Pengaruh kenaikan upah minimum propinsi (UMP) dan jumlah penduduk terhadap penerimaan pajak Bumi dan Bagunan (PBB) di Jakarta Selatan

(1)

PENGARUH KENAIKAN UPAH MINIMUM PROPINSI (UMP)

DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP

PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB)

DI JAKARTA SELATAN

IRFAN

106082002623

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

PENGARUH KENAIKAN UPAH MINIMUM PROPINSI (UMP)

DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP

PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

DI JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

IRFAN

106082002623

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

i

PENGARUH KENAIKAN UPAH MINIMUM PROPINSI DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN

BANGUNAN DI JAKARTA SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Irfan

NIM:106082002623

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Yahya Hamja, MM Fitri Damayanti, SE, M.Si

194906021978031001 198107312006042003

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(4)

ii

Pada hari Jumat Tanggal 10 November 2010 telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Irfan NIM: 106082002623 dengan judul skripsi “PENGARUH KENAIKAN UPAH MINIMUM PROPINSI (UMP) DAN JUMLAH

PENDUDUK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN

BANGUNAN (PBB)”. Memperhatikan kemampuan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 10 November 2010

Tim Penguji Ujian Skripsi

Dr. Yahya Hamzah MM Fitri Damayanti, SE,.M.Si

Pembimbing I Pembimbing II

Rini, SE,.Ak,.M.Si Reskino, SE.,Ak.,M.Si


(5)

iii

Hari ini jum’at tanggal 3 september2010 telah dilakukan ujian komprehensif atas nama Irfan NIM: 106082002623 dengan judul skripsi ”PENGARUH KENAIKAN UPAH MINIMUM PROPINSI (UMP) DAN JUMLAH

PENDUDUK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN

BANGUNAN (PBB)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 3 september 2010

Tim penguji komprehesif

Rini, SE,.Ak,.M.Si Fitri damayanti SE.MSi

Penguji I Penguji II

Prof. Dr . abdul hamid, MS Penguji ahli


(6)

iv

Daftar Riwayat Hidup

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Irfan

2. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 20 Februari 1987

3. Alamat : JL. PLK Ujung Rt 008 Rw.05, Duren Tiga, Pancoran, Jakarta Selatan.

II. PENDIDIKAN

1. SD : MI Assudawiyah 1993-1999

2. SMP : SLTP Negeri 104 Jakarta 1999 - 2002 3. SMA : SMA Negeri 55 Jakarta 2002 - 2005 4. S1 : UIN Syarif Hidayatullah 2006 – 2010 III. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Rohmani (alm)

2. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 12 Juni 1951

3. Alamat : -

4. Ibu : Hodijah

5. Tempat & tanggal Lahir : Jakarta, 4 April 1955

6. Alamat : JL. PLK Ujung Rt 008 Rw.05, Duren Tiga, Pancoran, Jakarta Selatan.

7. Anak ke dari : 6 dari 7 bersaudara IV. PENGALAMAN KERJA


(7)

v

Abstract

The effect of increasing of province minimum wage and the number of population toward the revenue of the tax of land and building

By Irfan

This research is aim to analysis the increasing of effect to province minimum wage and the number of population toward the revenue of the tax of land and building. Through this research, it can be seen the effect of increasing the province minimum wage toward the revenue of PBB as well, the increasing of number of population, and effect of increasing of UMP, and the number of population toward revenue of PBB . This research used 10 samples that taken randomly by every district begun by one village.

The result of the research showed the increasing of UMP had effect significantly toward revenue of PBB. While, number of population did not have effect significantly toward revenue of PBB

Key word: The province minimum wage, the number of population, the Revenue of tax of land and building.


(8)

vi

Abstraksi

Pengaruh Kenaikan Upah Minimum Propinsi (UMP) dan Jumlah Penduduk Terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan PBB

Oleh Irfan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kenaikan Upah Minimum Propinsi (UMP) dan jumlah penduduk terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dengan penelitian ini juga dapat dilihat pengaruh kenaikan UMP terhadap penerimaan PBB, kenaikan jumlah penduduk terhadap penerimaan PBB, serta pengaruh kenaikan UMP dan jumlah penduduk terhadap penerimaan PBB. Penelitian ini mempergunakan sepuluh sampel, sampel tersebut diambil secara acak dengan tiap kecamatan diwakili oleh satu kelurahan.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan kenaikan UMP mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan PBB, sedangkan jumlah penduduk tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan PBB.

Kata kunci: Upah Minimum Propinsi (UMP), jumlah penduduk, dan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).


(9)

vii

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur bagi Allah SWT atas karunia dan nikmat-Nyalah telah sempurna segala kebaikan. Berkat rahmat-Nya pula penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh Kenaikan Upah Minimum Propinsi (UMP) dan Jumlah Penduduk Terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)”. Shalawat dan salam teruntuk Rasul-Nya Nabi Muhammad SAW yang diutus sebagai rahmat bagi seluruh alam. Semoga kita semua dapat petunjuk dari ajarannya selalu amin.

Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat-syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa segala kerja keras demi terselesainya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan, dorongan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta Bpk Rohmani (alm) yang telah pergi mendahuluiku dan Ibu Hodijah, terimakasih atas segala kasih sayang dan do’a kalian sepanjang waktu.

2. Kakak-kakak dan Kakak Iparku yang selalu memberikan support

kepadaku. 3. Adikku.

4. keponkan - keponakanku tercinta yang selalu menghiburku.

5. Prof. Dr. Abdul Hamid dan Prof. Dr. Ahmad Rodoni, selaku Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Dr. Yahya Hamja, MM, selaku dosen pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktunya untuk mengarahkan dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Ibu Fitri Damayanti SE, M.Si, selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan perhatian, arahan dan waktunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.


(10)

viii

8. Pak Afif Sulfa, SE, Ak, M.Si dan Ibu Yessi, SE, Ak, M.Si, selaku Ketua dan Sekretaris jurusan Akuntasi.

9. Sahabat-sahabatku Fachri, Dayat, Jamal, Heri, Hasim, Haidar, Humairoh, dan Intan Rahmawati makasih atas kasih sayang, support dan persahabatan yang telah kalian berikan.

10.Kawan-kawan Akuntansi C angkatan 2006.

11.Suntux Crew, teman-teman Pajak A. Thanks atas kebersamaannya. 12.Seluruh teman-teman akuntansi angkatan 2006.

13.Guru ngajiku yang selalu memberikan support dan doa, Muhammad Ali. 14.Dan seluruh keluarga dan saudaraku.

Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. oleh karena itu penulis mengharapkan kritik yang membangun untuk mencapai yang lebih baik.


(11)

ix

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi... i

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif... ii

Surat Pernyataan... iii

Daftar Riwayat Hidup... iv

Abstract... v

Abstraksi... vi

Kata Pengantar... vii

Data Daftar Isi... ix

Daftar Tabel... xiii

Daftar Gambar... xiv

Daftar Lampiran... xv

BAB. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Perumusan Masalalah... 4

C. Tujuan Penelitian…...………... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pajak 1. Pengertian Pajak... 7

2. Fungsi Pajak... 9 3. Pembagian Pajak Menurut Golongan, Sifat, dan Pemungutan-


(12)

x

nya... 10

4. Cara Memungut Pajak... 11

5. Wajib Pajak... 13

6. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)... 14

7. Hak dan kewajiban Wajib Pajak... 14

B. Upah Minimum Propinsi 1. Pengertian... 19

2. Penetapan UMP………. 19

C. Jumlah Penduduk 1. Pengertian……….. 20

2. Sensus Penduduk……… 21

D. PBB 1. Pengertian PBB………. 21

2. Objek PBB……… 22

3. Subjek Pajak……….. 25

4. Tahun Pajak, Saat, dan Tempat yang Menentukan Pajak... 25

5. Pendaftaran dan Pendataan Objek PBB……… 26

6. Tata Cara Pembayaran PBB……….. 28

7. Sanksi Administrasi………... 29

8. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)………... 30


(13)

xi

10.Perhitungan PBB………. 32

11.Penelitian Sebelumnya……… 33

12.Model Penelitian………. 34

13.Hipotesis Penelitian... 35

BAB III: METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian... 36

B. Metode Pemilihan Sampel... 36

C. Metode Pengumpulan Data... 37

D. Metode Analisis Data... 37

1. Statistik Deskriptif... 38

2. Uji Asumsi Klasik... 38

3. Uji Hipotesis... 40

E. Definisi Operasional Variabel Dan Pengukurannya... 42

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat Jakarta Selatan... 43

2. Letak Geografis Jakarta Selatan………. 43

3. Visi dan Misi……….. 44

4. Wilayah Jakarta Selatan………. 45

B. Deskripsi Variabel Penelitian... 51

C. Hasil Uji Asumsi Klasik... 52

1. Hasil Uji Normalitas Data... 52


(14)

xii

3. Autokorelasi... 54

D. Hasil Uji Hipotesis 1. Hasi Uji Koefisien Determinasi... 55

2. Uji t... 56

3. Uji F... 57

E. Pembahasan 1. Pengaruh kenaikan Upah Minimum Propinsi Terhadap Pene- rimaan PBB... 58

2. Pengaruh Kenaikan Jumlah Penduduk Terhadap Penerimaan PBB... 59

3. Pengaruh Kenaikan Upah Minium Propinsi (UMP) dan Jumlah Penduduk Terhadap Penerimaan PBB... 59

BAB V: KESIMPULAN A. Kesimpulan... 61

B. Implikasi……….. 61

C. Keterbatasan Penelitian... 62

D. Saran... 63

DAFTAR PUSTAKA... 64


(15)

