Komunikasi Antarbudaya Kajian Puskaka

Universitas Sumatera Utara Dengan adanya kajian teori, maka peneliti akan mempunyai landasan untuk menentukan tujuan arah penelitian. Adapun teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah:

2.2.1 Komunikasi Antarbudaya

Komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang- orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi. Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi. Budaya dan komunikasi tidak dapat dipisahkan, karena budaya tidak hanya menentukan siapa berbicara dengan siapa, tentang apa, bagaimana orang menyandi pesan, makna yang dimiliki untuk pesan, kondisi-kondisinya untuk mengirim dan menafsirkan pesan. Sebenarnya seluruh perbendaharaan perilaku kita sangat bergantung pada budaya tempat kita dibesarkan. Konsekuensinya adalah budaya merupakan landasan komunikasi. Bila budaya beraneka ragam, maka beraneka ragam pula peraktek-peraktek komunikasi yang kita lancarkan. Berikut ini merupakan beberapa pengertian komunikasi antarbudaya yang di dapat dari beberapa pakar diantaranya adalah: a. Sitaram 1970 : komunikasi antarbudaya adalah seni untuk memahami dan saling pengertian antara khalayak yang berbeda kebudayaan intercultural communication...... the art of understanding and being anderstood by the audience of mother culture. b. Samovar dan Porter 2003 : komunikasi antarbudaya terjadi ketika bagian yang terlibat dalam kegiatan komunikasi tersebut membawa serta latar belakang budaya pengelaman yang berbeda mencerminkan nilai-nilai yang dianut oleh kelompoknya. c. Charly H. Dood 1982 : komunikasi antarbudaya adalah pengiriman dan penerimaan pesan-pesan dalam konteks perbedaan kebudayaaan yang menghasilkan efek-efek yang berbeda intercultural communication is a sending Universitas Sumatera Utara and reseiving of message whitin a context of cultural differences producing diffential effects. d. Lustig dan Koester 1993 : intercultural communication competence mendefenisikan komunikasi antarbudaya sebagai suatu proses komunikasi simbolik, interpretatif, transaksional, kontekstual yang dilakukan oleh sejumlah orang yang karena memiliki perbedaan derajat kepentingan tertentu memberikan interpretasi dan harapan secara berbeda terhadap apa yang disampaikan dalam bentuk perilaku tertentu sebagai makna yang dipertukarkan Lubis, 2012: 12. Seluruh defenisi diatas dengan jelas menerangkan bahwa ada penekanan pada perbedaan kebudayaan sebagai faktor yang menentukan dalam berlangsungnya sebuah proses komunikasi antarbudaya. komunikasi antarbudaya memang mengakui dan mengurusi permasalahan mengenai persamaan dan perbadaan dalam karakteristik kebudayaan pelaku-pelaku komunikasi, tetapi titik perhatian utama tetap terhadap proses komunikasi individu-individu atau kelompok-kelompok yang berbeda kebudayaan dan mencoba untuk melakukan interaksi. Komunikasi dan budaya mempunyai hubungan tibal balik seperti dua sisi mata uang. Budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi, dan pada gilirannya komunikasi pun turut mengembangkan atau mewariskan budaya, seperti yang dikatakan Edward T. Hall, bahwa “komunikasi adalah budaya dan budaya adalah komunikasi”. Disatu sisi, komunikasi merupakan suatu mekanisme untuk mensosialisasikan norma-norma budaya masyarakat, baik secara horizontal, dari satu masyarakat kepada masyarakat lainnya, ataupun secara vertikal dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Pada sisi lain budaya menetapkan norma-norma komunikasi yang dianggap sesuai untuk kelompok tertentu. Terdapat beberapa asumsi dalam memahami kajian komunikasi antarbudaya diantaranya yaitu: 1. Perbedaan persepsi antara komunikator dengan komunikan Universitas Sumatera Utara Komunikasi dalam bentuk dan konteks apapun, selalu menampilkan perbedaan iklim antara komunikator dengan komunikannya. Ini merupakan asumsi utama dalam komunikasi, termasuk komunikasi antarbusaya. Prinsip yang terkandung, dalam perbedaan itu umumnya mengimplikasikan bahwa adanya hambatan komunikasi antarbudaya acapkali tampil dalam bentuk perbedaan persepsi terhadap norma-norma budaya, pola-pola pikir, struktur budaya dan sistem budaya. Dengan kata lain jika kita ingin agar komunikasi antarbudaya berjalan sukses dan efektif maka hendaklah kita mengekui dan menerima perbedaan-perbedaan budaya sebagaimana adanya bukan sebagaimana yang kita kehendaki. 