kejadian, macem pelengkap aja sih. Pelengkap yang kalo bisa dijadikan. Hahaha..”
Yani mengatakan, bahwa ia sudah mengenal seks ketika ia masih berusia
14 tahun, atau lebih tepatnya saat ia masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Pada awalnya Yani tidak mengetahui apa-apa mengenai seks bebas,
hanya saja pada waktu itu kekasihnya mengajarkan Yani banyak hal mengenai hubungan seks. Pada mulanya, Yani mulai mengerti mengenai ciuman, dan
kemudian pengetahuan Yani mengenai seks mulai bertambah seiring dengan berjalannya waktu. Setelah mengetahui banyak hal mengenai hubungan seks,
akhirnya Yani pun melakukan hubungan seks tersebut dengan kekasihnya pada saat itu.
“Pas SMP lah kalo gak salah, pas masih 14 taun. SMP lah itu ya..”
Universitas Sumatera Utara
“Pas waktu itu nyim? Kalo pas waktu itu ya pertama cuma tau kissing aja, lama-lama jadi tau semua haha.”
“Ya pas SMP juga, diajak pacarku dulu.” “Sama….. euum….. pacar sih waktu itu hahaha. Kalo sekarang ya
udah mantan namanya.”
Bagi Yani, berhubungan seks sebelum menikah merupakan sesuatu hal yang wajar dilakukan, karena hal tersebut berguna untuk menunjukkan perasaan
kita kepada pasangan ataupun kekasih kita. Ia menyadari, bahwa hubungan seks sebelum menikah merupakan salah satu bagian dari nafsu yang harus
dipertahankan agar tidak dilakukan, namun baginya seks merupakan bentuk perwujudan untuk membuktikan kepada pasangan akan perasaan yang dimiliki.
Baginya, melakukan hubungan seks sebelum menikah juga harus hati-hati agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, seperti kehamilan.
“Wajar-wajar aja menurutku asal gak sampe kebobolan. Pande-pande lah. Seks itu kan bagian dari nafsu juga, buat nunjukkan perasaan kita sama
pasangan.” Alasan terbesar bagi Yani sehingga ia melakukan hubungan seks sebelum
menikah adalah karena rasa penasarannya mengenai hubungan seks dan juga karena dilandasi perasaan sayang dan cintanya kepada kekasihnya pada saat itu.
Di usia yang masih sangat muda, pada saat itu Yani telah menjalin hubungan dengan seorang laki-laki yang usianya cukup jauh dengannya, lelaki itu telah
duduk di bangku perkuliahan. Yani yang pada saat itu belum memiliki pemikiran yang cukup dewasa, hanya menerima ajakan kekasihnya untuk melakukan
hubungan seksual ketika diminta untuk melakukannya. “Karena penasaran sih memang, udah gitu ya karena memang aku
sayang sama pacarku waktu itu.”
“Dulu kan pas masih kecil, aku gak ngerti lah soal gitu-gitu. Rupanya dapat pacar anak kuliahan, pas itu kan aku masih SMP.
Diajaknya aku ciuman pertama kali, terus jadi diajak entah ngapain aja, lama-lama ya sampe berhubungan seks gitu lah. ”
Universitas Sumatera Utara
Selain karena alasan tersebut, Yani mengatakan bahwa faktor utama ia melakukan hubungan seks bebas adalah karena faktor pergaulan. Ia mengatakan
bahwa stereotype mengenai pergaulan bebas yang terjadi kepada keluarga broken home tidak seutuhnya benar. Karena dari sejak sebelum kedua orangtuanya
bercerai, ia telah terlibat pergaulan yang salah. Ia menyadari bahwa pada saat itu, Yani telah mendapatkan lingkungan pertemanan yang kurang baik, yaitu teman-
temannya kebanyakan adalah remaja yang sedang dalam kondisi ingin mencari jati diri dan labil. Selain itu, kekasih Yani pada saat itu walaupun telah cukup
dewasa, namun tetap membawa pengaruh buruk bagi Yani. Hal itulah yang menyebabkan Yani terlibat dengan seks bebas.
