Hambatan-Hambatan Komunikasi dalam Interaksi Masyarakat (Studi Tentang Hambatan-Hambatan Komunikasi Dalam Interaksi Masyarakat Suku Nias di Kampus Universitas Sumatera Utara)

(1)

Universitas Sumatera Utara

LANPIRAN I


(2)

Universitas Sumatera Utara PEDOMAN WAWANCARA

Nama :

Usia :

Status : Pendidikan :

Asal :

Tujuan melakukan perantauan

- Sudah berapa lama berada di medan ?

- Apa alasan anda memilih untuk pindah ke kota Medan ? - Kenapa anda memilih bekerja sebagai penarik becak? - Sudah berapa lama berprofesi sebagai tukang becak ? Gambaran interaksi suku nias

- Bagaimana interaksi anda dengan masyarakat Medan?

- Apakah anda lebih sering berinteraksi dengan sesama suku atau dengan suku lain ?

- Bagaimana pengalaman anda berinteraksi dengan orang yang berbeda suku?

- Apakah anda pernah mengalami konflik?

- Bagaimana Suka duka selama berada di Medan?

- Apakah ada perubahan diri pada anda selama berada di Medan?

Hambatan-hambatan komunikasi antarbudaya

- Hambatan apa yang anda alami selama berada di kota Medan?

- Apa saja hambatan yang anda alami ketika berinteraksi dengan masyarakat kota Medan?


(3)

Universitas Sumatera Utara

LANPIRAN II


(4)

Universitas Sumatera Utara INFORMAN I

Nama : Ali

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Belum Menikah

Usia : 24 Tahun

Pekerjaan : Penarik Becak

Waktu Wawancara : 12.00 Wib, Tanggal 29 Juni 2016

Tempat : Pintu 4 Kampus Universitas Sumatera Utara

P : Peneliti I : Informan

P : Sudah berapa lama abang berada ki kota Medan? I : Aku di sini baru 4 bulan

P : Apa alasan anda utuk datang ke kota Medan? I : Cari pengalaman

P : Berapa lama anda berprofesi sebagai penarik becak?

I : Baru satu bulan, daripada nganggur kan mending narik becak aja P : Apa alasan anda memilih profesi sebagai penarik becak?

I : Ya.... kan sekarang nyari kerja susah, apalagi bulan puasa kayak gini mau ngelamar pun susahya kan...ah mending narik becak ajalah nyari pengalaman sedikit lah apalagi kita dari kampung ke Medan.

P : Bagaimana pandangan anda tentang kota Medan?

I : ya lumayan lah.... gara-gara becaknya, soalnya bawa sewa kan kesana ke mall, carefure, stsiun aamplas mana aja pasti tau.


(5)

Universitas Sumatera Utara I : Beda lah Medan kan kota besar Nias kan kecil, kalau Nias kan masih walikota terus mungkin penduduknya gak padat kali apalikan, logikanya seperti khiasan lah pasti jauh lebih berbeda lah ha.... begitu.

P : Bagaimana perbedaan budaya Medan dengan Nias? I : Budayanya sama saja...ha beda juga lah budayanya. P : Bedanya?

I : Cemana ya dibilang, soalnya budaya sini belum tau, belum pengalaman budaya di sini.

P : Kalau di Nias sendiri bagaimana budayanya?

I : Misalnya ada pesta ntah ada acara adat-adat, ada budaya disitu. Misalnya tanggal 17 Agustus nanti budaya pasti ada, misalnya lompat batu anak-anak SMP, SMA memiliki ketinggian 2 meter lebih lah.

P : Selama di Medan apa yang sudah anda dapatkan?

I : Belum ada... ada sih pengalaman sedikit-sedikit tapi belum hafal. Adapun tapi gimana yah.

P : Di Medan tinggal dengan Siapa? I : Sama abang.

P : Menurut anda Bagaiman lingkungan tempat anda tinggal sekarang? I : Lingkungan disini gimana ya, tapi lumayan lah tapi kayaknya lingkungan

disini masih kurang bersih itu saja.

P : Bagaimana interaksi anda dengan orang-orang Medan? I : Ya gimana ya lumayan juga lah.

P : Lumayan gimana ?

I : ya.... yang penting orang itu baik, cakapnya bagus P : Kalau interaksi dengan suku lain?

I : Gak lah biasa aja soalnya dulu aku tu SMA bukan di Nias aku SMA di Sibolga, tapi suku Batak, Karo Jawa aku uda tau gimana cara sistem orang itu.


(6)

Universitas Sumatera Utara I : Ya dulu itu aku pernah jalankan budaya karo kan sama batak kan misalnya ada pesta kan diajak sama kawan-kawan kan ha...ikut-ikutan aja. P : Kalau dari segi bahasa?

I : Dari segi bahasanya kalo bahasa batak tahu semuanya, karo kurang paham aku, ntah bahasanya beda kali sama batak. Kalo batak lumayan tahu la kita . soalnya lama kau bekawan sama orang batak, karo juga gitu tapi kurang paham kali aku sama bahasanya. Paham pun gak semuanya. P : Pernahkah terlibat konflik selama berada di Medan?

I : Gak lah...itukan tergantung kitanya itu.

P : Bagaimana komunikasi anda dengan masyarakat Medan?

I : Gak kalau semenjak aku narik becak sini kan eee...sewanya ngobrol ajak ngobrol apa kan cuman sebentar. Pokoknya tergantung kitanya itu kalau kita omomgan kita kasar cepat tersinggung dia karena omongan kita. P : Pernah gak mengalami itu?

I : Ya pernah dililang sama ku tapi aku gak pernah lakukan sama orang. P : Apakah anda pernah tersinggung dengan perkataan orang terhadap suku

anda?

I : Pernah, waktu aitu aku lagi bawa penumpang aku gak suka dengan cara ngomongnya. Karena cara ngomongnya gak enak. Dia itu gimana ya, dia itu anggap tukang becak itu apa rendah tapi bagi aku enggak lah samanya dia pun tinggi sekolah kalo dia gak bisa jalankan sama doangnya. Aku pun gitu uda tamat SMA kan karena aku gak bisa jalankan makanya sama juga kan.

P : Hambatan apa yang anda alami selama berada di Medan?

I : Kendala sih gak ada cuman bahasa karo itu ajanya. Ada juga misalnya orang luar negri la, orang luar dari negara Indonesia ha....pernah ku bawa aih...bahasanya beda kali

P : Orang apa itu? Malaysia?

I : Bukan orang arab, beda kali ah gak tahu la aku bilangnya.

P : Ketika ngumpul dengan sesama suku Nias, bahasa apa yang digunakan ? I : Ya bahasa kami lah, ada juga bahasa Indonesia misalnya kan ada orang


(7)

Universitas Sumatera Utara P : Bagaimana pandangan anda tentang suku lain seperti suku Jawa?

I : Ya enak kali omongannya. Omongannya halus, pengungkapannya halus kali. Itu aja yang paling aku suka sama orang jawa apalagi kalo ngomong sama orang emmm...apa senang ntah gimana kalau aku tu kalo ngomong sama orang itu senang kali aku.

P : Perubahan apa yang anda dapat selama berada di kota Medan?

I : Dimanapun kita berada perubahan pasti ada. Perubahannya dalam segi kerja, kalo dari diri aku sendiri gak ada, adapun perubahan dalam diri aku, aku hitam selama disini.

P : Kenapa bisa begitu ?

I : Iya. Perbedaan disini air kalo mandi make sabun mesti dua tiga kali baru bersih. Kalau nggak masih ada sisanya, iya serius aku. Itulah bedanya mata air disini dengan di Nias. Kemarin aja aku alergi sama air sini, kalo gak percaya ini bekasnya. Pakai sabun detol baru bersih.

P : Bagaimana pandangan anda dengan budaya orang Medan?

I : Iya angkot-angkot itu ugal-ugalan. Kadang ngerem mendadak cari sewa itu aja.

P : Kalau di Nias?

I : Memang ada angkot disana tapi ya tertip gak seperti disini. Kalau disini kan banyak

P : Bagaimana menurut anda tinggal di Medan?

I : Di Medan memang enak tapi aku lebih milih tinggal di Nias. P : Apa yang anda alami ketika pertama kali melakukan perantauan?

I : Wah... malu lah, soalnya bahasanya beda. Beda lah beda kali soalnya semua gak ada penutup. Dulu waktu sekolah aku pernah sebangku dengan marga Hutapea, waktu dia ngomong ya aku diamin. Soalnya beda kali logatnya. Gaya bahasanya tapi lama-lama tau juganya kita.

P : Baik lah bang terima kasih ya bang uda mau di wawancarai sama aku I : Oo iya bang sama-sama bang.


(8)

Universitas Sumatera Utara INFORMAN II

Nama : Firman

Jenis Kelamin : Laki-laki Status : Sudah Menikah

Usia : 31 Tahun

Pekerjaan : Penarik Becak

Waktu Wawancara : 01.00 Wib, Tanggal 29 Juni 2016

Tempat : Pintu 4 Kampus Universitas Sumatera Utara

P : Sudah berapa lama anda berada di kota Medan? I : 9 Tahun

P : Alasan anda memilih Untuk merantau ke kota Medan? I : Mau pingin tahu aja bagaiman situasi di kota Medan

P : Bagaimana situasi kota Medan sendiri setelah berada di sini?

I : Ya gimana ya bilangnya ya...kegiatan kurang ibaratnya pekerjaan kalo gak nari becak ini gak ada kerja yang lain.

P : Sudah berapa anda menjalani profesi sebagai penarik becak? I : 9 Tahun

P : Bagaimana perbedaan budaya di Medan dengan di Nias ?

I : Beda la. Ya kalo menurut saya sih kalo ibaratnya perbedaannya sedikit- sedikit saja. Kalo batak sama nias dari adatnya sama saja, kalo jawa dengan nias beda la. Bedanya apabila apa, kalau ada saudaraku atau istriku orang jawa krang mengerti, kurang memahami dia sama mak-tuanya. apabila ada orang tua dari suaminya kalo jawa gak ada. Karena kebanyakan orang nias menganggap orang tua dari itu sebagai bapak kandung sendiri. kalo orang jawa ini gak perdulian sama famili, sama saudara atau sama mertua. Kalo mertuanya sakit dibiarin, suaminya dipengaruhinya uda gak usa...gak usah kasih-kasih.


(9)

Universitas Sumatera Utara I : Pernah, dari suku karo ya sulit yang diucapkan mereka. Sama batak juga,

sama jawa juga.

P : Bagaimana pandangan anda terhadap masyarakat Medan ?

I : Ya, kalo di Medan ini...kalau ibaratnya apa ya ku bilang ya, kalau uda naik saudaranya mungkin bisa dijatuhkannya itu. Kenapa dia bisa naik sedangkan dia enggak.

P : Bagaimana interaksi anda dengan masyarakat Medan?

I : Ya kalo interaksi disini seperti bahasa anak gaul, siap lo siapa gua yang penting urus diri masing-masing. Apabila ada mengeluh kamu sama ku tentang masalah mu ku kasih, kalo gak ada diem aja.

P : Apakah anda pernah mengalami konflik ?

