PENGARUH PENYULUHAN GIZI TERHADAP STATUS GIZI, PERKEMBANGAN FISIK DAN PSIKOSOSIAL BALITA (USIA 2 5 TAHUN) (DI DESA PENATARSEWU TANGGULANGIN SIDOARJO JAWATIMUR)

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENGARUH PENYULUHAN GIZI TERHADAP STATUS GIZI, PERKEMBANGAN FISIK DAN PSIKOSOSIAL

BALITA (USIA 2 - 5 TAHUN)

(DI DESA PENATARSEWU TANGGULANGIN SIDOARJO JAWATIMUR)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Kedokteran Keluarga

Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

NUR SAIDAH NIM : S540209224

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HUBUNGAN PENYULUHAN GIZI DENGAN STATUS GIZI, PERKEMBANGAN FISIK DAN PSIKOSOSIAL BALITA

(USIA 2 – 5 TAHUN) DI DESA PENATARSEWU TANGGULANGIN SIDOARJO JAWATIMUR

TESIS Oleh : NUR SAIDAH NIM S540209224

Telah Disetujui Oleh Tim Pebimbing

Jabatan Nama TandaTangan Tanggal

Pembimbing 1 Prof.Dr.Ambar Mudigdo,dr, SpPA (K) _____________

Pembimbing II dr.Bambang Sukilarso, MS _____________

Mengetahui,

Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

Prof. Dr. Didik G. Tamtomo, dr, M. Kes. MM. PAK NIP. 1948 03 13 1976 10 1 001


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama : Nur Saidah

NIM : S540209224

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul HUBUNGAN PENYULUHAN GIZI DENGAN STATUS GIZI, PERKEMBANGAN FISIK DAN PSIKOSOSIAL BALITA (2 -5TAHUN ) DI DESA PENATARSEWU TANGGULANGIN KABUPAREN SIDOARJO JAWA TIMUR adalah betul-betul karya saya sendiri.

Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesisi tersebut diberi tanda dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta,……… Yang membuat pernyataan


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ii ABSTRAK

Nur Saidah, S540209224, 2010.Pengaruh Penyuluhan Gizi terhadap Status Gizi,

Perkembangan Fisik Dan Psikososial Balita (Usia 2 – 5 Tahun) Di Desa Penatarsewu Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur. Tesis: Program

Studi Magister Kedokteran Keluarga, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret.

Masalah gizi di Indonesia Khususnya pada Balita menjadi masalah besar, karena berkaitan erat dengan indikator kesehatan umum. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penyuluhan gizi terhadap status gizi, perkembangan fisik dan perkembangan psikososial Balita (usia 2-5 tahun).

Jenis Penelitian ini Quasi experiment dalam bentuk one group pre test dan post

test design. Variabel independent penelitian ini penyuluhan gizi variabel dependentnya status gizi, perkembangan fisik dan perkembangan psikososial. Sampel seluruh Balita (usia 2 – 5 tahun) di Desa Penatarsewu Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur diambil secara Cluster Random Sampling dengan jumlah 109 Balita dan ibunya. Instrumen yang digunakan adalah quesioner, KMS, timbagan berat badan dan DDST. Selanjutnya data di analisis uji beda Mc Nemar.

Penelitian ini menunjukkan hasil uji Mc Nemar p < α = 0,05 Ho diterima artinya ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah perlakuan antara penyuluhan gizi dengan status gizi, perkembangan fisik dan perkembangan psikososial.

Pentingnya peningkatan pengetahuan bagi kaum ibu karena semakin baik pengetahuan ibu akan semakin besar kemungkinannya untuk mempunyai Balita dengan status gizi dan perkembangan fisik dan psikomotor yang baik pula sehingga dapat dicapai perkembangan anak yang optimal

Kata kunci : penyuluhan gizi, status gizi, perkembangan fisik dan perkembangan psikososial


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iii ABSTRACT

Nur Saidah, S540209224, 2010. the relationship between nutrition counseling

with growth physical and physicosocial toddler (aged 2-5 years) in Penatarsewu Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo of East Java. Thesis : Master of

family medicine, Post Graduate Program, Sebelas Maret University.

The nutrition problem in Indonesia especially in toddler become a major problem, because it is closely related to general health indicator. The aim of this research is to know relationship between nutritional status, growth physical and growth physicosocial toddler ( aged 2-5 years).

The type of this research is quasy experiment in one group pre test and post test design. The independent variable is nutrition counseling but the dependent variable is nutritioanal status,growth physical and physicosocial. All of toddlers (aged 2-5 years) in Penatarsewu Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo of East Java are taken by cluster Random sampling with as number 109 babies and their mothers. The instrument is used by questionnarie, KMS, Weight scales and DDST. Then the data is analyzed by difference wilcoxon test and linear regression.

This research shows the result of wilcoxon > α = 0,05 Ho acceptable means no difference significant between pre- and post treatment. The result of regression linear is not related to nutrition counseling with nutritional status (p > α = 0,05). So, the relationship between nutrition counseling with growth physical and physicosocial shows significant relationship p = 0,000 < α = 0,05.

The importance of improving knowledge for women because of the better knowledge of the mother will be more likely to have babies with nutritional status and physical and psychomotor development are well too so that they can achieve the optimal development of children

Keywords: Nutrition Counseling, Nutritioanal status, Growth Status and Growth psychosocial.


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iv

PENGARUH PENYULUHAN GIZI TERHADAP STATUS GIZI, PERKEMBANGAN FISIK DAN PSIKOSOSIAL

BALITA (USIA 2 – 5 TAHUN)

(DI DESA PENATARSEWU TANGGULANGIN SIDOARJO JAWATIMUR)

Disusun Oleh

NUR SAIDAH

S.540209224

Telah Disetujui Oleh Tim Pembimbing

Pada tanggal...

Pembimbing I Pembimbing II

Prof.Dr.Ambar Mudigdo,dr, SpPA (K) Bambang Sukilarso,dr,MS NIP.19490317 197609 1 001 NIP. 19510306 197903 1 002

Mengetahui :

Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Prof. Dr. Didik Tamtomo,dr.MM,M.Kes.PAK NIP. 19480313 197610 1 001


(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user v TESIS

PENGARUH PENYULUHAN GIZI TERHADAP STATUS GIZI, PERKEMBANGAN FISIK DAN PSIKOSOSIAL

BALITA (USIA 2 – 5 TAHUN)

(DI DESA PENATARSEWU TANGGULANGIN SIDOARJO JAWATIMUR) Disusun Oleh

NUR SAIDAH

S.540209224

Telah Disetujui Oleh Tim Pembimbing

Pada tanggal...

Jabatan : Nama TandaTangan Ketua : Prof. Dr. Didik Tamtomo,dr.MM,M.Kes.PAK ...

NIP. 19480313 197610 1 001

Sekretaris : Dr.Nunuk Suryani, MPd ... NIP. 19661108 199003 2 001

Anggota : 1. Prof.Dr.Ambar Mudigdo,dr, SpPA (K) ... NIP. 19490317 197609 1 001

2. Bambang Sukilarso,dr, MS ... NIP. 19510306 197903 1 002

Surakarta,... Mengetahui,

Direktur PPs UNS Ketua Program Studi MKK

Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D Prof. Dr.DidikTamtomo,dr.MM,M.Kes.PAK NIP. 1957 0820 198503 1004 NIP. 19480313 197610 1 001


(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vi

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya : Nama : Nur Saidah

NIM : S540209224

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “ PENGARUH PENYULUHAN GIZI TERHADAP STATUS GIZI, PERKEMBANGAN FISIK DAN PSIKOSOSIAL BALITA (USIA 2 – 5 TAHUN) DI DESA PENATARSEWU TANGULANGIN SIDOARJO JAWATIMUR adalah betul – betul karya sendiri. Hal – hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Agustus 2010 Yang membuat pernyataan,


(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vii

KATA PENGANTAR

Atas berkat rahmat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga penyusunan tesis yang berjudul “Pengaruh Penyuluhan Gizi Terhadap Status Gizi, Perkembangan Fisik dan Perkembangan Psikososial Balita (usia 2–5 tahun) di desa Penatarsewu Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur Tahun 2010“dapat terselesaikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari semua pihak yang terkait, penelitian ini tidak dapat terwujud, untuk itu dengan segala hormat perkenankan penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta, Prof. Dr. H. Samsyul Hadi,dr, SPKJ (K).

2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Prof. Drs. Suranto, M.Sc.PhD. yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti program Magister di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

3. Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga, Prof.Dr.Didik Tamtomo,dr.,M.Kes. PAK, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti program Magister di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

4. Pembimbing I, Prof.Dr. Ambar Mudigdo,dr., SpPA ( K ) yang telah banyak meluangkan waktunya untuk menanggapi konsultasi saya serta bersedia membimbing saya dan memberikan nilai yang terbaik untuk semua muridnya, tidak terkecuali saya. Dengan segala hormat saya mengucapkan terimakasih atas bantuan dan kepeduliannya.

5. Pembimbing II, Bambang Sukilarso,dr., MS yang telah membimbing saya sehingga bisa lebih mendalami tentang Ilmu Kedokteran Keluarga serta bersedia untuk menjadi pembimbing II.