xiii

Daftar Tabel

No. Keterangan Halaman

1.1 Penerimaan Pajak... 1

2.1 Jumlah Penduduk Jakarta... 4

2.1 Batas waktu pembayaran dan pelaporan SPT untuk orang pribadi……… 18

2.2 Batas waktu pembayaran dan pelaporan SPT untuk Badan…….. 18

2.3 Penelitian Sebelumnya……….. 33

3.1 Operasionalisasi Variabel... 42

4.1 Sampel Penelitian……….. 50

4.2 UMP……….. 49

4.3 Jumlah Penduduk……….. 49

4.4 Penerimaan PBB………... 50

4.5 Deskripsi variabel... 51

4.6 Hasil Uji Autokorelasi... 54

4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi... 55

4.8 Uji t statisik... 56


(16)

xiv

DAFTAR GAMBAR

No Keterangan Halaman

2.1 Model Penelitian... 34

4.1 Garafik Histogram……… 52

4.2 Probability plot………... 53


(17)

xv

Daftar Lampiran

Lampiran Keterangan Halaman

1 Daftar Sampel……….. 67

2 Penerimaan PBB……….. 68

3 Jumlah Penduduk………... 69

4 UMP………. 70

5 Deskriptif Statistik……… 71


(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional di Indonesia merupakan hal yang harus terus menerus dikembangkan sebagai usaha untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, sebagai bangsa yang mandiri pemerintah berusaha untuk mencari sumber dana dalam membiayai pembangunan, baik dari migas maupun nonmigas. Sumber dana yang dapat diandalkan adalah sumber dana dari nonmigas sebab sumber dana dari migas semakin lama akan semakin berkurang karena cadangan migas semakin lama akan semakin berkurang bahkan habis, salah satu sumber dana nonmigas berasal dari berbagai pajak.

Dalam kurun waktu empat tahun sejak tahun 2005 hingga tahun 2008, pendapatan negara yang berasal dari pajak terus meningkat secara signifikan. Adapun penerimaan dari pajak adalah sebagai berikut:

Tabel. 1.1 Penerimaan Pajak

Tahun Pendapatan Negara yang Berasal Dari Pajak

2005 Rp 347 triliun 2006 Rp 409,2 triliun 2007 Rp 491 triliun 2008 Rp 609,2 triliun Sumber: www.bappenas.go.id


(19)

2

Dari table 1.1 dapat dilihat bahwa pada tahun 2005 pendapatan negara yang berasal dari pajak sebasar Rp 347 triliun, pada tahun 2006 sebesar 409,2 triliun, pada tahun 2007 sebesar 49 triliun, dan pada tahun 2008 sebesar 609,2 triliun. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa penerimaan negara yang berasal dari pajak setiap tahunnya mengalami peningkatan.

Pajak merupakan suatu kewajiban kenegaraan berupa pengabdian serta peran aktif warga negara dan anggota masyarakat lainya untuk membiayai berbagai keperluan negara berupa pembangunan nasional yang pelaksanaanya diatur dalam undang-undang dan peraturan-peraturan untuk tujuan kesejahteraan bangsa (Judisseno, 1997:7).

Salah satu jenis pajak yang dapat diandalkan adalah Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Pajak Bumi dan Banguan (PBB) adalah pajak yang dikenakan atas harta tak bergerak, dalam hal ini harta tak bergerak sebagai objeknya, sehingga yang terpenting dalam PBB adalah objeknya bukan status orang atau badan yang dijadikan subjek (Sumitro dan Muttaqin, 2001:5). Pengertian tersebut menegaskan bahwa status orang / penduduk bukanlah hal terpenting dalam PBB, karena apapun status seseorang / penduduk ia harus tetap membayar PBB jika ia memiliki bumi / tanah dan atau bangunan.

PBB yang diatur dalam Undang-Undang no.12 tahun 1994 yang mulai berlaku 1 Januari 1995 merupakan peraturan perundang-undangan yang menggantikan Undang-Undang no.12 tahun 1985 yang mulai berlaku 1 Januari 1986. Dengan sistem perpajakan yang baru ini masyarakat diharapkan memiliki kepastian hukum, menghilangkan keragu-raguan wajib pajak dalam


(20)

3

menjalankan kewajiban perpajakannya, sekaligus berinisiatif dan mempunyai kesadaran sendiri untuk membayar pajak tanpa paksaan dari pihak lain.

Partisipasi masyarakat dalam membayar pajak merupakan hal yang sangat diperlukan, menurut penelitian yang pernah dilakukan oleh I Nyoman Normal(2003) disimpulkan bahwa pendapatan perkapita berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan PBB, jadi faktor-faktor pendukung yang dapat mempengaruhi pembayaran pajak salah satunya adalah pendapatan / upah wajib pajak.

Besar kecilnya Pajak Bumi dan Bangunan dipengaruhi oleh Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) itu sendiri, dalam hal ini tanah dan bangunan. Sesuai dengan hukum permintaan yang berbanding lurus, maka besar kecilnya NJOP dipengaruhi oleh permintaan, dan permintaan akan tanah dipengaruhi oleh jumlah penduduk, semakin banyak jumlah penduduk maka semakin banyak permintaan akan tanah, karena luas tanah di bumi bersifat tetap maka permintaan ini dapat menaikan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) tanah sehingga dapat mempengaruhi penerimaan PBB.

Jumlah penduduk di Indonesia semakin bertambah dan daerah di Indonesia yang tingkat kepadatan penduduknya palin tinggi adalah Jakarta, karena Jakarta merupakan ibukota negara, sehungga banyak penduduk yang bertempat tinggal di Jakarta. Adapun jumlah penduduk di Jakarta dari tahun 1961 sampai dengan tahun 2000 adalah sebagai berikut:


(21)

4

Tabel 2.1

Jumlah Penduduk Jakarta

(dalam jutaan) Tahun Jumlah Penduduk

1961 2,91 jiwa 1971 4,55 jiwa 1980 6,48 jiwa 1990 8,23 jiwa 2000 9,72 jiwa

Sumber: www.indonesia.go.id

Dari Tabel 2.1 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Jakarta pada tahun 1961 sebesar 2,91 juta jiwa, pada tahun 1971 sebesar 4,55 juta jiwa, pada tahun 1980 sebesar 6,48 juta jiwa, pada tahun 1990 sebesar 8,23 juta jiwa, dan pada tahun 2000 sebesar 9,72 juta jiwa, dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa penduduk Jakarta terus engalami peningkatan.

Kedua faktor-faktor diatas mendorong penulis untuk meneliti pengaruh dari faktor-faktor tersebut dalam PBB dengan judul ”Pengaruh Kenaikan Upah Minimum Propinsi (UMP) dan Jumlah Penduduk Terhadap Penerimaan PBB di Jakarta Selatan”.

B. Rumusan Masalah

Pokok permasalahan yang menjadi dasar dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


(22)

5

1. Apakah kenaikan Upah Minimum Propinsi (UMP) mempengaruhi penerimaan PBB.

2. Apakah kenaikan jumlah penduduk mempengaruhi penerimaan PBB. 3. Apakah kenaikan Upah Minimum Propinsi (UMP) dan jumlah penduduk

mempengaruhi penerimaan PBB.

C. Tujuan Masalah

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis pengaruh kenaikan Upah Minimum Propinsi (UMP) terhadap penerimaan PBB.

2. Menganalisis pengaruh kenaikan jumlah penduduk terhadap penerimaan PBB.

3. Mengetahui pengaruh kenaikan UMP dan jumlah penduduk terhadap penerimaan PBB.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pemerintah, akademik, dan penulis, dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tambahan dalam perencanaan penerimaan PBB, penetapan UMP, dan program kependudukan.


(23)

6 2. Bagi Akademik

Hasil penelitian yang terbatas ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan serta informasi yang lebih mendalam mengenai penerimaan PBB bagi dunia akademik.

3. Bagi Penulis

Untuk memperkaya wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai PBB serta sebagai sarana pembelajaran dalam praktek penelitian, agar di masa yang akan datang penelitian bukan merupakan pekerjaan yang sulit untuk dilakukan.


(24)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pajak

1. Pengertian Pajak

Berikut beberapa pengertian pajak menurut para ahli yang dikutip oleh Waluyo dalam buku Perpajakan Indonesia:

Pengertian pajak menurut Edwin R. A. Seligman dalam buku essay in taxation mengatakan: ” Tax is compulsary contribution from the person, to the governmant to depray the expenses incurred in the comment inderest of all, without reference to special benefit conferred.” Dari definisi tersebut terlihat adanya kontribusi seseorang yang ditujukan kepada negara tanpa adanya manfaat yang ditujukan secara khusus kepada seseorang. Memang demikian halnya bahwa bagaimanapun juga pajak itu ditujukan manfaatnya kepada masyarakat banyak.

Pengertian pajak menurut Philip E. Taylor dalam buku ”the economics of public finance” memberikan batasan pajak seperti di atas namun menggantikan kata without reference dengan with tittle reference.

Pengertian pajak menurut NJ. Feldmann dalam buku De Over Heidsmiddelen Van Indonesia (terjemahan): ”Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terhutang kepada pengusaha (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum) tanpa adanya


(25)

8

kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.”

Pengertian pajak menurut Soeparman Soemahamidjaja dari disertasinya yang berjudul Pajak Berdasarkan Asas Gotong Royong menyatakan pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh pengusaha berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. dari definisi di atas tidak tampak istilah ”dipaksakan” karena bertitik tolak pada istilah ”iuran wajib” sisi lainya yang terhubung dengan kontrasepsi itu diperlukan pajak.

Pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya

Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan (1990:5) menyatakan: ”Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontra prestasi), yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak adalah:

a. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan.

b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontra prestasi individual oleh pemerintah.


(26)

9

c. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

d. Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment.

e. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeteir, yaitu mengatur.

2. Fungsi Pajak

Dalam buku Perpajakan Indonesia yang dikarang oleh Waluyo Fungsi pajak dibagi dua, yaitu fungsi penerimaan dan fungsi mengatur. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

a. Fungsi Penerimaan (Budgeteir)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh yaitu dimasukannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri.

b. Fungsi Mengatur (Reguler)

Pajak berfunsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial ekonomi. Sebagai contoh yaitu dikenakanya pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras dapat ditekan. Demikian pula pada barang mewah.


(27)

10

3. Pembagian Pajak Menurut Golongan, Sifat, dan Pemungutannya

Waluyo dalam bukunya membagi pajak menurut golongan, sifat, dan pemungutannya. adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Menurut golongan:

1) Pajak langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung Wajib Pajak yang bersangkutan. Contoh: Pajak Penghasilan.

2) Pajak tidak langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan ke pihak lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai. b. Menurut sifat:

Pembagian pajak menurut sifat dimaksudkan pembedaan dan pembagiannya berdasarkan ciri-ciri prinsip:

1) Pajak sujektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objektfnya, dalam arti memperhatikan keadaan dari Wajib Pajak. Contoh: pajak penghasilan.

2) Pajak Objektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan dari Wajib pajaknya. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

c. Menurut pemungut dan pengelolanya

Menurut pemungut dan pengelolanya pajak dibagi dua, yaitu sebagai berikut:


(28)

11

1) Pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai. 2) Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah

dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contoh: Pajak reklame, Pajak hiburan.

4. Cara Memungut Pajak

a. Stelsel Pajak

Cara pemungutan pajak berdasarkan 3 (tiga) stelsel yaitu stelsel nyata (riil stelsel), stelsel anggapan (fictive stelsel), dan stelsel campuran. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

1) Stelsel nyata (riil stesel)

Pengenaan pajak berdasarkan pada objek (penghasilan) yang nyata, sehingga pemungutanya baru dapat dilaksanakan pada akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya telah dapat diketahui. Kelebihan stelsel ini adalah pajak yang dikenakan lebih realistis. Kelemahannya adalah pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode (setelah penghasilan riil diketahui). 2) Stelsel anggapan (fictive stesel)

Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang, sebagai contoh, penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya sehingga pada


(29)

12

awal tahun pajak telah dapat ditentukan besarnya pajak yang terhutang untuk tahun berjalan. Kelebihan stelsel ini adalah pajak dapat dibayar pada tahun berjalan, tanpa harus menunggu akhir tahun. Kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya.

3) Stelsel campuran

Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan

stelsel anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya. Apabila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar daripada pajak menurut anggapan, maka wajib pajak harus menambah kekurangannya. Demikian sebaliknya, apabila lebih kecil, maka kelebihannya dapat diminta kembali.

b. Sistem pemungutan pajak

Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu

Official Assessment System, self assessment system, dan withholding system. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

1) Official Assessment System

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terhutang.


(30)

13

Ciri-ciri Official Assessment System sebagai berikut:

a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terhutang berada pada fiskus.

b) Wajib pajak bersifat pasif.

c) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

2) Self Assessment system

Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.

3) Withholding system

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak dengan memberikan wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terhutang oleh wajib pajak.

5. Wajib Pajak

Wajib Pajak (WP) adalah Orang Pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu (www.pajak.go.id).


(31)

14

6. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan oleh Direktur Jendral Pajak kepada Wajib Pajak sebagai sarana administrasi perpajakan yang digunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. Oleh karena itu, kepada setiap Wajib Pajak hanya diberikan satu NPWP. NPWP tersebut berfungsi sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dan ntuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi perpajakan (www.pajak.go.id).

7. Hak dan kewajiban Wajib Pajak

Wajib Pajak mempunyai hak untuk mendapat perlindungan kerahasiaan atas segala sesuatu informasi yang telah disampaikannya kepada Direktorat Jenderal Pajak dalam rangka menjalankan ketentuan perpajakan. Disamping itu pihak lain yang melakukan tugas di bidang perpajakan juga dilarang mengungkapkan kerahasiaan Wajib Pajak, termasuk tenaga ahli, seperti ahli bahasa, akuntan, pengacara yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak untuk membantu pelaksanaan undang-undang perpajakan (www.pajak.go.id).

Kerahasiaan Wajib Pajak antara lain:

a. Surat Pemberitahuan, laporan keuangan, dan dokumen lainnya yang dilaporkan oleh Wajib Pajak;


(32)

15

c. Dokumen atau rahasia Wajib Pajak lainnya sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku.

Namun dalam rangka penyidikan, penuntutan atau dalam rangka kerjasama dengan instansi pemerintah lainnya, keterangan atau bukti tertulis dari atau tentang Wajib Pajak dapat diberikan atau diperlihatkan kepada pihak tertentu yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Disamping mendapatkan perlindungan kerahasiaan wajib pajak juga memiliki hak sebagai. Adapun kerahasiaan wajib pajak berikut:

a. Penundaan Pembayaran

Dalam hal-hal atau kondisi tertentu, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan menunda pembayaran pajak.

b. Pengangsuran Pembayaran

Dalam hal-hal atau kondisi tertentu, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan mengangsur pembayaran pajak.

c. Penundaan Pelaporan SPT Tahunan

Dengan alasan-alasan tertentu, Wajib Pajak dapat menyampaikan perpanjangan penyampaian SPT Tahunan baik PPh Badan maupun PPh Pasal 21.

d. Pengurangan PPh Pasal 25

Dengan alasan-alasan tertentu, Wajib Pajak dapat mengajukan pengurangan besarnya angsuran PPh Pasal 25.


(33)

16 e. Pengurangan PBB

Wajib Pajak orang pribadi atau badan karena kondisi tertentu objek pajak yang ada hubungannya dengan subjek pajak atau karena sebab-sebab tertentu lainnya serta dalam hal objek pajak yang terkena bencana alam dan juga bagi Wajib Pajak anggota veteran pejuang kemerdekaan dan veteran pembela kemerdekaan, dapat mengajukan permohonan pengurangan atas pajak terutang.

f. Pembebasan Pajak

Dengan alasan-alasan tertentu, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pembebasan atas pemotongan/ pemungutan pajak penghasilan.

g. Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak

h. Wajib Pajak yang telah memenuhi kriteria tertentu sebagai Wajib Pajak Patuh dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak dalam jangka waktu paling lambat 1 bulan untuk PPN dan 3 bulan untuk PPh sejak tanggal permohonan.

i. Pajak Ditanggung Pemerintah

Dalam rangka pelaksanaan proyek pemerintah yang dibiayai dengan hibah atau dana pinjaman luar negeri PPh yang terutang atas penghasilan yang diterima oleh kontraktor, konsultan dan supplier utama ditanggung oleh pemerintah.


(34)

17 j. Insentif Perpajakan

Di bidang PPN, untuk Barang Kena Pajak tertentu atau kegiatan tertentu diberikan fasilitas pembebasan PPN atau PPN Tidak Dipungut. BKP tertentu yang dibebaskan dari pengenaan PPN antara lain Kereta Api, Pesawat Udara, Kapal Laut, Buku-buku, perlengkapan TNI/POLRI. Perusahaan yang melakukan kegiatan di kawasan tertentu seperti Kawasan Berikat mendapat fasilitas PPN Tidak Dipungut antara lain atas impor dan perolehan bahan baku.

Sesuai dengan sistem self assessment, Wajib Pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri, melakukan sendiri penghitungan pembayaran dan pelaporan pajak terutangnya.

a. Pendaftaran

Wajib Pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

b. Pembayaran dan Pelaporan

Setelah melakukan pendaftaran dan mendapatkan NPWP, Wajib Pajak mempunyai kewajiban untuk menghitung dan membayar pajak, yang selanjutnya melaporkan pajak terutangnya dalam bentuk Surat Pemberitahuan (SPT). Batas waktu pembayaran dan pelaporan SPT masa dan SPT tahunan adalah sebagai berikut :


(35)

18 Untuk orang pribadi:

Tabel. 2.1 Batas waktu pembayaran dan pelaporan SPT untuk orang pribadi

N o

Jenis SPT Batas Waktu Pembayaran Batas Waktu

Pelaporan Masa

1 PPh Pasal 21/26

Tgl 10 bulan berikut setelah masa pajak berakhir

20 hari setelah masa pajak berakhir

2 PPh Pasal 25 Tgl 15 bulan berikut setelah masa pajak berakhir

20 setelah masa pajak berakhir

Tahunan

1 PPh OP Tgl 25 bulan ketiga setelah berakhirnya tahun atau bagian tahun pajak

Akhir bulan ketiga setelah berakhirnya tahun atau bagian tahun pajak

2 PBB 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT

3 BPHTB Dilunasi pada saat terjadinya

perolehan hak atas tanah dan atau bangunan

Sumber: www.pajak.go.id Untuk badan:

Tabel. 2.2

Batas waktu pembayaran dan pelaporan SPT untuk Badan

No. Jenis SPT Batas Waktu Pembayaran Batas Waktu

Pelaporan Masa

1 PPh Pasal 23/26

Tgl 10 bulan berikut Tgl 20 bulan berikut

2 PPh Pasal 25 Tgl 15 bulan berikut Tgl 20 bulan berikut

3 PPh dan

PPnBM-PKP

Tgl 15 bulan berikut Tgl 20 bulan berikut

Tahunan

1 PPh-Badan Tgl 25 bulan ketiga setelah berakhirnya tahun atau bagian tahun pajak

Akhir bulan ketiga setelah berakhirnya tahun atau bagian tahun pajak

2 PBB 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT

-3 BPHTB Dilunasi pada saat terjadinya perolehan hak atas tanah dan atau bangunan


(36)

19

B. Upah Minimum Propinsi

1. Pengertian

Upah Minimum Regional (UMR) adalah suatu standar minium yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pegawai, karyawan atau buruh di dalam lingkungan usaha atau kerjanya. Dengan demikian pengusaha diperbolehkan memberikan upah lebih besar daripada ketentuan UMP (www.wikipedia.org).

