Universitas Sumatera Utara 5.2.
Saran
1. Persepsi masyarakat yang menyatakan bahwa seks bebas tidaklah wajar
dilakukan dan masih dianggap tabu, sebaiknya harus tetap dibudayakan agar untuk generasi selanjutnya seks bebas tidak lagi merajelala seperti
saat ini dan tidak membuat keresahan bagi masyarakat lainnya.
2. Peran keluarga sangat dibutuhkan dalam membimbing para remaja untuk
tetap mengarahkan mereka kepada hal yang baik, untuk tetap berpegang teguh kepada nilai-nilai budaya dan agama agar tidak terjerumus ke dalam
pergaulan bebas dan seks bebas. Sebaiknya para orangtua tetap menjalin komunikasi yang baik dengan anak, agar para remaja dapat diawasi dalam
perkembangannya, baik pergaulan maupun tingkah lakunya.
5.3. Implikasi Teoritis
Melalui penelitian yang dilakukan, diharapkan agar dapat menambah wawasan khazanah Ilmu Komunikasi dan pengetahuan serta wawasan penulis
maupun mahasiswa lainnya mengenai persepsi masyarakat terhadap seks bebas dan remaja hamil di luar nikah. Pada dasarnya, seks bebas bukanlah suatu
kebiasaan yang diajarkan di dalam budaya timur. Terdapat persepsi yang berbeda
antara setiap masyarakat terhadap seks bebas. para remaja pelaku seks bebas, juga
yang mengalami kehamilan di luar nikah, tetap harus melakukan komunikasi dengan masyarakat. Persepsi budaya di dalam komunikasi antarbudaya, tidak
terlepas dari world view pandangan dunia, sistem lambang, dan juga organisasi.
5.4. Implikasi Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sumbangan bagi mahasiswa maupun peneliti dalam memahami persepsi masyarakat terhadap
seks bebas dan remaja hamil di luar nikah. Kepada peneliti selanjutnya yang tertarik dengan permasalahan yang dilakukan penulis, direkomendasikan untuk
memperluas dan memperdalam kajian dalam penelitian, terutama yang berkaitan
Universitas Sumatera Utara
dengan persepsi budaya dalam komunikasi antarbudaya, juga disarankan memperdalam kemampuan dalam menangani kasus di lapangan mengenai
persepsi masyarakat terhadap seks bebas dan remaja hamil di luar nikah, sehingga temuan yang didapat menjadi lebih beragam.
Universitas Sumatera Utara BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. PerspektifParadigma Kajian
Paradigma atau paradigm Inggris atau paradigm Perancis, istilah tersebut berasal dari bahasa Latin, yakni para dan deigma. Secara etimologis,
para berarti di samping, di sebelah dan deigma berarti memperlihatkan, yang berarti model, contoh, arkatipe, ideal. Deigma dalam bentuk kata kerja deiknynai
berarti menunjukkan atau mempertunjukkan sesuatu. Paradigma merupakan cara pandang atau pola pikir komunitas ilmu pengetahuan atas peristiwa realitas ilmu
pengetahuan yang dikaji, diteliti, dipelajari, dipersoalkan, dipahami, dan untuk dicarikan pemecahan persoalannya Pujileksono, 2015 : 25-26.
Ada beberapa alasan mengapa peneliti perlu memilih paradigm sebelum melakukan penelian Pujileksono, 2015 : 26, yaitu :
1. Paradigma penelitian menggambarkan pilihan suatu kepercayaan yang
akan mendasari dan member pedoman seluruh proses penelitian. 2.
Paradigma penelitian menentukan rumusan masalah, tujuan penelitian dan tipe penjelasan yang digunakan.
3. Pemilihan paradigma memiliki implikasi terhadap pemilihan metode,
teknik penentuan subyek penelitiansampling, teknik pengumpulan data, teknik uji keabsahan data dan analisis data.