(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user viii

6. Semua guru-guru saya di Program Studi magister Kedokteran Keluarga UNS serta teman – teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas bekal ilmu yang telah diberikan, semoga menjadi amal jariyah yang bermanfaat.

7. Bidan desa Penatarsewu, ibu – ibu di Desa penatarsewu dan semua pihak yang memotivasi sehingga penyusunan tesis ini terselesaikan.

8. Ketua Yayasan Warga Kesejahteraan Warga Kesehatan Mojokerto yang telah memberikan kesempatan untuk meningkatkan jenjang pendidikan.

9. Suami dan ketiga anak – anakku tersayang serta seluruh keluarga tercinta yang telah banyak berkorban dengan penuh kasih dan kesabaran hingga terselesaikannya penulisan tesis ini.

Akhirnya atas bimbingan dan bantuan semuanya kami sampaikan banyak terima kasih. Harapan penulis semoga tesis yang masih jauh dari sempurna ini mendapatkan saran dan masukan agar menjadi lebih baik dan dapat bermanfaat.

Surakarta , Juli 2010


(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ix DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iv

PERNYATAAN ... vi

KATA PENGANTAR.. ... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL……….. xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR SINGKATAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ... 1

B. Identifikasi masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Rumusan masalah ... 4

E. Tujuan penelitian ... 4

F. Manfaat penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori ... 6

1. Konsep Dasar Penyuluhan ... 6

2. Konsep Dasar Status Gizi ... 17

3. Konsep Dasar Balita ... 24

4. KonsepDasar Perkembangan ... 34

B. Penelitian yang Relevan ... 39

C. Kerangka Berpikir ... 42

D. Hipotesis Penelitian ... 43

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 44

B. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian... 44

C. Populasi, Sampel dan Sampling... 44

D. Variabel Penelitian... 46

E. Definisi Operasional dan Alat Ukur... 46

F. Teknik Pengumpulan Data... 47


(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user x

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Diskripsi Tempat Penelitian ... 50

1. Gambaran lokasi Penelitian... 50

2. Data umum Responden ... 51

3. Karakteristik Individu... 51

B. Hasil Penelitian... 53

1. Analisis Pengaruh Penyuluhan gizi terhadap Status Gizi ... 54

2. Analisis Pengaruh Penyuluhan GiziTerhadap Perkembangan Fisik ... 54

3. Analisis Pengaruh Penyuluhan Gizi terhadap Perkembangan Psikososial ... 55

C. Pembahasan ... 55

1. Pengaruh Penyuluhan gizi Terhadap Status Gizi ... 55

2. Pengaruh Penyuluhan Gizi terhadap Perkembangan Fisik ... 60

3. Pengaruh Penyuluhan Gizi Terhadap Perkembangan Psikososial .. 62

D. Keterbatasan Penelitian ... 65

BAB V. PENUTUP A. Simpulan ... 66

B. Implikasi……….. .... 66

C. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA... 68


(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xi

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

2.1 Status Gizi Berdasarkan Indeks Antropometri 22

3.1 Penyebaran Responden Berdasarkan Tempat Posyandu 47

4.1 Distribusi Frekuensi ibu Balita Berdasarkan Usia 51

4.2 Distribusi Frekuensi Ibu Balita Berdasarkan Pekerjaan 52

4.3 Distribusi Frekuensi Ibu Balita Berdasarkan Pendidikan 53

4.4 Pengaruh Penyuluhan Gizi dengan Status Gizi 54

4.5 Pengaruh Penyuluhan Gizi dengan perkembangan

Fisik 54

4.6 Pengaruh Penyuluhan Gizi dengan Perkembangan


(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman

2.1 Kerangka Berfikir 42

4.1 Peta Desa Penatarsewu 51

4.2 Grafik Batang berdasarkan umur Ibu 52

4.3 Grafik Batang Berdasarkan Pekerjaan Ibu 52


(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiii

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG/ISTILAH

Daftar Singkatan

Balita : Bawah Lima Tahun

KMS : Kartu Menuju Sehat

NCHS : National Center For Health Statistics

TB/U : Tinggi Badan / Umur BB/U : Berat Badan / Umur

BB/TB : Berat Badan / Tinggi Badan

MP ASI : Makanan Pendamping Air Susu Ibu Posyandu : Pos Pelayanan Terpadu

BPS : Bidan Praktek Swasta

RT : Rukun Tetangga

DDST : Denver Developmental Screening Test

SD : Standart Deviasi

Dinkes : Dinas Kesehatan

Daftar lambang/ Istilah :

% : Persen

α : Alfa

> : Lebih Besar

< : Lebih Kecil


(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Lampiran Halaman

1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden 76

2 Kuesioner 77

3 Kartu Menuju Sehat 81

4 DDST 85

5 Satuan Acara Penyuluhan 86

5 Leaflet Gizi 99

6 Tabel Berat Badan Menurut Umur 100

7 Baku Berat Badan Menurut Umur 104

8 Cara menghitung status gizi cara Z-Score 106

9 Permohonan Ijin Penelitian dari UNS Surakarta 107 10 Jawaban Permohonan dari Kesbanglinmas Kabupaten

Sidoarjo 108

11 Surat Jawaban Permohonan Ijin dari Kecamatan

Tanggulangin 109

12 Surat Jawaban Permohonan Ijin DesaPenatarsewu 110 13 Surat Keterangan dari Bidan Desa Penatarsewu 111

14 Rekapitulasi Hasil Penelitian 112


(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xv


(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1 BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penilaian tumbuh kembang perlu dilakukan untuk menentukan apakah tumbuh kembang seorang anak berjalan normal atau tidak, baik dilihat dari segi medis maupun statistik. Anak yang sehat akan menunjukkan tumbuh kembang yang optimal, apabila diberikan lingkungan bio – fisiko – psikososial yang adekuat. Setiap orang tua berkeinginan agar anaknya dapat tumbuh kembang optimal, yaitu mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang terbaik sesuai dengan potensi genetik yang ada pada anak dan hal ini harus dipenuhi sejak dini (Soetjiningsih, 2005). Makna pertumbuhan dan perkembangan mencakup dua peristiwa yang statusnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan (Supariasa, 2001). Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat sedangkan perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian (Rusmil, 2008).

Beberapa ahli di bidang tumbuh kembang anak, mengungkapkan konsep yang berbeda-beda tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan seseorang. Namun demikian perbedaan tersebut dapat pula ditarik beberapa persamaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan. Persamaan tersebut mengatakan bahwa pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu utama yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal seperti biologis, termasuk genetik dan faktor eksternal seperti status gizi. Gizi merupakan suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan (Supariasa, 2001). Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui orang tua.


(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini bersifat irreversible (Nita, 2008).

Kekurangan gizi pada masa balita akan berpengaruh besar pada kualitas seseorang nantinya. Asupan gizi yang kurang pada dua tahun pertama pertumbuhan, bisa menyebabkan gangguan serius pada perkembangan otak yang mengakibatkan tingkat kecerdasan anak terhambat (Siswono, 2009). Kurang gizi pada balita dapat berdampak terhadap pertumbuhan fisik maupun mentalnya. Anak kelihatan pendek, kurus dibandingkan dengan teman sebayanya yang lebih sehat. Ketika memasuki usia sekolah tidak bisa berprestasi menonjol karena kecerdasannya terganggu (Khomsan, 2008).

Masalah gizi di Indonesia khususnya pada balita, menjadi masalah besar karena berkaitan erat dengan indikator kesehatan umum seperti tingginya angka kesakitan serta angka kematian bayi dan balita sehingga menilik catatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indonesia masih berada pada peringkat 108 dari 177 negara di dunia. Hingga pertengahan tahun 2008 jumlah balita yang mengalami kekurangan gizi masih pada kisaran 4 juta jiwa dari 110 juta balita di Indonesia. Dilihat dari kacamata statistik, angka ini presentasenya sangat kecil jika dibandingkan dengan keseluruhan penduduk Indonesia yang jumlahnya lebih dari 220 juta orang. Namun tidak bisa diabaikan karena ini menyangkut masalah kemanusiaan. Departemen Kesehatan mengklasifikasikan angka tersebut dalam beberapa kategori yaitu gizi kurang, risiko gizi buruk, dan gizi buruk. Data Depkes awal Maret 2008, jumlah balita penderita malnutrisi pada tahun 2007 adalah 4,1 juta jiwa. Sebanyak 3,38 juta jiwa berstatus gizi kurang dan 755 ribu termasuk kategori risiko gizi buruk (Siswono, 2009).

Khusus daerah Jawa Timur, berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Jawa Timur pada bulan Maret 2008, prevalensi gizi buruk mencapai 20 persen, sementara balita gizi buruknya 8,7 persen (Adiningsih, 2008). Kabupaten Sidoarjo merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang juga rawan kasus gizi buruk. Dari data status gizi balita provinsi Jawa Timur tahun 2007, Prevalensi balita gizi buruk 0,71% dari 81.495 balita.