Saat ini UMR juga dikenal dengan istilah Upah Minimum Propinsi (UMP) karena ruang cakupnya biasanya hanya meliputi suatu propinsi. Selain itu setelah otonomi daerah berlaku penuh, dikenal juga istilah Upah Minimum Kabupaten/Kota(UMK).

2. Penetapan UMP

Penetapan upah dilaksanakan setiap tahun melalui proses yang panjang. Mula-mula Dewan Pengupahan Daerah (DPD) yang terdiri dari birokrat, akademisi, buruh dan pengusaha mengadakan rapat membentuk tim survei dan turun ke lapangan mencari tahu harga sejumlah kebutuhan yang dibutuhkan oleh pegawai, karyawan dan buruh. Setelah survei di sejumlah kota dalam propinsi tersebut yang dianggap representatif, diperoleh angka Kebutuhan Hidup Layak (KHL) yang dahulu disebut dengan Kebutuhan Hidup Minimum (KHM). Berdasarkan KHL, DPD mengusulkan upah minimum Propinsi (UMP) kepada Gubernur untuk disahkan. komponen kebutuhan hidup layak


(37)

20

digunakan sebagai dasar penentuan upah minimum berdasarkan kebutuhan hidup pekerja lajang / belum menikah (www.wikipedia.org).

Besarnya penentuan UMP didasarkan pada kebutuhan fisik minimum, indeks harga konsumen, perluasan kesempatan kerja, upah pada umumnya yang berlaku secara regional, kelangsungan perluasan, dan tingkat perkembangan ekonomi regional maupun nasional. Dengan demikian UMP dapat berbeda-beda untuk satu daerah dengan daerah lain.

C. Jumlah Penduduk

1. Pengertian

Penduduk adalah orang-orang yang berada di suatu wilayah yang terikat oleh aturan-aturan yang berlaku dan saling berinteraksi satu sama lain secara terus menerus (www.wikipedia.org). Dalam sosiologi penduduk didefinisikan sebagai kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentu.

Penduduk suatu negara atau daerah dapat didefinisikan menjadi dua, yaitu:

a. Orang yang tinggal di suatu daerah.

b. Orang yang secara hukum berhak tinggal di suatu daerah. Dengan kata lain orang yang memiliki surat resmi untuk tinggal di suatu daerah (www.wikipedia.org).


(38)

21

2. Sensus Penduduk

Sensus Penduduk merupakan suatu rangkaian kegiatan pengambilan “stok” (stock taking) penduduk pada suatu titik waktu tertentu yang mencakup seluruh atau sebagian wilayah geografis (www.wikipedia.org).

Metode pencacahan dalam sensus penduduk ada dua, yaitu de facto

dan de jure. Pencacahan secara de facto adalah pencacahan yang dilakukan di tempat dimana mereka ditemukan oleh petugas lapangan sensus/ sesuai tempat tinggal mereka. Pencacahan secara de jure adalah pencacahan yang dilakukan di tempat mereka tinggal secara resmi/ sesuai identitas diri.

D. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

1. Pengertian PBB

Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah atau perairan (www.pajak.go.id). Termasuk dalam pegertian bangunan adalah:

a. Jalan yang terletak dalam suatu komplek bangunan seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya, dan lain-lain yang merupakan satu kesatuan dengan komplek tersebut.

b. Jalan TOL. c. Kolam renang.


(39)

22 d. Pagar mewah.

e. Tempat olah raga.

f. Galangan kapal, dermaga. g. Taman mewah.

h. Tempat penampungan /kilan minyak,air dan gas,pipa minyak. i. Fasilitas lain yang memberikan manfaat.

Reksohadiprodjo (2000:169) mengemukakan bahwa Pajak Bumidan Bangunan (PBB) merupakan pungutan yang dikenakan atas tanah dan bangunan yang didirikan diatasnya.

Pajak bumi dan bangunan (PBB) adalah pajak negara yang dikenakan pada bumi dan atau bangunan berdasarkan undang-undang nomor 12 tahun 1985 tentang PBB sebagai mana telah diubah dalam undang-undang nomor 1 tahun 1994.

PBB merupakan pajak yang bersifat kebendaan sehingga pajak yang terhutang tergantung pada obyek yaitu tanah/bumi dan atau bangunan, kedaan subyek tidak ikut menentukan besarnya pajak.

2. Objek PBB

Objek PBB adalah “Bumi dan atau Bangunan” (www.pajak.go.id):

Bumi:

Permukaan bumi (tanah dan perairan) dan tubuh bumi yang ada di pedalaman serta laut wilayah Indonesia, Contoh : sawah, ladang, kebun, tanah. pekarangan, tambang,dll.


(40)

23

Bangunan:

Konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan. Contoh : rumah tempat tinggal, bangunan tempat usaha, gedung bertingkat, pusat perbelanjaan, emplasemen, pagar mewah, dermaga, taman mewah, fasilitas lain yang memberi manfaat, jalan tol, kolam renang, anjungan minyak lepas pantai, dll.

Klasifikasi bumi dan banguan adalah pengelompokan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman serta untuk memudahkan perhitungan pajak yang terhutang (Meliala, Oetomo, dan Francisca:67). Dalam menentukan klasifikasi bumi/tanah faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:

a. Letak. b. Peruntukan. c. Pemanfaatan.

d. Kondisi lingkungan, dan lain-lain.

Dalam menentukan klasifikasi bangunan faktor-faktor yang diperhatikan adalah sebagai berikut:

a. Bahan yang digunakan. b. Rekayasa.

c. Letak.

d. Kondisi lingkungan, dan lain-lain (Meliala, Oetomo, dan Francisca: 67).


(41)

24

Adapun objek pajak yang tidak dikenakan PBB adalah objek yang memenuhi sarat sebagi berikut :

a. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan, seperti mesjid, gereja, rumah sakit pemerintah, sekolah, panti asuhan, candi, dan lain-lain.

b. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau yang sejenis dengan itu.

c. Merupakan hutan lindung, suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak.

d. Digunakan oleh perwakilan diplomatik berdasarkan asas perlakuan timbal balik.

e. Digunakan oleh badan dan perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan, contoh: pesantren atau sejenis dengan itu, madrash, tanah wakaf, rumah sakit umum.

f. Objek pajak yang digunakan oleh Negara untuk penyelengaraan pemerintahan, penentuan pengenaan pajaknya diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah (Meliala, Oetomo, dan Francisca: 67).


(42)

25

3. Subjek Pajak

Subyek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata: a. Mempunyai suatu hak atas bumi, dan atau;

b. Memperoleh manfaat atas bumi, dan atau; c. Memiliki bangunan, dan atau;

d. Menguasai bangunan, dan atau; e. Memperoleh manfaat atas bangunan.

Subjek pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak menjadi wajib pajak (www.pajak.go.id).

4. Tahun Pajak, Saat, dan Tempat yang Menentukan Pajak Terhutang

Tahun pajak adalah jangka waktu satu tahun takwim. Saat menentukan pajak terhutang adalah menurut keadaan objek pajak pada tanggal 1 januari (www.pajak.go.id).

Contoh:

a. Objek pajak pada tanggal 1 Januari 2006 berupa tanah dan bangunan, pada tanggal 15 Januari 2006 bangunannya terbakar, maka pajak yang terhutang tetap berdasarkan keadaan objek pada tanggal 1 Januari 2005, yaitu keadaan pada saat bangunan tersebut belum terbakar. b. Objek pajak pada tanggal 1 Januari 2006 berupa sebidang tanah tanpa

bangunan di atasnya, pada tanggal 15 Agustus dilakukan pendataan, ternyata diatas tanah tersebut telah berdiri suatu banguan, maka pajak yang terhutang untuk tahun 2006 tetap dikenakan pajak berdasarkan


(43)

26

keadaan pada tanggal 1 Januari 2006. Sedangkan bangunannya baru akan dikenakan pada tahun 2007.

Tempat pajak yang terhutang:

a. Untuk daerah jakarta, di wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. b. Untuk daerah lainnya, di wilayah Kabupaten Daerah Tingat II atau

Kota Madya Daerah Tingkat II yang meliputi daerah objek pajak.

5. Pendaftaran dan Pendataan Objek PBB

a. Pendaftaran Obiek dan Subiek PBB

Pendaftaran objek PBB dilakukan oleh subjek pajak dengan cara mengambil dan mengisi formulir SPOP secara jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani dan dikembalikan ke Kantor Pelayanan PBB atau Pelayanan Pajak Pratama yang bersangkutan atau tempat yang ditunjuk untuk pengambilan dan pengembalian SPOP dengan dilampiri bukti-bukti pendukung seperti :

- sketsa/ denah objek pajak; - fotokopi KTP dan NPWP; - fotokopi sertifikat tanah; - fotokopi akta jual beli;

- atau bukti pendukung lainnya.

