Universitas Sumatera Utara
maupun jawa. Prasangka buruk terhadap orang Medan
dimana ia menggambarkan orang medan itu suka menjatuhkan saudatranya sendiri.
3 Yatfin Bula
Kendala yang dialami selamama berada di Medan adalah bahasa. Menurutnya setiap
orang memili gaya berbicara serta logat yang berbeda
sehingga tidak
mudah untuk
dipahami Kurangnya pengalaman tentang daerah-
daerah yang ada di kota Medan pernah ia alami
ketika sedang
mengantar penumpangnya.
4 Ismail
Perbedaan bahasa Kurangnya motivasi untuk berinteraksi
dengan orang lain 5
Normal Lase Perbedaan bahasa, belum memahami
bagaimana logat-logat bahasa orang Medan.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan analisis hasil wawancara dan pengamatan peneliti dari informan pertama hingga informan kelima, maka peneliti membuat pembahasan
sesuai dengan tujuan penelitian sebagai berikut: Fenomena migrasi merupakan salah satu tiga faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan penduduk, selain faktor lainnya yaitu kelahiran dan kematian. Migrasi cendrung dilakukan orang dengan berbagai alasan baik faktor ekonomi,
sosial dan budaya. Tempat yang biasa di jadikan untuk daerah migrasi oleh para imigran adalah perkotaan. Kelompok suku bangsa yang banyak melakukan
Universitas Sumatera Utara
migrasi antara lain batak, jawa, bugis, minangkabau, dan suku nias. Suku bangsa nias telah banyak melakukan migrasi ke berbagai wilayah seperti Jakarta,
Surabaya, Pekanbaru dan Medan. Menurut Simanihuruk 1999, migrasi suku bangsa nias secara masif baru terjadi sejak tahun 80-an. Realita ini sejalan dengan
peningkatan penduduk perkotaan secara Nasional di Idonesia, yakni 5,1 persen. Suku bangsa nias yang bermigrasi di Sumatera Utara.
Keterbatasan lapangan kerja mengakibatkan penduduk usia produktif melakukan migrasi ke daerah-daerah lain dari kabupaten Nias yang bekerja
sebagai tukang becak di kota Medan. Karena tingkat pendidikan penduduk yang rendah, sebagian besar penduduk hanya mencari pekerjaan-pekerjaan di sektor
informal, sementara di Kabupaten Nias, sebagai suatu kabupaten yang baru berkembang, lapangan pekerjaan yang baik bersifat formal, seperti sektor
pemerintahan dan sektor swasta, maupun informal belum banyak tersedia sehingga tidak dapat menurunkan angka pencari kerja di Kabupaten Nias dari
tahun ke tahun selain itu juga pasca tsunami yang membuat pulau Nias belum tertata rapi dari segi prekonomiannya
http:sariariesta.blog.com .
Seperti yang terjadi pada kelima informan, Ali, Firman, Yatfin bula, Ismail dan Normal Lase
melakukan hal yang sama. Mereka melakukan melakukan segalanya untuk mendapatkan pekerjaan. Sulitnya mencari pekerjaan membuat mereka lebih
memilih untuk mencari pekerjaan di luar pulau Nias untuk mendapatkan kerja dan mencari pengalaman.
Para informan melakukan migrasi ke kota Medan dengan bergbagai macam alasan seperti pada informan satu dan dua, Ali dan Firman mereka melakukan
perantauan ke kota Medan dengan tujuan untuk mencari pengalaman hidup, serta ingin mengetahui bagaimana situasi yang ada di kota Medan dibandingkan dengan
Nias sendiri. sementara informan tiga empat dan lima, Yatfin, Ismail dan Normal melakukan perpindahan dari Nias ke kota Medan dengan tujuan untuk mencari
pekerjaan. Dari kelima informan tersebut, peneliti melakukan pembahasan yang
dikaitkan dengan tujuan dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahi hambatan-
Universitas Sumatera Utara
hambatan komunikasi antarbudaya saat berinteraksi dengan masyarakat kota medan.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antar budaya terjadi ketika bagian yang terlibat dalam kegiatan
komunikasi tersebut membawa serta latar belakang budaya pengalaman yang berbeda mencerminkan nilai-nilai yang dianut oleh kelompoknya. Defenisi diatas
menjelaskan bahwa ada penekanan pada perbedaan kebudayaan sebagai faktor yang menentukan dalam berlangsungnya sebuah peroses komunikasi antarbudaya.