Yani menyadari bahwa banyak orang di sekitarnya yang sering mengomentari ataupun tidak menyukai gaya penampilan Yani, terutama untuk
urusan pakaian yang selalu ia kenakan serta gaya hidupnya. Namun hal itu tidak terlalu difikirkan oleh Yani, karena ia merasa bahwa itu adalah hal yang wajar
dikarenakan lingkungan pertemanannya sampai saat ini juga bergaya hidup dan berpenampilan seperti dirinya. Baginya, hal tersebut sah-sah saja dilakukan
selama ia tidak menyusahkan atau merepotkan orang-orang di sekitarnya. “Pergaulan nyim. Kalo soal keluarga, dulu sebelum cerei
orangtuaku, kami baik-baik aja nya. Karna memang kemaren itu aku dapat kawan yang agak-agak bandel, dapat pacar yang bandel juga,
jadi ya gitu lah. Tebawa pun sampe sekarang, haha. Aku tau nya banyak yang ngatain aku kan karna gayaku aja kek gini, pake baju
pendek-pendek, ketat, celana pendek, tapi ya memang kek gitu bawaannya ya cemana. Kawan-kawanku pun kayak gitu sampe
sekarang, manada yang bejilbab panjang-panjang haha. Yang penting apa ya, aku gak buat susah orang lain aja.”
Karena pergaulannya yang cukup bebas dan biasa terjebak dalam
hubungan seks bebas, pada akhirnya Yani harus menanggung atas perbuatannya tersebut. Ia menyadari bahwa dirinya hamil ketika ia berusia 18 tahun, atau lebih
tepatnya ketika ia akan memasuki bangku perkuliahan. “Waktu baru-baru angkatan kita mau masuk kuliah lah.”
Pada saat itu, yang dibayangkan oleh Yani adalah bagaimana rasanya ketika ia akan melahirkan nanti. Sebenarnya, Yani sudah menyadari bahwa ia
Universitas Sumatera Utara
akan hamil saat melakukan hubungan seks tersebut dengan kekasihnya pada saat itu. Ia dan kekasihnya sengaja membuat agar Yani hamil, agar hubungan mereka
direstui oleh orangtua dari pihak kekasihnya. Pada saat itu, kekasih Yani adalah laki-laki yang berbeda dengan laki-laki yang mengajarkannya berhubungan seks
bebas. Yani dan kekasihnya berpendapat, apabila Yani hamil, maka hubungan mereka akan direstui dan mereka akan dinikahkan. Yani mengatakan bahwa ia
sangat mencintai kekasihnya, begitu pula dengan kekasihnya. “Aku mikirkan takut melahirkannya aja haha. Kan emang niat
awalnya itu mau dihamilkan, jadi aku sama pacarku dinikahkan waktu itu. Soalnya pas waktu itu hubungan kami gak pala disetujui
kali sama bos dia, tapi anaknya pun cinta kali samaku, aku juga sih haha. Jadi ya udah lah, sengaja kami buat kayak gitu, biar hamil.
Jadi kan ya bisa direstui kami jadi bisa nikah.”
Ketika Yani sudah menyadari bahwa ia telah hamil, akhirnya Yani mengatakannya kepada ibunya mengenai hal tersebut. Pada awalnya, ibu Yani
kaget atas berita tersebut. Namun, ketika Yani telah menjelaskan bahwa kekasihnya akan bertanggung jawab dan akan menafkahi Yani dengan baik, ibu
Yani menjadi percaya dan tenang. Yani hanya memberitahukan mengenai kehamilannya kepada ibunya saja, ia tidak mengatakan hal tersebut kepada
ayahnya. Ia hanya mengatakan kepada ayahnya bahwa ia akan segera menikah, tanpa memberitahu alasan yang sebenarnya dibalik itu semua.
“Kalo bapakku gak tau aku hamil, aku cuma bilang aja ke dia pas aku mau nikah. Kalo mamakku pas kubilang gitu ya dia kaget lah
aku hamil, terus ku jelaskan juga kalo pacarku mau tanggung jawab, jadi agak tenang dia sikit haha.”