Formulir SPOP disediakan dan dapat diambil gratis di Kantor

Pelayanan PBB atau tempat lain yang ditunjuk atau melalui teknologi internet.


(44)

27 b. Pendataan Objek dan Subjek PBB

Pendataan dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan PBB atau Kantor Pelayanan Pajak Pratama dengan menggunakan formulir SPOP dan dilakukan sekurang-kurangnya untuk satu wilayah administrasi desa/kelurahan. Pendataan dapat dilakukan dengan cara:

1) Penyampaian dan pemantauan pengembalian SPOP: Dapat dilaksanakan pada daerah/wilayah yang pada umumnya belum/tidak mempunyai peta, daerah terpencil atau potensi PBB relatif kecil.

2) Identifikasi Objek Pajak

Dapat dilaksanakan pada daerah/wilayah yang sudah mempunyai peta garis/ peta foto yang dapat menentukan posisi relatif OP tetapi tidak mempunyai data administrasi PBB tiga tahun terakhir secara lengkap.

3) Verifikasi Objek Pajak

Dapat dilaksanakan pada daerah/wilayah yang sudah mempunyai peta garis/ peta foto yang dapat menentukan posisi relatif OP dan mempunyai data administrasi PBB tiga tahun terakhir secara lengkap.

4) Pengukuran Bidang Objek Pajak

Dapat dilaksanakan pada daerah/wilayah yang hanya mempunyai sket peta desa/kelurahan dan atau peta garis/peta foto tetapi belum dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif objek pajak.


(45)

28

6. Tata Cara Pembayaran PBB

Apabila wajib pajak telah menerima Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) yang biasanya paling lambat bulan juni tahun takwim atau satu bulan setelah menyerahkan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP), maka wajib pajak bumi dan bangunan dapat melakukan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan melalui:

a. Bank Pemerintah, atau b. Petugas Pemungut, atau c. Kantor Pos dan Giro, atau

d. Dengan cara transfer, dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Jika pajak dibayar melalui Bank Pemerintah, SSP yang tersedia di Bank diisi sesuai dengan keterangan yang tercantum dalam SPPT yang diterima.

2) Jika pajak dibayar melalui petugas pemungut, terlabih dahulu tunjukan SPPT atau SPJPT dan mintalah bukti pembayaran lembar asli sebagai tanda lunas PBB.

3) Jika pajak dibayar melalui pos dan giro, terlebih dahulu beli formulir giro dan diisi sesuai SPPT. Lembar 1 disimpan sebagai bukti pembayaran, lembar 2 masukan pada kotak PBB yang tersedia di kantor pos dan giro.


(46)

29

4) Jika letak objek pajak tidak berada atau jauh dari tempat tinggal wajib pajak, maka pembayaran bias dilakukan melalui transfer, yaitu dengan mengisi formulir kiriman uang. Lembar 1 disimpan oleh wajib pajak, lebar 2 dikirim ke kantor PBB yang menerbitkan SPPT (www.pajak.go.id).

Adapun pembayaran pajak tersebut harus dilunasi paling lambat 6 bulan sejak diterima SPPT. Tetapi apabila pajak yang terhutang berdasarkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) maka jangka waktu pembayaran hanya dalam jangka waktu satu bulan.

Surat Ketetapan Pajak (SKP) dikeluarkan oleh direktur jendral pajak dalam hal-hal sebagai berikut:

a. Apabila SPOP tidak disampaikan dan setelah ditegur secara tetulis tidak disampaikan sebagaimana ditentukan dalam surat teguran.

b. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata jumlah pajak yang terhutang lebih besar dari jumlah pajak yang dihitung berdasarkan SPOP yang disampaikan oleh Wajib Pajak.

7. Sanksi Administrasi

Sanksi administrasi dikenakan terhadap:

a. Sanksi administratif yang dikenakan terhadap wajib pajak yang tidak menyampaikan SPOP, dikenakan sanksi sebagai tambahan terhadap pokok pajak yaitu sebesar 25% dari pokok pajak.


(47)

30

b. Wajib pajak yang berdasarkan pemeriksaan atau keterangan lain ternyata jumlah pajak yang terhutang lebih besar dari jumlah pajak yang dihitung berdasarkan SPOP, maka selisih pajak tersebut ditambah atau dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 25% dari selisih pajak yang terhutang.

c. Wajib pajak tidak membayar atau kurang membayar. Pajak yang terhutang pada saat jatuh tempo pembayaran, dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% sebulan yang dihitung dari saat jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran untuk jangka waktu paling lama 4 bulan (www.pajak.go.id).

8. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)

Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yantg terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terjadi jual beli, Nilai Jual Objek Pajak ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis yang letaknya berdekatan dan fungsinya sama serta diketahui harga jualnya, atau nilai perolehan baru dengan cara menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh objek tersebut pada saat penilaian dilakukan, yang dikurangi dengan penyusutan berdasarkan kondisi fisik objek tersebut, atau Nilai Jual Objek Pajak pengganti.

NJOPTKP adalah batas NJOP atas bumi dan/atau bangunan yang tidak kena pajak. Besarnya NJOPTKP untuk setiap daerah Kabupaten/Kota setinggi-tingginya Rp 12.000.000,- dengan ketentuan


(48)

31

sebagai berikut: Setiap Wajib Pajak memperoleh pengurangan NJOPTKP sebanyak satu kali dalam satu Tahun Pajak, dan apabila Wajib Pajak mempunyai beberapa Objek Pajak, maka yang mendapatkan pengurangan NJOPTKP hanya satu Objek Pajak yang nilainya terbesar dan tidak bisa digabungkan dengan Objek Pajak lainnya.

9. Nilai Jual Kena Pajak (NJKP)

Nilai Jual Kena Pajak (assessment value) adalah niai jual yang dipergunakan sebagai dasar perhitungan pajak, yaitu suatu persentase tertentu dari nilai jual sebenarnya.

Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) ditetapkan setiap tiga tahun sekali oleh menteri keuangan, kecuali untuk daerah tertentu ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan daerahnya.

Dasar perhitungan pajak adalah Nilai Jual Kena Pajak yang ditetapkan serendah-rendahnya 20%, dan setinggi-tingginya 100% dari Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).

Sesuai Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2002, untuk HJKP ditetapkan sebesar:

a. 40% untuk objek sektor perkebunan, pertambangan dan perhutanan. b. 40% untuk objek sektor pedesaan dan perkotaan yang NJOP-nya sama

atau lebih besar dari Rp 1.000.000.000.

c. 20% untuk objek sektor pedesaan dan perkotaan yang NJOP-nya sama atau kurang dari Rp 1.000.000.000.


(49)

32

Besarnya Nilai Jual Kena Pajak ditetapkan dengan peraturan pemerintah dengan memperhatikan kondisi ekonomi nasional. Dalam menetapkan nilai jual, menteri keuangan mendengar pertimbangan Gubernur serta memperhatikan asas self assessment

10.Perhitungan PBB

Cara menghitung PBB adalah Tarif Pajak x Nilai Jual Kena Pajak Tarif PBB yaitu sebesar 0,5%

0,5% x Nilai Jual Kena Pajak Sedangkan perhitungan NJKP adalah:

NJKP = % NJKP x (NJOP bumi + NJOP bangunan) - NJOPTKP Contoh:

Tuan Ahmad sebagai wajib pajak mempunyai objek berupa:

• Tanah seluas 500 m2 dengan nilai jual 400.000 m2. • Bangunan seluas 400 m2 dengan nilai jual 400.000 m2.

Ditanya: berapakah PBB yang terhutang? Jawab :

Nilai Jual Tanah 500 x 400.000 Rp 200.000.000 Nilai Jual Bangunan 400 x 400.000 Rp 160.000.000 NJOP sebagai dasar pengenaan pajak Rp 360.000.000 NJOPTKP Rp 12.000.000 NJOP untuk perhitungan pajak Rp 348.000.000 PBB terhutang = 0,5% (20% x 384.000.000) =Rp 384.000


(50)

33

11.Penelitian Sebelumnya

Tabel. 2.3 Penelitian Sebelumnya

Nama Tempat Variabel `Kesimpulan

Heriyanto (2001)

Yogyakarta -Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita - Jumlah penduduk -Luas lahan sawah -NJOP

PDRB perkapita dan jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap NJOP tanah, sedangkan luas lahan sawah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap NJOP tanah. I Nyoman Normal (2003) Kabupaten Gianyar -Pendapatan perkapita

-Luas lahan sawah -Penerimaan PBB

Pendapatan perkapita berpengaruh positif dan signifikan terhadap

penerimaan PBB, namun luas lahan sawah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penerimaan PBB. Budhiharjo

, Ari (2003)

Jawa Tengah -Jumlah Penduduk -PDRB

-Inflasi

Jumlah penduduk secara signifikan berpengaruh positif terhadap penerimaan PBB, PDRB berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap penerimaan PBB, dan Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan PBB. Tituk Diah Widajantie (2005) Surabaya Barat -Kesadaran WP -Pemahaman WP -Sikap WP -Kemampuan WP -Sistem pemungutan -Keberhasilan penerimaan PBB

Kesadaran WP, pemahaman WP, sikap WP, kemampuan WP, dan sistem pemungutan berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan PBB. Mutia Amana Nasiti (2008) Kendal, Jawa Tengah -PDRB perkapita -Jumlah Wajib Pajak -Luas lahan -Jumlah penduduk

PDRB per kapita berpengaruh positif dan signifikan terhadap

penerimaan PBB, sedangkan Jumlah WP, Luas lahan, dan Jumlah penduduk

berpengaruh negative dan tidak signifikan.