I : Ada konflik membawa kendaraan ini lah. Masalah becak atau ditabrak dari belakang atau ditantang “matamu itu” katanya. Ha..memangnya kalau dibilang itu ibaratnya abang lah yang bilang sama ku “mata mu laitu oi”baru ku bilang sama abang contohnya “memangnya kau itu siapa, manusia apa binatang”. Itula apa berantam, kadang-kadang berantam hanya masalah sepele aja kalo dibilang. Kadang itu kalo uda mau....maunya terakhir maunya datang orang-orang we....we....we... langsung diramein.

P : suka duka selama berada di Medan?

I : Ya... gimana bilangnya ya, ya.... pernah ku alami susah belum punya keluarga aku. Tahun berapa aku menikah... tahun 2012 ya penghasilan di situ lah bisa....gak usah lah kita cerikan yag tinggi-tinggi aja dari bawah lari la penghasilan kita Rp 30.000.500,-. Kalau memang penghasilan di Medan ini kalau kita mau hemat ya agak lumayan lah kalau narik becak ini.

P : Aalasan anda memilih untuk bekerja sebagai penarik becak?

I : Ya, karena gak ada kerja lain la. Kita kerja sebagai supir tamatan gak ada, kalaupun ada tamatan harus perlu uang masuk. Disinilah lah banyak ini yang sarjana hukum narik becak juga.

P : Sebelum narik becak ada kerja lain?

I : Pernah kerja di babi panggang, baru di doorsmer. P : Bagaimana interaksi anda dengan suku lain?


(10)

Universitas Sumatera Utara I : Kebanyakan disini bang e....apa e...ibaratnya ada ada adat-adat disitu atau pesta memihak-mihak. Ibaratnya, contohnya kita berdua bapak abang sama bapak ku satu kakek dari atas, ha sementara kita uda be...apa...e....tiga tingkat sama kakek kita tadi sama sudara, sama bapak abang tadi sama bapak ku. Ibaratnya ada pesta abang lah contohnya kan masih saudara kalo tiga tingkat itu. Ompu bapak tadicuman hanya satu, ompu bapak sama ompu bapak ku sama cuman satu. Ibaratnya ada pesta sama abang atau sama kamu sekarang maka muncul lah aku, “ah memangnya siapanya kamu disini”, “kamu siapa rupanya”karena aku tadi atau bapak aku kan eee...orang susah-susah. Ah itu anak yang gak perlu itu ngapai diundang-undang cukup kita-kita aja yang mana yang kita hargai ya itula yang kita hargai.

P : Apakah anda mengalami perubahan dalam diri anda seperti perubahan sikap atau apa?

I : Iya ibaratnya sikap ku dulu bisa dibilang ya apa la ya... kalo orang itu lagi berdiri di situ aku ngobrol sama dia salah-salah bicara sedikit, cari masalah disitu. Karena uda pernah kualami, kupikir-pikir apakah ada gunanya apakah tidak. Yauda la berenti aja apa gunanya ini.

P : Apakah anda sudah banyak mengetahui tentang kota Medan?

I : Ya, gak semuanya kalo yang di Medan ini dari 100% bisa la kubilang 1% aja dari segi ilmu pengetahuan mengenai budaya-budaya Medan. ya budaya di Meda ini agak berbeda sedikit saja.

P : Kalau begitu pak, terima kasih banyak pak bapak sudah mau meluangkan waktu bapak untuk saya wawancarai.


(11)

Universitas Sumatera Utara INFORMAN III

Nama : Yatfin Bula

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Belum Menikah

Usia : 22 Tahun

Pekerjaan : Penarik Becak

Waktu Wawancara : 11.00 Wib, Tanggal 30 Juni 2016

Tempat : Pintu 4 Kampus Universitas Sumatera Utara

P : Sudah berapa lama anda Berada di Kota Medan? I : 2 Tahun

P : Aalasan memilih merantau ke kota Medan?

I : Saya merantau ke Medan untuk mencari pengalaman kerja. P : Sudah berapa lama anda berprofesi sebagai penarik becak? I : 1 Tahun lebih saya narik becak

P : Kenapa memilih bekerja sebagai penarik becak?

I : Kenapa aku memilih narik becak, karena gak ada paksaan. Kemauan sendiri, kerja lain gimana la ya banyak paksaan...karena keinginan sendiri la makanya aku narik becak.

P : Kenpaa memlih mangkal di kampus USU?

I : Emang ini pangkalan kami dari awal, pangkalan kami ya emang uda disini.

P : Bagaimana pandangan anda tentang kota Medan?

I : Sangat gimana la ya, sangat berbeda situasinya pendapatan karena kerjanya disini lumayan lancar la daripada di kampung. Kenapa ku bilang kayak begitu, lancar karena pekerjaannya menetap daripada di kampung, namanya di kampung bertani.


(12)

Universitas Sumatera Utara I : Kalau perbedaan kebudayaan juga terbawa-bawa juga disini. Karena

budaya dari nias juga ada disini.

P : Bagaimana interaksi anda dengan masyarakat Medan?

I : Bagus lah sama-sama senang. Kenapa kubilang begitu, biar saling mengenal sehingga kita tahu nanti perbedaannya.

P : Kalau interaksi dengan suku lain?

I : Iya kalau interaksi gak mungkin kita langsung mengenal ya kan. Kita terima saja sehingga kita bisa beradaptasi.

P : Apakah anda mengalami hambatan ketika berinteraksi denga suku lain? I : Ada juga tapi ya....menurut orangnya juga bang. Kendalanya contohnya

situasi, contohnya kita di ajak ini kebetulan kita berhalangan ya kan sehingga kayaknya kita tidak bergabung lagi sama orang itu sama suku lain gitu.

P : Kalau dari segi bahasa?

I : Kalau kendala ada sih bang, contohnya kan dalam segi berbicara kan gitu. Beda kan pengungkapannya.

P : Ngerti gak?

I : Kalau tentang bahasa indonesia ngerti tapi kalau bahasa orang itu sendiri, kalau ya...contohnya ya kan bahasa suku orang itu sendiri kan mengerti la dari pada bahasa lain ya kan.

P : dari segi logatnya?

I : Adapun perbedaannya dari logat-logat bahasa ya kan pasti berbeda-beda la.

P : Aapakah ada orang yang pernah berfikiran yang berfikiran buruk terhadap suku Nias?

I : Gak juga bang, tergantung orangnya juga. Tergantung orang yang interaksi dengan kita sehingga kalo orangnya ya memang baik ya kita baik juga cuman dari awal kita memahami sifat mereka.

P : Bagaimana pandangan masyarakat terhadap suku Nias?

I : Ya kita terima aja. Kan agar sama-sama saling mengetahui satu sama lain.


(13)

Universitas Sumatera Utara P : Apakah anda pernah mengalami konflik?

I : Pernah, konflik ini lah konflik pekerjaan. Antara karyawan dengan karyawan gitu. Masalahnya kita baru masuk, dalam pekerjaan kita kayaknya kita di... apa... gimana bialngnya kita tidak disuruh-suruh aja gitu. Karena kita...karena baru-baru kitatidak tahu sama sekali, tidak tahu aturan gitu sehingga kita disuruh-suruh aja. Sehingga orang itu ini... ee....walaupun capek kita tapi tetap aja disuruh-suruh. Memang dibantuin sih dibantuin itulah, dipaksa karena namanya baru-baru kita ya kan biar kita tahu juga gitu aja. Kalau kaonflik adu fisik enggak.

P : Bagaimana penyelesaiannya?

I : Ya di selesaikan. Karena kawan ya kan diselesaikan ja ya kan kalau kita tidak senang dengan kita seseorang, kita ya ngomong aja langsung sehingga bisa di selesaikan baik-baik.

P : Bagaimana perbedaan budaya di Medan dengan di Nias? I : Cara bergaulnya sih.

P : Kalau di Medan?

I : Kalau di Medan tergantung orangnya juga bang jalan bareng tau jalan sendiri-sendiri

P : Lebih sering interaksi dengan suku lain atau hanya dengan suku Nias? I : Aku mah campur aja gak apa-apa.

P : Hambatan apa yang anda alami selama berinteraksi dengan masyarakat di Medan khususnya mahasiswa USU?

I : Iya pernah nanya-nanya jalan taukan di USU ini dimana fakultas-fakultasnya jadi ya kita kan baru berada di Medan jadi kurang tau.

P : Seberapa tau anda tentang kota Medan ? I : Tau la...ya bisa dibilang 50 %.

P : Perubahan apa yang di dapat setelah berada di Medan? I : Ada bang!


(14)

Universitas Sumatera Utara I : Perubahannya, pekerjaan di kampung kan kita terpaksa tapi kalau disini kerja ini gak ada paksaangitu. Baik itu waktu, kalau dikampung mana ada itu apalagi inikan dari diri sendiri.

P : Seberapa sering anda berinteraksi dengan suku lain?

I : Jarang bang salah satunya pekerjaan la bang, kalau kerja kan sulit tapi ada saatnya kita bergabung bang.

P : Selain kerja sebagai penarik becak apakah pernah kerja lain sebelumnya?

I : Pernah bang kerja di rumah produksi kue di perumahan setia budi, sama dulu pernah juga kerja sama abang jadi sales juga.

P : Bagaimana pengalaman anda bekerja sebagai sales yang memasarkan obat?

I : Iya penah bang mungkin cara pemasarannya juga bang tidak sesuai nanti dengan penjelasan tentang produk itu ya kan. Ini tentang masalah ini em...gimana di bilang ya ini...itu lah kurang paham tentang obat-obat dari penyakit orang itu.

P : Kenapa gak bertahan aja kerja sebagai sales itu kan gajinya lumayan? I : Ya itu tadi bang salah satunya kenapa aku gak ngelanjutin kerja itu

karena satu itu kan ada tuntutan bang dalam pekerjaannya sedangkan narik becak kan gak ada. Baru itu itu kerjanya sering keluar kota juga bang. P : Ketika narik becak di lingkungan USU ini pernah gak mengalami

kendala dalam berinteraksi ? I : kendala ya bang! Emm....

P : di USU ini kan mahasiswa banyak tu ada yang dari luar negri ada juga yang dari luar kota juga contohnya la ketika berinteraksi dengan mahasiswa yang memiliki suku yang berbeda dengan anda ada gak kendala yang anda alami ?

I : Ada bang waktu itu pernah saya bawak mahasiswa dari kedokteran. Aku gak ngerti dia ngomong apa. Logatnya bang kayak ngomong laju sikik. P : Ooo cepat itu maksudnya bang

I : Ia bang sulit memahami apa yang dia bilang


(15)

Universitas Sumatera Utara I : Ia pakai bahasa Indonesia tapi, aku gak ngerti apa yang dia bilang, mmm...cemana ya kaalo dibilang pokoknya susah la bang dimengerti kata-katanya.

P : Kalau begitu terimakasih banyak bang uda mau bantu saya memberikan waktu abang untuk wawancara

I : Ya sama-sama bang kan kita harus saling membantu bang.