(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 25 Februari 2010 yang dilaksanakan di Desa Penatarsewu Kecamatan Tanggulangin-Sidoarjo pada bulan Desember 2009, prevalensi balita 2 – 5 tahun yang mengalami gizi buruk sebesar 2,85 persen dari 140 balita dan berdasarkan wawancara dari 10 orang didapatkan (70%) tidak mengetahui bahwa pengetahuan gizi dapat mempengaruhi status gizi dan perkembangan balita .

Menurut Puslitbang Gizi Departemen Kesehatan Bogor Trintrin Tjukani menemukan sebuah konsep bagaimana menanggulangi masalah kekurangan gizi pada anak balita atau enam langkah membuat status gizi balita meningkat yang diuji cobakan melalui sebuah penelitian di Kabupaten Pandeglang Banten.Pertama, pengorganisasian masyarakat. Kedua, pelatihan. Ketiga, penimbangan balita. Keempat, penyuluhan gizi. Kelima, pemberian makanan tambahan. Dan keenam, penggalangan dana ( Republika, 27 September 2001).

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “pengaruh peyuluhan gizi terhadap status gizi, perkembangan fisik dan perkembangan psikososial Balita (usia 2 – 5 tahun) di Desa Penatarsewu Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur Tahun 2010” .

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Pertumbuhan dan perkembangan balita dipengaruhi oleh dua faktor antara lain faktor genetik dan faktor lingkungan (Aziz Alimul, 2005). Penilaian pertumbuhan dan perkembangan anak sangat bermanfaat, baik secara klinik maupun di lapangan. Cara penilaiannya meliputi anamnesa, pemeriksaan antropometrik, gejala klinis, pemeriksaan laboratorium dan radiologik sesuai dengan kebutuhan.


(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

C. PEMBATASAN MASALAH

Penelitian ini dibatasi pada pengaruh penyuluhan gizi terhadap status gizi, perkembangan fisik dan perkembangan psikososial Balita (usia 2 – 5 tahun) di Desa Penatarsewu Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur Tahun 2010.

D. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pada latar belakang masalah maka rumusan masalah yang dapat di kemukakan adalah sebagai berikut :

1. Adakah pengaruh penyuluhan gizi terhadap status gizi Balita (usia 2– 5 tahun)?

2. Adakah pengaruh penyuluhan gizi terhadap perkembangan fisik Balita (usia 2 – 5 tahun) ?

3. Adakah pengaruh penyuluhan gizi terhadap perkembangan psikososial Balita (usia 2 – 5 tahun) ?

E. TUJUAN PENELITIAN

1. Mengetahui pengaruh penyuluhan gizi terhadap status gizi Balita (usia 2 – 5 tahun).

2. Mengetahui pengaruh penyuluhan gizi terhadap perkembangan fisik Balita (usia 2 – 5 tahun ).

3. Mengetahui pengaruh penyuluhan gizi terhadap perkembangan psikososial Balita (usia 2-5 tahun).


(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

F. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti-bukti empiris tentang teori bahwa perkembangan psikomotor dan perkembangan fisik dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Penyuluhan gizi dan Status Gizi termasuk dalam faktor eksternal yang berpengaruh terhadap perkembangan fisik dan psikomotor tersebut.

2. Manfaat Praktis a. Dinas Kesehatan

Penelitian ini dapat digunakan untuk membantu pemerintah dalam bidang kesehatan untuk menjalankan program-program kesehatan yang berhubungan dengan tumbuh kembang anak sehingga dapat dicapai derajat kesehatan anak yang optimal.

b. Tempat penelitian

Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pemerintah desa untuk meningkatkan program kesehatan Balita sehingga kwalitas Balita di desa sama dengan kwalitas Balita yang di kota.

c. Ibu Balita Desa Penatarsewu

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan ibu Balita tentang cara meningkatkan status gizi bagi balitanya sehingga perkembangan fisik dan psikososial anak di masa depan lebih baik.


(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6 BAB II KAJIAN TEORI

A. KAJIAN TEORI

1. Konsep Dasar Penyuluhan a. Pengertian penyuluhan

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, atau bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dan meminta pertolongan (Nasrul effendy dalam Eli dan Neil, 2008 ).

Menurut Azrul Anwar, penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan ,menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak saja sadar ,tahu dan mengerti ,tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungan nya dengan kesehatan.

Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri seseorang yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan individu, dan masyarakat. Pendidikan kesehatan tidak dapat diberikan kepada seseorang oleh orang lain, bukan seperangkat prosedur yang harus dilaksanakan atau suatu prdoduk yang harus dicapai, tetapi sesungguhnya suatu proses perkembangan yang berubah secara dinamis, yang di dalamnya seseorang menerima atau menolak informasi, sikap maupun praktek baru, yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat (Suliha, 2002)


(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

b. Tujuan pendidikan kesehatan adalah (Nasrul Effendy dalam Eli dan Neil, 2008):

1) Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku hidup sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat yang optimal.

2) Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga kelompok dan masyarakat sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian. 3) Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk mengubah

perilaku perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan. c. Faktor-faktor yang diperhatikan terhadap sasaran dalam keberhasilan

penyuluhan kesehatan adalah: 1) Tingkat pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin mudah seseorang menerima informasi yang didapatnya.

2) Tingkat sosial ekonomi

Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula dalam menerima informasi baru.

3) Adat istiadat

Pengaruh adat istiadat dalam menerima informasi baru merupakan hal yang tidak dapat diabaikan, karena masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap sesuatu yang tidak boleh diabaikan.

4) Kepercayaan masyarakat

Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang-orang yang sudah mereka kenal, karena sudah timbul kepercayaan masyarakat dengan penyampai informasi. 5) Ketersediaan waktu di masyarakat


(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktivitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam penyuluhan.

d. Metode Penyuluhan

Menurut Notoatmodjo (2003:105), metode yang dapat dipergunakan dalam memberikan penyuluhan kesehatan adalah:

1) Metode ceramah

Merupakan suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran, sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan.

2) Metode diskusi kelompok.

Merupakan pembicaraan yang direncanakan dan telah dipersiapkan. tentang suatu topik pembicaraan diantara 5-20 peserta (sasaran) dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk. 3) Metode curah pendapat.

Merupakan suatu bentuk pemecahan masalah di mana setiap anggota mengusulkan semua kemungkinan pemecahan masalah yang terpikirkan oleh masing-masing peserta, dan evaluasi atas pendapat-pendapat tadi dilakukan kemudian.

4) Metode panel.

Merupakan pembicaraan yang telah direncanakan di depan pengunjung atau peserta tentang sebuah topik, diperlukan 3 orang atau lebih panelis dengan seorang pemimpin.

5) Metode bermain peran.

Merupakan memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.

6) Metode demonstrasi.

Merupakan suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan,


(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

adegan dengan menggunakan alat peraga. Metode ini digunakan terhadap kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya.

7) Metode simposium.

Merupakan serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2 sampai 5 orang dengan topik yang berlebihan tetapi saling berhubungan erat. 8) Metode seminar.

Merupakan suatu cara di mana sekelompok orang berkumpul untuk membahas suatu masalah di bawah bimbingan seorang ahli yang menguasai bidangnya.

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan kesehatan : 1) Masukan sendiri juga metode materi atau pesan nya 2) Pendidik atau petugas yang melakukannya

3) Alat-alat bantu atau alat peraga pendidikan (Notoadmodjo,2003:103) f. Tujuan pendidikan kesehatan :

1) Mengubah pengetahuan/pengertian ,pendapat dan konsep –konsep 2) Mengubah sikap dan persepsi

3) Menanamkan tingkah laku atau kebisaan yng baru (Notoadmodjo, 2003:113)

Di bawah ini akan diuraikan beberapa metode pendidikan individual, kelompok dan massa:

a) Metode pendidikan Individual (Perorangan)

Metode pendidikan yang bersifat individual digunakan untuk membina perilaku baru ,atau seseorang yang mulai tertarik kepda sesuatu perubahan perilaku atau inovasi, hal ini disebapkan karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaa atau perilaku baru.

Bentuk dari pendekatan ini ,antara lain :

(1) Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling)

Dengan cara ini kontak antara klien dengn petugas kesehatan lebih intensif setiap masalah yang dihadapi oleh


(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

klien dapat dikorek dan dibantu penyelesaianya (Notoadmojo,2003:104)

(2) Interview (wawancara)

Cara ini merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk mengali informasi mengapa ia tidak mau atau belum menerima perubahaan.ia tertarik atau belum menerima prubahan untuk megtahui pakah perilaku yang sudah atau yang akan diabdosi itu mempunyai dasar pengrtian dan kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi (Notoadmodjo;2003:104)

b) Metode Pendidikan Kelompok

Dalam memilih metode pendidikan kelompok harus mengingat besanya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran.Unuk keompok yang besar, metodenya akan lain dengan kelompok kecil .Efektivitas suatu metode akan tergatung pula pada besarnya sasaran pendidikan.

(1) Kelompok Besar

Yang dimaksud kelompok besar apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar antara lain :

(a) Ceramah: Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah

Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam menggunakan metode ceramah :

i) Persiapan

Ceramah yang berhasil apabila penceramah menguasai materi yang akan diceramahkan .Untuk itu penceramah harus mempersiapkaan diri dengan:


(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

(i) Mempelajari materi dengan sistematik yang baik ,lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema.

