commit to user
50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. DISKRIPSI TEMPAT PENELITIAN
Subjek penelitian ini ialah anak berumur dua tahun sampai dengan lima tahun beserta ibunya yang berdomisili di Desa Penatarsewu Kecamatan
Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo Propinsi JawaTimur. Jumlah sampel sebanyak 109 balita dan 109 ibu balita. Data tentang balita diperoleh dari buku kohort anak
kemudian status gizi balita di ukur dengan KMS Kartu Menuju Sehat dan timbangan berat badan, sedangkan untuk menilai perkembangan fisik dan
perkembangan psikososial balita menggunakan instrumen lembar formulir DDST. Untuk penyuluhan gizi data didapatkan dari quesioner yang meliputi data umum
umur ibu, tingkat pendidikan ibu, pekerjaan dan data khusus quesioner dengan cara wawancara dan panduan kuesioner.
Data yang diperoleh kemudian dimasukkan kedalam
worksheet
program
SPSS
versi 13 untuk dilakukan pengolahan secara kuantitatif, sehingga diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang penelitian ini.
1. Gambaran lokasi penelitian
Penelitian ini
dilakukan di
Desa Penatarsewu
Kecamatan Tanggulangin Kabupaten JawaTimur, dengan rincian sebagai berikut :
a. Luas Desa Penatarsewu 252,597 m2.
b. Dengan batas wilayah Utara :Desa Banjarasri, Selatan: Desa Sentul,
Barat:Desa Kalidawir, Timur: Desa Plumbon c.
Jarak dari pusat kota: Jarak dari pemerintahan Kecamatan: 5 km. Jarak dari ibu kota kabupaten: 11 km.
commit to user 51
d. Peta lokasi penelitian
Gambar 4.1 Peta Desa Penatarsewu
e. Kesehatan
Salah satu komponen pembangunan manusia yang vital adalah masalah kesehatan. Sasaran yang hendak di capai dalam pembangunan kesehatan
masyarakat adalah ketersedianya sarana dan tenaga kesehatan yang memadai. Di Desa Penatarsewu terdapat 1 Polindes, 2 BPS. Posyandu
terdiri 4 lokasi dengan rincian : POS I = RT 3, 4, 5. POS II = RT 6, 7, 8. POS III : RT 9 dan 10. POS IV : RT 1 dan 2.
2. Data umum
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi Berdasarkan Umur Ibu Balita
Di Desa Penatarsewu Bulan April Tahun 2010
No Umur Ibu Frekuensi Persen
1. 20 tahun 2 1,84 2. 20 – 35 tahun 86 78,89
3. 35 tahun 21 19,26 TOTAL 109 100
Sumber : Data Primer diolah
commit to user 52
20 40
60 80
100
frekuensi Persen
20thn 20-35 thn
35 thn
Gambar 4.2 Grafik Batang Frekuensi Berdasarkan Umur
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Ibu Balita
Di Desa Penatarsewu Bulan April Tahun 2010
No Pekerjaan Frekuensi Persen
1. Bekerja 79 72,48 2. Tidak Bekerja 30 27,52
TOTAL 109 100 Sumber : Data Primer diolah
10 20
30 40
50 60
70 80
Bekerja tidak bekerja
frekuensi persen
3-D Column 3 3-D Column 4
Gambar 4.3 Grafik Batang Frekuensi Berdasarkan Umur
commit to user 53
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi Berdasarkan Pendidikan Ibu Balita
Di Desa Penatarsewu Bulan April Tahun 2010
No Persen Pendidikan Ibu Frekuensi
1. SD – SMP 15 13,76 2. SMA 76 69,72
3. DIII S1 18 16,51 TOTAL 109 100
Sumber Data Primer Diolah
Gambar 4.3 Grafik Batang Frekuensi Berdasarkan
Tingkat Pendidikan
10 20
30 40
50 60
70 80
Frekuensi Persen
SD-SMP SMA
DIIIS1
commit to user 54
B. HASIL PENELITIAN
1. Pengaruh penyuluhan gizi terhadap status gizi Balita usia 2– 5 tahun.
Tabel 4.4 Pengaruh Penyuluhan Gizi Terhadap Status Gizi Balita usia 2-5 tahun
Di Desa Penatarsewu Bulan April Tahun 2010 Penyuluhan_0
Penyuluhan_1 Status Gizi Balita
sebelum Penyuluhan Status Gizi Balita
Sesudah Penyuluhan
N Chi-Square a 109
109 Asymp. Sig.
30,031 Exact Sig. 2-
tailed ,000
,000
b
Sumber Data Primer Diolah Berdasarkan tabel 4.4 hasil uji statistik dengan menggunakan α = 5 , nilai p =
0,000α=0,05 yang artinya ada pengaruh antara sebelum dan setelah diberikan
penyuluhan gizi terhadap status gizi Balita usia 2 – 5 tahun.