(51)

34

12.Model Penelitian

Dari uraian di atas, model penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar. 2.1 Model Penelitian

Kenaikan upah minimum propinsi (UMP)

(X1)

Kenaikan jumlah penduduk

(X2)

Penerimaan pajak Bumi dan Bangunan (PBB) (Y)

Analisis

Standar uji 1. Uji normalitas 2. Heterokedastisitas 3. Auto korelasi 4. Uji T dan F


(52)

35

13.Hipotesis Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris mengenai pengaruh kenaikan Upah Minimum Propinsi (UMP) dan jumlah penduduk terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Berdasarkan penelitian yang dilakuka oleh I Nyoman Normal (2003) yang menyimpulkan pendapatan perkapita berpengaruh positif terhadap penerimaan PBB, Mutia Amana Nasiti (2008) yang menyimpulkan PDRB perkapita berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan PBB, dan Ari Bhudhiharjo yang menyimpulkan Jumlah penduduk secara signifikan berpengaruh positif terhadap penerimaan PBB, maka hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ha1 : kenaikan Upah Minimum propinsi (UMP) berpengaruh terhadap

penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

Ha2 : Kenaikan jumlah penduduk berpengaruh terhadap penerimaan

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

Ha3 : Kenaikan Upah Minimum propinsi (UMP) dan jumlah penduduk

berpengaruh terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).


(53)

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini disusun berdasarkan karakteristik masalah yang menjelaskan struktur penelitian yang menggambarkan hubungan variabel penelitian. Jenis penelitian ini adalah kausalitas yang melihat pengaruh variabel independen (kenaikan Upah Minimum Propinsi dan jumlah penduduk) terhadap variabel dependen (penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan) di Jakarta Selatan.

B. Metode Pemilihan Sampel

Menurut Sugiyono (2005:55) “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.”

Sampel adalah sebagian dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar dan penelitian tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya ada keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat mengambil sampel dari populasi tersebut.


(54)

37

Populasi dalam penelitian ini adalah kotamadya Jakarta selatan, dengan sampel satu kelurahan dari tiap kecamatan yang berada di Jakarta selatan yang dipilih secara acak. Sampel di pilih dengan menggunakan metode convenience sampling, Convenience sampling berarti unit sampling yang ditarik mudah dihubungi, tidak menyusahkan, mudah untuk mengukur, dan bersifat kooperatif (Hamid, 2007:30)

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang biasanya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data sekunder) yang dipublikasikan dan tidak dipublikasikan. Kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data sekunder (Indriantoro dan Supomo, 2002:150).

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari daftar kenaikan Upah Minimum Propinsi DKI Jakarta, daftar kenaikan jumlah penduduk, dan penerimaan pajak Bumi dan Bangunan tahun 2005, 2006, 2007, 2008 yang diperoleh dari Kantor Walikota Jakarta Selatan, kecamatan dan kelurahan yang terkait di Jakarta Selatan , dan media.

D. Metode Analisis Data


(55)

38

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi). Ghozali (2009:19),

2. Uji Asumsi Klasik

a) Uji Normalitas

Ghozali (2009:147), uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sempel kecil. Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram. Deteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak juga dapat dilakukan dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data yang sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.


(56)

39 c) Uji Heteroskedastisitas

Ghozali (2009:125), uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik

scatterplot dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi-Y sesungguhnya) yang telah di-studentized.

Dasar analisis, jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

e. Autokolerasi

Autokolerasi adalah keadaan dimana kesalahan penggangu saling korelasi (Santoso 2000:218). Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan mengganggu


(57)

40

pada periode t-1. Jika terjadi korelasi antara kesalahan pengganggu maka dapat dikatakan bahwa dalam model persamaan regresi linier ada problem autokorelasi. Untuk medeteksi adanya autokolerasi dapat digunakan metode Durbin-Watson dengan melihat pada D-W tabel. Secara umum bisa diambil patokan mengenai uji autokolerasi (Santoso 2002) yaitu:

1. Angka D-W dibawah (-2) berarti ada autokolerasi positif.

2. Angka D-W diantara (-2) sampai (+2) berarti tidak ada autokolerasi.

3. Angka D-W diatas (+2) berarti ada autokolerasi negatif.

3. Uji Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan regresi berganda. Analisis linear berganda berfungsi untuk menguji pengaruh dari beberapa variabel bebas terhadap satu variabel terikat yang berskala rasio. Analisis regresi berganda membantu dalam memahami seberapa banyak varians dalam variabel terikat yang dijelaskan dalam sekelompok prediktor (Singgih Santoso, 2002:163).

Untuk menguji hipotesis tersebut, maka persamaan rumus regresi berganda yang digunakan adalah:


(58)

41 Dimana:

Y = Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan

ß

= Konstanta

X1 = Upah Minimum Propinsi

X2 = Jumlah penduduk

Dalam melakukan pengujian hipotesis analisis dilakukan melalui analisis data:

a) Uji Statistik F

Ghozali (2009:88), uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukan dalam model mmpunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat. Untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen maka digunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05, jika nilai probability F lebih besar dari 0,05, maka model regresi tidak dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen dengan kata lain variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. b) Uji t statistik

Ghozali (2009:88), uji statistik t digunakan untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen digunakan tingkat signifikansi 5% ( ) = 0,05. Jika


(59)

42

probability t lebih besar dari 0,05 maka tidak ada pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen (koefisien regresi tidak signifikan), sedangkan jika nilai probability t lebih kecil dari 0,05 maka terdapat pengaruh variabel dependen (koefisien signifikan).

E. Definisi Operasional Variabel Dan Pengukurannya

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, sedangkan variabel independennya adalah kenaikan Upah Minimum Propinsi (UMP), dan jumlah penduduk. Pengukuran dari masing masing variabel dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Upah Minimum Propinsi (UMP) adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pegawai, karyawan atau buruh di dalam lingkungan usaha atau kerjanya.

2. Penduduk adalah orang-orang yang berada di suatu wilayah yang terikat oleh aturan-aturan yang berlaku dan saling berinteraksi satu sama lain secara terus menerus.

Tabel. 3.1 Operasionalisasi Variabel

Variabel Jenis Variabel Alat Ukur Variabel

X1

Kenaikan UMP

Independen UMP DKI selama

empat tahun X2

Kenaikan jumlah penduduk

Independen Jumlah penduduk di Jakarta Selatan selama empat tahun

Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan

Dependen Penerimaan PBB


(60)

43

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat Jakarta Selatan

Secara administratif, wilayah Jakarta Selatan terbagi menjadi 10 kecamatan dan 65 kelurahan dengan luas keseluruhan mencapai, 145,73 Km2. Bagian dari wilayah Jakarta Selatan ini pada masa awal kemerdekaan direncanakan sebagai Kota Satelit (Kebayoran Baru), konsep dengan alusi oriental yang ditandai dengan empat jalan utama yang menyebar dari satu pusat persis ke empat penjuru dan mengintegrasikan rumah-rumah besar dengan rumah-rumah kecil di dalam setiap blok: yang besar di luar, di tepi jalan besar, yang lebih kecil di dalam, mengelilingi taman lingkungan itu kini mulai penuh sesak. Selain itu, kawasan selatan ini juga mulai tumbuh sebagai pusat perbelanjaan, di samping perumahan yang banyak diminati warga kota.

2. Letak Geografis Jakarta Selatan

Jakarta Selatan terletak pada 106022’42’ Bujur Timur (BT)-106058’18’ BT dan 5019’12’ Lintang Selatan (LS). Luas wilayah sesuai dengan keputusan Gubernur DKI Jakarta nomor 1815 tahun 1989, adalah 145,73 Km2 atau 22,41% dari luas DKI Jakarta terbagi 10 kecamatan dan 65 kelurahan, berada di sebelah banjir kanal dengan batas-batas wilayah:


(61)

44

a. Utara: Banjir kanal Jalan Jendral Sudirman, Kecamatan Tanah Abang. b. Timur: Kali Ciliwung

c. Selatan: Kotamadya Depok

d. Barat: Kecamatan Cileduk Kotamadya Tangerang.

Wilayah Jakarta Selatan pada umumnya dapat dikategorikan sebagai daerah perbukitan rendah dengan tingkat kemiringan 0,25%. Ketinggian tanah rata-rata mencapai 5-50% M diatas permukaan laut. Pada wilayah bagian Selatan banjir kanal relatif merupakan daerah perbukitan jika dibandingkan dengan wilayah bagian utara.

Jakarta Selatan beriklim panas dengan suhu rata-rata per tahun 27°C dengan tingkat kelembaban berkisar antara 80-90%. Arah angin dipengaruhi oleh angina muson barat. Keadaan suhu di wilayah Jakarta Selatan relatif lebih nyaman, tingkat curah hujan per tahun rata-rata mencapai ketinggian 2.036.

3. Visi dan Misi

a. Visi

Mewujudkan Jakarta Sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia yang sejajar dengan kota-kota besar Negara maju dunia, dihuni oleh masyarakat yang sejahtera dan berbudaya dalam lingkungan kehidupan yang berkembang.


