Stereotipe Prasangka Suatu kekeliruan terhadap orang yang berbeda adalah prasangka, suatu

Universitas Sumatera Utara strukturhirarkiwewenang, spesialisasi, kekuasaan, jarak sosialpsikologis, manager “owner information”, sarana dan prasarana, dan benalu komunikasi. Setiap organisasi mempunyai struktur. Karena struktur itu sifatnya formal, hubungan antarpribadi yang diciptakan adalah impersonal. Struktur dan hirarki juga tidak membenarkan pelanggaran atas disiplin, loncatan komando, dan terbatasnya delegasi untuk mengambil keputusan. Misalnya komunikasi antara atasan dan bawahan, seorang bawahan harus melalui beberapa tahapan untuk berkomunikasi langsung dengan atasan mengenai keluhan pekerjaannya setelah itu juga atasan tersebut tidak dapat langsung menanggapi keluhan tersebut secara sepihak melainkan harus dibicarakan kembali kepada pihak-pihak yang berhubungan dengan masalah tersebut sehingga dampaknya pekerjaan dan pengambilan keputusan berjalan lamban terhadap masalah yang dihadapi. Hambatan komunikasi atau yang juga dikenal sebagai communication barrier adalah segala sesuatu yang menjadi penghalang untuk terjadinya komunikasi yang efektif Lilian Chaney, 2004: 11. Contoh dari hambatan komunikasi antar budaya adalah kasus anggukan kepala, dimana di Amerika Serikat anggukan kepala mempunyai arti bahwa orang tersebut mengerti sedangkan di Jepang anggukan kepala tidak berarti seseorang setuju melainkan hanya berarti bahwa orang tersebut mendengarkan. Dengan memahami mengenai komunikasi antarbudaya maka hambatan komunikasi communication barrier semacam itu dapat kita lalui. Komunikasi antarbudaya menjadi semakin penting karena meningkatkan, mobilitas orang diseluruh dunia, saling ketergantungan ekonomi diantara banyak negara, kemajuan teknologi komunikasi, perubahan pola imigrasi dan politik membutuhkan pemahaman atas kultur yang berbeda-beda. Komunikasi antarbudaya sendiri lebih menekankan aspek utama yakni komunikasi antar pribadi diantaranya komunikasi yang kebudayaannya berbeda. Berikut yang menghambat komunikasi antarbudaya :

1. Stereotipe

Universitas Sumatera Utara Stereotipe ialah salah satu bentuk hambatan dalam komunikasi antar budaya. stereotipe merupakan sebuah pengeneralisasian terhadap individu – individu yang berada dalam suatu kelompok tanpa informasi yang memadai dengan mengabaikan karakteristik individu –individu yang berada dalam kelompok tersebut. Stereotipe identik terhadap perbedaan suku, ras, etnis, kelompok agamakepercayaan. sikap dalam komunikasi yang berdasarkan stereotipe jelas akan menghambat terjadinya komunikasi yang efektif dan harmonis. Kesulitan komunikasi akan muncul dari penstereotipan stereotyping, yakni menggeneralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit informasi dan membentuk asumsi orang-orang berdasarkan keanggotaan mereka dalam suatu kelompok. Penstereotipan adalah proses menempatkan orang-orang ke dalam kategori- kategori yang mapan, atau penilaian mengenai orang-orang atau objek-objek berdasarkan kategori-kategori yang sesuai, ketimbang berdasarkan karakteristik individual mereka. Banyak definisi stereotype yang dikemukakan oleh para ahli, kalau boleh disimpulkan, stereotip adalah kategorisasi atas suatu kelompok secara acak dengan mengabaikan perbedaan-perbedaan individual. Kelompok ini mencakup : kelompok ras, kelompok etnik, kaum tua, berbagai pekerjaan profesi, atau orang dengan penampilan fisik tertentu. Stereotip tidak memandang individu- individu dalam kelompok tersebut sebagai orang atau individu yang unik. Contoh stereotipe : a. Orang batak kasar b. Orang padang pelit c. Orang jawa halus pembawaan hermanto-sahadjaa.blogspot.co.id

2. Prasangka Suatu kekeliruan terhadap orang yang berbeda adalah prasangka, suatu

konsep yang sangat dekat dengan stereotipe. Prasangka adalah sikap yang tidak adil terhadap seseorang atau suatu sekelompok. Beberapa pakar cendrung menganggab bahwa stereotipe itu identik dengan prasangka, seperti Donald Edgar Universitas Sumatera Utara dan Joe R. Fagi. Stereotipe merupakan komponen kognitif kepercayaan dari prasangka, sedangkan prasangka juga berdimensi perilaku. Prasangka ini konsekuensi stereotipe, dan lebih teramati daripada stereotipe. Richard W. Brisilin mendefenisikan prasangka sebagai sikap tidak adil, menyimpang atau tidak toleran terhadap sekelompok orang. Prasangka ialah apa yang ada dalam pemikiran kita terhadap individu atau kelompok lain seperti dalam hubungan ras dan etnis melalui media massa yang populer. Prasangka menjadi komunikasi antarbudaya karena biasanya ada pandangan negatif yang diiringi oleh adanya pemisahan yang tegas antara perasan kelompokku in group dan perasaan kelompokmu out group. Oleh sebab itu komunikasi yang diawali oleh adanya prasangka tidak akan berjalan denganefektif.

3. Etnosentrisme