INFORMAN IV

Nama : Ismail

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Belum Menikah

Usia : 22 Tahun

Pekerjaan : Penarik Becak

Waktu Wawancara : 12.30 Wib, Tanggal 30 Juni 2016

Tempat : Pintu dora emon Kampus Universitas Sumatera Utara

P : Disini semua yang narik becak orang nias semua ya bang? I : Iya

P : Di sini yang uda semuanya orang nias atau cemana?

I : Kan pangkalan terbagi dua kami buat ada disini ada di sumber ya kan orang karo.

P : Ooo di sumber orang karo semua?

I : Orang karo semua tapi sebagian orang Nias karena becak orang nias nyewa becak orang karo.


(16)

Universitas Sumatera Utara I : Ada juga orang nias tapi gak banyak. Bisa masuk ke sumber kalau nyewa becak karo. Begitu juga orang karo kalau mau di pangkalan sini harus nyewa becak orang Nias.

P : Kok bisa begitu bang, ko gak boleh campur begitu?

I : Kalau jaman dulu kayakmana bilangnya lae, ngeri juga la uda cemana la perang gitu.

P : Uada pernah konflik dengan orang itu .malasalahnya karena itu tadi? I : Iya lae gara-gara becak. Tapi sekarang udah aman makanya biar teratur. P : Sudah berapa lama berada di kota Medan?

I : 5 Tahun P : Asli Nias I : Iya

P : Dari nias mana bang? I : Nias Induk

P : Uda nikah bang ?

I : Belum lae, sama nya kita aku juga kuliah nya di Darma agung P : Ooo abang kulaiah ini

I : Kami stambuk 2012

P : Apa tujuan anda untuk merantau ke kota Medan? I : Untuk mencari nafkah lae, disana nyari kerja payah P : Kenapa anda memilih bekerja sebagai penarik becak?

I : Ya gimana la lae, kalo aku pikir ya narik becak gak payah gak ada tuntutan, gak ada yang maksa juga la. Berapa dapat juga gitu la gak ada paksaan.

P : Sudah berapa lama anda berprofesi sebagai penarik becak? I : kira-kira 3 Tahun la, biaya untuk kuliah sebagian.

P : Di Medan tinggal dengan keluarga? I : Gak sendiri


(17)

Universitas Sumatera Utara P : Ooo kirain sama keluarga abang di sini.

I : Enggak lae sendiri

P : Bagaimana pandangan anda terhadap kota Medan dan bedanya dengan Nias ?

I : Agak beda lah namanya juga kota ya kan. Nias pun memang kota tapi daerah terpencil, apalagi dari segi perusahaan atau lapangan pekerjaannya. P : Apakah ada perbedaan budaya dari budaya Nias dengan kota Medan? I : Beda la lae, tapi suku Nias kan termasuk Sumatera Utara juga. Namanya

Sumatera ya kan, cuman beda-beda suku aja biarpun dari sana dibilang ya kan. Em...budaya Nias itu ya kan uda dikumpulkan jadi satu di Sumatera Utara yakan budayanya. Kalo budaya di Nias kayak lompat batu ya kan, baru tari-tarian tari Waluse, lompat batu kalo kami itu aja.

P : Bagaimana pandangan anda terhadap lingkungan tempat tinggal anda? I : Ya cemana ya kan kayak biasa gitu kan budayanya nyanyi-nyanyi udah,

jalan-jalan itu udah

P : Suku apa saja yang ada di lingkungan anda tinggal? I : Banyak la lae orang jawa, batak, karo

P : Hambatan-hambatan apa yang anda alami saat berinteraksi dengan mereka?

I : Gimana la ya. Aku jarang juga ah maksudnya kalo mata kuliah ada juga yang mau berdebat, banyak juga kawan-kawan mau berdebat tentang mata kuliah kayak gitu. Kalau aku ah aku paling malas juganya kuliah tapi mikir-mikir juga la ya kan untuk masa depan

P : Apakah anda sering ngumpu dengan sesama suku atau dengan suku lain? I : Sama-sama orang Nias.

P : Kalau dengan suku lain?

I : Jarang, Nias sama orang karo la kalo disini-sini cemana la lae sebenarnya aku terus terang aja la sama lae ya, aku aja apa lagi sama KAM-KAM mahasiswa judi aja lah. Abis itu pulang nanti dari sini judi terus minum-minum udah abis.


(18)

Universitas Sumatera Utara I : Bisa juganya tapi jarang. Gitu ya kan kayak organisasi itu sering juganya

tapi uda jarang lagu uda malas. P : Masalahnya?

I : Masalahnya gimana la lae bilangnya kadang gak ada lagi niat untuk bergabung-gabung gitu lah, maunya ada uang. Karena banyak pikiran itu ya kan.

P : Bagaimana pengalaman anda dengan suku lain ?

I : Pengalamannya cuman tau-tau sedikit bahasa mereka, sedikit la. P : Ngerti bahasanya?

I : Ngerti la.

P : Pernah gak paham dengan bahasa mereka?

I : Ya dulu, tapi sekarang uda lama yakan tau juga la sedikit-sedikit karena mulai bahasanya aja la kita tahu mulai aku... cemana la ya bilangnya. Kalau cemana ya... kalau kita ngomong kita tahu bahasa –bahasa orang itu kan dari awalnya memaki gitu ya kan, nanti uda dikasih tahu kawan artinya.

P : Aapakah anda pernah mengalami konflik?

I : Untuk konflik biasa, tapi gak sampai bawa emosi gitu ya kan uda. P : Konflik seperti apa itu?

I : Konflik gimana la cuman konflik ngomong-ngomong aja sama apa ya kan ...makian yauda

P : Penyelesaiannya?

I : Penyelesaiannya ya bilang aja, salaman gitu ya kan selesain ja la yakan. P : Bagaimana pandangan anda terhadap orang Medan?

I : Kalau kita ya kan kalo orang-orang contohnya ya kan kalo baru-baru datang dari desa gitu ya kan masuk kota Medan ini banyak juga terpengaruh. Maksudnya ada aja pengaruhnya namanya aja kota ya kan. apa aja ada ya kan semua ada mulai dari narkoba gitu ya kan, mencuri gitu ya kan.


(19)

Universitas Sumatera Utara I : Banyak juga sih satu-satunya aja ya kan cemana la kita bisa ngomong di depan orang, banyak ya kan kita tau mana yang bagus mana yang enggak baru banyak yang kita tiru ada yang positif ada juga yang negatif ya kan. P : Suka duka yang anda alami selama di Medan?

I : Gimana la bisa gak makan sehari sampai 2 hari

P : OK la bang terima kasih banyak atas bantuan abang dan juga waktunya I : Ya sama- sama lae.


(20)

Universitas Sumatera Utara INFORMAN V

Nama : Normal Lase

Jenis Kelamin : Laki-laki Status : Sudah Menikah

Usia : 27 Tahun

Pekerjaan : Penarik Becak

Waktu Wawancara : 10.00 Wib, Tanggal 30 Juni 2016

Tempat : Pintu 4 Kampus Universitas Sumatera Utara

P : Sudah berapaa lama anda berada di kota Medan? I : 4 bulan

P : Apa tujuan anda datang ke kota Medan?

I : Tujuan sebenarnya mencari pkerjaan, dan sekaligus menunggu lamaran pekerjaan yang sudah saya layangkan.

P : Sudah berapa lama anda berprofesi sebagai penarik becak? I : Hampir 3 bulan

P : Kenapa anda memilih bekerja sebagai penarik becak?

I : Lamaran kerja yang saya sudah layangkan belum..., sampai sekarang belum ada panggilan. Terpaksa belum ada pekerjaan yang pasti narik becak dulu.

P : Bagaimana interaksi anda dengan orang Medan ?

I : Interaksi dengan orang Medan sini belum begitu dekat sekali.

P : Kalau dari sisi buya yang ada di kota Medan sendiri bagaimana menurut anda?

I : Bedanya budaya Nias dengan Medan sebenarnya tidak jauh berbeda, m engapa saya bilang tidak jauh berbeda karena budaya di nias juga bukan hanya satu banyak budaya-budaya di Nias seperti lompat batu di Nias, seperti...banyak lah budaya-budaya di Nias. Tetapi kalau di Medan emm... kalo saya di Medan, selama saya meninjakkan medan selama


(21)

Universitas Sumatera Utara empat bulan belum begitu tahu bagaimana budaya-budaya di Medan. Tapi menurut informasi, budaya di Medan jauh lebih bagus dibandingkan dengan budaya yang masih dalam perkembangan.

P : Kenapa memilih kerja di Medan?

I : Bukan saya memilih disini untuk bekerja, sebenarnya ada faktor kenapa saya bisa ada disini. 1 dulu karena istri sudah duluan ada di Medan jadi mumpung saya masih belum selesai kemarin, jadi saya belum bisa menjemput istri sendiri, jadi karena istri sudah duluan di Medan saya ikut. Jadi kalau saya sudah punya kerjaan menetap baik di Nias ataupun dimana saja nanti saya, saya bisa pindah ke Medan ini saya bisa ke kota lain. P : Bagaimana interaksi dengan suku lain?

I : Interaksi...em...dengan suku lain, tapi kalau interaksi saya dengan mahasiswa-mahasiswa sini ya memang penilaiannya bagus, baik ya kan menyesuaikan saja. Kalau hubungan mengenai pertemanan dengan sukun lain baik itu suku jawa maupun suku lain tidak ada istilahnya pertentangan tidak ada, tidak ada pertentangan dengan suku Nias dengan suku Jawa atau apa saja atau masalah-masalah apa gitu baik tidak ada lah.

P : Apakah anda mengalami hambatan pada saat berinteraksi ?

I : Kendala dulu no 1 mengenai bahasa, jadi karena belum memahami bagaimana logat-logat bahasa la yang menjadi salah satu kendala. Tapi bukan kendala pasti yang total, buakan, tetapi kendala sementara sebelum kita menyesuaikan.

P : Bagaimana pandangan anda terhadap suku lain?

I : Kalau menurut saya budaya disini...sepertinya sih belum begitu saya kuasai, mengapa? Karena saya baru beberapa bulan apalagi kan itula pertama kali saya merantau ke Medan. jadi yang penting kedengaran sama orang-orang yang duluan disini bahwa budaya di sini banyak beragam macam yang enting hal-hal positif itu aja.

P : Seberapa sering interaksi dengan suku lain? I : Gak begitu sering

P : Loh kenapa bang?

I : Ya itu lah saya tidak tahu kenapa, yang penting tidak ada istilah seperti saya bilang tadi tidak ada pertentangan antara suku Nias dengan suku lain. P : Selama di Medan perah mengalami konflik?


(22)

Universitas Sumatera Utara I : Semasa saya ada di medan ini belum ada.

P : Ketika pertama kali tiba di Medan apa yang anda pikirkan tentang Medan?

I : Ya pandangan saya mmm...saya seakan-akan yang belum terbiasa di Nias sudah terbiasa di Medan mengapa? Karena begitu banyak perubahan dalam diri saya temui di Medan ini mulai dari pembangunannya, pendidikan dan segala macam la.

P : Aapakah ada perubahan dalam diri anda sendiri?

I : Kalau mengenai perubahan hidup. Diri saya ya... sebenarnya sih tidak ada mengapa saya bilang tidak ada, malah pun perubahan bukan semakin berkembang malah semakin mundur. Mengapa, karena masih lebih enak tinggal dengan orang tua. Tapi yang namanya hidup mandiri berarti menerima tantangan jadi sementara perubahan saya belum ada.