2. Pengaruh penyuluhan gizi terhadap perkembangan fisik Balita usia 2 – 5
tahun. Tabel 4.5
Pengaruh Penyuluhan Gizi Terhadap Perkembangan Fisik Balita Di Desa Penatarsewu Bulan April Tahun 2010
Penyuluhan_0 Penyuluhan_1
Kondisi Fisik sebelum Penyuluhan Kondisi
Fisik Balita Sesudah Penyuluhan
N Chi-Square a 109
109 Asymp. Sig.
30,031 Exact Sig. 2-
tailed ,000
,003
b
Sumber Data Primer Diolah Berdasarkan tabel 4.4 hasil u
ji statistik dengan menggunakan α = 5 , nilai p = 0,003α=0,05 yang artinya ada pengaruh antara sebelum dan setelah diberikan
penyuluhan gizi terhadap perkembangan fisik Balita usia 2 – 5 tahun.
commit to user 55
3. Pengaruh penyuluhan gizi terhadap perkembangan psikososial Balita usia 2 –
5 tahun ?
Tabel 4.6 Pengaruh Penyuluhan Gizi Terhadap Perkembangan Psikososial Balita
Di Desa Penatarsewu Bulan April Tahun 2010 Penyuluhan_0
Penyuluhan_1 Psikososial Balita
Sebelum Penyuluhan Psikososial Balita
Sesudah Penyuluhan
N Chi-Square a 109
109 Asymp. Sig.
30,031 Exact Sig. 2-
tailed ,000
,003
b
Sumber Data Primer Diolah Berdasarkan tabel 4.4 hasil uji statistik dengan me
nggunakan α = 5 , nilai p = 0,003α=0,05 yang artinya ada pengaruh antara sebelum dan setelah diberikan
penyuluhan gizi terhadap perkembangan Psikososial Balita usia 2 – 5 tahun.
C. PEMBAHASAN
1. Pengaruh penyuluhan gizi terhadap status gizi Balita usia 2-5 tahun Berdasarkan hasil penelitian didapatkan ada pengaruh sebelum dan
sesudah diberikan penyuluhan gizi terhadap status gizi nilai p=0,000 α0,05
artinya penyuluhan gizi mempengaruhi baik dan buruknya status gizi balita. Penelitian ini sejalan dengan Yuli Kusumawati 2004 bahwa pendidikan
kesehatan seseorang berhubungan dengan tingkat pengetahuan, jika pengetahuan gizi ibu baik maka diharapkan status gizi ibu dan balitanya juga baik. Menurut
Suhardjo 1996 sebab dari gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan meningkatkan pengetahuan gizi masyarakat. Tingkat
pendidikan itu sangat mempengaruhi kemampuan penerimaan informasi gizi. Masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah akan lebih baik
mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan makanan, sehingga sulit menerima informasi baru bidang gizi. Tingkat pendidikan ikut menentukan
commit to user 56
atau mempengaruhi mudah tidaknya seseorang menerima suatu pengetahuan, semakin tinggi pendidikan maka seseorang akan lebih mudah menerima informasi
informasi gizi. Dengan pendidikan gizi tersebut diharapkan tercipta pola kebiasaan makan yang baik dan sehat, sehingga dapat mengetahui kandungan gizi,
sanitasi dan pengetahuan yang terkait dengan pola makan lainnya. Pendidikan gizi merupakan suatu proses belajar tentang pangan,
bagaimana tubuh kita menggunakannya dan mengapa diperlukan untuk kesehatan umumnya. Masalah kekurangan konsumsi pangan bukanlah merupakan hal yang
baru yang mempunyai dampak sangat nyata terhadap timbulnya masalah gizi. Salah satu faktor yang menyebabkan keadaan ini adalah bertambahnya jumlah
penduduk, disamping itu masalah gizi dapat timbul disebabkan oleh beberapa faktor yang mencakup aspek-aspek ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya serta
agama. Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah umum dijumpai setiap negara di dunia. Kemiskinan dan
kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi lain sebab yang penting dari gangguan gizi adalah
kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari Suhardjo, 1996.