(ii) Menyiapkan alat-alat bantu pengajaran. ii) Pelaksana

Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah dapat menguasai sasaran ceramah untuk dapat menguasai sasaran penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai berikut :

(i) Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh ragu-ragu dan gelisah.

(ii) Suara hendaknya cukup keras dan jelas.

(iii) Pandangan harus tertuju keseluruh peserta ceramah. (Notoadmodjo, 2003:105).

(b) Seminar

Metode ini hanya cook unuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah ke atas.Seminar adalah suatu penyajian dari satu satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang di anggap penting dan biasanya di anggap hangat di masyarakat(Notoadmodjo,2003:106)

(2) Kelompok Kecil

Apabila pesrta kegiatan kurang dari 15 orang biasanya disebut kelompok kecil.Metode metode yang cocok untuk kelompok kecil,antara lain:

(a) Diskusi kelompok

Dalam diskusi kelompok semua anggota bebas berpartisipasi dalam diskusi,maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehingga dapat berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain.Untuk memulai diskusi,harus memberi pancingan berupa


(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

pertanyaan atau kasus sehubungan dengn topic yang di bahasa.

(b) Curah pendapat (Brain Storming)

Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok.Prinsipnya sama metode diskusi kelompok memancing dengan satu masalah kemudian tiap peserta memberikan jawaban-jawaban atau tanggapan(cara pendapat). Tanggapan atau Jawaban-jawaban tersebut ditampung dan di tulis dalam flipchart atau papan tulis.Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya,tidak boleh diberi komentar oleh siapapun. (c) Bola Salju (Snow Balling)

Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang). Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah,setelah ebih kurang 5 menit tiap 2 pasang bergabung menjadi satu.Mereka tetep mendiskusikan masalah terebut dan mencari kesimpulan.Kemdian tiap dua pasang yang sudah beranggotakan 4 orang bergabung dengan pasangan lainya dan sedemikian akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.

(d) Kelompok Kecil-kecil ( Bruzz group)

Kelompok langsung di bagi menjadi kelompok kecil-kecil (buzz group) kemudian dilontarkan suatu pemasalahan-permasalahan sama atau tidak dengan kelompok lainya dan masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut.

(e) Role play (Memainkan Peranan)

Dalam metode ini beberapa anggota ditunjuk sebagai pemenang peranan tertentu untuk memainkan peranan.


(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

(f) Permainan Simulasi (Simulation Game)

Gambaran antara role play dengan diskusi kelompok,pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk permainan seperti permainan monopoli.

c) Metode Pendidikan Massa (public)

Metode pendidikan massa untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifat nya massa atau public.Sasaran pendidikan bersifat umum dalam arti tidak membedakan golongan umur,jenis kelamin pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan maka pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang demikian rupa. Contoh metode melalui media massa:

(1) Ceramah umum

Pada acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional Menteri Kesehatan atau pejabat kesehatan lainya bepidato di hadapan masa rakyat untuk menyampaikan pesan -pesan kesehatan Safari KB juga merupakan salah satu bentuk pendekatan massa.

(2) Pidato-pidato diskusi tenang kesehatan melalui media elektronik baik TV maupun radio

(3) Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan tentang suatu penyakit atau mlah kesehtan melaui TV atau rdio.

(4) Sinetron “Dokter Sartika”di dalam acara TV juga merupakan pendekatan pendidikan kesehatan massa.

(5) Tulisan di majalah atau koran baik dalam bentuk artikel maupun tanya jawab tentang kesehatan (Notoadmodjo,2003:18)


(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

d) Alat Bantu dan Media Pendidikan kesehatan (1) Alat Bantu (Peraga)

Yang dimakud alat bantu pendidikan adalah alat-alat yan di gunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran.Alat bantu ini lebih sering dsebut “alat peraga”karena berfungsi untuk membantu dan meragakan sesuatu dalam proses pendidikan pengajaran (Notoadmodjo,2003:108).

(2) Media Pendidikan Kesehatan

Alat yang digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi msyarakat atau “klien”.Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan (media),media ini di bagi menjadi 3 yaitu :

(a) Media cetak

Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat bervariasi antara lain :

i) Booklet adalah suatu media untuk mnyampaikan pesan kesehatan dan bentuk buku,baik tulisan maupun gambar ii) Leaflet adalah bentuk penyampaian informasi atau

pesan-pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat iii) Flyer (selebaran) adalah seperti leaflet tetapi tidk dalam

bentuk selebaran

iv) Flip chart(lembar balik) adalah media penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik

v) Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah

vi) Poster adalah bentukmedia cetakberisi pesan-pesan atau informasi kesehatan


(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

(b) Media elektronik

Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan atau informasi kesehatan jenisnya beda-beda,antara lain :

i) Televisi adalah penyampaian pesan atau informasi kesehatan melalui media televisi

ii) Radio adalah penyampaian informasi atau pesan kesehatan melalui radio

iii) Video adalah penyampaian informasi atau pesan kesehatan dapat melalui video

iv) Slide :slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau infomasi kesehatan

v) Film stripe juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan kesehatan

vi) Media papan (bill board)

Papan (bill board) yang dipasang ditempat umum untuk dipakai diisi dengan pesan atau informasi kesehatan.Media papan disini juga mencakup pesan-pesan yang di tulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan umum (bus atau taksi).

g. Penyuluhan gizi

Pengetahuan yang kurang tentang gizi dan kesehatan akan menyebabkan asupan makanan yang tidak cukup serta meningkatnya risiko penyakit infeksi diantaranya Diare dan ISPA. Peningkatan pengetahuan dapat dilakukan dengan penyuluhan. Penyuluhan terdiri dari beberapa model diantaranya adalah pendampingan dengan fokus pemberdayaan keluarga ( Amir, Aswita & Muis, Siti Fatimah & Suyatno,2008).

Berbagai program perbaikan gizi yang dalam beberapa tahun terakhir dijalankan pemerintah, dinilai belum berjalan optimal. "Program perbaikan gizi belum berjalan optimal, ini bisa kita lihat dari kegiatan yang


(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

dilakukan di tingkat terbawah, di posyandu," kata Guru Besar Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Ali Khomsan di Jakarta. Menurut beliau, sebagian besar posyandu di desa-desa sekadar melakukan kegiatan penimbangan balita dan pada saat-saat tertentu imunisasi. Sementara fungsi-fungsi pokok posyandu yang lain, seperti sebagai pembawa pesan kesehatan dan pelaku utama upaya perbaikan gizi balita belum berjalan dengan baik. "Penyuluhan gizi, yang merupakan bagian penting dalam upaya perbaikan gizi, belum sepenuhnya jalan," katanya. Ia mengatakan hal itu antara lain terjadi karena program pembangkitan kembali (revitalisasi) peran posyandu yang dicanangkan pemerintah pada 2005 hingga kini belum berjalan dengan baik. "Saat ini ada sekitar 240 ribu posyandu di Indonesia, tapi bagaimana kualitasnya? Meski kita dengar revitalisasi posyandu dilakukan sejak beberapa tahun lalu, tapi bagaimana kondisinya di desa-desa sekarang, seharusnya dicek sudah benar-benar jalan atau belum,"jelasnya. Kondisi dan kegiatan posyandu, jelas dia, mesti dipantau, dievaluasi, dan optimalkan untuk memastikan fungsinya sebagai ujung tombak berbagai upaya kesehatan, utamanya dalam upaya perbaikan gizi balita, berjalan sesuaitarget.

Lebih lanjut dia menjelaskan, upaya perbaikan gizi balita melalui pembagian Makanan Pendamping ASI bagi balita dari keluarga kurang mampu pun masih tanggung. Atas persetujuan DPR, kata dia, pemerintah telah menyediakan dana Rp300 miliar per tahun untuk penyediaan Makanan Pendamping ASI bagi balita dari keluarga kurang mampu namun upaya itu hanya mampu menjangkau 15% balita di desa-desa. "Kader di daerah selalu bilang bahwa itu hanya cukup untuk 15 persen anak kita, artinya dari 100 balita di desa hanya 15 anak yang dapat MP ASI. Dana Rp300 miliar itu jadi tidak besar karena saking banyaknya balita Indonesia yang butuh bantuan," jelasnya. Lebih lanjut ia menjelaskan, guna mencegah terjadinya masalah gizi buruk pada balita pada masa mendatang pemerintah harus mulai memadukan dan mengoptimalkan program-program perbaikan gizi yang dijalankan. Penyuluhan gizi, pemberian


(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

makanan tambahan, fortifikasi bahan pangan dan program yang lainnya, kata dia, harus dipastikan berjalan dengan baik dan dievaluasi secara berkala. "Dan tentunya kemiskinan harus terus dikurangi, karena ini adalah faktor kunci munculnya masalah gizi," demikian Ali Khomsan (2008).

2. Kosep Dasar Status Gizi a. Pengertian Gizi

“Gizi” berasal dari bahasa Arab, “gizzah”, yang artinya zat makanan sehat (Irianto dan Waluyo, 2004).