Komunikasi antarbudaya memang mengakui dan mengurusi permasalahan mengenai persamaan dan perbedaan dalam karakteristik kebudayaan pelaku-
pelaku komunikasi, tetapi titik perhatian utama tetap terhadap proses komunikasi individu-individu atau kelompok-kelompok yang berbeda budaya dan mencoba
untuk melakukan interaksi. Hambatan-hambatan komunikasi antarbudaya yang juga biasa di kenal
dengan communication barrier adalah segala sesuatu yang menjadi penghalang untuk terjadinya komunikasi yang efektif Chaney dan Martin, 2004 dalam Lubis,
2012: 5. Ketika berinteraksi berinteraksi konteks keberagaman kerap kali menemui masalah atau hambatan yang tidak diharapkan sebelumnya, misalnya
penggunaan bahasa, lambang-lambang, nilai-nilai atau norma masyarakat dan lain sebagainya. Seperti yang dialami oleh kelima informan, Ali, Firman Yatfin, Ismail
dan Normal mengalami hambatan-hambatan pada saat berinteraksi dengan masyarakat kota Medan ketika pertama kali datang ke kota Medan.
Komunikasi antarbudaya sendiri lebih menekankan aspek utama yakni komunikasi antarpribadi diantaranya komunikasi yang kebudayaan berbeda.
Berikut yang menghambat komunikasi antarbudaya: 1.
Stereotipe Stereotipe adalah hambatan dalam komunikasi antarbudaya.
streotipe merupakan sebuah pengeneralisasian terhadap individu- individu yang berbeda dalam suatu kelompok tanpa informasi yang
memadai dengan mengabaikan karakteristik individu-individu yang
Universitas Sumatera Utara
berada dalam kelompok tersebut. Stereotipe identik terhadap perbedaan suku, ras, etnis, kelompok agamakepercayaan. Sikap
dalam komunikasi yang berdasarkan stereotipe jelas akan enghambat terjadinya komunikasi yang efektif dan harmonis.
2. Prasangka
Suatu kekeliruan terhadap orang yang berbeda adalah prasangka. Prasangka adalah sikap yang tidak adil terhadap seseorang atau suatu
kelompok. Beberapa pakar cenderung 3.
Etnosentrisme Etnosentrisme di defenisikan sebagai kepercayaan pada superioritas
inheren kelompok atau budayanya sendiri, etnosentrisme mungkin disertai rasa jijik pada orang-orang lain yang tidak sekelompok.
Etnosentrisme cenderung memandang rendah orang lain yang tidak sekelompok dan dianggap asing. Etnosentrisme memandan dan
mengukur budaya-budaya asing dengan budayanya sendiri. Stereotipe sering kali terjadi di dalam proses komunikasi antarbudaya yang
juga dialami oleh para informan. Stereotipe merupakan bentuk hambatan dalam komuikasi antarbudaya. Stereotipe merupakan pengeneralisasian terhadap
individu-individu yang berbeda dalam suatu kelompok tanpa informasi yang memadai dengan mengabaikan karakteristik individu yang berbeda dalam
kelompok tersebut. Seperti halnya pada informan satu Ali. Ali menggambarkan bahwa suku
jawa memiliki nada bicara yang sangat lembut dan mudah dipahami ia sangat senang berinteraksi dengan suku jawa tersebut. Sementara pada informan kedua
yaitu Firman, ia menggambarkan bahwa orang jawa itu tidak memiliki rasa kepedulian terhadap suku lain.