Penelitian ini juga sesuai dengan teori Yuliana,dkk 2006 bahwa pengetahuan gizi ibu berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.
Artinya terdapat kecenderungan dengan semakin baik pengetahuan gizi ibu maka status gizi anak juga membaik. Pendidikan gizi merupakan salah satu unsur
penting dalam meningkatkan status gizi masyarakat untuk jangka panjang. Melalui sosialisasi dan penyampaian pesan gizi yang praktis akan membentuk
suatau kesimbangan bangsa antara gaya hidup dengan pola konsumsi masyarakat azrul Azwar,2002.Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang
dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta
biokimia dan riwayat diit. Pengembangan pedoman gizi seimbang baik untuk petugas maupun masyarakat adalah salah satu strategi dalam pencapaian
perubahan maupun masyarakat adalah salah satu strategi dalam mencapai
commit to user 57
perubahan pola konsumsi makanan yang ada di masyarakat dengan tujuan akhir yaitu tercapainya status gizi masyarakat yang baik.
Memasuki era globalisasi Indonesia masih menghadapi masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih dengan resiko penyakit
yang ditimbulkan. Masalah gizi ganda ini terdapat di masyarakat perdesaan dan perkotaan. Masalah gizi ganda pada hakekatnya merupakan masalah perilaku.
Untuk mengkoreksi masalah gizi ganda tersebut dapat dilakukan dengan pendekatan melalui pemberian informasi tentang perilaku gizi yang baik dan
benar, di samping pendekatan lain. Untuk itu diperlukan acuanbahan Komunikasi, Informasi dan Edukasi KIE tentang perilaku gizi yang baik dan
benar. Pedoman Umum Gizi Seimbang PUGS merupakan salah satu bahan KIE bagi setiap individuorang untuk mencapai status gizi yang baik dan berperilaku
gizi yang baik dan benar azrul Azwar,2002.
Penelitian ini didapatkan pula rata-rata tingkat pendidikan ibu SMA menengah Tingkat pendidikan itu sangat mempengaruhi kemampuan
penerimaan informasi gizi. Masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah akan lebih mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan makanan,
sehingga sulit menerima informasi baru bidang gizi Suhardjo,1996. Tingkat pendidikan ikut menentukan atau mempengaruhi mudah tidaknya seseorang
menerima suatu pengetahuan, semakin tinggi pendidikan maka seseorang akan lebih mudah menerima informasi informasi gizi. Dengan pendidikan gizi tersebut
diharapkan tercipta kebiasaan makan yang baik dan sehat, sehingga dapat mengetahui kandungan gizi, sanitasi dan pengetahuan yang terkait dengan pola
makan lainnya. Handayani, 1994 . Gizi yang baik ibarat bahan bakar bagi otak. Perkembangan sirkuit otak
sangat bergantung pada kualitas nutrisi dan stimulasi yang diberikan pada balita sejak dalam kandungan sampai usia tiga tahun pertama, atau disebut masa emas
pertumbuhan golden age period. Cepatnya pertumbuhan sel otak manusia pada usia bayi hingga usia tiga tahun dan mencapai kesempurnaannya di usia lima
tahun, membuat faktor pemenuhan gizi sebagai faktor yang vital. Sampai umur setahun, 60 persen energi makanan bayi digunakan untuk
commit to user 58
pertumbuhan otak, kata dr.Soedjatmiko, Sp.A K, dokter spesialis anak konsultas tumbuh kembang. Oleh karena itu bayi dan balita membutuhkan
banyak protein, karbohidrat, dan lemak. Pendapat yang diungkapkan oleh Ali Khomsan bahwa Penyuluhan gizi
merupakan bagian penting dalam upaya perbaikan gizi balita. Tetapi pada kenyataannya Berbagai program perbaikan gizi yang dalam beberapa tahun
terakhir dijalankan pemerintah, dinilai belum berjalan optimal. Program perbaikan gizi belum berjalan optimal, ini bisa kita lihat dari kegiatan yang
dilakukan di tingkat terbawah, di posyandu,. kata Guru Besar Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor IPB Prof Ali Khomsan di Jakarta. Menurut beliau,
sebagian besar posyandu di desa-desa sekadar melakukan kegiatan penimbangan balita dan pada saat-saat tertentu imunisasi. Sementara fungsi-fungsi pokok
posyandu yang lain, seperti sebagai pembawa pesan kesehatan dan pelaku utama upaya perbaikan gizi balita belum berjalan dengan baik. Saat ini ada sekitar 240
ribu posyandu di Indonesia, tapi bagaimana kualitasnya? Meski kita dengar revitalisasi posyandu dilakukan sejak beberapa tahun lalu, tapi bagaimana
kondisinya di desa-desa sekarang, seharusnya dicek sudah benar-benar jalan atau belum,jelasnya. Kondisi dan kegiatan posyandu, jelas dia, mesti dipantau,
dievaluasi, dan optimalkan untuk memastikan fungsinya sebagai ujung tombak berbagai upaya kesehatan, utamanya dalam upaya perbaikan gizi balita, berjalan