P : Apakah budaya yang ada di Nias masih anda terapkan selama di Medan? I : Kalau budaya-budaya di Nias ya...yah masih kita terapkan la.

P : Budaya seperti apa itu bang?

I : Kalo budaya di Nias sehari-hari seperti contohnya di dalam pernikahan, jangan la kita ambil contoh itu, contohnya dalam keluarga di Nias yang menjadi sumber permasalahan pertama kali adalah ee....kekurangan ekonomi sehingga kita sering ribut sama istri. Jujur itu masih terikut sampai di sini. Cuman bahasa-bahasa kasar yang kita keluarkan setiap hari itulah yang kita lakukan disana tetapi, tidak semua juga, tapi kan tergantung orangnya sendiri secara umumnya budaya di Nias positif dia. P : Apakah anda masih terbawa kebiasaan tersebut?

I : Kalau saya sendiri masih terbawa la setengah. Kalau semua ya hancur la. Hancurnya bisa berantakan dalam keluarga, interaksi juga jadi susah. P : Baiklah bang kalau begitu terimakasih atas bantuan dan waktunya. I : Oooh iya sama-sama


(23)

Universitas Sumatera Utara

LANPIRAN III


(24)

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Jl. Dr. A. Sofyan No. 1 Telp. (061) 8217168

LEMBAR CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI

NAMA : Eko Meilana

NIM : 120904103

PEMBIMBING : Yovita Sabarina Sitepu, S.Sos, M.Si

NO. TGL.PERTEMUAN PEMBAHASAN PARAF

PEMBIMBING 7 Maret 2016

28 Maret 2016 7 April 2016

3 Mei 2016 15 Mei 2016 29 Mei 2016 22 Juni 2016 27 Juni 2016 28 Juni 2016

Diskusi judul Bimbingan Proposal Penyerahan Bab I - Bab III

Revisi Bab I - Bab III Revisi bab 2 Revisi bab 3 Revisi tipo

Diskusi pedoman wawacara Revisi pedoman wawancara


(25)

Universitas Sumatera Utara 25 Juli 2016

27 Juli 2016

Penyerahan Bab IV Penyerahan revisi Bab IV

Catatan:

Minimal pertemuan 6 (enam) kali untuk setiap bimbingan.


(26)

Universitas Sumatera Utara BIODATA

Nama Lengkap : Pandy Syahputra

Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 17 November 1994 Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Karya Kasih Gg. Pipa Kota Medan Telpon / HP : 082210159815

Email : pandy.syahputra1994@gmail.com

SILSILAH KELUARGA

Ayah : Hasanuddin

Ibu : Nurmarita

Saudara Perempuan : Nurhayani

RIWAYAT PENDIDIKAN

2000 – 2006 : SD Swasta Darma Medan 2006 – 2009 : SMP Negri 28 Medan


(27)

Universitas Sumatera Utara

LANPIRAN V


(28)

Universitas Sumatera Utara DOKUMENTASI PENELITIAN


(29)

(30)

(31)

29

Universitas Sumatera Utara 3.1 Metode Penelitian

Penelitian adalah proses ilmiah yang selalu ada dalam kehidupan intelektual manusia berdasarkan sifat ingin tahu yang ada dalam hidup ilmuwan. Dalam memenuhi hasrat tersebut ada dua cara yang digunakan, yaitu pertama, dengan menggunakan akal sehat mengacu pada kelaziman-kelaziman dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, melakukan kegiatan penelitian yang bersifat ilmiah yang berdasarkan pada kaidah-kaidah tertentu dan cara berpikir yang sistematis yang melingkupi keseluruhan proses penelitian (Bungin, 2004: 297)

Metode penelitian adalah analisis teori atau ilmu yang membahas tentang metode dalam melakukan penelitian. Metode penelitian komunikasi adalah prosedur atau cara ilmiah dalam melakukan penelitian bidang komunikasi untuk menemukan hal-hal baru, membuktikan/ menguji temuan penelitian sebelumnya atau untuk pengembangan ilmu komunikasi (Pujileksono, 2015: 4).

3.1.1 Metode Penelitian Kualitatif

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan desain penelitian kualitatif deskriptif. Model desain penelitian deskriptif untuk menjelaskan makna-makna dalam gejala sosial. Pendekatan kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di masyarakat. Objek analisis dalam pendekatan kualitatif adalah makna dari gejala-gejala sosial dan budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat bersangkutan.

Pendekatan kualitatif dalam komunikasi menekankan pada bagaimana sebuah pendekatan dapat mengungkapkan makna-makna dari konten komunikasi yang ada sehingga hasil-hasil penelitian yang diperoleh berhubungan pemaknaan dari sebuah proses komunikasi yang terjadi (Bungin, 2004: 302).


(32)

Universitas Sumatera Utara Laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya (Moleong, 2014: 11).

3.2 Subjek Penelitian

Kirk dan Miller (1986) mendefiniskan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya (Moeleong, 2014: 4). Pada penelitian kualitatif, subjek penelitian ini disebut informan. Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi subjek penelitian ini adalah: Masyarakat suku Nias yang ada di sekitar kompleks kampus Universitas Sumatera Utara yang berprofesi sebagai penarik becak.

3.3 Objek Penelitian

Objek penelitian merujuk pada masalah yang diteliti dimana objek penelitian adalah karakteristik tertentu yang mempunyai nilai, skor atau ukuran yang berbeda untuk unit atau individu yang berbeda. Objek penelitian yang akan

diteliti adalah Hambatan-hambatan komunikasi antarbudaya yang dialami oleh suku Nias dalam berinteraksi dengan mahasiswa.

3.4 Kerangka Analisis

Unit analisis pada umumnya dilakukan untuk memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh tentang situasi yang diteliti objek penelitian. Unit analisis dalam penelitian ini meliputi 3 komponen menurut Speadly (dalam Sugiyono, 2007: 68) yaitu:


(33)

Universitas Sumatera Utara 1. Tempat, tempat dimana dalam penelitian ini berlangsung. Tempat berlangsungnya penelitian adalah di kompleks kampus, Universitas Sumatera Utara.

2. Pelaku, pelaku dalam penelitian ini adalah subjek penelitian sebagai informan yang sesuai dengan penelitian ini. Dalam hal ini adalah masyarakat suku Nias yang ada di sekitar kompleks kampus Universitas Sumatera Utara yang berprofesi sebagai penarik becak.

3. Kegiatan, kegiatan yang dilakukan oleh pelaku dalam situasi yang sedang berlangsung dalam hal mengetahui hambatan-hambatan komunikasi antarbudaya apa sajakah yang dialami oleh masyarakat suku Nias dalam berinteraksi dengan masyarakat sekitar komplek kampus Universitas Sumatera Utara.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data yang utama adalah observasi dan wawancara. Dalam prakteknya kedua metode tersebut dapat digunakan secara bersama-sama, artinya sambil wawancara juga melakukan observasi atau sebaliknya. Wawancara akan berlangsung baik kalau tercipta kepercayaan antara peneliti dengan yang diwawancarai (Sugiyono, 2012: 239).

1. Wawancara Mendalam (in-depth interview)

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab secara lisan, baik langsung atau tidak langsung dengan sumber data. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan secara langsung (tatap muka) dengan jumlah pertemuan yang tidak ditentukan bergantung pada informasi yang dibutuhkan (Pujileksono, 2015: 123).

2. Observasi terus terang atau tersamar

Dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti (Sugiyono, 2012: 228).


(34)

Universitas Sumatera Utara Dalam melakukan penelitian, peneliti juga akan membaca literatur yang berkaitan dengan penelitian. Dalam penelitian ini peneliti membaca literatur yang berkaitan dengan komunikasi antarbudaya dan komunikasi antarpribadi.

3.5.1 Penentuan Informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Kegunaan informan bagi peneliti ialah agar dalam waktu yang relatif singkat banyak informasi yang terjaring, jadi sebagai sampling internal, karena informan dimanfaatkan untuk berbicara, betukar pikiran, atau membandingkan suatu kejadian yang ditemukan dari subjek lainnya (Biklen dalam Moeleong, 2014: 131).

Teknik penentuan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling. Teknik sampling purposive adalah sampel diambil atau ditentukan

dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil atau ditentukan sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki dan dapat memberikan informasi yang diperlukan untuk kepentingan penelitiannya. Dalam penentuan informan, kriteria yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

1. Masyarakat suku nias yang berprofesi sebagai penarik becak yang ada di sekitar kompleks kampus Universitas Sumatera Utara.

2. Masyarakat suku Nias suku Nias yang berasal dari pulau Nias yang telah menetap di kota Medan

3. Bisa berbahasa indonesia dengan jelas

Tentunya setiap orang akan mengalami perbedaan budaya ketika kita memasuki daerah perkotaan dimana terdapat beragam budaya yang dapat kita temui di daerah tersebut yang akan menimbulkan Hambatan-hambatan komunikasi ketika berinteraksi dengan masyarakat.


(35)

Universitas Sumatera Utara 3.5.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di kota Medan, sebagaimana data yang di butuhkan berasal dari masyarakat suku Nias yang ada di sekitar kompleks Universitas Sumatera Utara yang berprofesi sebagai penarik becak. Peneliti menyesuaikan tempat dengan informan untuk melakukan wawancara mendalam (in-depth interview). Tempat wawancara berlangsung di lingkungan kampus Universitas Sumatera Utara, dan dikondisikan sesuai dengan permintaan para informan dengan melakukan kesepakatan bersama terlebih dahulu.

3.6 Keabsahan Data

Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada dua kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan dan kebergantungan.

1. Kredibilitas (credibility) kredibilitas penelitian berkaitan dengan

pertanyaan “Apakah proses dan hasil penelitian ini dapat diterima atau

dipercaya?”. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka perlu dilihat dari beberapa aspek, yaitu:

a. Memperpanjang masa penelitian memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan yang akan dikumpulkan.

b. Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan.

c. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.

d. Analisis kasus negatif ada, peneliti mencari data yang berbeda atau bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya.

e. Menggunakan bahan refrensi sebagai upaya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti.


(36)

Universitas Sumatera Utara f. Mengadakan memberchek untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data (Sugiyono, 2012: 276).

2. Kebergantungan (confirmability) jika dua atau beberapa kali diadakan pengulangan suatu studi dalam suatu kondisi yang sama dan hasilnya secara esensial sama, maka dikatakan realibilitasnya tercapai (Moloeng, 2014: 324).

3.5 Teknik Analisis Data

Menurut Seiddel (Moeleong, 2014: 248) analisis data kualitatif memiliki tahapan sebahai berikut:

1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.

2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasi, membuat ikhtisar dan membuat indeksnya.

3. Berpikir dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.

Kegiatan analisis data dalam penelitian ini dimulai dengan mengumpulkan semua data yang diperoleh dari lapangan, baik berupa data primer maupun sekunder. Data-data yang diperoleh kemudian disesuaikan dengan teori-teori yang berhubungan untuk mendapatakan suatu kesimpulan akhir. Selanjutnya, akan disusun membentuk laporan yang sistematis.