Gizi adalah suatu proses orgenisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui prosepsi, digesti, absorsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat – zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ – organ, serta menghasilkan energi (Supariasa, 2002:17)

b. Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2003).

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa 2001).

c. Faktor -faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Pada prinsipnya ada dua faktor yang mempengaruhi status gizi balita, yaitu:

1) Faktor Langsung

Faktor langsung yang berpengaruh adalah : a) Asupan makanan

Menurut Worthington Roberts (1993) dalam Bobak (2004) pemberian ASI Eksklusif memiliki banyak manfaat, salah satunya yaitu bayi akan mendapat imunologi untuk melindunginya dari banyak penyakit dan infeksi. ASI Eksklusif


(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

adalah pemberian ASI saja tanpa makanan atau minuman lainnya selama 6 bulan pertama usia bayi (Dinkes, JATIM 2005).

Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan pengganti ASI yang kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut juga sangat rendah, dengan penghentian pemberian ASI karena produksi ASI berhenti, akan lebih cepat mendorong anak ke jurang malapetaka yang menderita gizi buruk, yang apabila tidak segera diperbaiki maka akan menyebabkan kematian. Selain itu dapat pula mempengaruhi status gizi pada usia balita akibat adanya penyakit pada masa bayi (Setiawan, 2008).

Menyapih adalah proses berhentinya menyusui secara berangsur-angsur atau sekaligus. Anak usia 1-5 tahun dapat pula dikatakan mulai disapih atau selepas menyusu sampai dengan prasekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya, faal tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga jenis makanan dan cara pemberiannya juga harus disesuaikan dengan keadaannya (Setiawan, 2008). b) Tingkat kebutuhan gizi

c) Faktor kesehatan (misalnya penyakit infeksi, penyakit metabolisme, paska operasi).

Penyakit infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan sehingga dapat mempengaruhi status gizi anak (Harsono, 2008).

2) Faktor Tidak Langsung

Faktor tidak langsung yang berpengaruh adalah : a) Tingkat kemiskinan

Penyebab utama kurang gizi pada balita adalah kemiskinan sehingga akses pangan anak terganggu (Khomsan, 2008). Bekerja adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama


(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

untuk menunjang kebutuhan dan kehidupan keluarga (Nursalam dan Pariani, 2001).

b) Tingkat pendidikan orang tua

Menurut teori Koentjoroningrat (1997) dalam Nursalam (2001) mengatakan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pengetahuan yang dimiliki.

c) Budaya

Adat-istiadat, norma, dan sesuatu yamg tabu dalam masyarakat akan berpengaruh terhadap perkembangan anak. Misalnya pada kebudayaan orang Bali sering diadakan upacara sehingga tersedia banyak makanan dan buah-buahan. Maka jarang terdapat anak yang gizi buruk karena pada saat upacara tersebut akan dimakan bersama saat selamatan (Soetjiningsih, 2004).

d. Penilaian Status Gizi

Menurut Supariasa (2001), penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.

1) Penilaian Secara Langsung

Dibagi menjadi empat penilaian yaitu: a) Antropometri

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi yang terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh sepserti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.


(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

b) Klinis

Pemeriksaan klinis merupakan metode penting untuk menilai status gizi yang didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi dan dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat. Survei ini dirancang untuk mendeteksi sacara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda dan gejala atau riwayat penyakit. c) Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara labolatoris yang dilakukan pada berbagai macam anggota tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urin, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Penggunaan metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

d) Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khusunya jaringan) dan melihat perubahan struktur jaringan. Umumnya digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik. Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap


(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

2) Penilaian Secara Tidak Langsung a) Survei Konsumsi makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.

b) Statistik Vital

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentudan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.

c) Faktor Ekologi

Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi.

e. Indeks Antropometri Gizi

Indeks antropometri yang umum digunakan dalam menilai status gizi adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Indeks BB/U adalah pengukuran total berat badan termasuk air, lemak, tulang dam otot. Indeks berat badan menurut umur adalah pertumbuhan linier dan LLA adalah pengukuran terhadap otot, lemak dan tulang pada area yang diukur.


(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Berat Badan menurut Umur (BB/U) merupakan indikator yang paling umum digunakan sejak tahun 1972 dan dianjurkan juga menggunakan indeks TB/U dan BB/TB untuk membedakan kekurangan gizi terjadi kronis atau akut.

Tahun 1978, WHO lebih mengajurkan penggunaan BB/TB, karena menghilangkan faktor umur yang menurut pengalaman sulit didapat secara benar, khususnya di daerah terpencil dimana terdapat masalah tentang pencatatan kelahiran anak. Indeks BB/TB juga menggambarkan keadaan kurang gizi akut waktu sekarang, walaupun tidak dapat menggambarkan keadaan gizi waktu lampau.

Dari berbagai jenis indeks bias, untuk menginterpretasikannya dibutuhkan ambang batas. Ambang batas dapat disajikan kedalam tiga cara yaitu:

1) Persen Terhadap Median

Median adalah nilai tengah dari suatu populasi. Dalam antropometri median sama dengan persentil 50. Nilai median ini dinyatakan sama dengan 100% (untuk standar). Setelah itu dihitung presentase terhadap nilai median untuk mendapatkan ambang batas

Tabel 2.1 Status gizi berdasarkan Indeks Antropometri

Status Gizi Indeks

BB/U TB/U BB/TB

Gizi Baik Gizi Sedang Gizi Kurang Gizi Buruk > 80% 71% - 80% 61% - 70% ≤ 60% > 90% 81% - 90% 71% - 80% ≤ 70% > 90% 81% - 90% 71% - 80% ≤ 70% Sumber:Supariasa(2001)

Indeks antropometri lainnya seperti TB/U dan BB/TB dapat pula dihitung berdasarkan persen terhadap median.

2) Persentil

Para pakar merasa kurang puas dengan menggunakan persen terhasap median untuk menentukan ambang batas sehingga mereka


(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

memilih cara persentil. Persentil 50 sama dengan median atau nilai tengah dari jumlah populasi berada diatasnya dan setengahnya berada dibawahnya. National Center for Health Statistics (NCHS) merekomendasikan persentil ke 5 sebagai batas gizi baik dan kurang, serta persentil 95 sebagai batas gizi lebih dan gizi baik.

3) Standart Deviasi Unit

Standar deviasi unit disebut juga Z-skor. WHO menyarankan menggunakan cara ini untuk meneliti dan untuk memantau pertumbuhan.

a) 1 SD unit (1 Z-Skor) kurang lebih sama dengan 11% dari median BB/U.

b) 1 SD unit (1 Z-Skor) kira-kira 10% dari median BB/TB. c) 1 SD unit (1 Z-Skor) kira-kira 5% dari median TB/U.

Waterlow juga merekomendasikan penggunaan SD untuk menyatakan hasil pengukuran pertumbuhan. WHO memberikan gambaran perhitungan SD unit terhadap baku NCHS. Pertumbuhan nasional untuk suatu populasi dinyatakan dalam positif dan negatif 2 SD unit (Z-Skor) dari median, yang termasuk hampir 98% dari orang-orang yang diukur yang berasal dari referens populasi. Dibawah median -2 SD unit dinyatakan sebagai kurang gizi yang ekuivalen dengan :

(1) 78% dari median untuk BB/U (± 3 persentil) (2) 80% median untuk BB/TB


(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Rumus menghitung status gizi dengan cara Z-skor adalah :

a. Bila nilai riel hasil pengukuran >= nilai median, BB/umur rumusnya :

b. Bila nilai riel hasil pengukuran < nilai median BB/umur rumusnya :

c. Cara menghitung status gizi dengan cara prosen terhadap median rumusnya :

3. Konsep Dasar Balita a. Pengertian Balita

Balita atau anak bawah lima tahun adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini (Setiawan, 2008).

Balita merupakan singkatan bawah lima tahun, salah satu periode usia manusia dengan rentang usia dua hingga lima tahun., Ada juga yang menyebut dengan periode usia prasekolah. Pada fase ini, anak berkembang dengan sangat pesat (AnneAhira, 2008).

b. Perkembangan Balita Usia 2 – 5 Tahun ( Riyadi dan Sukarmin, 2009 ) 1) Perkembangan fisik

a) Umur 24 bulan ( 2 tahun) (1) Motorik Kasar

Berlari sudah baik, dapat naik tangga sendiri dengan kedua kaki tiap tahap.


(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

(2) Motorik Halus

Sudah bisa membuka pintu, membuka kunci, menggunting sederhana, minum dengan menggunakan gelas atau cangkir, sudah dapat memggunakan sendok dengan baik b) Umur 36 bulan (3 tahun)

(1) Motorik Kasar

Sudah bisa naik turun tangga tanpa bantuan, memakai baju dengan bantuan, mulai bisa naik sepeda roda tiga.

(2) Motorik Halus

Bisa menggambar lingkaran, mencuci tangannya sendiri, menggosok gigi.

c) Umur 4 tahun (1) Motorik Kasar

Berjalan berjinjit, melompat, melompat dengan satu kaki.

(2) Motorik Halus

Sudah bisa menggunakan gunting dengan lancar, sudah bisa menggambar kotak, menggambar garis vertikal maupun horizontal, belajar membuka dan memasang kancing baju.

d) Umur 5 tahun (1) Motorik Kasar

Berjalan mundur sambil berjinjit, sudah dapat menangkap dan melempar bola dengan baik, sudah dapat melompat dengan kaki secara bergantian.