sesuai target. Berdasarkan pertanyaan yang diajukan oleh peneliti 62,5 rata – rata
baik, hal ini juga dari jawaban mereka muncul bahwa anak mereka 3 bulan ini setelah mendapatkan penyuluhan gizi ibu – ibu balita berusaha untuk menerapkan
materi yang mereka dapatkan dari penyuluhan yang diberikan oleh peneliti. Oleh sebab itu metode pendidikan massa untuk mengkomunikasikan pesan-pesan
kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifat nya massa atau public adalah suatu cara untuk menyampaikan suatu pesan untuk meningkatkan status
gizi balita. Sasaran pendidikan bersifat umum dalam arti tidak membedakan golongan umur,jenis kelamin pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan
maka pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang demikian rupa,
commit to user 59
sehingga pesan yang disampaikan bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya Notoatmojo, 2009
Gizi buruk pada balita sebenarnya bisa dicegah. Menurut Lubis dan Marsida Cermin Dunia Kedokteran,2002, pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian
ASI sampai usia balita mencapai dua tahun, pemberian makanan tambahan yang bergizi pada usia enam tahun ke atas, pencegahan terjadinya penyakit infeksi
dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan kebersihan perseorangan, imunisasi, penyuluhan pendidikan gizi tentang pemberian makanan, pemantauan
yang teratur pada anak balita dengan cara menimbang berat badan tiap bulan. Untuk mengetahui bahwa anak-anak mendapatkan asupan gizi yang tepat, maka
yang perlu dipantau terus adalah berat badan dan tinggi badan menurut usia. Berat badan anak sesungguhnya merupakan hasil langsung dari pola makan anak, gaya
hidup termasuk di dalamnya pola pengasuhan yang diterima anak, tingkat stres dan berbagai aktivitas anak secara fisik termasuk kualitas bermain, lama waktu
bermain, jenis permainan, dan sebagainya. Berat badan anak dalam kondisi normal perlu terus dipertahankan, sehingga memberikan kondisi kesehatan anak
yang ideal. Asupan gizi yang sehat seimbang mempengaruhi kecerdasan adversity, karena kecerdasan ini menuntut tubuh yang prima, bebas dari segala
macam penyakit dan gangguan psikologis. Gizi yang cukup dapat membuat anak bertahan terhadap penyakit. Persediaan gizi yang cukup akan membuat anak tahan
terhadap tantangan dan permasalahan yang terjadi. Pada saat anak menghadapi hal yang baru, tantangan, dan permasalahan, tubuh kita memproduksi banyak sekali
adrenalin, dan proses ini menggunakan cadangan energi yang berada dalam tubuh anak. Pada anak-anak yang mengalami kekurangan gizi, tidak memiliki cukup
cadangan energi untuk melakukan ini, sehingga akan mengalami kehabisan energi, yang ditampakkan dengan gejala-gejala susah tidur, kelelahan, tubuh yang
lesu, sehingga tidak mampu beraktivitas dengan optimal. Dalam kondisi seperti ini, zat-zat gizi yang diperlukan bagi perkembangan otak menjadi sangat kurang,
sehingga perkembangan kecerdasan anak juga tidak berkembang optimal. Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku
commit to user 60
orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang baik Suliha, 2001.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang, pada tahun 1992 telah diselenggarakan konggres gizi internasional di
Roma yang membahas tentang pentingnya gizi seimbang sebagai upaya untuk menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang handal. Salah satu rekomendasi
penting dari konggres itu adalah anjuran kepada setiap negara agar menyusun pedoman umum gizi seimbang PUGS. Di Indonesia pernah diperkenalkan
pedoman 4 sehat 5 sempurna padatahun 1950 dan sampai sekarang pedoman ini masih dikenal oleh sebagian anak sekolah dasar. Slogan 4 sehat 5 sempurna saat
itu sebenarnya adalah merupakan bentuk implementasi PUGS. Dalam pedoman umumg gizi seimbang terdapat 12 dua belas pesan yang
perlu diperhatikan yaitu : 1 makanlah aneka ragam makanan, 2 makanlah makanan yang memenuhi kecupan energi, 3 pilihlah makanan berkadar lemak
sedang dan rendah lemak jenuh, 4 gunakan garam beryodium, 5 makanlah makanan sumber zat besi, 6 berikan ASI saja kepada bayi sampai umur 4 bulan
dan tambahkan MP-ASI sesudahnya, 7 biasakan makan pagi 8 minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya, 9 lakukan aktifitas fisik secara teratur, 10
hidari minumanyang berakohol, 11 makanlah makanan yang aman bagi kesehatan, 12 bacalah label pada makanan yang dikemasGizi buruk pada balita
sebenarnya bisa dicegah.