(37)

35

Universitas Sumatera Utara 4.1 Hasil

4.1.1 Proses Penelitian

Pada bab ini dibahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan baik secara observasi maupun dengan cara wawancara langsung terhadap informan yang telah ditetapkan. Penelitian dilakukan terhadap orang-orang suku nias yang ada di kota Medan. Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi mengenai kriteria dan jumlah subjek yang akan dijadikan informan dalam penelitian ini. Proses awal penelitian ini dimulai dengan melakukan pengajuan judul kepada jurusan dan disetujui oleh dosen pembimbing. Setelah mendapatkan persetujuan untuk melakukan penelitian sesuai dengan judul yang peneliti ajukan, maka peneliti melakukan segala persiapan yang berhubungan dengan penelitian. Persiapan awal dimulai dengan melakukan observasi terhadap orang-orang suku nias yang berada di sekitaran kompleks kampus Universitas Sumatera Utara. Selanjutnya, peneliti membuat pedoman wawancara yang berguna sebagai acuan dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai Hambatan-Hamnbatan Komunikasi Antarbudaya.

Penelitian dilanjutkan dengan melakukan pendekatan kepada calon-calon informan. Peneliti mencoba mendatangi mereka satu persatu untuk menanyakan kesediaan mereka untuk di wawancara mengenai Hambatan-Hambatan Komunikasi Antarbudaya. kelima informan yang diobservasi, menyatakan bersedia untuk kegiatan wawancara yang akan dilakukan oleh peneliti. Wawancara ini mulai dilaksanakan pada tanggal 29 juni 2016 bertempat di lingkungan kompleks kampus Universitas Sumatera Utara. Lokasi penelitian dilakukan di dua tempat yang ada di sekitar kampus USU yaitu di pintu 4 dan pintu 1. Waktu penelitian di sesuaikan dengan jam kerja dari masing masing informan dimana keseluruhan dari mereka berprofesi sebgai penarik becak.


(38)

Universitas Sumatera Utara Proses wawancara dilakukan selama 3 hari dimana Peneliti melakukan wawancara pada informan 1 dan 2 pada tanggal 29 juni 2016. Informan ke 3 dan 4 peneliti melakukan wawancara keesokan harinya pada tanggal 30 juni 2016. Informan ke 5 dilakukan pada tanggal 1 juli 2016.

Peneliti menetapkan jumlah informan yang menjadi subjek penelitian sebanyak lima orang. Hal ini dikarenakan hasil wawancara dengan informan, peneliti tidak menemukan data baru karena jawaban yang diberikan oleh masing-masing informan sebagian besar memiliki maksud yang sama. Sehingga penembahan informan tidak lagi di perlukan karena tidak memberikan informasi yang baru dan berarti bagi peneliti.

Hal-hal yang ditemukan saat prses penelitian diantaranya, sulitnya peneliti untuk mendapatkan hal-hal tentang pengalaman informan dikarenakan sikap informan yang kurang terbuka kepada peneliti. Ada juga informan yang tidak mengerti dari maksud pertanyaan yang peneliti ajukan sehingga peneliti harus menjelaskan secara rinci maksud dari pertanyaan tersebut. Kendala yang dialami oleh peneliti dimana ketika sedang melakukan wawancara dengan salah satu informan, banyak rekan-rekan informan yang juga berprofesi sebagai penarik becak mengerubungi sehingga mengganggu jalannya proses wawancara yang sedang berlangsung.

Selain kendala yang ditemukan peneliti saat wawancaraa, peneliti juga mendapat tambahan pengelaman, pengetahuan baru dari cerita yang disampaikan oleh informan mengenai kehidupannya selama merantau. Peneliti semakin ingin tahu tentang segala sesuatu mengenai hambatan-hambatan komunikasi antarbudaya yang dialami oleh suku Nias. Karakter yang berbeda-beda dari tiap informan memberikan karakter sendiri bagi informan, karena ternyata tidak mudah untuk berhadapan dengan narasumber yang memiliki perbedaan mengenai pengalaman hidupnya.

Setelah wawancara selesai maka peneliti melanjutkan ke tahap berikutnya yaitu tahap analisis data. Pada tahap ini peneliti menganalisa hasil wawancara terhadap kelima informan penelitian, setelah itu peneliti melakukan analisis


(39)

Universitas Sumatera Utara terhadap jawaban-jawaban informan tersebut berdasarkan penuturan informan yang sesuai dengan tujuan penelitian.

4.1.2 Deskripsi Informan

Adapun deskripsi dari masing-masing informn dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Informan I

Informan pertama dalam penelitian ini adalah bernama Ali, ali saat ini sudah berusia 24 tahun dan belum menikah. Ali sendiri sampai saat ini hanya memiliki tamatan SMA saja. Pemuda ini sendiri berasal dari Nias Selatan (teluk dalam).

Ali adalah seorang pria yang bertubuh mungil bermarga laiya dan beragama kristen ini berasal dari dari daerah teluk dalam nias selatan. Pria yang kerap di sapa Ali ini merupakan putera asli Nias ini berusia 24 tahun dan memiliki tinggi badan sekitar 160 cm. Ali sendiri adalah seorang penarik becak yang biasa mangkal di daerah pintu 4 kampus Universitas Sumatera Utara. Sulitnya dalam mencari pekerjaan membuatnya memilih bekerja sebagai penarik becak. Profesi ini sudah dia jalani selama satu bulan lamanya.

Ali sendiri tidaak begitu merasakan hal-hal yang berbeda pada saat melakukan perantauan. Basic sebagai perantau sudah ada dalam dirinya yang membuatnya mudah beradaptasi dengan daerah yang berbeda. Karena pria kelahiran 24 tahun silam ini sudah merantau sejak ia duduk di bangsu sekolah hingga ia selesai SMA.

Putra nias ini melakukan perantauan ke kota Medan dengan tujuan untuk mencari pengalam. Serta ingin mengetahui bagaimana kehidupan yang dilakukan oleh orang-orang yang ada diperkotaan khususnya di kota Medan. Selama di Medan ali tinggal bersama dengan abangnya yang juga melakukan perantauan.


(40)

Universitas Sumatera Utara Sikapnya yang terbuka dan ramah terhadap orang inilah yang memudahkan peneliti untuk melakukan wawancara.

Informan II

Informan kedua yaitu bapak Firman, bapak paruh baya ini saat ini usianya sudah mencapai 31 tahun dan sudah memiliki istri. Sedangkan pendidikan terakhir yang ia punya adalah tingkat SD. Dia sendiri berasal dari pulau Nias tepatnya di daerah Nias Selatan.

Firman adalah seorang pria paruh baya yang memiliki kulit sawo matang, berambut cepak, dan bermata sipit yang memiliki tinggi badan sekitar 150 cm. Pria paruh baya ini pertama kali datang ke kota Medan dengan Tujuan ingun mengetahui bagaimana situasi yang ada di perkotaan seperti kota Medan ini.

Pria bersuku nias ini sekarang sudah berusia 31 tahun dan sudah memiliki istri dan satu orang anak. Bapak yang memiliki sifat pendiam ini sudah 9 tahun menetap di Medan dan berprofesi sebagai penarik becak.

Informan III

Informan ketiga dari penelitian ini adalah Yatfin Bula, pemuda satu ini sudah berusia 22 tahun. Statusnya saat ini adalah masih singgel atau belum menikah. Pendidikan terakhir yang ia miliki adalah SMA, pemuda satu ini berasal dari Nias Barat.

Yatfin Bula adalah seorang pria yang berambut gondrong dan memiliki tinggi badan sekitar 155 cm. Pria lajang yang berusia 26 tahun ini adalah putera kelahiran Nias ini sudah berada 2 tahun di kota Medan dan berprofesi sebagai penarik becak.

Yatfin sendiri memlilih merantau ke kota Medan untuk mencari pengalaman di daerah perkotaan. Yatfin sendiri sudah menjalani profesinya selama satu tahun


(41)

Universitas Sumatera Utara memilih profesi ini karena ketidak adanya paksaan dari orang lain seperti kerja pada umumnya yang harus berada di bawah pengawasan dari atasan. Alasan itu lah yang mendorongnya untuk berprofesi sebagai penarik becak.

Informan IV

Informan keempat pada penelitian ini bernama Ismail, pemuda satu ini berasal dari Nias Induk. Selama berada di kota Medan ia sedang menjalani studi S1nya di bidang Administrasi Negara. Sampai saat ini pemuda ini belum menikah Laki-laki bertubuh kurus dengan tinggi badan 160 cm adalah seorang mahasiswa angkatan 2012 berasal dari Nias sedang melakukan perantauan untuk mencari nafkah sambil menjalankan studi S1 jurusan Administrasi Negara di Universitas Darma Agung.

Ismail adalah orang suku nias nias namun lebih sering menggunakan logat batak karo. Ismail sudah menetap di kota Medan selama 5 tahun dan berprofesi sebgai penarik becak. Profesi ini sudah 3 tahun ia jalani sembari menjalani aktifitas kuliah yang ia lakukan pada sre hari

Pria kelahiran medan 22 tahun silam ini memilih untuk merantau ke kota medan dengan alasan untuk mencari uang, kurangnya lapangan perkerjaan yang tersedia di pulau nias membuatnya untuk berani kelua dari kampung halamannya untuk mewujudkan cita-citanya. Selama berada di kota Medan ini dia tinggal seorang diri tanpa ada sudara yang ikut dengannya.

Ia pun sudah merasakan susah senang hidup sendiri di kota besar seperti kota Medan serta bagaimana kerasnya kehidupan orang-orang yang tinggal di perkotaan untuk mendapatkan pekerjaan dan menghasilkan uang.


(42)

Universitas Sumatera Utara Informan V

Selanjutnya informan kelima sekaligus informan terakhir dalam penelitian ini bernama Normal Lase, Normal sendiri saat ini sudah mempunyai istri dan satu orang anak. Usianya saat ini sudah 27 tahun, bapak satu anak ini baru saja menyelesaikan studi S1nya di bidang Managemen dan ia berasal dari kabupaten Nias.

Informan kelima dalam penelitian ini bernama Normal Lase, pria yang berkulit putih dan bertubuh mengil, serta bermata sipit ini akrab disapa normal sudah berkeluarga ini baru 4 bulan berada di kota Medan. Ia datang ke kota Medan untuk mencari pekerjaan sembari menyusul istrinya yang sudah lebih dulu tinggal di kota Medan

Normal sendiri baru menyelesaikan studi S1 di bidang menejemen ini berofesi sebagai penarik becak. Profesi ini sudah dijalaninya karena lamaran pekerjaan yang ia kirimkan belum mendapatkan panggilan sehingga untuk sementara waktu ia memilih bekerja sebagai penari becak. Pekerjaan ini sudah ia jalani selamah 3 bulan lebih. Merantau ke kota Medan merupakan pengalaman pertamanya dimana ia memilih kota medan karena istrinya sudah terlebih dahulu sudah berada di sini, dan ia memilih merantau dengan tujuan untuk mencari pekerjaan.