(2) Motorik Halus

Menulis dengan angka-angka, menulis dengan huruf, menulis dengan kata-kata, belajar menulis nama, belajar mengikat tali sepatu.


(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

(3) Sosial emosional

Bermain sendiri mulai berkurang, sering berkumpul dengan teman sebaya, interaksi sosial selama bermain meningkat, sudah siap untuk menggunakan alat-alat bermain. 2) Perkembangan psikososial anak

Tahapan perkembangan psikososial anak:

a) Percaya versus tidak percaya (umur 0 – 1 tahun)

Komponen yang paling utama untuk berkembang pada seorang anak adalah rasa percaya diri. Rasa percaya diri pada anak harus kita bangun sejak tahun pertama kehidupan anak. Begitu seorang bayi lahir dan melakukan kontak dengan dunia luar maka ia sangat ketergantungan dengan orang lain yang ada di sekitarnya. Rasa aman dan rasa percaya terhadap lingkungan merupakan kebutuhan primer. Adapun alat yang digunakan oleh bayi untuk berhubungan dengan dunia luar adalah mulut dan panca indera, sedangkan perantara yang tepat antara bayi dengan lingkungan adalah seorang ibu.

b) Otonomi versus rasa malu (umur 1 – 3 tahun)

Pada usia ini alat gerak dan rasa telah matang dan ada rasa percaya terhadap ibu dan lingkungannya. Perkembangan otonomi selama periode balita berfokus pada peningkatan kemampuan anak untuk mengontrol tubuhnya, dirinya dan lingkungannya. Anak menyadari bahwa ia dapat menggunakan kekuatannya untuk bergerak dan berbuat sesuai dengan kemauannya sendiri. Selain itu anak akan menggunakan kekuatan mentalnya untuk mmenolak dan mengambil sebuah keputusan. Rasa otonomi ini perlu dikembangkan karena sangat penting untuk terbentuknya rasa percaya diri dan harga diri di kemudian hari.

c) Inisiatif versus rasa bersalah (umur 3 – 5 tahun)

Tahap ini anak mulai belajar untuk mengendalikan diri dan memanipulasi lingkungan. Rasa inisiatif mulai menguasai anak,


(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

anak sudah mulai untuk diikutsertakan sebagai individu atau membantu orang tua dan lingkungan.

3) Perkembangan kemampuan berbicara dan bahasa a) 2 – 3 tahun

Seorang anak mulai menguasai 200 – 300 kata dan senang bicara sendiri (monolog). Sewaktu ia akan memperhatikan kata-kata yang baru didengarnya untuk dipelajari secara diam-diam. Mereka mulai mendengarkan pesan-pesan yang penuh makna, yang memerlukan perhatian dengan penuh minat dan perhatian. Perhatian mereka juga semakin luas dan semakin bervariasi. Mereka juga lancar bercakap-cakap meskipun pengucapannya belum sempurna.

b) 3 – 5 tahun

Anak mulai mampu menggunakan kata-kata yang bersifat perintah. Hal ini juga menunjukkan adanya rasa percaya diri yang kuat dalam menggunakan kata-kata dan menguasai keadaan. Mereka senang sekali mengenali kata-kata baru dan terus berlatih untuk menguasainya. Mereka menyadari bahwa dengan kata-kata mereka bisa mengendalikan situasi seperti yang diinginkannya, bisa mempengaruhi orang lain, bisa mengajak teman-temannya atau ibunya (Zaviera, 2008).

c. Tes Skrining Perkembangan Menurut Denver Developmental Screening Test (DDST).

1) Pengertian DDST

DDST adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak. Tes ini bukan merupakan tes diagnostik atau tes IQ. DDST memenuhi semua persyaratan yang diperlukan untuk metode skrining yang baik. Tes ini mudah dan cepat (15 – 20 menit), dapat diandalkan dan menunjukkan validitas yang tinggi. Dari beberapa penilaian yang pernah dilakukan ternyata DDST secara efektif dapat mengidentifikasikan antara 85 – 100 %


(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

bayi dan anak-anak pra sekolah yang mengalami keterlambatan perkembangan, dan pada “follow-up” selanjutnya ternyata 89 % dari kelompok DDST abnormal mengalami kegagalan di sekolah 5 – 6 tahun kemudian.

DDST adalah sebuah metode pengkajian yang digunakan secara luas untuk menilai kemajuan perkembangan anak usia 0 – 6 tahun ( Heru Santoso, 2009 )

2) Tujuan pemeriksaan Denver antara lain :

a) Menilai tingkat perkembangan anak sesuai dengan usia b) Menilai tingkat perkembangan anak yang tampak sehat

c) Menilai tingkat perkembangan anak yang tidak menunjukkan gejala, kemungkinan adanya kelainan perkembangan

d) Memastikan anak yang di duga mengalami kelainan perkembangan

e) Memantau anak yang beresiko mengalami kelainan perkembangan.

3) Sektor perkembangan yang dinilai dalam DDST

Aspek perkembangan yang dinilai terdiri dari 125 tugas perkembangan. Tugas yang diperiksa setiap kali skrining hanya berkisar 25 – 30 tugas.

Ada 4 sektor perkembangan yang dinilai: a) Personal Social (perilaku sosial)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.

b) Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.


(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

c) Language (bahasa)

Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan.

d) Gross motor (gerakan motorik kasar)

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.

4) Alat yang digunakan

a) Alat peraga: benang wol merah, kismis/ manik-manik, icik – icik dengan ganggang kecil, peralatan makan, peralatan gosok gigi, kartu/ permainan ular tangga, pakaian, buku gambar/ kertas, pensil, kubus dengan warna merah-kuning-hijau-biru, kertas warna (tergantung usia kronologis anak saat diperiksa).

b) Lembar formulir Denver II.

c) Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan cara penilaiannya.

5) Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap, yaitu:

a) Tahap pertama: secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia: 3-6 bulan, 9-12 bulan, 18-24 bulan, 3 tahun, 4 tahun, 5 tahun.

b) Tahap kedua: dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap pertama. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap.

6) Penilaian

Jika Lulus (Passed = P), gagal (Fail = F), ataukah anak tidak mendapat kesempatan melakukan tugas (No Opportunity = NO). 7) Cara pemeriksaan DDST II

a) Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang akan diperiksa. Gunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu tahun.


(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

b) Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah, jika sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas.

c) Tarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horisontal tugas perkembangan pada formulir DDST.

d) Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa yang F.

e) Berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam: normal, abnormal, meragukan dan tidak dapat dites.

(1) Abnormal

(a) Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih.

(b) Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan Plus 1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia .

(2) Meragukan

(a) Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih.

(b) Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia

(3) Tidak dapat di tes

Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau meragukan.

(4) Normal Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas.

Pada anak-anak yang lahir prematur, usia disesuaikan hanya sampai anak usia 2 tahun.


(48)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

8) Interpretasi dari nilai Denver II menurut Heru Santoso tahun 2009

a) Lebih atau Advanced

Nilai lebih diberikan anak dapat lulus / lewat ( L ) dari item tes di sebelah kanan garis usia. Anak dinilai memiliki kelebihan karena dapat melakukan tugas perkembangan yang seharusnya dikuasai oleh anak yang lebih tua.

b) OK atau normal

(1) Anak gagal ( G ), atau menolak ( M ) melakukan tugas untuk item di sebelah kanan garis usia. Kondisi ini wajar karena item di sebelah kanan garis usia pada dasarnya merupakan tugas untuk anak yang lebih tua. Dengan demikian masalah jika anak gagal atau menolak melakukan tugas tersebut karena masih banyak kesempatan bagi anak untuk melakukan tugas tersebut jika usianya sudah mencukupi.