(62)

45 b. Misi

Mempertahankan wilayah bagian selatan Jakarta Selatan sebagai daerah resapan air serta memujudkan wilayah bagian utara Jakarta Selatan sebagai pusat niaga terpadu.

4. Wilayah Jakarta Selatan

Wilayah Jakarta Selatan terdiri dari 10 kecamatan yang terbagi menjadi 65 kelurahan. Adapun pembagiannya sebagai berikut:

a. Kecamatan Kebayoran Lama, terbagi menjadi 6 kelurahan yang terdiri dari:

1) Kel. Kebayoran Lama Utara. 2) Kel. Kebayoran Lama Selatan. 3) Kel. Pondok Pinang.

4) Kel. Cipulir.

5) Kel. Grogol Selatan. 6) Kel. Grogol Utara.

b. Kecamatan Pesanggrahan, tebagi menjadi 5 kelurahan yang terdiri dari:

1) Kel. Pesanggrahan. 2) Kel. Bintaro.

3) Kel. Petukangan Utara. 4) Kel. Petukangan Selatan. 5) Kel. Ulujami.


(63)

46

c. Kecamatan Pasar Minggu, terbagi menjadi 7 kelurahan yang terdiri dari:

1) Kel. Pasar Minggu. 2) Kel. Kebagusan. 3) Kel. Jati Padang. 4) Kel. Ragunan. 5) Kel. Cilandak Timur. 6) Kel. Pejaten Timur. 7) Kel. Pejaten Barat.

d. Kecamatan Jagakarsa, terbagi menjadi 6 kelurahan yang terdiri dari: 1) Kel. Ciganjur.

2) Kel. Srengseng Sawah. 3) Kel. Jagakarsa.

4) Kel. Lenteng Agung. 5) Kel. Tanjung Barat. 6) Kel. Cipedak.

e. Kecamatan Mampang Prapatan, terbagi menjadi 5 kelurahan yang terdiri dari:

1) Kel. Mampang Prapatan. 2) Kel. Bangka.

3) Kel. Tegal Parang. 4) Kel Pela Mampang. 5) Kel. Kuningan Barat.


(64)

47

f. Kecamatan Pancoran, terbagi menjadi 6 kelurahan yang terdiri dari: 1) Kel. Pancoran.

2) Kel. Kalibata. 3) Kel. Rawajati. 4) Kel. Duren Tiga. 5) Kel. Pengadegan. 6) Kel. Cikoko.

g. Kecamatan Kebayoran Baru, terbagi menjadi 10 kelurahan yang terdiri dari:

1) Kel. Gandaria Utara. 2) Kel. Cipete Utara. 3) Kel. Pulo.

4) Kel. Petogogan. 5) Kel. Kramat Pela. 6) Kel. Rawa Barat. 7) Kel. Gunung. 8) Kel. Selong. 9) Kel. Senayan/ 10) Kel. Melawai.

h. Kecamatan Tebet, terbagi menjadi 7 kelurahan yang terdiri dari: 1) Kel. Menteng Dalam.

2) Kel. Tebet Barat. 3) Kel. Tebet Timur.


(65)

48 4) Kel. Kebon Baru.

5) Kel. Bukit Duri. 6) Kel. Manggarai.

7) Kel. Manggarai Selatan.

i. Kecamatan Setiabudi, terbagi menjadi 8 kelurahan yang terdiri dari: 1) Kel. Setiabudi.

2) Kel. Guntur. 3) Kel. Karet.

4) Kel. Karet Semanggi. 5) Kel. Karet Kuningan. 6) Kel. Kuningan Timur. 7) Kel. Menteng Atas. 8) Kel. Pasar Manggis.

j. Kecamatan Cilandak, terbagi menjadi 5 kelurahan yang terdiri dari: 1) Kel. Lebak Bulus.

2) Kel. Cipete Selatan. 3) Kel. Cilandak Barat. 4) Kel. Gandaria Selatan. 5) Kel. Pondok Labu.

Dalam penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak sepuluh sampel dari populasi yang ada, tiap kecamatan diwakili oleh satu kelurahan. Adapun sampel tersebut adalah sebagai berikut:


(66)

49

Tabel. 4.1 Sampel Penelitian

No Kecamatan Kelurahan

1 Kebayoran Lama Cipulir

2 Pesanggrahan Pesanggrahan

3 Pasar Minggu Pasar Minggu

4 Jagakarsa Tanjung Barat

5 Mampang Prapatan Tegal Parang

6 Pancoran Duren Tiga

7 Kebayoran Baru Cipete Utara

8 Tebet Menteng Dalam

9 Setiabudi Karet Kuningan

10 Cilandak Cilandak Barat

Penelitian ini mempergunakan data UMP, jumlah penduduk dan penerimaan PBB, adapun data-data yang didapat sebagai berikut:

Tabel. 4.2 UMP

Tahun UMP Sumber

2005 Rp 711.843 www.tempointeraktif.com 2006 Rp 819.100 www.detiknews.com 2007 Rp 900.560 www.jakarta.go.id 2008 Rp 972.604 www.jakarta.go.id

Dari table di atas dapat dilihat bahwa Upah Minimum Propinsi dalam kurun waktu empat tahun yaitu dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 setiap tahunya mengalami peningkatan.

Tabel. 4.3 Jumlah Penduduk

Kelurahan 2005 2006 2007 2008 Rata-rata

Menteng Dalam 19.895 20.962 38.895 39.071 29.705 Pasar Minggu 29.073 29.347 29.531 29.647 29.390 Tegal Parang 24.751 24.957 26.371 29.871 26.487 Duren Tiga 22.984 24.473 25.891 28.075 25.080 Tanjung Barat 24.573 25.873 27.391 27.803 26.410 Cipulir 26.495 27.951 29.981 30.543 28742 Berlanjut ke halaman berikut.


(67)

50 Lanjutan tabel 4.2

Kelurahan 2005 2006 2007 2008 Rata-rata

Pesanggrahan 23.737 24.560 24.950 25.593 24.732 Cipete 22.981 23.151 23.954 24.073 23.539 Karet Kuningan 30.781 31.423 33.875 34.400 32.619 Cilandak Barat 22.791 22.974 23.809 24.632 23.551

Dari table 4.2 dapat dilihat dari sepuluh kelurahan yang masing-masing kelurahan mewakili tiap kecamatan yang ada, dalam kurun waktu empat tahun yaitu pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 terus mengalami peningkatan, dan jumlah penduduk rata-rata terendah terdapat di kelurahan Cilandak Barat sebesar 23.551, dan tertinggi terdapat di kelurahan Karet Kuningan sebesar 32.619.

Tabel. 4.4 Penerimaan PBB

(dalam ribuan rupiah)

Kelurahan 2005 2006 2007 2008 Rata-rata

Menteng Dalam 1.897.388 2.347.863 2.145.938 2.554.730 2.236.480 Pasar Minggu 3.092.820 3.347.863 4.329.744 4.554.729 3.831.289 Tegal Parang 2.937.532 3.210.277 3.529.137 4.137.452 3.453.599 Duren Tiga 2.873.193 3.479.937 3.675.322 4.275.937 3.576.097 Tanjung Barat 3.121.573 3.683.123 4.273.541 4.564.125 3.910.590 Cipulir 3.911.573 4.159.174 4.873.562 5.731.984 4.669.073 Pesanggrahan 2.891.735 3.219.738 3.546.236 4.577.824 3.558.883 Cipete 3.475.193 3.817.852 4.425.789 5.001.239 4.180.018 Karet Kuningan 4.973.120 5.190.838 6.173.900 8.432.151 6.192.502 Cilandak Barat 2.743.125 2.984.171 3.541.938 4.015.712 3.321.236 Sumber: kelurahan terkait

Dari table 4.3 dapat dilihat dalam kurun waktu empat tahun dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 penerimaan PBB dari setiap kelurahan terus mengalami peningkatan dengan penerimaan rata-rata terendah di kelurahan


(68)

51

Meneng Dalam yaitu sebesar Rp 2.296.480, dan penerimaan rata-rata tertinggi di elurahan Karet Kuningan yaitu sebesar Rp 6.192.502.

B. Deskripsi Variabel Penelitian

Tabel di bawah ini merupakan statistik deskriptif mengenai sampel penelitian yang diuji dalam penelitian ini yang menggambarkan tentang nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata dan nilai deviasi standar.

Tabel. 4.4 Deskripsi variabel

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

PBB 40 255473 8432151 3835495.53 1314549.369

UMP 40 711843 972604 851026.75 98222.672

Penduduk 40 19895 39071 27052.20 4319.807

Valid N (listwise) 40

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 40 sampel dengan Variabel lainnya yang di jelaskan sebagai berikut: untuk variabel penerimaan PBB nilai rata-rata sebesar Rp 3835495.53 (dalam ribuan), nilai maximum sebesar Rp 8432151 (dalam ribuan) , nilai minimum sebesar Rp 255473 (dalam ribuan) , dan standar deviasi sebesar 1314549.369. Untuk Upah Minimum Propinsi (UMP) nilai rata-rata sebesar Rp 851026.75, nilai maximum sebesar Rp 972604, nilai minimum sebesar Rp 711843, dan standar deviasi sebesar 98222.672. Untuk jumlah penduduk nilai rata-rata sebesar 27052.20, nilai maximum sebesar 39071, nilai minimum sebesar 19895, dan standar deviasi sebesar 4319.807.