Walaupun rencana kehamilan ini sudah direncakan oleh Yani dan kekasihnya, namun tetap saja kekasih Yani terkejut dan tidak menyangka bahwa
Yani akan hamil. Maka kekasih Yani sempat menghilang beberapa hari, namun setelah beberapa hari menghilang, akhirnya kekasih Yani kembali datang
kepadanya. Ternyata, kekasihnya sedang berusaha membujuk kedua orangtuanya untuk mengizinkannya menikah dengan Yani. Pada awalnya, hal tersebut ditolah
mentah-mentah oleh kedua orangtua kekasih Yani, meskipun kekasihnya sudah mengatakan bahwa Yani sudah hamil, namun kedua orangtuanya tetap menolak.
Universitas Sumatera Utara
Sampai pada akhirnya, orangtua kekasih Yani memberikan izin kepada mereka berdua untuk menikah.
“Meskipun ini rencana dia awalnya, tapi dia kaget juga karna aku betulan hamil. Sempat agak ngilang sih dia beberapa hari gitu, tapi
terakhir datang lagi haha.” “Ya terakhirnya mau lah. Dia udah ngomong ke orangtuanya, kata
dia sih orangtuanya marah-marah kan, gak setuju. Cuma lama-lama dikasih izin lah kami nikah, entah cemana cara dia bujuknya urusan
dialah tu hahaha..” Pada awal pernikahan Yani dengan kekasihnya, semua masih berjalan
lancar dan tidak ada tetangga yang mengetahui bahwa Yani telah hamil pada saat menikah karena pada saat pernikahan dilangsungkan, usia kandungan Yani baru
satu bulan. Setelah usia kandungannya memasuki bulan kelima, tetangga Yani mulai curiga dengan kondisi fisik Yani yang berubah, terlihat pada perutnya yang
lebih membesar. Hal ini menyebabkan beberapa tetangga ada yang bertanya kepada Yani, sudah memasuki kehamilan usia berapa bulan, dan Yani hanya
menjawab bahwa kandungannya memasuki usia tiga bulan. Walaupun berita kehamilan di luar nikah Yani telah ditutupi, namun tetap saja berita tersebut
menyebar di kalangan masyarakat tempat tinggalnya. Sehingga, ia pun mulai menjadi bahan pembicaraan di lingkungan tempat tinggalnya. Yani merasa mulai
dijauhi oleh para tetangganya, terlihat dari kebiasaan mereka yang selalu menegur Yani terlebih dahulu, namun ketika berita tersebut sudah menyebar banyak
tetangga yang berusaha menghindar, dan hanya menegur apabila Yani menegur terlebih dahulu. Terkadang, Yani juga merasa bahwa ia telah menjadi
pembicaraan para tetangganya. Oleh karena itu, Yani dan suaminya memutuskan untuk pindah dari rumahnya dan memilih mengontrak rumah baru agar bisa
ditempati oleh Yani dan suaminya. “Pertama-tamanya mereka gak tau kalo aku nikah karena MBA,
jadi selo aja tetanggaku. Aku kan nikah pas udah hamil sebulan, jadi belum besar perutku. Pas udah masuk-masuk bulan kelima,
baru lah agak besar perutku, orang-orang udah nanya kan kok cepat kali udah besar, kubilang aja masih 3 bulan lebih gitu. Tapi entah
tau darimana, jadi tau orang-orang itu kalo aku MBA, hahaha.. baru lah mulai agak dijauhi gitu. Ya gak dijauhi kali lah, cuma ya
mamak-mamak kadang negur kalo aku tegur duluan, kadang ada
Universitas Sumatera Utara
feeling aja aku kalo lagi digosipin. Jadi yaudalah aku sama suamiku ngontrak rumah aja gak tinggal di rumahku lagi.”