(2) Anak lulus / lewat ( L ), gagal ( G ) atau menolak ( M ) melakukan tugas untuk item di daerah putih kotak ( daerah 25 % - 75 % ). Jika anak lulus sudah tentu hal ini dianggap normal, sebab tugas tersebut memang ditujukan untuk anak di usia tersebut. Lalu, mengapa saat anak gagal atau menolak melakukan tugas masih kita simpulkan OK ? perlu kita ketahui, daerah putih pada kotak menandakan bahwa sebanyak 25 – 75 % anak di usia tersebut mampu atau lulus melakukan tugas tersebut. Dengan kata lain, masih ada sebagian anak di usia tersebut yang belum berhasil melakukannya. Jadi, jika anak gagal atau menolak melakukan tugas pada daerah itu, hal ini masih di anggap wajar dan anak masih memiliki kesempatan untuk melakukannya pada tes yang akan datang.

c) Caution = C atau peringatan ( P )

Nilai ini diberikan jika anak gagal (G) atau menolak (M) melakukan tugas untuk item yang dilalui oleh garis usia pada


(49)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

daerah gelap kotak ( daerah 75 % - 90 % ). Mengapa demikian hasil riset menunjukkan bahwa sebanyak 75% - 90% anak diusia tersebut sudah berhasil ( lulus ) melakukan tugas tersebut. Dengan kata lain mayoritas anak sudah bisa melaksanakan tugas itu dengan baik. Dengan demikian jika ada anak yang ternyata belum lulus atau menolakmelakukan tugas tersebut, berarti anak tersebut ke dalam kelompok minoritas ( 10 -25 % anak belum berhasil melakukannya ). Perlu diperhatikan meskipun dalam hal ini anak masih memiliki kesempatan untuk memperbaikinya karena masih berada dalam kelompok usianya, anak tersebut tetap memerlukan perhatian yang lebih mengingat mayoritas teman sebayanya sudah berhasil. Oleh karena itu anak tersebut mendapat nilai penilaian P ( peringatan ). Huruf P ditulis sebelah kanan item dngan hsil penilaian peringatan. Peringatan sendiri terdiri atas dua macam :

pertama peringatan karena anak mengalami kegagalan (G). Peringatan jenis ini memungkinkan anak mendapat interpretasi penilaian akhir “ suspect “. Kedua peringatan karena anak menolak melaksanakan tugas (M). Peringatan jenis ini memungkinkan anak mendapat interpretasi penilaian akhir “ tidak dapat di uji.

d) Terlambat (T) (D=Delayed)

Nilai terlambat diberikan jika anak gagal (G) atau menolaka (M) melakukan tugas untuk item disebelah kiri garis usia sebab tugas tersebut memang ditujukan untuk anak yang lebih muda. Seorang anak seharusnya mampu melakukan tugas untuk kelompok usia yang lebih muda, yang tentunyaberupa tugas – tugas yang lebh ringan. Jika tugas untuk anak yang lebih muda tidak dapt dilakukan atau ditolak, anak tentu akan mendapatkan penilaian T ( terlambat). Huruf T ditulis sebelah kanan item dengan hasil penilaian terlambat. Perlu diperhatikan bahwa ada dua macam T.Pertama terlambat karena anak mengalami


(50)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

kegagalan (G). T Jenis ini memungkinkan anak mendapat interpretasi penilaian akhir “ suspek”. Kedua , terlambat karena anak menolak melaksanakan tugas (M). T jenis ini memungkinkan anak mendapat interpretasi penilaian akhir “ tak dapat di uji”.

e) Tak dapat kesempatan( no opportunity)

Nilai”tak” ini tidak perlu diperhatikan dalam penilaian tes secara keseluruhan. Nilai tak ada kesempatan diberikan jika anak mendapat skor “tak” atau tidak ada kesempatan untuk mencoba atau melakukan tes

9) Penilaian keseluruhan tes ( Heru Santoso, 2009:21).

Hasil interpretasi untuk keseluruhan tes dikategorikan menjadi 3 yaitu normal, suspek dan tidak dapat diuji. Penjelasan mengenai ketiga kategori tersebut adalah sebagai berikut :

a) Normal

Interpretasi normal diberikan jika tidak ada skor terlambat (0 T) dan/ atau maksimal 1 peringatan (1 P).

b) Suspek

Interpretasi suspek diberikan jika terdapat satu atau lebih skor terlambat (1 T) dan/ atau dua atau lebih peringatan (2 P). Ingat dalam hal ini T dan P harus disebabkan oleh kegagalan (G) bukan oleh penolakan (M). Jika hasil ini didapat, lakukan uji ulang dalam 1 – 2 minggu mendatang untuk menghilangkan faktor – faktor sesaat, seperti rasa takut, sakit atau kelelahan. c) Tidak dapat di uji

Interpretasi tidak dapat di uji diberikan jika terdapat satu atau lebih skor terlambat (1 T) dan / atau dua atau lebih peringatan (2 P). Ingat dalam hal ini T dan P harus disebabkan oleh penolakan (M), bukan oleh kegagalan (G). Jika hasil ini didapat, lakukan uji ulang dalam 1 – 2 minggu mendatang.


(51)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Jika hasil tes berulang kali menunjukkan Suspek atau tidak dapat di uji, anak perlu menjalani sesi konsultasi dengan seorang ahli guna menentukan keadaan klinis anak berdasarkan :

Profil hasil tes (item yang mendapat nilai peringatan atau terlambat, jumlah peringatan dan terlambat, tingkat perkembangan sebelumnya, perhatian klinis lainnya ( riwayat klinis, pemeriksaankeshatan , dll) dan sumber rujukan tersedia. 4. Konsep Dasar Perkembangan

a. Pengertian Perkembangan

1) Perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar (Aziz Alimul, 2005).

2) Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan dan struktur atau fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan dan diramalkan sebagai hasil proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ – organ dan sistemnya yang terorganisasi. (IDAI, 2002). Dengan demikian aspek perkembangan ini bersifat kualitatif yaitu pertambahan kematangan fungsi dari masing – masing bagian tubuh. Hal ini diawali dengan berfungsinya jantung untuk memompa darah, kemampuan untuk bernafas, sampai kemampuan anak untuk tengkurap, duduk, berjalan, bicara, memungut benda – benda disekelilingnya, serta kematangan emosi dan sosial anak. Tahap perkembangan awal akan menentukan tahap perkembangan selanjutnya ( Nursalam,2005:33).

3) Pengertian perkembangan menunjuk pada suatu proses kearah yang lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali (Nursalam, 2005).

4) Perkembangan fisik adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi motorik halus dan motorik kasar.


(52)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

5) Perkembangan psikososial adalah perkembangan anak yang ditinjau dari aspek psikososial artinya bahwa anak dalam perkembangannya selalu dipengaruhi oleh lingkungan sosial ( Aziz Alimul, 2005,).Perkembangan psikososial adalah balita mulai terampil dalam pergerakan seperti berlari, memanjat, melompat, berguling, berjinjit, menggenggam, melempar yang berguna untuk mengelola keseimbangan tubuhnya (Anne Ahira, 2008).

b. Ciri – ciri tumbuh kembang anak

Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling berkaitan. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut :

1) Perkembangan menimbulkan perubahan.

Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf.

c. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan selanjutnya.

Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya.

d. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda. Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing anak.

e. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan.

Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan juga demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya.

f. Perkembangan mempunyai pola yang tetap.

Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap yaitu:


(53)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

a) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke arah kaudal / anggota tubuh (pola sefalokaudal).

b) Perkembangan terjadi terlebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimodistal).

c) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.

Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur, berurutan dan tidak bisa terjadi terbalik.

g. Faktor–faktor yang Mempengaruhi Kualitas Perkembangan ( Nursalam,2005:390)

1) Faktor dalam (internal)

a) Genetika

Faktor genetis akan mempengaruhi kualitas perkembangan. b) Ras/etnik atau bangsa

Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak memiliki faktor herediter ras / bangsa Indonesia atau sebaliknya.

c) Jenis kelamin

Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, perkembangan anak laki-laki akan lebih cepat.

2) Faktor luar (eksternal).

a) Faktor Prenatal (1) Gizi

Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan mempengaruhi perkembangan janin. (2) Mekanis

Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital seperti club foot.


(1)

commit to user

berbeda, maka laju perkembangan seorang anak bisa saja berbeda dengan anak lainnya. Adapun perkembangan motorik halus merupakan perkembangan gerakan anak yang menggunakan otot-otot kecil atau sebagian anggota tubuh tertentu. Perkembangan pada aspek ini dipengaruhi oleh kesempatan anak untuk belajar dan berlatih. Kemampuan menulis, menggunting, dan menyusun balok termasuk contoh gerakan motorik halus (Anne ahira,2008).

3. Pengaruh penyuluhan gizi terhadap perkembangan psikososial Balita (usia 2 – 5 tahun).

Hasil penelitian didapatkan ada pengaruh antara sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan gizi terhadap perkembangan psikososial dengan nilai p<α= 0,05 artinya ada pengaruh penyuluhan gizi dengan perkembangan psikososial balita (usia 2-5 tahun). Perkembangan psikososial adalah perkembangan anak yang ditinjau dari aspek psikososial artinya bahwa anak dalam perkembangannya selalu dipengaruhi oleh lingkungan sosial ( Aziz Alimul, 2005,).Perkembangan psikososial adalah balita mulai terampil dalam pergerakan seperti berlari, memanjat, melompat, berguling, berjinjit, menggenggam, melempar yang berguna untuk mengelola keseimbangan tubuhnya (Anne Ahira, 2008).

Penelitian ini didapatkan bahwa balita di desa penatarsewu 64,8 % tergolong baik hanya 6 % yang mengalami suspek dan tidak dapat di uji yang disebabkan oleh penolakan (M), bukan oleh kegagalan (G). Setelah di lakukan uji ulang dalam 1 – 2 minggu ternyata hasilnya normal. Menurut Riyadi ( 2009) anak usia 3 tahun Otonomi versus rasa malu mulai muncul pada usia ini. Pada usia ini alat gerak dan rasa telah matang dan ada rasa percaya terhadap ibu dan lingkungannya. Perkembangan otonomi selama periode balita berfokus pada peningkatan kemampuan anak untuk mengontrol tubuhnya, dirinya dan lingkungannya. Anak menyadari bahwa ia dapat menggunakan kekuatannya untuk bergerak dan berbuat sesuai dengan kemauannya sendiri. Selain itu anak akan menggunakan kekuatan mentalnya untuk mmenolak dan mengambil sebuah keputusan. Oleh sebab itu rasa otonomi ini perlu dikembangkan karena sangat penting untuk terbentuknya rasa percaya diri dan harga diri di kemudian hari.