Firman juga memiliki prasangka terhadap masyarakat medan yang suka iri terhadap orang lain. Dia mengatakan bahwa morang-orang Medan kalau melihat
saudaranya lebih sukses dibandingkan dirinya maka ia akan akan menjatuhkan saudaranya tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Hambatan komunikasi dalam komunikasi antarbudaya mempunyai bentuk seperti gunung es yang terbenam di dalam air. Dimana hambatan komunikasi
yang ada terbagi dua menjadi diatas air above waterline dan yang dibawah below waterline
Terdapat sembilan jenis hambatan komunikasi antarbudaya yang berada di atas air above waterline. Hambatan komunikasi semacam ini mudah dilihat
karena hambatan-hambatan ini banyak yang membentuk fisik, hambatan tersebut adalah:
1. fisik phisical
hambatan komunikasi semacam ini berasal dari hambatan waktu, lingkungan, kebutuhan diri, dan juga media fisik.
2. budaya culture
hambatan ini bersal dari etnik yang berbeda, agama, dan juga perbedaan sosial yang ada antara budaya yang satu dengan yang
lainnya 3.
persepsi perceptual jenis hambatan ini muncul dikarenakan setiap orang memiliki
persepsi yang berbeda-beda mengenai satu hal setelah berinteraksi dan berkomunikasi. Dengan demikian untuk mengartikan sesuatu
setiap budaya akan mempunyai pemikiran yang berbeda-beda. 4.
motivasi motivation hambatan semacam ini berkaitan dengan tingkat motivasi pendengar,
maksudnya adalah apakah pendengar yang menerima pesan ingin menerima tersebut atau apakah sedang malas dan tidak punya
motivasi sehingga menjadi hambatan komunikasi 5.
pengalaman experiantial Experiantial adalah jenis hambatan yang terjadi karena setiap
individu tidak memiliki pengalaman hidup yang sama sehingga setiap setiap individu mempunyai persepsi dan juga konsep yang
berbeda-beda. 6.
emosi emotional
Universitas Sumatera Utara
hal ini berkaitan dengan dengan emosi atau perasaan pribadi dari pendengar. Apabila emosi pendengar sedang buruk maka hambatan
komunikasi yang terjadi akan semakin besar dan sulit untuk dilalui. 7.
bahasa linguistic Hambatan komunikasi yang berikut ini terjadi apabila pengeirim
pesan sender dan penerima pesan reseiver menggunakan bahasa yang berbeda atau penggunaan kata-kata yang tidak dimengerti oleh
penerima pesan. 8.
Nonverbal Hambatan nonverbal adalah hambatan komunikasi yang tidak
berbentuk kata-kata tetapi dapat menjadi penghambat komunikasi. Contohnya wajah marah yang dibuat oleh penerima pesan ketika
pengirim pesan melakukan komunikasi. 9.
kompetisi competition Hambatan semacam ini muncul apabila penerima pesan sedang
melakukan kegiatan lain sambil mendengarkan Lubis, 2012: 10. Beberapa hambatan komunikasi yang terdapat pada teori tersebut ada
bebarapa jenis hambatan komunikasi yang dialami oleh para informan dalam berinteraksi dengan masyarakat diantaranya bahasa. Bahasa merupakan salah
faktor yang menyebabkan kurang efektifnya interaksi yang terjadi dalam komunikasi antarbudaya. menurut para informan perbedaan bahasa setiap orang
yang membuat perbedaan dalam pemaknaan pesan sehingga menjadi penghambat dalam interaksi. Menurut Ali, Firman bahasa yang berbeda dari setiap suku sulit
untuk dimengerti oleh mereka. Sedangkan Yatfin, Ismail dan Normal berpendapat belum adanya pengalaman mengenai logat-logat bahasa dari setiap suku yang
menjadikan kendala bagi mereka untuk melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya.