Paradigma ilmu komunikasi berdasarkan metodologi penelitiannya,
menurut Dedy N. Hidayat dalam Bungin, 2008 : 237 yang mengacu pada pemikiran Guba 1990:1994 ada tiga paradigma, yaitu : 1 paradigma klasik
classical paradigm, 2paradigma kritis critical paradigm dan 3 paradigma konstruktivisme contructivism paradigm. Namun dalam perkembangan
komunikasi saat ini telah muncul paradigma intrepretasi. Menurut Sendjaja dalam Bungin, 2008 : 238, paradigma klasik merupakan gabungan dari
paradigma positivism dan post-positivism. Paradigma positivistik merupakan suatu paradigma yang mempertanyakan
realita dengan ‘apa’, atau menanyakan mengenai apa yang terjadi di masyarakat. Melihat fakta sosial sebagai realita yang bersifat umum yaitu hukum sebab-akibat.
Dalam paradigma ini, peneliti tidak berinteraksi dengan objek penelitian sehingga
Universitas Sumatera Utara
terdapat jarak antara peneliti dan objek penelitian. Penelitian paradigma positivistik merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian paradigma positivistik
menggunakan metode empiris untuk dapat menggambarkan fakta sosial sebagai realita atau objek penelitian. Dalam paradigma ini, peneliti harus menggambarkan
realita yang ada di masyarakat secara objektif Pujileksono, 2015 : 27. Paradigma pos-positivistik merupakan paradigma yang melakukan kritik
terhadap paradigma postivistik. Paradigma ini lebih bersifat kualitatif sehingga dalam penelitian ini, peneliti dapat memasukkan nilai-nilai pribadinya dalam
penelitian dan hubungan antara peneliti dengan objek lebih dekat. Namun, tujuan paradigma ini sama dengan paradigma postivistik, yaitu untuk mengetahui pola
umum yang ada dalam masyarakat Pujileksono, 2015 : 28. Paradigma konstruktivistik merupakan paradigma yang melihat suatu
realita dibentuk oleh berbagai macam latar belakang sebagai bentuk konstruksi realita tersebut dan dalam penelitian ini mempertanyakan ‘mengapa?’.
Keberadaan realita tidak terjadi pada diri peneliti namun terjadi di luar peneliti. Jarak antara peneliti dan objek tidak terlalu dekat, namun tetap berinteraksi
dengan objek penelitian. Paradigma ini bersifat kualitatif, dimana peneliti dapat memasukkan nilai-nilai pendapat ke dalam penelitiannya, sehingga penelitian
dengan paradigma ini sifatnya subjektif. Tujuan dari paradigma ini adalah untuk memahami apa yang menjadi konstruksi suatu realita. Oleh karena itu, peneliti
harus mengetahui faktor apa saja yang mendorong realita tersebut dan menjelaskan bagaimana faktor tersebut dapat menkonstruksi realita itu
Pujileksono, 2015 : 28-29. Paradigma kritis merupakan paradigma yang melihat realita yang terjadi
tidak sesuai dengan apa yang sebaiknya terjadi pada masyarakat. Keberadaan realita terjadi pada diri peneliti dan juga di luar peneliti, jarak peneliti dengan
objek penelitian sangat dekat dan peneliti terlibat langsung dengan objek yang diteliti. Penelitian dalam paradigma ini merupakan penelitian kualitatif dan
bersifat subjektif. Tujuan dari paradigma ini adalah untuk membangun kesadaran kolektif demi mengubah struktur untuk menjadi lebih baik Pujileksono, 2015 :
29.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivistik. Remaja yang hamil di luar nikah merupakan suatu realita yang merupakan hasil dari sebuah
konstruksi dirinya sebagai individu dan pengaruh lingkungan sekitar individu. Namun, tidak semua masyarakat dapat menerima kehadiran remaja yang hamil di
luar nikah. Oleh karena itu, perlu diteliti untuk melihat bagaimana persepsi masyarakat terhadap remaja yang melakukan seks bebas dan juga remaja hamil di
luar nikah akibat dampak seks bebas, apakah seks bebas sudah menjadi hal yang tabu untuk dilakukan. Penelitian ini juga melihat apa saja faktor penyebab
terjadinya seks bebas pada remaja yang ada di Kota Medan saat ini.
2.2. Kajian Pustaka