(2)

commit to user

Hubungan anak dengan orang sekitarnya sangat mempengaruhi

perkembangan psikososial balita di kemudian hari, karena seorang anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan, akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangannya (Rusmil, 2008).. Mengingat pentingnya periode emas ini dalam masa perkembangan anak, orangtua dan guru perlu memberikan stimulasi yang cukup bagi anak. Karena hanya dengan stimulasi, perkembangan kognisi, sosial dan emosi anak bisa mencapaitahapyangoptimal.Merangsang kecerdasan anak sudah bisa dilakukan sejak dini, bahkan sejak dalam kandungan terus menerus setiap hari dengan stimulasi yang bervariasi dan teratur, dengan merangsang otak kiri dan otak kanan bersama-sama.

"Stimulasi akan memengaruhi pertumbuhan sinaps yang membutuhkan sialic acid untuk membentuk gangliosida, yang penting untuk kecepatan proses pembelajaran dan memori," lanjut Soedjatmiko. Mengingat pentingnya periode emas ini dalam masa perkembangan anak, orangtua dan guru perlu memberikan stimulasi yang cukup bagi anak. Karena hanya dengan stimulasi, perkembangan kognisi, sosial dan emosi anak bisa mencapai tahap yang optimal. Merangsang kecerdasan anak sudah bisa dilakukan sejak dini, bahkan sejak dalam kandungan terus menerus setiap hari dengan stimulasi yang bervariasi dan teratur, dengan merangsang otak kiri dan otak kanan bersama-sama."Stimulasi akan memengaruhi pertumbuhan sinaps yang membutuhkan sialic acid untuk membentuk gangliosida, yang penting untuk kecepatan proses pembelajaran dan memori," lanjut Soedjatmiko.

Jelaslah bahwa anak harus terus dikembangkan secara optimal agar dapat mencapai kondisi yang sebaik – baiknya di masa yang akan datang. Berkaitan dengan hal tersebut, stimulasi perkembangan menjadi hal yang sangat penting bagi perkembangan anak. Anak yang yang mendapatkan stimulasi terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang mendapat stimulasi. Keterlambatan perkembangan tentunya tidak kita harapkan terjadi pada anak – anak. Masyarakat luas, terutama tenaga profesional, umumnya telah memahami bahwa keterlambatan terlalu renggang perkembangan harus diidentifikasi dan ditangani sedini mungkin. Penanganan dan pendidikan yang


(3)

commit to user

dilakukan sejak dini akan memakan biaya yang lebih sedikit dan memberi hasil yang labih efektif dalam pencapaian tujuan. Dengan demikian kita memerlukan suatu metode screning untuk mendeteksi keterlambatan perkembangan pada anak sejak dini. Di sinilah letak peran startegis DDST (Heru santoso,2009).

Dr. Hendra SpA,(2009) dari Klinik Keluarga menuturkan bahwa masa tiga tahun pertama anak adalah masa untuk membangun fondasi struktur otak yang berdampak permanen terhadap karakter anak. Oleh karena itu para orangtua harus mempunyai pemahaman yang benar tentang pola asuh yang ramah otak,”ucapnya. Hendra menambahkan, semua pengalaman pada usia dini memegang kunci penting dalam membangun fondasi dan semua kemampuan otak. Inilah sebabnya mengapa orang-orang tua harus melindungi anak-anaknya terhadap lingkungan yang buruk. Apabila lingkungan anak tidak bagus, misalnya penuh kekerasan, tidak ada stimulasi (sosial,emosi, motorik dan kognitif), maka semua potensi yang sejatinya dimiliki semua anak, menjadi tidak berkembang.

Sebaiknya apabila lingkungan anak aman, penuh kasih sayang, dan kaya dengan stimulasi, maka semua potensi anak akan berkembang optimal.”Semua stimulasi inilah yang akan direspon otak dan akan direkam secara permanen untuk menanggapi situasi serupa dikemudian hari,” imbuh Hendra. Hendrapun menyarankan agar para orang-orang tua jangan terlalu banyak melarang anak terhadap hal-hal yang tidak terlalu prinsip. Misalnya saat anak bermain-main kotoran, yang penting dia gembira dan dalam pengawasan orangtua,” ucapnya. . Mengingat pentingnya periode emas ini dalam masa perkembangan anak, orangtua dan guru perlu memberikan stimulasi yang cukup bagi anak. Karena hanya dengan stimulasi, perkembangan kognisi, sosial dan emosi anak bisa mencapai tahap yang optimal. Merangsang kecerdasan anak sudah bisa dilakukan sejak dini, bahkan sejak dalam kandungan terus menerus setiap hari dengan stimulasi yang bervariasi dan teratur, dengan merangsang otak kiri dan otak kanan

bersama-sama."Stimulasi akan memengaruhi pertumbuhan sinaps yang

membutuhkan sialic acid untuk membentuk gangliosida, yang penting untuk kecepatan proses pembelajaran dan memori," lanjut Soedjatmiko.


(4)

commit to user

D. KETERBATASAN PENELITIAN

Hasil penelitian yang menunjukkan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanyalah merupakan batas minimal penentuan sampel menurut Notoatmojo (2005) sehingga untuk penelitian lanjutan diperlukan jumlah sampel yang lebih besar untuk memperoleh representatif yang lebih baik. Penelitian ini tidak melihat faktor – faktor lain yang mempengaruhi status gizi, perkembangan fisik dan psikososial hanya penyuluhan gizi saja, sehingga tidak sesuai dengan teori.

Metode ini mengukur variabel faktor risiko dan efek dalam tempo bersamaan, padahal status gizi merupakan hasil akumulasi perumbuhan anak dalam waktu yang lama, sedangkan perkembangan psikomotor dapat dilihat akibat/hasilnya dari pertumbuhan anak yang memerlukan jangka waktu lama tersebut. Sehingga desain penelitian dengan pendekatan cohort lebih tepat untuk penelitian


(5)

commit to user

66 BAB V PENUTUP

A. SIMPULAN

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penyuluhan gizi terhadap status gizi balita (usia 2- 5 tahun) dengan nilai p = 0,000 < α=0,05. 2. Terdapat pengaruh penyuluhan gizi terhadap perkembangan fisik Balita

(usia 2 – 5 tahun) dengan nilai p= 0,003 < α=0,05.

3. Terdapat pengaruh penyuluhan gizi terhadap perkembangan psikososial Balita (usia 2 – 5 tahun) dengan nilai p= 0,003 < α=0,05.

B. IMPLIKASI

1. Implikasi teoritis dalam penelitian ini adalah penyuluhan gizi sangat diperlukan dalam peningkatan status gizi, perkembangan fisik dan perkembangan psikososial Balita.

2. Implikasi Kebijakan dalam penelitian ini adalah bahwa Program penyuluhan gizi bagi ibu Balita sangat diperlukan dan perlu ditingkatkan terutama di tempat pelayanan kesehatan.

C. SARAN

Dari hasil penelitian tersebut diatas maka diusulkan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi ibu tempat penelitian

Bagi kaum ibu diharapkan dapat lebih banyak mengakses informasi tentang kesehatan melalui berbagai media masa seperti koran, majalah, radio dan televisi. Selain itu agar diupayakan juga untuk mendapatkan banyak informasi


(6)

commit to user

dengan cara ikut aktif dalam berbagai macam organisasi/kegiatan yang memberdayakan kaum perempuan.

Perlu ditingkatkannya pendidikan kesehatan masyarakat khususnya mengenai tumbuh kembang anak melalui program-program pemerintah yang dapat disebarluaskan melalui ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat yaitu Puskesmas bekerjasama dengan berbagai macam Instansi dan organisasi baik milik pemerintah maupun swasta, juga organisasi swadaya masyarakat.

2. Bagi petugas kesehatan

Petugas kesehatan memberikan Pelayanan kesehatan yang menyeluruh, terpadu, berkesinambungan, proaktif serta yang lebih memusatkan perhatian dan tanggung jawabnya pada pemeliharaan dan peningkatan kesehatan seluruh anggota keluarga sebagai satu unit, bukan pada golongan umur, jenis kelamin, organ tubuh, jenis penyakit dan atau keluhan tertentu saja (Azwar, 2003). Selama ini kebanyakan di Indonesia lebih berorientasi kepada upaya kuratif saja. Dengan adanya temuan dalam penelitian ini diharapkan supaya para petugas pelayanan lebih berorientasi kepada upaya kesehatan promotif dan preventif seimbang dengan upaya kuratif dan rehabilitatif yang telah dilakukannya.

3. Bagi penelitian selanjutnya

Penelitian-penelitian mendatang perlu menggunakan desain longitudinal untuk lebih memastikan hubungan status gizi, perkembangan fisik dan perkembangan psikososial tidak dipengaruhi oleh penyuluhan gizi saja. Selain itu juga diperlukan jumlah sampel yang lebih besar untuk memperoleh hasil yang lebih baik.