(69)

52

C. Hasil Uji Asumsi Klasik

1. Hasil Uji Normalitas Data

Pengujian normalitas bertujuan untuk menguji variabel independen

yaitu: Upah Minimum Propinsi (UMP), dan jumlah penduduk terhadap variabel dependen yaitu: penerimaan PBB dalam sebuah model regresi berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data dapat dilakukan dengan melihat grafik histogram atau normal probability plot.

Gambar. 4.1 Garafik Histogram

Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa residual terdistribusi secara normal dan berbentuk simetris dan tidak menceng ke kanan atau ke kiri.


(70)

53

Gambar 4.2 Probability plot

Dari gambar di atas dapat dilihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, ini menunjukkan bahwa residual terdistribusi secara normal.

2. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Grafik Scatterplot di bawah ini merupakan hasil uji heteroskedastisitas untuk variabel independen yaitu: Upah Minimum Propinsi (UMP) dan jumlah penduduk terhadap variabel dependen yaitu: penerimaan PBB.

Gambar 4.3 Heterokedastisitas


(71)

54

Gambar di atas menunjukkan titik-titik data menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola, baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian ini memenuhi asumsi homokedastisitas.

3. Autokorelasi

Autokorelasi merupakan pengujian asumsi dalam medel regresi, dimana variabel inpenden tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri, maksud berkorelasi dengan dirinya sendiri bahwa nilai dari variabel inpenden tidak berhubungan dengan nilai variabel itu sendiri.

Tabel. 4.5 Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Mo

del R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .398a .158 .113 1238210.095 1.827 a. Predictors: (Constant), Penduduk, UMP

b. Dependent Variable: PBB

Hasil uji Durbin-Watson dari variabel Upah Minimum Propinsi (UMP) dan jumlah penduduk terhadap variabel penerimaan PBB didapat 1,827 yang artinya model regresi linier berganda terbebas dari asumsi klasik statistik autokorelasi dan model ini layak untuk digunakan, karena nilai 1,827 lebih besar dari -2 dan kurang dari +2.


(72)

55

D. Hasil Uji Hipotesis

1. Hasi Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Tabel. 4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .398a .158 .113 1238210.095

a. Predictors: (Constant), Penduduk, UMP

1. Berdasarkan tabel diatas kolom keempat merupakan nilai koefisien determinasi Adjusted R Square sebesar 0,113 atau 11,3%, artinya variabel Upah Minimum Propinsi (UMP) dan jumlah penduduk mampu menjelaskan variabel penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebesar 11,3% sedangkan sisanya 88,7% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi ini, seperti: luas sawah yang di teliti oleh Heriyanto (2001) dan I Nyoman Normal (2003), PDRB dan inflasi yang diteliti oleh Ari Budhiharjo (2003), kesadaran pemahaman WP, sikap WP, dan sistem pemungutan yang di teliti oleh Tituk Diah Widajantie (2005), dan Jumlah wajib pajak yang diteliti oleh Mutia Amana Nasiti (2008).


(73)

56

2. Uji t

Uji parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.

Tabel. 4.7 Uji t statisik

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -888502.836 1817812.796 -.489 .628

UMP 4.782 2.233 .357 2.142 .039

Penduduk 24.182 50.770 .079 .476 .637

a. Dependent Variable: PBB

a) Hasil Uji Hipotesis 1 (Ha1)

Dari tabel di atas hasil uji t menunjukkan bahwa untuk variabel Upah Minimum Propinsi (UMP) mempunyai angka signifikan 0,039 lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa Upah Minimum Propinsi (UMP) berpengaruh signifikan terhadap penerimaan PBB dengan demikian Ha1 di terima.

b) Hasil Uji Hipotesis 2 (Ha2)

Hasil pengujian untuk variabel jumlah penduduk mempunyai angka signifikan 0,637 lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa jumlah penduduk tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan PBB. Dengan demikian Ha2 ditolak.


(74)

57

Dari tabel di atas maka di peroleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = -888502.836 + 4.782x1 + 24.182x2 + e

Y = Penerimaan PBB.

X1 = Upah Minimum Propinsi (UMP)

X2 = Jumlah penduduk

e = Error

Pada persamaan regresi diatas menunjukkan nilai konstanta sebesar -888502,836 hal ini menyatakan bahwa jika variabel Upah Minimum Propinsi (UMP) dan jumlah penduduk akan konstan sebesar -888502,836.

Koefisien regresi pada variabel Upah Minium Propinsi (UMP) sebesar 4,782, hal ini berarti bahwa jika variabel UMP bertambah satu maka variabel penerimaan PBB akan bertambah sebesar 4,782. Koefisien regresi pada variabel jumlah penduduk sebesar 24,182, hql ini berarti bahwa jika variabel jumlah penduduk bertambah satu maka variabel penerimaan PBB akan bertambah sebesar 24,182.

3. Uji F

Uji pengaruh simultan digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen.


(75)

58

Tabel. 4.8 Uji Statistik F

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1.067E13 2 5.333E12 3.479 .041a Residual 5.673E13 37 1.533E12

Total 6.739E13 39

a. Predictors: (Constant), Penduduk, UMP

b. Dependent Variable: PBB

Dari uji ANOVA atau F test pada tabel di atas didapat nilai F hitung sebesar 3.479 dengan probabilitas 0,041 karena probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi pengungkapan penerimaan PBB atau dapat dikatakan bahwa Upah Minimum Propinsi (UMP) dan jumlah penduduk secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan PBB. Dengan demikian Ha3 diterima.

E. Pembahasan

1. Pengaruh kenaikan Upah Minimum Propinsi Terhadap Penerimaan

PBB

Hasil uji hipotesis menunjukan bahwa kenaikan Upah Minimum Propinsi berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan PBB, dengan demikian kenaikan Upah Minimum Propinsi (UMP) dapat meningkatkan penerimaan PBB, karena dengan naiknya Upah Minimum Propinsi berarti pendapatan masyarakat meningkat, dengan


(76)

59

meningkatnya pendapatan masyarakat maka masyarakat akan berusaha memenuhi kewajibannya. Penelitian ini konsisten dengan penelitian Heriyanto (2001) Ari Budhiman (2003), I Nyoman Normal (2003), Tituk Diah Widajantie (2005), Mutia Amana Nasiti (2008).

2. Pengaruh Kenaikan Jumlah Penduduk Terhadap Penerimaan PBB

Hasil uji hipotesis menunjukan bahwa kenaikan jumlah penduduk tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan PBB. Dengan demikian kenaikan jumlah penduduk bukanlah faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan penerimaan PBB. penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Mutia Amana Nasiti (2008), dan tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Ari Budhiharjo (2003).

3. Pengaruh Kenaikan Upah Minium Propinsi (UMP) dan Jumlah

Penduduk Terhadap Penerimaan PBB.

Hasil uji hipotesis menunjukan bahwa kenaikan Upah Minimum Propinsi dan jumlah penduduk dapat mempengaruhi penerimaan PBB. Hal ini terjadi karena dengan meningkatnya UMP maka pendapatan masyarakat akan meningkat, dan dengan meningkatnya jumlah penduduk maka permintaan akan tanah akan meningkat, Apabila keduannya mengalami kenaikan secara bersamaan maka penduduk akan memenuhi kebutuhannya (tanah) yang memnyebabkan permintaan akan tanah akan naik sehingga NJOP tanah akan naik, dan dengan meningkatnya UMP yang menyebabkan kenaikan pendapatan penduduk


(77)

60

maka penduduk akan memenuhi kewajibannya (membayar PBB) sehingga dapat mempengaruhi penerimaan PBB.


(1)

71

LAMPIRAN 6: Hasil Out Put Regresi

REGRESSION

/MISSING LISTWISE

/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN

/DEPENDENT PBB

/METHOD=ENTER UMP Penduduk

/RESIDUALS HIST(ZRESID) NORM(ZRESID).

Regression

[DataSet1] C:\Documents and Settings\sing wawa\My Documents\data 2.sav

Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 Penduduk, UMPa . Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: PBB

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .398a .158 .113 1238210.095

a. Predictors: (Constant), Penduduk, UMP b. Dependent Variable: PBB


(2)

72

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1.067E13 2 5.333E12 3.479 .041a

Residual 5.673E13 37 1.533E12

Total 6.739E13 39

a. Predictors: (Constant), Penduduk, UMP b. Dependent Variable: PBB

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -888502.836 1817812.796 -.489 .628

UMP 4.782 2.233 .357 2.142 .039

Penduduk 24.182 50.770 .079 .476 .637

a. Dependent Variable: PBB

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 2996808.00 4707549.00 3835495.52 522971.902 40

Residual -4452076.000 3837557.500 .000 1206043.296 40

Std. Predicted Value -1.604 1.667 .000 1.000 40

Std. Residual -3.596 3.099 .000 .974 40


(3)

73

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 2996808.00 4707549.00 3835495.52 522971.902 40

Std. Predicted Value -1.604 1.667 .000 1.000 40

Standard Error of Predicted

Value 208198.938 596005.688 327263.911 89932.455 40

Adjusted Predicted Value 2971472.50 5989430.00 3862335.04 622145.717 40

Residual -4452076.000 3837557.500 .000 1206043.296 40

Std. Residual -3.596 3.099 .000 .974 40

Stud. Residual -4.081 3.280 -.010 1.061 40

Deleted Residual -5733957.000 4299157.000 -26839.519 1436390.871 40

Stud. Deleted Residual -5.427 3.842 -.030 1.253 40

Mahal. Distance .128 8.061 1.950 1.753 40

Cook's Distance .000 1.598 .071 .265 40

Centered Leverage Value .003 .207 .050 .045 40


(4)

74


(5)

(6)