BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekosistem Sungai Batang Toru
Sungai Batang Toru merupakan salah satu sungai terbesar di Tapanuli Selatan. Dari sisi hidrologi, pola aliran sungai di ekosistem Sungai Batang Toru mengikuti
pola paralel. Artinya, pola aliran sungai bentuknya memanjang ke satu arah dengan cabang-cabang sungai kecil yang datangnya dari arah lereng-lereng bukit
terjal kemudian menyatu di sungai utamanya, yaitu sungai Batang Toru yang mengalir di lembahnya Anonim, 2007.
Ekosistem akuatik terdiri dari payau, laut, dan perairan tawar. Ekosistem air tawar dibagi atas dua yaitu perairan lentik perairan diam atau tenang,
misalnya: danau, kolam, telaga, dan waduk dan perairan lotik perairan berarus deras atau cepat, misalnya: parit, kanal, dan sungai Odum, 1993. Menurut
Barus 2004, perbedaan utama antara perairan lentik dan lotik adalah kecepatan arus air. Perairan lentik umumnya mempunyai arus yang lambat serta terjadi
akumulasi massa air dalam periode waktu lama. Sementara perairan lotik umumnya mempunyai kecepatan arus yang tinggi disertai pemindahan massa air
berlangsung dengan cepat. Menurut Nontji 1986, sungai merupakan perairan terbuka yang mengalir
lotik yang mendapat masukan dari semua buangan berbagai kegiatan manusia di daerah pemukiman, pertanian, dan industri di daerah sekitarnya. Buangan ke
dalam sungai akan mengakibatkan terjadinya perubahan faktor fisika, kimia, dan biologi di dalam perairan. Perubahan ini dapat menghabiskan bahan-bahan yang
essensial dalam perairan sehingga dapat mengganggu lingkungan perairan. Sungai juga merupakan tempat berkumpulnya air dari lingkungan
sekitarnya yang mengalir menuju tempat yang lebih rendah yaitu hilir sungai. Pada umumnya ekosistem sungai dimanfaatkan masyarakat untuk berbagai
keperluaan untuk perikanan misalnya untuk budi daya ikan keramba, industri
Universitas Sumatera Utara
sebagai penunjang proses industri dan tempat akhir pembuangan limbah, untuk pertanian digunakan untuk irigasi, untuk rekreasi pemandian dan untuk
kebutuhan domestik misalnya kebutuhan air minum dan kebutuhan air minum dan kebutuhan sehari-hari Loebis et al, 1993.
2.2 Ikan
Menurut Barus 2004 ikan adalah organisme air yang bernapas dengan insang dan dapat bergerak atau berenang dengan menggunakan sirip fin. Untuk
mengatur keseimbangan, tubuh ikan memiliki alat yang disebut dengan gurat sisi atau garis lateral lateral line. Selain itu ikan memiliki gelembung udara yang
berfungsi sebagai alat mengapung, melayang atau membenamkan diri pada dasar perairan. Ikan tersebar di berbagai jenis perairan di seluruh permukaan bumi dari
dasar samudera yang sangat dingin dan gelap dengan tekanan hidrostatis yang sangat tinggi sampai pada daerah-daerah perairan yang memiliki intensitas cahaya
matahari yang sangat tinggi. Ikan memiliki kemampuan mobilitas yang sangat tinggi.
Dengan sifatnya yang mobil dalam batas tertentu ikan dapat memilih bagian perairan yang layak bagi kehidupannya. Ikan-ikan tertentu akan
menghindarkan diri dari kondisi perairan yang mengalami perubahan lingkungan yang mengganggu kehidupannya, misalnya telah terjadi pencemaran asam atau
sulfida, tetapi tidak menghindar pada perairan yang mengandung ammonia dan tembaga. Akan tetapi ikan mempunyai kemampuan yang terbatas untuk memilih
daerah yang aman bagi kehidupannya, karena hal tersebut tergantung dari sifat dan kadar pencemar atau ketoksikan suatu perairan Fachrul, 2007.
2.3 Ekologi ikan
Dalam ekosistem alami perairan, hampir dapat dipastikan bahwa kematian sejenis ikan tidak selalu karena sebab faktor tunggal tetapi karena beberapa faktor.
Faktor-faktor yang dimaksud adalah :
1. Penomena sinergis, yaitu kombinasi dari dua zat atau lebih yang bersifat memperkuat daya racun.
Universitas Sumatera Utara
2. Penomena antagonis, yaitu kombinasi antara dua zat atau lebih yang saling menetralisir, sehingga zat-zat yang tadinya beracun berhasil dikurangi dinetralisir
daya racunya sehingga tidak membahayakan 3. Jenis ikan dan sifat polutan, yang tertarik dengan daya tahan ikan serta
adaptasinya terhadap lingkungan, serta sifat polutan itu sendiri Chahaya, 2003.
2.4 Pencemaran Air Sungai