Hambatan berikutnya yang dialami oleh para informan dalam hasil wawancara adalah motivasi. Hambatan semacam ini berkaitan dengan tingkat
motivasi dari pendengar, maksudnya adalah apakah pendengar yang menerima pesan ingin menerima pesan atau apakah pendengar tersebut sedang malasa atau
Universitas Sumatera Utara
tidak punya motivasi sehingga dapat menjadi hambatan komunikasi. Hal ini terjadi pada informan satu yaitu Ismail yang jarang melakukan interaksi dengan
masyarakat di sekitarnya. Faktor tersebut disebabkan oleh tidak adanya motivasi untuk melakukan interaksi dengan orang lain dan lebih memilih untuk bekerja dan
menghasilkan uang. Sedangkan informan lima, Normal menurutnya faktor belum adanya kedekatan yang mentyebabkan ia tidak melakukan unteraksi dengan
masyarakat sekitarnya khususnya yang berbeda etnis dengannya. Sedangkan pada informan Ali dan yatfin yang merupakan informan satu dan tiga tidak mengalami
hambatan tersebut karena sifat mereka yang mudah bergaul dan saling menerima perbedaan yang membuat mereka tidak mengalami hambatan ini.
Hambatan nonverbal adalah hambatan komunikasi yang tidak berbentuk kata-kata tetapi dapat menghambat komunikasi. Komunikasi nonverbal melalui
tatapan mata sering kali menjadi sebuah masalah di kota Medan dimana tatapan mata tersebut menunjukan sikap tidak senang dengan orang lain hal ini sering
sekali menimbulkan terjadinya konflik. seperti yang dialami oleh informan ke dua Firman ketika ia sedang menarik becak ia sering terlibat konflik dengan sesama
penarik becak hanya karena tatapan mata yang kemudian menjadi makian. Budaya yang berbeda yang dimiliki oleh masing-masing masing-masing
individu tidak menjadi penghambat mereka dalam berinteraksi dengan orang lain justru adanya perbedaan budaya diantara mereka dapat dijadikan sebagai identitas
budaya mereka dan saling mempelajari budaya masing-masing sehingga mendapatkan pengetahuan mengenai kebudayaan yang lain selain yang mereka
miliki. seperti yang terdapat pada fungsi pribadi dalam komunikasi antarbudaya. Fungsi
komunikasi antarbudaya
adalah fungsi-fungsi
komunikasi antarbudaya yang ditujukan melalui perilaku komunikasi yang bersumber dari
seseorang individu yaitu : 1.
Menyatakan identitas sosial Dalam proses komunikasi antarbudaya terdapat beberapa perilaku
komunikasi individu yang digunakan untuk menyetakan identitas sosial. Perilaku itu dinyatakan melalui tindakan berbahasa baik
Universitas Sumatera Utara
secara verbal maupun nonverbal. Dari perilaku berbahasa itulah dapat diketahui identitas diri maupun sosial, misalnya dapat
diketahui asal-usul suku bangsa, agama, maupun tingkat pendidikan seseorang.
2. Menyatakan integritas sosial
Inti konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan antarpribadi, antar kelompok namun tetap mengekui
perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap unsur. Perlu dipahami bahwa tujuan komunikasi memberi makna yang sama
atas pesan yang dibagi antar komunikator dan komunikan. Dalam kasus komunikasi antarbudaya yang melibatkan perbedaan budaya
antara komunikator dengan komunikan, maka integrasi sosial merupakan tujuan utama komunikasi.
3. Menambah pengetahuan
Seringkali komunikasi antarbudaya menambah pengetahuan bersama, saling mempelajari kebudayaan masing-masing. Oleh
karenanya dalam berkomunikasi antarbudaya diharapkan interaksi tidak hanya berlangsung secara in group tetapi juga dalam out
group yang berbeda agar pengetahuan masing-masing pihak bertambah luas.