Ketika menjalani kehidupan sebagai seseorang yang hamil di luar nikah, ada banyak kegelisahan yang terjadi di dalam diri Yani. Walaupun kehamilan ini
adalah ide dari ia bersama kekasihnya, namun ia tetap merasa takut akan ditinggalkan oleh kekasihnya. Terlebih lagi, ketika ia memberitahukan kabar
kehamilannya, kekasihnya justru menghilang darinya. Hal itu membuatnya takut, ditambah lagi dengan kabar bahwa orangtua kekasihnya belum merestui
hubungan mereka dan tidak memberikan mereka izin untuk menikah. Yani semakin merasa takut dan sempat membuat jiwanya terguncang. Ia takut akan
menanggung malu sendirian karena hamil tanpa suami. Pada akhirnya, kekasihnya bersedia untuk bertanggung jawab untuk
menikahi Yani. Awal pernikahan Yani dengan suaminya, Yani diperlakukan tidak baik dan ia sering merasa tidak nyaman atas perlakuan keluarga dari pihak
suaminya. Namun Yani masih saja tetap bersikap baik dan mencoba untuk tidak terlalu ambil pusing atas perlakuan mereka, walaupun sebenarnya dia cukup sakit
hati. Seiring berjalannya waktu, keluarga suaminya mulai menerima Yani ketika menjelang hari kelahirannya dan mulai bersikap baik kepadanya. Yani tidak
terlalu memikirkan perlakuan tetangga kepadanya, karena berita tersebut baru tersebar ketika usia kandungannya sudah memasuki bulan kelima. Ketika ia
mendengar cerita tetangganya tentang dirinya, ia tidak terlalu ambil pusing. “Memang pertamanya ini ide aku sama mantan suamiku kan, cuma
pas aku udah hamil kok dia gak langsung tanggung jawab tapi malah ngilang dulu. Pas dia udah bekabar, malah dia bilang kalo
orangtuanya belum ngerestui. Gilak lah apa gak stres aku, cemana kalo gak jadi dinikahi, bisa malu kalilah aku yakan. Lumayan juga
itu nunggu kepastian dinikahi. Tapi untungnya dia pande ngambil hati orangtuanya. Yaudadeh, jadi deh kita nikah hahaha. Yah pas
awal-awalnya keluarga dia gak enak kali samaku, kalo aku datang ke rumah dia, gada dibaik-baikin, asik kenak sindir aja. Ko tau lah
aku cemana yakan, senyum ajalah sok ketawa-ketawa, padahal dalam hati monyet nya ini sok kali orang kaya sebijik ini hahaha.
Tapi pas aku udah mau lahiran, baru agak dibaikin aku sama mamaknya, pas udah melahirkan baru lah baik orang itu. Mau
jugaknya dipegangnya anakku. kalo sama tetanggaku yaaa….. karna ketauannya lama, jadi gak pala aku pikirkan kali. Ya paling
Universitas Sumatera Utara
kalo tedengar aku orang itu gosipin aku, pura-pura sok gak dengar aja aku haha.”
Tabel 4.1. Pandangan Masyarakat terhadap Seks Bebas dan Remaja Hamil di Luar Nikah
NO. Informan
Pandangan Masyarakat
Faktor-Faktor Penyebab
Agama Organisasi
Budaya 1.
Ust. Nayan Pelis
46 Tokoh
masyarakat Tidak wajar,
karena seks bebas sudah menyalahi
aturan agama dan budaya timur.
Dimana world view agama, nilai
budaya, dan perilaku,
masyarakat Kota Medan sudah tidak
sesuai dengan budaya timur.
Kurangnya keimanan dan
pendekatan diri kepada Tuhan
Yang Maha Esa. 1.
Keluarga yang kurang
harmonis dan tidak
memberikan perhatian yang
cukup kepada anak-anaknya.
2. Terjebak
dalam pergaulan
yang salah. Adanya
pengaruh budaya barat
yang masuk ke masyarakat Kota
Medan, namun tidak dapat
disaring dengan baik oleh
masyarakat.