2. Komunikasi antarbudaya mengandung isi dan relasi antarpribadi Secara alamiah proses komunikasi antarbudaya berakar dari relasi sosial antarbudaya yang menghendaki adanya interaksi sosial. Watzlawick, Beavin dan Jakson 1976 menekankan bahwa isi content of communication komunikasi tidak berada dalam sebuah ruang yang terisolasi. Isi dan makna adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, dua hal yang esensial dalam bentuk relasi. Dengan kata lain, relasi antarmanusia sangat mempengaruhi bagaimana isi dan makna sebuah pesan tersebut diinterpretasikan. 3. Gaya Personal Mempengaruhi Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarbudaya bermula dari momunikasi antarpribadi diantara para peserta yang berbeda budaya, maka pendapat Candia Elliot 1999 dapat digunakan untuk menerangkan pengaruh gaya personal tersebut. Dia berkata, “secara normatif komunikasi antarpribadi itu mengandalkan gaya berkomunikasi yang dihubungkan dengan nilai-nilai yang menunjang dan mungkin merusak perhatian tatkala orang berkomunikasi. Di sini gaya itu bisa berkaitan dengan individu maupun gaya itu bisa berkaitan dengan individu maupun gaya dari sekelompok etnik.” 4. Tujuan Komunikasi Antarbudaya Mengurangi Tingkat Ketidakpastian Universitas Sumatera Utara Salah satu perspektif komunikasi antarbudaya menekankan bahwa tujuan komunikasi antarbudaya adalah mengurangi tingkat ketidakpastian tentang orang lain. Gudykunst dan Kim 1984 menunjukkan bahwa orang-orang yang tidak kita kenal selalu berusaha mengurangi ketidakpastian melalui peramalan yang tepat atas relasi antarpribadi. Usaha untuk mengurangi tingkat ketidak pastian itu dapat dilakukan melalui tiga tahap interaksi yaitu : a. Pra-kontak atau tahap pembentukan kes an melalui simbol non- verbal maupun verbal apakah komunikan suka berkomunikasi atau menghindari komunikasi. b. Initial contact and impression yakni tanggapan lanjutan atas kesan yang muncul dari kontak awal tersebut. c. Closure, mulai membuka diri. Yang semula tertutup melalui atribusi pengembangan kepribadian implisit. 5. Komunikasi Berpusat Pada Kebudayaan John B. Gatewood 1999 menyatakan pendapat mengenai hubungan antara keberadaan manusia dengan budayanya sebagai berikut : 1 kebudayaan manusia didistribusikan kedalam kebudayaan whole cultures are the unit; 2 kebudayaan manusia didistribusikan dalam karakter yang kompleks trait complexes are the unit. Artinya, jika komunikasi itu merupakan bentuk, metode, teknik dan proses sosial dari kehidupan manusia yang membudaya maka komunikasi adalah sarana bagi transmisi kebudayaan itu sendiri, oleh karena itu kebudayaan itu sendiri merupakan komunikasi. 6. Tujuan Komunikaisi Antarbudaya adalah Efektivitas Antarbudaya Dalam kenyataan sosial disebutkan bahwa manusia tidak dapat dikatakan berinteraksi sosial jika dia tidak berkomunikasi. Demikian pula dapat dikatan bahwa interaksi antarbudaya yang efektif sangat tergantung dari komunikasi antarbudaya. Konsep ini sekaligus menerangkan bahwa tujuan komunikasi antarbudaya akan tercapai komunikasi yang sukses bila bentuk-bentuk komunikasi untuk memperbaharui relasi antara komunikator dengan Universitas Sumatera Utara komunikan. Menciptakan dan memperbaharui suatu manajemen komunikasi yang efektif, lahirnya semangat kesetiakawanan, persahabatan, hingga kepada berhasilnya pembagian teknologi dan mengurangi konflik. Komunikasi antarbudaya memiliki dua fungsi utama, yakni fungsi pribadi dan fungsi sosial. Fungsi pribadi dirinci kedalam fungsi menyatakan identitas sosial, fungsi integrasi sosial, menambah pengetahuan kognitif dan fungsi melepaskan dirijalan keluar. Sedangkan fungsi sosial meliputu fungsi pengawasan, fungsi menjembatanimenghubungkan, fungsi sosialisasi dan fungsi menghibur Liliweri, 2004:35. Interaksi budaya yang efektif sangat bergantung dari komunikasi antar budaya. Konsep ini sekaligus menerangkan bahwa tujuan komunikasi antar budaya akan tercapai komunikasi yang sukses bila bentuk-bentuk komunikasi untuk memperbaharui relasi antara komunikator dengan komunikan, menciptakan dan memperbaharui suatu manajemen komunikasi yang efektif, lahirnya semangat kesetiakawanan, persahabatan, hingga kepada keberhasilan pembagian teknologi dan mengurangi konflik proses dalam Liliweri, 2001 : 170-171 komunikasi antar budaya yang efektif harus memperhatikan tiga syarat utama yakni: 1. Menghormati anggota kebudayaan yang lain sebagai anggota manusia. 2. Menghormati hak anggota budaya lain untuk bertindak berbeda dari cara kita bertindak. 3. Komunikator lintas budaya yang kompeten harus belajar menyenangi hidup bersama orang dari budaya lain.