Menurut bapak dua anak ini masih belum menentukan apakah ia akan menetap di kota medan seterusnya atau tidak. Karena ia sedang menunggu mendapatkan pekerjaan yang tetap jika dia sudah mendapatkan pekerjaan yang tetap dia bisa saja pindah dari kota Medan ke kota lain atau kembali ke Nias.


(43)

Universitas Sumatera Utara Tabel 4.1 Tabel Profil Informan Penelitian

No Nama Informan

Usia Status Pensisikan Pekerjaan Lama menetap 1

Ali 24 Belum

Menikah

SMA Tukang

Becak

4 bulan

2

Firman 31 Sudah

Menikah

SD Tukang

Becak

9 tahun

3

Yatfin Bula

22 Belum Menikah

SMA Tukang

Becak

2 tahun

4

Ismail 22 Belum

Menikah Sedang menjalani studi SI Administrai Negara Tukang Becak 5 tahun 5 Normal Lase

27 Sudah Menikah SI Management Tukang Becak 4 bulan


(44)

Universitas Sumatera Utara 4.1.3 Hasil Pengamatan Dan Wawancara

A. Hambatan-Hambatan komunikasi Antarbudaya

Komunikasi atau berkomunikasi itu kelihatannya mudah, tetapi sebenarnya tidak lepas dari berbagai kendala atau hambatan dalam pelaksanaannya. Dengan mengetahui atau menyadari adanya kemungkinan hambatan atau faktor yang lazim bisa menjadi kendala dalam aktifitas komunikasi ini, bisa kita harapkan bahwa kita bisa mengulanginya atau menghindarinya. Agar proses penyampaian pesan berlangsung dengan baik serta tercapainya tujuan komunikasi yang kita lakukan (saling pengertian atau kesepakatan bersama).

Hambatan komunikasi yang juga dikenal sebagai communication barrier adalah segala sesuatu yang menjadi penghalang untuk terjadinya komunikasi yang efektif. Dengan memahami mengenai komunikasi antarbudaya maka hambatan komunikasi (communication barrier) semacam itu dapat kita lalui.

Komunikasi antarbudaya menjadi semakin penting karena meningkatkan mobilitas orang di seluruh dunia, saling ketergantungan ekonomi diantara banyak negara, kemajuan teknologi komunikasi, perubahan pola imigrasi dan politikmembutuhkan pemahaman atas kultur yang berbeda-beda.

Peneliti melakukan wawancara kepada 5 orang informan yaitu orang suku nias yang berada di kota medan khususnya di sekitaran kompleks kampus Universitas Sumatera Utara. Lima informan ini sebelum ada yang belum pernah merantau dan ada juga yang sudah pernag merantau ke beberapa daerah lainnya. Bagi mereka yang baru pertaama kali melakukan hal ini menjadi pengalam baru untuk para informan dalam penelitian ini mencoba memasuki daerah yang baru yang mereka masuki.

Setelah melakukan wawancara peneliti membagi hasil penelitian menjadi tiga fase yaitu fase awal, fase selanjutnya, dan fase akhir. Pada fase awal peneliti menjelaskan tenteng alasan memilih pindah ke kota Medan, kenapa memilih profesi sebagai penarik becak dan perbedaan budaya yang ada di kota Medan dan di nias. Fase selanjutnya peneliti menjelaskan mengenai interaksi yang dilakukan


(45)

Universitas Sumatera Utara oleh informan dengan suku lain yang ada di kota Medan, serta konflik apa yang pernah dialami oleh informan selama berada di kota Medan. Fase akhir peneliti menjelaskan tenteng hambatan-hambatan komunikasi antarbudaya apa saja yang dialami oleh informan selama berada dikota Medan. Berikut hasil dari pengamatan dan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap 5 orang informan di lingkungan kampus USU.

1. Fase Awal

Pada fase awal peneliti menggambarkan tentang orang-orang suku Nias datang ke kota Medan yaitu tentang tujuan mereka datang ke kota Medan, kenapa memilih bekerja sebagai penarik becak serta bagaimana perbedaan budaya yang ada di kota Medan dengan Nias sendiri.

Berbagai macam ekspektasi yang ada di benak para informan mengenai tujuan mereka untuk merantau ke kota Medan. Hanya satu dari lima orang informan yang telah di wawancara memilih merantau ke kota Medan dengan Tujuan untuk mengetahui bagaimana situasi yang terjadi di kota Medan. Sementara empat informan lainnya memlilih datang ke kota Medan dengan tujuan untuk mencari pengalaman kerja.

Ali yang sudah menetap selama empat bulan di kota Medan dengan tujuan untuk mencari pengalaman hidup yang akan di dapatnya selama merantau di kota Medan.

“Aku di Medan baru 4 bulan, dan datang ke Medan untuk mencari

pengalaman.”

Lain halnya dengan firman memilih datang ke kota Medan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana situasi yang ada di kota Medan. Menurutnya situasi di kota Medan sangat kurang dalam segi pekerjaan.

“Mau pingin tahu aja bagaimana situasi kota Medan. Di Medan yah....gimana bilangnya ya.... kegiatan kurang, ibarat pekerjaan kalo gak narik


(46)

Universitas Sumatera Utara Sedangkan yatfin dan ismail memilih datang ke kota Medan dengan tujuan untuk mencari pekerjaan.

“Saya merantau ke Medan untuk mencari pengalaman kerja.”

Sama halnya dengan yatfin, Ismail memiliki alasan untik merantau ke kota Medan dengan tujuan untuk mencari nafkah, karena di tempat asalnya sangat susah untuk mendapatkan pekerjaan.

“Untuk mencari pekerjaan nafkah lae, karena disana nyari kerja payah.” Normal adalah informan yang kelima yang baru saja menyelesaikan studi S1 di bidang managemen ini baru empat bulan berada di kota Medan. Ia merantau ke kota Medan dengan tujuan untuk mendapatkan pekerjaan yang tetap.

“Tujuan sebenarnya mencari pkerjaan, dan sekaligus menunggu lamaran

pekerjaan yang sudah saya layangkan.”

Selama berada di kota Medan ali memilih bekerja sebagai panarik becak yang biasa sehari-hari mangkal di sekitaran kampus USU lebih tepatnya di pintu empat. Ia sudah menjalani profesi sebagai penarik becak selama satu bulan, sulitnya mencari pekerjaan yang membuatnya memilih bekerja sebagai penarik becak.

“Ya...kan sekarang nyari kerja susah, apalagi bulan puasa kayak gini

mau ngelamar kerja susah ya kan. Ah mendingan narik becak ajalah. Nyari

pengalaman sedikitlah apalagi kita dari kampung ke Medan.”

Sama halnya dengan Ali, sulitnya mencari pekerjaan telah membuatnya memilih bekerja sebagai penarik becak. Apalagi dengan tamatan SD tentu untuk mencari pekerjaan di Medan sangatlah sulit. Ia sudah menjalani profesi ini selama sembilan tahun lamanya.

“Ya, karena gak ada kerja lain la. Kita kerja sebagai supir tamatan gak

ada, kalaupun ada tamatan harus perlu uang masuk. Disinilah lah banyak ini yang sarjana hukum narik becak juga.”

Berbeda dengan Ali dan Firman, yatfin memilioh bekerja sebagai tukang becak adalah kemauannya sendiri. menurutnya menjadi tukang becak itu pekerjaan yang tidak ada keterikatan dan tidak ada paksaan maka dari itu dia memilih bekerja sebagai seorang penarik becak.


(47)

Universitas Sumatera Utara “Kenapa aku memilih narik becak, karena gak ada paksaan. Kemauan

sendiri, kerja lain gimana la ya banyak paksaan...karena keinginan sendiri la

makanya aku narik becak.”

Menurut Ismail berprofesi sebagai penarik becak adalah sebuah pekerjaan yang tidak ada tuntutan karena ia bisa menentukan kapan harus narik dan kapan tidak. Kesehariannya sebagai mahasiswa di Darma Agung pun menjadi salah satu faktor yang membuatnya memilih bekerja sebagai penarik becak.

“Iya gimana la lae, kalo aku narik becak gak payah gak ada tuntutan dan

gak maksa juga la. Berapa dapat juga....gitu la gak ada paksaan.”

Normal lase memilih bekerja sebagai penarik becak karena ia sedang menunggu lamaran kerja yang sudah ia kirimkan ke beberapa perusahaan yang ada di Medan dan di Nias mendapat panggilan. Itu lah yang menjadi alasan ia bekerja sebagai penarik becak untuk sementara waktu agar bisa menafkahi keluarganya sampai ia mendapat pekerjaan yang tetap.

“Lamaran kerja yang saya sudah layangkan belum..., sampai sekarang belum ada panggilan. Terpaksa belum ada pekerjaan yang pasti narik becak

dulu.”

Selama berada di kota Medan Ali belum begitu memahami budaya yang ada di kota Medan sendiri karena baru empat bulan berada di Medan. Tapi menurutnya ada perbedaan budaya antara kota medan dan Nias walaupun ada sedikit kesamaan antara budaya Nias dan budaya yang ada di Medan.

“Budaya sama saja, ha... beda la budayanya. Cemana dibilang ya

soalnya belum pengalaman dengan budaya sini. Tapi kalu di Nias misalnya ada pesta ntah ada acara adat-adat ada budaya disitu. Misalnya tanggal 17 agustus nanti budaya pasti ada, misalnya lompat batu, anak-anak SMP, sama memiliki

ketianggian 2 meter lebih lah.”

Selama empat bulan berada di kota Medan berada di Medan membuat Normal belum mengetahui banyak tentang budaya yang ada di Medan. Ia hanya mendapat informasi mengenai budaya yang ada di Medan itu dari temannya sesama suku Nias yang sudah lebih dahulu berada di Medan, dan menurutnya budaya yang ada di Nias dan di Medan tidak jauh berbeda.


(48)

Universitas Sumatera Utara “Bedanya budaya Nias dengan Medan sebenarnya tidak jauh berbeda,

mengapa saya bilang tidak jauh berbeda karena budaya di nias juga bukan hanya satu banyak budaya-budaya di Nias seperti lompat batu di Nias, seperti...banyak lah budaya-budaya di Nias. Tetapi kalau di Medan emm... kalo saya di Medan, selama saya meninjakkan medan selama empat bulan belum begitu tahu bagaimana budaya-budaya di Medan. Tapi menurut informasi, budaya di Medan jauh lebih bagus dibandingkan dengan budaya yang masih dalam

perkembangan.”

Pak Firman menggambarkan perbedaan budaya yang ada di Medan dengan di Nias melalui adat-adat yang ada di setiap suku. ia menggambarkan perbedaan antara suku Nias dengan batak itu memiliki kesamaan dalam segi adat sementara jawa dengan nias sangat berbeda sekali karena menurutnya orang jawa ini di dalam keluarga ditak memiliki rasa keperdulian terhadap keluarga.

“Beda la. Ya kalo menurut saya sih kalo ibaratnya perbedaannya sedikit- sedikit saja. Kalo batak sama nias dari adatnya sama saja, kalo jawa dengan nias beda la. Bedanya apabila apa, kalau ada saudaraku atau istriku orang jawa krang mengerti, kurang memahami dia sama mak-tuanya. apabila ada orang tua dari suaminya kalo jawa gak ada. Karena kebanyakan orang nias menganggap orang tua dari itu sebagai bapak kandung sendiri. kalo orang jawa ini gak perdulian sama famili, sama saudara atau sama mertua. Kalo mertuanya sakit

dibiarin, suaminya dipengaruhinya uda gak usa...gak usah kasih kasih.”