4. Melepaskan diri atau jalan keluar
Kadang-kadang kita berkomunikasi dengan orang lain untuk melepaskan diri atau mencari jalan keluar atas masalah yang
sedang dihadapi. Pilihan komunikasi seperti itu kita namakan komunikasi
yang berfungsi
menciptakan hubungan
yang komplementer
dan hubungan
yang simetris.
Hubungan komplementer selalu dilakukan oleh dua pihak yang memiliki
prilaku yang berbeda. Perilaku seseorang berfungsi sebagai stimulus perilaku komplementer dari yang lain dalam hubungan
komplementer. Perbedaan antara dua pihak dimaksimumkan, sebaliknya hubungan simetris dilakukan oleh duaa orang yang
saling bercermin pada perilaku yang lainnya Liliweri, 2004: 35
Universitas Sumatera Utara
Kelima informan menyatakan bahwa perbedaan pada pasti ada namun perbedaan tersebut bukanlah menjadi sebuah hambatan dalam berkomunikasi
dengan orang-orang yang berbeda dengan kita namun hal ini harus diterima dan dijadikan sebagai penambah pengetahuan kita tentang budaya lain. Menurut
Yatfin interaksi dengan orang yaang memiliki budaya berbeda dengannya tidak menjadi sebuah kendala baginya, namun dengan adanya perbedaan tersebut harus
diterima sehingga nanti kita saling mengetahui perbedaannya. Hambatan berikutnya yang dialami oleh informan adalah hambatan fisik.
Hambatan semacam ini berasal dari hambatan waktu, lingkungan, kebutuhan diri dan juga media fisik. Hambatan ini dialami oleh informan satu yaitu Ali, ali
mengungkapkan bahwa lingkungan di tempat ia tinggal kurang bersih. Air menjadi faktor utama yang menjadi kendalanya selama tinggal di kota Medan
dimana air di tempat ia tinggal kurang bersih sehingga ia pernah mengalami alergi pada kulitnya sehingga ia harus menjalani perawatan. Namun selain faktor
linggkungan ia juga mengeluhkan cuaca di kota Medan, menurutnya suhu cuaca di kota Medan sangat panas dibandingkan dengan Nias ia merasa selama berada di
Medan kulit tubuhnya menghitam. Persepsi yang berbeda dari setiap orang menjadi salah satu hambatan yang
dihadapi oleh informan satu. Ali mengalami hambatan ini ketika sedang mengantar sewanya. Ketika mereka sedang berkomunikasi ia merasa tersinggung
dengan perkataan dari sewanya yang menganggab bahwa pekerjaan sebagai seorang penarik becak adalah pekerjaan yang rendah. Sementara menurutnya
semua pekerjaan adalah sama tergantung dari kita yang menjalaninya. Dari sini dapat dilihat telah terjadi perbedaan persepsi ketika sedang berinteraksi dengan
penumpangnya. Kurangnya pengalaman tentang kota Medan menjadikan hal tersebut
sebagai kendala ketika sedang bekerja. Yatfin yang merupakan informan tiga mengalami hambatan ini ketika ia sedang mengantar sewanya di daerah kampus
USU. Kurangnya pengetahuannya tentang daerah-daerah yang ada di kota Medan khususnya pada lingkungan USU membuat ia bingung ketika di minta oleh
Universitas Sumatera Utara
penumpangnya untuk diantarkan ke salah satu fakultas yang ada di Universitas Sumatera Utara tersebut.
Namun dari semua hambatan-hambatan komunikasi antarbudaya yang dialami oleh para informan, bahasa yang menjadi hambatan yang paling sering
dialami oleh kelima informan tersebut.