2. Pengaruh penyuluhan gizi terhadap perkembangan fisik Balita usia 2 – 5
tahun. Hasil penelitian didapatkan ada pengaruh antara sebelum dan sesudah
diberikan penyuluhan gizi terhadap perkembangan fisik dengan nilai p 0,003
α=0,05 artinya ada pengaruh penyuluhan gizi terhadap perkembangan fisik balita usia 2-5 tahun. Dalam penelitian ini perkembangan fisik balita di desa
penatarsewu 94,7 tergolong baik hanya 5,3 yang mengalami suspek artinya Interpretasi suspek diberikan jika terdapat satu atau lebih skor terlambat 1 T dan
atau dua atau lebih peringatan 2 P. Pengertian perkembangan menunjuk pada
commit to user 61
suatu proses kearah yang lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak
dapat diputar kembali. Perkembangan fisik adalah bertambahnya kemampuan
skill
dalam struktur dan fungsi motorik halus dan motorik kasar Nursalam, 2005.
Ibu Di desa penetarsewu 60,8 mayoritas bekerja di pabrik sehingga berdasarkan wawancara peneliti selama penelitian rata – rata balita pada jam kerja dititipkan
pada neneknya, hal ini juga dapat mempengaruhi perkembangan fisik balita karena perhatian dari ibunya kurang yang mana kebanyakan dari ibu – ibu di desa
ini banyak bekerja di Pabrik dengan jam kerja yang sangat panjang yaitu antara jam 6 pagi sampai jam 7 malam. oleh sebab itu apa bila semua ibu yang memiliki
balita tidak diberikan penyuluhan dengan benar akan mempengaruhi perkembangan balita selanjutnya. Pendapat ini juga sesuai dengan teori Rusmil
2008 bahwa lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Pendapat lain juga mengungkapkan bahwa Lingkungan
pengasuhan juga dipengaruhi oleh jumlah anak. Jumlah saudara yang banyak pada keluarga yang keadaan sosial ekonominya cukup akan mengakibatkan
berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak Dhamayanti, 2008.Perkembangan anak penting dijadikan perhatian khusus bagi orangtua.
Sebab, proses tumbuh kembang anak akan mempengaruhi kehidupan mereka pada masa mendatang. Jika perkembangan anak luput dari perhatian orangtua tanpa
arahan dan pendampingan orangtua, maka anak akan tumbuh seadanya sesuai dengan yang hadir dan menghampiri mereka.
Perkembangan fisik motorik merupakan proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Setiap
gerakan yang dilakukan anak merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.
Perkembangan fisik motorik meliputi perkembangan motorik kasar dan motorik halus. Perkembangan motorik kasar adalah kemampuan anak untuk
duduk, berlari, dan melompat dan sebagian atau seluruh anggota tubuh digunakan oleh anak untuk melakukan gerakan tubuh. Perkembangan motorik kasar
dipengaruhi oleh proses kematangan anak. Karena proses kematangan setiap anak
commit to user 62
berbeda, maka laju perkembangan seorang anak bisa saja berbeda dengan anak lainnya. Adapun perkembangan motorik halus merupakan perkembangan gerakan
anak yang menggunakan otot-otot kecil atau sebagian anggota tubuh tertentu. Perkembangan pada aspek ini dipengaruhi oleh kesempatan anak untuk belajar
dan berlatih. Kemampuan menulis, menggunting, dan menyusun balok termasuk contoh gerakan motorik halus Anne ahira,2008.
3. Pengaruh penyuluhan gizi terhadap perkembangan psikososial Balita usia 2