Sementara menurut Yatfin perbedaan yang ada di kota Medan dengan Nias sendiri itu tidak ada perbedaan. Di kota Medan sendiri juga terdapat budaya Nias sehingga ia tidak melihat adanya perbedaan budaya yang ada di Medan dan di Nias.

“Kalau perbedaan kebudayaan juga terbawa-bawa juga disini. Karena

budaya dari nias juga ada disini.”

Menurut Ismail perbedaan kebudayaan antara budaya Medan dengan Nias memang berbeda tetapi, Nias juga merupakan bagian dari pulau Sumatera dan di pulau Sumatera sendiri memiliki beraneka macam budaya masing masing dari setiap suku yang ada di Sumatera sendiri.


(49)

Universitas Sumatera Utara “Beda la lae, tapi suku Nias kan termasuk Sumatera Utara juga. Namanya

Sumatera ya kan, cuman beda-beda suku aja biarpun dari sana dibilang ya kan. Em...budaya Nias itu ya kan uda dikumpulkan jadi satu di Sumatera Utara yakan budayanya. Kalo budaya di Nias kayak lompat batu ya kan, baru

tari-tarian tari Waluse, lompat batu kalo kami itu aja.”

tabel 4.2 Perbedaan Budaya No Nama Informan Perbedaan budaya di

Medan dengan Nias

Hambatan 1 Ali Ali merasa bahwa terdapat

perbedaan budaya antara Medan dengan Nias sendiri. menurutnya perbedaan budaya tersebut adalah ketika ada acara-acara adat atau kegiatan kenegaraan seperti 17 Agustus disana pasti terdapat kegiatan budaya seperti lompat batu atau tari-tarian daerah.

Kurangnya pengetahuan akan budaya yang ada di

Medan menjadi

hambatan yang dia alami ketika berada di Medan.

2 Firman Pak Firman menjelaskan bahwa terdapat perbedaan budaya yang ada di Medan dengan di Nias, namun perbedaan tersebut hanya sedikit saja. Perbedaan tersebut pada adat-adat yang ada di setiap suku. misalnya adat suku batak dengan suku Nias itu sama sedangkan adat suku jawa dengan suku Nias itu berbeda.

Hambatan yang dialami dalam hal perbedaan budaya terletak pada sifat orang sdi setiap suku, dimana ia menurutnya orang jawa di dalam keluarga tidak memilki rasa keperdulian terhadap keluarganya dan lebih mementingkan dirinya sendiri.

3 Normal Lase Perbedaan budaya yang ada pada kota Medan dengan Nias sendiri tijak jauh berbeda. Karena menurutnya di setiap daerah pasti memiliki budaya yang berbeda-beda sama halnya dengan kota Medan dan Nias sendiri yang juga memiliki lebih dari satu bdaya yang terdapat di daerah

masing-Kurangnya pengetahuan akan budaya yang ada di

Medan menjadi

hambatan yang dia alami ketika berada di Medan.


(50)

Universitas Sumatera Utara masing, namun untuk

budaya di Medan sendiri tidak mengetahui sama sekali ia hanya mengetahui dari teman-temannya yang sudah lebih dulu berada di Medan

4 Yatfin Bula Yatfin merasa bahwa perbedaan yang ada antara Medan dengan Nias sendiri tidak ada perbedaan sama sekali. Hal itu dikarenakan budaya yang ada di Nias juga terdapat di kota Medan sehingga ia tidak merasakan adanya perbedaan yang ada antara Medan dengan Nias.

Kurangnya pengetahuan akan budaya yang ada di

Medan menjadi

hambatan yang dia alami ketika berada di Medan.

5 Ismail Ismail menerangkan

bahwa menurutnya terdapat perbedaan antara Mena dengan Nias. Contohnya tarian tradisionla seperti tari waluse dan lompat batu pasti berbeda dengan budaya yang ada di kota Medan.

Kurangnya pengetahuan akan budaya yang ada di

Medan menjadi

hambatan yang dia alami ketika berada di Medan.

2. Fase Selanjutnya

Pada fase ini peneliti menjelaskan bagaimana gambaran interaksi yang dilakukan oleh-orang suku Nias yang ada di kota medan dengan lingkungan sekitarnya yang memiliki karakteristik budaya yang berbeda-beda dan juga mengetahui konfllik apa yang dialami oleh orang-orang suku nias selama berainteraksi dengan masyarakat kota Medan.

Selama tinggal di kota Medan dan tinggal di lingkungan dengan berbagai macam suku yang ada di kota Medan mengharuskannya untuk melakukan interaksi dengan orang lain yang ada di lingkungannya. Ali melakukan interaksi dengan orang-orang yang ada di kota medan, menurutnya interaksinya dengan


(51)

Universitas Sumatera Utara orang Medan sangat baik karena ia melihat bahwa orang Medan berperilakuan yang baik.

“Ya gimana ya lumayan juga la.

“Ya...yang penting baik orang tu cakapnya bagus.”

Sementara interaksinya dengan suku lain menurutnya sudah biasa. Pengalamannya yang sudah pernah tinggal di daerah selain kota Medan yang membuatnya memiliki pengalaman dengan interaksi dengan suku lain.

“Gak lah biasa aja soalnya dulu aku tu SMA bukan di Nias aku SMA di

sibolga. Tapi suku batak, jawa, karo aku uda tahu gimana cara sistem orang itu.

Lain halnya dengan pak Firman, menurutnya interaksinya dengan orang-orang medan sendiri kurang begitu dekat. Kehidupan perkotaan yang keras membuatnya tidak begitu banyak melakukan interaksi dengan orang lain, lebih baik mementingkan kehidupannya sendiri lebih penting daripada untuk memikirkan orang lain.

“Ya kalo interaksi disini, seperti bahasa anak gaul jaman sekarang “siapa lo siapa gua”. Yang penting urus diri sendiri masing-masing apabila ada mengeluh kamu sama ku tentang masalah mu ku kasih, kalo gak ada ya diem

aja.”

Sementara interaksi dengan suku-suku lain yang ada di kota medan sendiri lebih memihak-mihak.

“Kebanyakan disini bang e....apa e...ibaratnya ada ada adat-adat disitu atau pesta memihak-mihak. Ibaratnya, contohnya kita berdua bapak abang sama bapak ku satu kakek dari atas, ha sementara kita uda be...apa...e....tiga tingkat


(52)

Universitas Sumatera Utara

sama kakek kita tadi sama sudara, sama bapak abang tadi sama bapak ku. Ibaratnya ada pesta abang lah contohnya kan masih saudara kalo tiga tingkat itu. Ompu bapak tadicuman hanya satu, ompu bapak sama ompu bapak ku sama cuman satu. Ibaratnya ada pesta sama abang atau sama kamu sekarang maka

muncul lah aku, “ah memangnya siapanya kamu disini”, “kamu siapa rupanya”karena aku tadi atau bapak aku kan eee...orang susah-susah. Ah itu anak yang gak perlu itu ngapai diundang-undang cukup kita-kita aja yang mana

yang kita hargai ya itula yang kita hargai.”

Menurut Yatfin, tinggal di kota Medan selama dua tahun dengan masyarakat yang berbeda suku, berinteraksi dengan suku lain itu merupakan sebuah pengalaman yang sangat berbeda dan dapat membuat kita mendapatkan banyak pengalaman dan dapat saling mengenal satu-sama lain.

“Bagus lah sama-sama senang. Kenapa kubilang begitu, biar saling mengenal sehingga kita tahu nanti perbedaannya.”

Sementara interaksi dengan suku lain menurutnya harus perlahan, karena kita sebagai orang baru harus perlahan agar dapat beradaptasi.

“Iya kalau interaksi gak mungkin kita langsung mengenal ya kan. Kita

terima saja sehingga kita bisa beradaptasi.”

Kehidupan di perkotaan yang sangat keras membuat Ismail sering terpengaruh dengan pergaulan yang ada di kota Medan. Pengaruh pergaulan yang ada di kota Medan sering terikut dengan pola pergaulan yang ada di sini.

“sama orang Nias jarang , Nias sama orang karo la kalo disini-sini. Cemana la lae, sebenarnya aku terus terang aja sama lae ya. Aku aja, apa lagi sama KAM-KAM mahasiswa judi aja lah abis tu pulang nanti dari sini judi terus


(53)

Universitas Sumatera Utara Sedangkan dengan interaksi dengan suku lain jarang di lakukannya. Tuntutannya akan pekerjaannya yang membuatnya jarang berinteraksi dengan suku lain.

“Bisa juganya, tapi jarang. Gitu ya kan kayak organisasi-organisasi itu sering juganya tapi uda jarang lagi uda malas. Masalahnya gimana ya la lae bilangnya, gak ada lagi niat untuk gabung-gabung gitu la, maunya ada uang.

Karena banyak pikiran itu ya kan.”

Waktu yang masih sebentar tinggal di kota Medan membuat Normal jarang melakukan interaksi dengan orang Medan. Baru menetap selama empat bulan membuatnya belum begitu dekat dengan orang-orang ada di sekitarnya.

“Interaksi dengan orang Medan sini belum begitu dekat sekali.”

Sedangkan interaksi dengan suku lain menurutnya baik-baik saja karena tidak ada pertentangan atau alasan lain yang menyebabkan untuk tidak berinteraksi dengan suku lain.

“Interaksi...em...dengan suku lain, tapi kalau interaksi saya dengan

mahasiswa-mahasiswa sini ya memang penilaiannya bagus, baik ya kan menyesuaikan saja. Kalau hubungan mengenai pertemanan dengan sukun lain baik itu suku jawa maupun suku lain tidak ada istilahnya pertentangan tidak ada, tidak ada pertentangan dengan suku Nias dengan suku Jawa atau apa saja atau masalah-masalah apa gitu baik tidak ada lah.”

Selama menjalani kehidupan mereka di kota Medan para informan pernah mengalami konflik dalam interaksi mereka dengan masyarakat kota medan, namun dua diantaranya tidak pernah mengalami konflik sama sekali selama di Medan. Selama empat bulan menetap di kot Medan Ali sama sekali tidak pernah terlibat masalah baaik itu dari hubungannya dengan masyarakat sekitar maupun


(54)

Universitas Sumatera Utara dengan di dalam pekerjaannya. Menurutnya tidak semua orang terlibat dalam konflik, itu tergantung kita yang menjalani.

“Gak lah, itu kan tergantung kitanya itu.”

Sementara informan dua dan tiga selama mereka berada di Medan pak Firman dan Yatfin pernah mengalami konflik terkait pekerjaan mereka sebagai penarik becak. Dimana konflik yang terjadi belawal dari masalah sepele.