Tabel 4.5 Temuan di Lapangan
No Informan
Pembahasan Wawancara Hambatan yang dialami
1 Ali
Mengatakan alasannya datang ke kota medan
untuk mencari pengalaman
Sulitnya mencari pekerjaan yang
membuatnya memilih bekerja sebagai penarik
becak
Pengelaman mengenai budaya kota Medan
memang belum ada tapi budaya Medan dengan
Nias pasti berbeda misalnya ada pesta
disitu pasti ada acara adat, ada nanti tanggal
17 Agustus pasti ada acara budaya disitu
misalnya ada lompat batu
Ia mengatakan bahwa interaksi yang
dilakukan dengan masyarakat kota Medan
sejauh ini tidak ada masalah karena orang di
medan menurutnya baik-baik
Selama berada di Medan ia sama sekali
tidak mendapatkan konflik dengan orang
lain karena menurutnya ada tidak adanya
Lingkunagan di tempat ia tinggal menurutnya
kurang bersih. Dan ia mengeluhkan kualitas
air yang kurang bersih membuatnya
mengalami alergi ringan pada kulinya,
serta cuaca yang sangat panas sehingga selama
tinggal di Medan kulitnya menjadi hitam.
Terdapat perbedaan persepsi dengan
penumpang yang ia bawa, dimana ketika itu
ia tidak senang dengan ucapan dari
penumpangnya yang mengatakan bahwa
profesi sebagai penarik becak itu rendah
padahal ia menganggab semua pekerjaan itu
sama saja.
Perbedaan bahasa yang ia temui ketika ia
berkomunikasi dengan suku lain membuatnya
kurang memahami apa makna, serta arti yang
disampaikan oleh orang tersebut.
Universitas Sumatera Utara
konflik itu tergantung dari orangnya
2 Firman
Mengatakan alasannya datang ke kota Medan
untuk mengetahui bagaimana situasi yang
ada di kota Medan.
Tidak adanya pekerjaan lain serta hanya
memiliki tamatan SD memilihnya untuk
bekerja sebagai penarik becak. Adapun
pekerjaan lain selain narik becak perlu uang
masuk
Interaksinya dengan masyarakat sekitar
kalau dalam bahasa anak gaulnya siap lo
siapa gua yang penting urus diri kita masing-
masing, apabila ada keluhan kamu ngomong
sama ku kalau gaka ada ya diem aja.
Konflik sudah pernah dialaminya, konflik
yang terjadi pun hanya masalah sepele seperti
hanya tatapan mata hingga sampai berujung
adu fisik . Perbedaan bahasa di
setiap suku yang memiliki logat dan ciri
khasnya masing masing membuatnya tidak
mengerti sama sekali.
Hambatan nonverbal berupa tatapan mata
juga dialaminya hingga berujung menjadi
sebuah konflik.
3 Yatfin bula
Mengatakan bahwa ia sudah tinggal di Medan
selama dua tahun, dan alasannya ke Medan
sendiri untuk mencari pengalaman kerja.
Aku memilih narik becak karena gak ada
paksaan, kemauan sendiri. karena kerja
lain banyak paksaan serta tututannya. Karena
keinginan sendiri lah makanya aku narik
becak. Ada bang waktu itu
pernah saya bawa mahasiswa dari
kedokteran, aku gak ngerti dia ngomong
apa. Logatnya itu kayak laju sikit sulit untuk
dipahami. Meskipun pakai bahasa Indonesia
tapi aku gak ngerti apa yang dibilangnya.
Iya pernah nanya-nanya jalan taukan di USU ini
dimana fakultas- fakultasnya jadi ya kita
Universitas Sumatera Utara
Perbedaan budaya tidak ada, kalau kebudayaan
terbawa-bawa juga disini karena budaya
Nias juga ada disini.
Interaksi dengan masyarakat menurutnya
bagus, sama-sama senang kenapa ku
bilang begitu, biar sama-sama saling
mengenal sehingga tahu perbedaannya.