2.2.1.1 Dimensi-dimensi Komunikasi Antarbudaya

Terdapat pengertian pengertian operasional dari kebudayaan dan kaitannya dengan KAB. Untuk mencari kejelasan dan mengintegrasikan berbagai konseptual tentang kebudayaan dan komunikasi antarbudaya, ada 3 dimensi yang perlu diperhatikan : 1. Tingkat masyarakat kelompok budaya dari partisipan-partisipan komunikasi Universitas Sumatera Utara Istilah kebudayaan telah digunakan untuk menunjuk pada macam-macam tingkat lingkungan dan kompleksitas dari organisasi-organisasi sosial. Tingkat keorganisasian suatu kelompok budaya begitu luas, namun dapat diklasifikasikan berdasarkan kepentingannya hal ini mencakup : - Kawasan-kawasan di dunia, seperti budaya Timur Tengah - Sub kawasan di dunia budaya Amerika Utara-Asia Tenggara - Kelompok-kelompok etnik-ras dalam satu negara seperti di Indonesia : budaya orang Melayu, Batak, Tionghoa, dan lain-lain. - Macam-macam sub kelompok sosiologis berdasarkan kategorisasi jenis kelamin seperti: budaya orang dipenjara, budaya Waria, budaya di pesantren dan lainya. - Sub kelompok keluarga, ini merupakan sub kelompok terkecil dimana seorang anakindividu mengenali dan mendapatkan pengalaman tentang suatu budaya dari orang tua. 2. Konteks Sosial tempat berlangsungnya komunikasi Dalam berkomunikasi antarbudaya, kita harus peka dalam melihat situasi dan kondisi tempat berlangsungnya komunikasi tersebut. Antara satu budaya dengan budaya lain tidak sama dalam memandang konteks sosial, sebab ada nilai- nilai yang mengatur dan berkembang dalam masyarakat tersebut. Para pakar komunikasi antarbudaya mengatakan konteks sosial seperti situasi formal tidak formal, waktu siang dan malam, suasana hati senang, gembira dan sedih, dan atribut lainnya menunjukan komunikasi simbolik yaitu verbal dan non-verbal yang harus cepat direspon oleh para pelaku komunikasi. 3. Saluran Komunikasi yang dilalui oleh pesan-pesan KAB baik yang bersifat verbal dan non-verbal - Antarpribadi interpersonal person to person yaitu orang dengan orang secara langsung. - Media massa yaitu melalui radio, surat kabar, TV, film, majalah Universitas Sumatera Utara Bersama-sama dengan dua dimensi sebelumnya, saluran komunikasi juga mempengaruhi proses dan hasil keseluruhan dari KAB. Misalnya : orang Indonesia menonton melalui TV keadaan kehidupan di Afrika akan memilih pengalaman yang berbeda dengan keadaan apabila ia sendiri berada disana dan melihat dengan mata kepalanya sendiri. Umumnya pengalaman komunikasi antarpribadi dianggap memberi dampak yang lebih mendalam. Komunikasi melalui media kurang dalam hal feedback lansung antar partisipan dan bersifat satu arah. Sebaliknya, saluran antarpribadi tidak dapat menyeingi saluran media dalam mencapai jumlah besar manusia sekaligus melalui batas-batas kebudayaan. Tetapi dalam hal keduannya, proses- proses komunikasi bersifat antarbudaya bila partisipannya berbeda latar belakang budayanya Lubis, 2012 : 16-118.

2.2.1.2 Fungsi-fungsi Komunikasi Antarbudaya

Komunikasi antarbudaya memiliki dua fungsi utama, yakni fungsi pribadi dan fungsi sosial. Fungsi pribadi dirinci kedalam fungsi menyatakan identitas sosial, fungsi integrasi sosial, menambah pengetahuan kognitif dan fungsi melepaskan dirijalan keluar. Sedangkan fungsi sosial meliputu fungsi pengawasan, fungsi menjembatanimenghubungkan, fungsi sosialisasi dan fungsi menghibur Liliweri, 2004:35. 1. Fungsi Pribadi fungsi pribadi komunikasi antarbudaya adalah fungsi-fungsi komunikasi antarbudaya yang ditujukkan melalui perilaku komunikasi yang bersumber dari seseorang individu

a. Menyatakan idetitas sosial