“Ada konflik membawa kendaraan ini lah. Masalah becak atau ditabrak

dari belakang atau ditantang “matamu itu” katanya. Ha..memangnya kalau dibilang itu ibaratnya abang lah yang bilang sama ku “mata mu laitu oi”baru ku bilang sama abang contohnya “memangnya kau itu siapa, manusia apa binatang”. Itula apa berantam, kadang-kadang berantam hanya masalah sepele aja kalo dibilang. Kadang itu kalo uda mau....maunya terakhir maunya datang orang-orang we....we....we... langsung diramein.”

Sama halnya dengan pak Firman, Yatfin pun mrngalami konflik di dalam pekerjaannya, ketika iya baru menjadi penarik becak ia ia sering merasa tidak senang dengan para tukang becak yang ada di pangkalannya karena sering menyuruh-nyuruhnya dia merasa tidak suka dengan orang tersebut.

“Pernah, konflik ini lah konflik pekerjaan. Antara karyawan dengan karyawan gitu. Masalahnya kita baru masuk, dalam pekerjaan kita kayaknya kita di... apa... gimana bialngnya kita tidak disuruh-suruh aja gitu. Karena kita...karena baru-baru kitatidak tahu sama sekali, tidak tahu aturan gitu sehingga kita disuruh-suruh aja. Sehingga orang itu ini... ee....walaupun capek kita tapi tetap aja disuruh-suruh. Memang dibantuin sih dibantuin itulah, dipaksa karena namanya baru-baru kita ya kan biar kita tahu juga gitu aja. Kalau

kaonflik adu fisik enggak.”

Ismail selama lima tahun berada di kota Medan juga mengalami konflik yang terjadi di dalam pergaulannya sehari-hari.


(55)

Universitas Sumatera Utara “Gak lah untuk konflik biasa tapi gak sampe bawa emosi gitu yakan, uda” “Konflik gimana la.... Cuma konflik ngomong-ngomong aja sama apa ya kan..... makian yauda.”

Sementara Normar yang baru empat bulan berada di Medan sama sekali tidak pernah mengalami konflik di dalam kesehariannya.

“Semasa saya ada di Medan ini belum ada.”

Merantau ke kota Medan pasti mengalami suka duka saat menjalani hidup di kampung orang namun lain halnya dengan Ali. Ali sama sekali tidak pernah mendapatkan susah ataupun senang selama hidup di perkotaan. Karena ia sendiri selama berada di kota Medan tinggal dengan abangnya jadi, dia merasa tidak ada suka ataupun duka selama berada di kota Medan.

“Suka duka ya... gak juga. Soalnya jarang keluar aku. Aku pun disini tinggal sama abang ku.”

Sedangkan pak Firman berada di kota Medan selama sembilan tahun lamanya pernah mengalami suka duka.

“Ya... gimana bilangnya ya, ya.... pernah ku alami susah belum punya keluarga aku. Tahun berapa aku menikah... tahun 2012 ya penghasilan di situ lah bisa....gak usah lah kita cerikan yag tinggi-tinggi aja dari bawah lari la penghasilan kita Rp 30.000.500,-. Kalau memang penghasilan di Medan ini kalau


(56)

Universitas Sumatera Utara Yatfin menurutnya tinggal di medan ini sangat enak karena banyak pekerjaan dan juga bisa mendapatkan pengalaman yang baru diluar dari apa yang di dapatkan di Nias.

“Iyah menurut aku enak tinggal di Medan bang. Kalau kita memang mau bersungguh-sungguh ya kan, tidak ada masalah. Tapi kalau ada masalah mana enak bang, tentu kita kabur ya kan, tentu kita gak betah sehingga kita perlu adanya adaptasi tadi di tempat yang kita tempati itu.”

Hidup seorang diri di daerah perkotaan seperti di Medan, Ismail pernah mengalami masa sulit apalagi harus membagi penghasilannya untuk biaya kuliah. Membuatnya pernah mengalami masa-masa sulit sampai tidak makan satu hari akibat tidak mendapatkan penghasilan.

“Yah cemana lah bisa gak makan satu sampai dua hari gak makan la lae.”

Sementara informan lima sama halnya dengan informan satu yang belum mengalami suka duka hidup di perantauan. Normal selama berada di Medan belum mengalami suka dan duka selama tinggal di Medan. Hal ini disebabkan karena waktu yang masih baru berada di kota Medan sehingga ia sama sekali belum merasakan hal tersebut.

“Suka duka selama di Medan ya...belum ada, karena ini pertama kali saya merantau ke Medan.”

Ketika berada di kota Medan Ali merasa terdapat perubahan pada dirinya dalam segi pekerjaan dimana ketika ia berada di Medan ia dapat menemukan pekerjaan dan mendapatkan penghasilan. Sementara untuk perubahahan dalam


(57)

Universitas Sumatera Utara dirinya sendiri menurutnya ia tidak mengalami perubahan tetapi dalam segi fisik ia mengaku kulitnya hitam selama di Medan.

“Dimanapun kita berada selalu ada perubahan. Perubahannya dalam segi

kerja, kalau dari diri sendiri gak ada. Adapun perbedaan dalam diri aku, aku hita

disini.”

Pak Firman selama merantau sembilan tahun ke kota Medan mengakui adanya perubahan dalam dirinya terutama dalam hal sikapnya dimana selama di Medan ia menjadi lebih tenang dan tidak suka mencari gara-gara lagi dengan oraang lain, seperti yang biasa ia lakukan dulu semasa ia masih berada di Nias. Karena menurutnya sikap seperti itu tidak perlu tidak ada gunanya hanya mengganggu orang dan membuat pertengkaran saja.

“ Iya ibaratnya sikap ku dulu bisa dibilang ya apa la ya... kalo orang itu

lagi berdiri di situ aku ngobrol sama dia salah-salah bicara sedikit, cari masalah disitu. Karena uda pernah kualami, kupikir-pikir apakah ada gunanya apakah

tidak. Yauda la berenti aja apa gunanya ini.”

Sementara Ytfin merasa perubahan setelah ia merantau ke kota Medan bukanlah perubahan pada dirinya melainkan pada pekerjaan. Dimana ia selama berada di Medan sudah memiliki pekerjaan yang tetap dan pekerjaan tersebut merupakan pilihannya sendiri dan tidak ada paksaan seperti halnya bekerja di tempat lain yang memiliki keterikatan.

“Aada bang.”

“Perubahannya, pekerjaan di kampung kan kita terpaksa tapi kalau disini

kerja ini gak ada paksaangitu. Baik itu waktu, kalau dikampung mana ada itu


(58)

Universitas Sumatera Utara

Ismail yang sudah lima tahun berada di Medan Sambil menyelesaikan S1

nya ia mengakui adanya perubahan dalam dirinya sendiri. ia kini bisa menbedakan mana yang baik dan mana yang benar dari pergaulannya serta ia bisa berbicara di depan orang banyak.

“Banyak juga sih. Satunya aja ya kan cemana la bisa ngomong di depan orang banyak ya kan. Kita tahu mana yang bagus mana yang enggak, baru banyak yang kita tiru ada (+) ada (-) juga ya kan.”

Sedangkan pada informan lima yaitu Normal. Ia sama sekali tidak merasa adanaya perubahan pada dirinya. Ia merasa bahwa kehidupannya selama di Medan bukan semakin maju, malah semakin mundur.

“Kalau mengenai perubahan hidup. Diri saya ya... sebenarnya sih tidak

ada mengapa saya bilang tidak ada, malah pun perubahan bukan semakin berkembang malah semakin mundur. Mengapa, karena masih lebih enak tinggal dengan orang tua. Tapi yang namanya hidup mandiri berarti menerima

tantangan jadi sementara perubahan saya belum ada.”

tabel 4.3 Gambaran Interaksi suku Nias

No Nama Informan Interaksi Konflik

1 Ali Selama berada di Medan ali menjelaskan bahwa interaksi dengan orang-orang Medan sangat bagus karena orang Medan sendiri sifatnya baik dan cakapnya juga bagus. Sedangkan interaksinya dengan suku-suku lain juag sama karena ia sebelumnya sudah mendapatkan pengelaman berteman dengan suku-suku lain sehingga ia tidak memiliki hambatan ketika berinteraksi dengan

suku-Selama berada di kota Medan ali tidak mendapatkan konflik dengan masyarakat kota Medan.


(1)

ABSTRACT

This study titled Obstacles of Intercultural Communication in Community Interaction in the city of Medan in order to determine the barriers of intercultural communication in the process of interaction with the people of Nias tribal communities of different cultures. The theory used is intercultural communication and intercultural communication barriers. This research method using qualitative descriptive model, with a non-participant observation techniques through in-depth interviews to informants who are overseas on the island of Nias. The informants are 5 people with the selection of the tribal people of Nias informants using purposive sampling. The technique of collecting data using interviews, observation frankly / blind and literature study. Results from this study is that the majority of the tribal people of Nias works as a pedicab driver. Their goal to migrate to the city of Medan is to find a job and life experience. Lack of knowledge of the culture of Medan making them do not know how the cultures that exist in the city of Medan. The obstacles they experience when interacting with people from different ethnic group is the difference in dialect and language where different meaning every tribe is a major factor that inhibits the interaction process. Other barriers experienced by ethnic Nias is a difference in perception, physical, experience and the lack of motivation for interaction with people who have different cultures.


(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... ix

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KonteksMasalah ... 1

1.2. FokusMasalah ... 7

1.4. TujuanPenelitian ... 7

1.5. ManfaatPenelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. ParadigmaKajian ... 9

2.2. KerangkaTeori... 10

2.2.1 Komunikasi antar budaya ... 11

2.2.1.1 Dimensi-dimensi Komunikasi Antarbudaya ... 15


(3)

2.2.2 Hambatan-hambatan Komunikasi Antarbudaya ... 20

2.2.2.1 Hambatan Dalam Komunikasi Antarbudaya ... 24

2.2.2.2 Jenis-jenis Hambatan Komunikasi Antarbudaya ... 26

2.3 KerangkaPemikiran ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. MetodologiPenelitian ... 29

3.2. SubjekPenelitian ... 30

3.3. ObjekPenelitian ... 30

3.4. KerangkaAnalisis ... 30

3.5. TeknikPengumpulan Data ... 31

3.5.1 Penentuan Informan ... 32

3.5.2 Lokaasi dan Waktu Penelitian ... 32

3.6 Keabsahan Data ... 33

3.7. TeknikAnalisis Data ... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil ... 35

4.1.1. Proses Penelitian ... 35

4.1.2. DeskripsiInforman ... 37

4.1.3. HasilPengamatandanWawancara ... 42

Fase Awal ... 43

Fase Berikutnya ... 48

Fase Akhir ... 58

4.2. Pembahasan ... 62

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 75


(4)

5.2. Saran ... 76 5.3. ImplikasiTeoritis ... 77 5.4. ImplikasiPraktis... 77

DAFTAR REFERENSI LAMPIRAN

DOKUMENTASI PENELITIAN PEDOMAN WAWANCARA DATA INFORMAN

SURAT IZIN PENELITIAN BIODATA


(5)

DAFTAR GAMBAR


(6)

DAFTAR TABEL

4.1.DataInformanPenelititan ... 41

4.2.Perbedaan Budaya ... 47

4.3 Gambaran Interaksi Suku Nias... 56

4.4.Hambatan-hambatan Komunikasi Antarbudaya ... 61