Konflik pernah dialami, konflik tentang
pekerjaan antara karyawan dengan
karyawan masalah kalau anak baru sering
di suruh-suruh sehingga ia merasa tidak senang.
kan namanya baru di Medan ini
4 Ismail
Mengatakan tujuannya datang ke kota Medan
untuk mencari nafkah Alasannya menjadi
tukang becak karena gak payah, gak ada
tuntutan serta paksaan Perbedaan budaya
antara Medan pasti ada namun perbedaan-
perbedaan tersebut dapat memperkaya
budaya yang ada di Sumatera karena Nias
juga termasuk ke dalam pulau Sumatera juga
Jarang berinteraksi dengan suku lain karena
adanya kebutuhan untuk mencari uang yang
menyebabkannya jarang berinteraksi
Konflik yang dialami adalah konflik biasa
tidak sampai berujung adu fisik. Konflik
tersebut berupa makian. Pernah mengalami
tidak mengerti dengan bahasa-bahasa dari
suku lain. Namun sekarang sudah
mengerti sikit-sikit tentang bahasanya.
Karena kita tahu bahasa orang itu kan dari
awalnya makian.
Tidak adanya motivasi untuk berinteraksi
dengan orang lain, hal tersebut di sebabkan
karena lebih mendahulukan
kebutuhan pribadi.
Universitas Sumatera Utara
5 Normal lase
Mengatakan tujuan sebenarnya datang ke
kota medan untuk mencari pekerjaan.
Karena lamaran pekerjaan yang sudah
saya layangkan belum juga sampai saat ini
mendapat panggilan terpaksa saya narik
becak dulu.
Budaya Medan dengan Nias sebenarnya tidak
jauh berbeda, karena budaya di Nias bukan
hanya satu, banyak budaya-budaya di Nias
seperti lompat batu. Kalau budaya di Medan
selama saya menginjakkan kaki di
Medan sampai saat ini saya belum tahu
bagaimana budaya Medan. Tapi menurut
informasi budaya di medan ini sangat bagus
dibandingkan dengan budaya yang masih
dalam masa perkembangan.
Interaksi dengan suku lain tidak seering karena
belum begitu dekat sekali.
Semasa saya ada di Medan belun ada
mengalami konflik. Kendala yang dialami
adalah mengenai bahasa, jadi karena
belum memahami bagaimana logat bahasa
itu juga lah menjadi salah satu kendala
dalam berinteraksi dengan orang Medan
Sumber : Hasil Wawancara Penelitian
75
Universitas Sumatera Utara
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dari hasil penelitian mengenai hambatan-hambatan komunikasi antarbudaya pada masyarakat suku Nias yang ada di lingkungan komplek kampus Universeitas
Sumatera Utara, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Seseorang yang menganut sutu suku tertentu seperti suku nias yang
melakukan perantauan akan mengalami hambatan-hambatan komunikasi antarbudaya ketika berinteraksi. Hambatan yang dihadapi disebabkan karena
kurangnya pengetahuan tentang budaya lain seperti yag ada di kota Medan. Perbedaan budaya dari daerah asal dan kota Medan membuat para informan harus
mempelajari budaya yang ada di kota Medan agar dapat berinteraksi dengan lingkungan baru yang menjadi tempat tinggalnya sekarang.
Hambatan-hambatan komunikasi antarbudaya yang dialami oleh informan selama berada di kota Medan adalah perbedaan bahasa yang dimiliki
oleh setipa orang yang ada di kota Medan. Para informan menganggap bahwa logat bahasa yang terbawa dari budaya yang dimiliki oleh setiap individu
menjadikan mereka sedikit kesulitan dalam memahami makna kata yang disampaikan oleh orang tersebut. Selain faktor budaya hambatan-hambatan lain
juga dialami oleh para informan ketika berinteraksi dengan orang-orang di lingkungannya.
Beberapa jenis hambatan-hambatan komunikasi antarbudaya yang dialami oleh para informan diantaranya adalah:
1. Fisik phisycal
2. Budaya cultural
3. Persepsi perceptual
4. Motivasi motivational
5. Pengalaman experiental
6. Emosi emotional