2. Ust.Ahmad
Supriyadi 44
Tokoh masyarakat
Tidak wajar, karena seks bebas
melanggar hukum agama. Banyak
remaja yang sudah melakukan seks
bebas karena sudah menganggap
bahwa seks bebas merupakan hal
yang biasa saja dilakukan trend
Kurangnya keimanan dan
pendekatan diri kepada Tuhan
Yang Maha Esa. 1.
Salah dalam memilih
pergaulan, sehingga
terjebak dalam seks bebas.
2. Kurangnya
perhatian yang diberikan oleh
orangtua, sehingga
pergaulan anaknya tidak
terkontrol. Adanya
pengaruh budaya barat
yang masuk ke masyarakat
Kota Medan, sehingga
dianggap menjadi sebuah
trend.
3. Syafa
Safira, M.Psi.
47 Psikolog
Tidak wajar, karena seks bebas
merupakan perbuatan yang
merugikan. Saat ini, banyak remaja
yang sudah melakukan seks
1. Kurangnya
perhatian yang diberikan oleh
orangtua kepada
anaknya.
2. Terjebak
dalam Masuknya
budaya barat ke masyarakat Kota
Medan.
Universitas Sumatera Utara
bebas karena menganggap seks
bebas sudah menjadi trend.
pergaulan bebas atau
pergaulan yang salah.
3. Keadaan yang
memaksanya untuk
melakukan seks bebas,
seperti menjadi PSK
demi keluarga.
4. Nayla
Apriliani, M.Psi.
40 Psikolog
Tidak wajar, meskipun saat ini
sudah banyak masyarakat yang
mengatakan bahwa melakukan seks
bebas wajar-wajar saja karena seks
bebas sudah dianggap menjadi
sebuah trend dan gaya hidup untuk
sebagian masyarakat.
Kurangnya penanaman nilai
agama dan budaya dari keluarga.
Salah dalam memilih teman,
yang akhirnya membawa kepada
pergaulan bebas. Masuknya
budaya barat ke masyarakat Kota
Medan dan tidak dipilih hal baik
dan hal buruk oleh masyarakat
sendiri.
5. Drs.
Khairiyah Ramlah Sari
50 Guru
Tidak wajar, meskipun seks
bebas saat ini sudah banyak
dilakukan, namun tetap dianggap
tidak wajar. Kurangnya
pengetahuan agama dan juga nilai
budaya serta norma-norma.
1. Kurangnya
pendidikan moral yang
diberikan oleh keluarga dan
sekolah.
2. Salah dalam
memilih pergaulan.
Globalisasi, menyebabkan
masuknya budaya barat ke
masyarakat Kota Medan.
6. Dr.
Nurbani, M.Si
55 Dosen
Tidak wajar. Saat ini, seks bebas
sudah sering dilakukan oleh
sebagian remaja apabila ada
kesempatan. Kurangnya
keimanan yang dimiliki para
remaja,
sehingga dirinya tidak
terbentengi dari perbuatan seks
bebas. 1.
Kurangnya komunikasi
antara anak dengan
orangtuanya, sehingga
perbuatan anak kurang
terkontrol dan tidak terawasi.
1. Pengaruh
media sosial yang banyak
Adanya pengaruh
budaya barat.
Universitas Sumatera Utara
memberikan dampak
negatif.
7. Ramzi
16 Pelajar
SMA Tidak wajar,
meskipun saat ini seks bebas sudah
banyak dilakukan para remaja, dan
mereka tidak malu untuk
melakukannya. Baginya, seks
bebas dapat merusak akal
pikiran seseorang. Kurangnya
penanaman nilai agama yang
dimiliki, kurang keimanan.
1. Kurangnya
perhatian yang diberikan oleh
keluarga, dalam
menanamkan nilai agama,
moral, dan mengawasi
satu sama lain.
2. Lingkungan
tempat tinggal yang tidak
baik, mendukung
seseorang untuk
melakukan perbuatan
yang salah.
3. Terjebak
dalam pergaulan
bebas yang menjerumuska
n ke dalam perbuatan
buruk. Pengaruh
budaya barat yang masuk ke
masyarakat Kota Medan.
8. Dea
13 Pelajar
SMP Tidak wajar,
karena dapat merugikan.
1. Kurangnya
perhatian yang diberikan oleh
orangtua kepada
anaknya.
2. Terjebak di
dalam pergaulan
bebas. Pengaruh budaya
barat, banyak remaja yang
mengikuti budaya barat tanpa
memilah-milah hal-hal apa saja
yang cocok dengan budaya
timur.
9 Zakki
20 Mahasiswa
Tidak wajar. Saat ini seks bebas
sudah tidak terkontrol lagi,
dapat dilakukan setiap ada kemauan
dan kesempatan. 1.
Kurangnya keimanan dan
pendekatan diri kepada Tuhan
Yang Maha Esa, sehingga
dirinya tidak 1.
Kurangnya penanaman
nilai agama dan budaya
oleh keluarga sejak kecil.
2. Salah dalam
Pengaruh dari budaya Barat
yang masuk ke masyarakat Kota
Medan, sehingga nilai
budaya timur
Universitas Sumatera Utara
terbentengi. memilih teman
atau berada
pada lingkungan
pertemanan yang tidak
baik baginya. menjadi luntur.
10 Prili
21 Mahasiswa
Tidak wajar, meskipun ia pernah
melakukan seks bebas. Karena ia
beranggapan bahwa saat ini seks
bebas bisa dilakukan apabila
tidak diketahui dan tidak menyebabkan
kehamilan. 1.
Keluarga yang tidak
harmonis.
2. Rasa
penasaran yang berasal
dari pergaulan. Pengaruh dari
budaya barat yang masuk ke
masyarakat Kota Medan
dan menjadikan seks bebas
sebagai sebuah trend.
11. Andra
20 Mahasiswa
Wajar, apabila tidak menyebabkan
kehamilan. Saat ini, seks bebas sudah
menjadi sebuah hal yang biasa
dilakukan di Kota Medan.
1. Pergaulan
yang salah, sehingga
terjerumus ke dalam seks
bebas.
2. Fasilitas yang
mendukung terjadinya seks
bebas. Pengaruh
budaya barat yang semakin
lama semakin mempengaruhi
masyarakat Kota Medan.
12. Dito
21 Mahasiswa
Tidak wajar, karena telah
menyalahi aturan agama.
Kurangnya pendekatan diri
kepada Tuhan Yang Maha Esa,
menyebabkan keimanan
berkurang. Lingkungan yang
tidak baik, menyebabkan
seseorang dapat melakukan seks
bebas. Baik lingkungan
tempat tinggal maupun
lingkungan pertemanan.
Tabel 4.2. Pandangan remaja yang hamil di luar nikah terhadap seks bebas dan faktor penyebab terjadinya seks bebas.
NO. Informan
Pandangan Masyarakat
Faktor-Faktor Penyebab
Agama Organisasi
Budaya 1.
Wita 21
1. Kurangnya
pengawasan Adanya
pengaruh
Universitas Sumatera Utara
Pegawai orangtua.
2. Memiliki
teman-teman yang
menjerumuskan ke dalam seks
bebas.
3. Media sosial
dan media massa yang
banyak memberikan
gambaran mengenai seks
bebas. budaya barat
yang menganggap
bahwa seks bebas
merupakan sebuah trend.
2. Diah
22 Mahasiswa
Tidak wajar, karena seks bebas
merupakan perbuatan yang
merugikan dan tidak baik untuk
dilakukan. 1.
Kurangnya perhatian dari
orangtua.
2. Lingkungan
pertemanan yang tidak
baik. Masuknya
budaya barat ke masyarakat
Kota Medan.
3. Yani
22 Wiraswasta
Wajar, karena berhubungan seks
bertujuan untuk menunjukkan rasa
cinta kepada pasangan, dan juga
merupakan bagian dari nafsu yang
harus dipenuhi. Terjebak di dalam
lingkungan pertemanan yang
salah, dimana mengikuti budaya
barat adalah suatu trend dan gaya
hidup.
4.2. Pembahasan