3.7.1 Metode STORET
Metode Storet digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran perairan menggunakan Indeks Kualitas Air IKA STORET Canter, 1997 dalam Saputra,
2009. Baku mutu yang digunakan dalam indeks STORET adalah PP RI No. 82 tahun 2001 kelas 2 baku mutu air peruntukan budidaya perikanan dan
pariwisata. Prinsip dari metode STORET adalah membandingkan data kualitas air dengan baku mutu air Tabel 2 yang disesuaikan dengan peruntukkannya guna
menentukan status mutu air.
Tabel 2. Baku mutu air berdasarkan PP No.82 tahun 2001 Parameter
Satuan Baku mutu
Fisika
Intensitas cahaya Candela
- Suhu
C Deviasi 3
Penetrasi cahaya Meter
- Arus sungai
ms -
Kimia
Ph -
6 – 9 DO
Mgl 3
BOD
5
Mgl 6
Kadar Nitrat -
10 Kadar Phospat
- 0,2
Keterangan: Tanda - menyatakan parameter tersebut tidak
dipersyaratkan Gonawi,2009. Cara untuk menentukan status mutu air dengan menggunakan sistem nilai dari
”US-EPA Environmental Protection Agency dengan mengklasifikasikan mutu
air dalam empat kelas seperti pada Tabel 3. Tabel 3. Klasifikasi mutu air
Skor Kelas
Karakteristik Kualitas Air
A Baik sekali
-1 sd -10 B
Baik -11 sd -30
C Tercemar sedang
≤ -31 D
Tercemar berat Sumber: Canter 1997dalam Saputra 2009
Menurut Saputra 2009, prosedur yang dilakukan dalam penentuan kualitas air dengan metode storet adalah menghitung nilai maksimum, minimum, dan rata-rata
setiap parameter kualitas air yang diamati, lalu dicantumkan dalam satu tabel.
Universitas Sumatera Utara
Dibandingkan nilai rata-rata, nilai maksimum, dan nilai minimum dari masing- masing parameter kualitas air tersebut dengan nilai baku mutu air. Jika nilai-nilai
dari hasil pengukuran tersebut memenuhi nilai baku mutu air, maka diberi skor 0 nol. Jika nilai tersebut tidak memenuhi nilai baku mutu air, maka diberi skor
tertentu sebagai berikut:
Tabel 4. Penentuan Sistem Nilai untuk menentukan status Mutu Air Jumlah
Parameter Parameter
Nilai Fisika
Kimia
10 Maksimum
-1 -2
Minimum -1
-2 Rata-rata
-3 -6
≥ 10 Maksimum
-2 -4
Minimum -2
-4 Rata-rata
-6 -12
Sumber: Canter 1977 3.7.2 Analisis Korelasi
Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui keterkaitan hubungan antra struktur komunitas ikan yang terdapat di sungai Batang Toru, Kabupaten Tapanuli
Selatan dengan faktor fisik kimia perairan. Analisis korelasi dihitung menggunakan Analisa Korelasi Pearson dengan metode komputerisasi SPSS
Ver.16.00. Keterangan:
0,00 – 0,199 : Sangat rendah 0,20 – 0,399 : Rendah
0,40 – 0, 599 : Sedang 0,60 – 0,799 : Kuat
0,80 – 1,00
: Sangat kuat
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Faktor Biotik Lingkungan 4.1.1. Klasifikasi Ikan
Hasil klasifikasi ikan yang diperoleh dari setiap stasiun dapat dilihat pada Tabel 5
berikut ini:
Tabel 5. Klasifikasi Ikan yang diperoleh pada Setiap Stasiun
No Ordo
Famili Spesies
Nama Daerah
1. 2.
Perciformes Cypriniformes
1. Gobidae 2. Cyprinidae
1. Awous grammepomus 2. Cyclocheilichthys apogon
3. Mystacoleocus marginatus 4. Osteochilus spilurus
5. Osteochilus waandersii 6. Puntius binotatus
7. Rasbora sumatrana 8. Tor soro
- Sipakutemperas
Cencen Gariangpepuy
Haspora Pora-pora
Tawes Jurung
3. Siluriformes
3. Bagridae 9. Mystus nemurus
Baung
Tabel 5 menunjukkan bahwa ikan yang diperoleh terdiri dari 3 ordo, 3 famili, dan 9 spesies. Masing-masing jenis ikan ini memiliki karakteristik yang berbeda baik
dari segi morfologi, maupun habitatnya.
a. Ikan Awous grammepomus
Morfologi ikan: ikan ini berwarna coklat kehitaman dengan pipi dan bagian atas operkulum berbintik-bintik kecil dan ukurannya bervariasi. Pada bagian kepala
ikan ini tidak memiliki sisik. Memiliki satu bintik gelap dibagian atas sirip dada walaupun tidak terlalu jelas. Seperti terlihat pada Gambar 4. ini tersebar hampir
diseluruh Indonesia dan Philipina. Menurut Kottelat et al., 1993, ikan ini tersebar hampir diseluruh Indonesia dan
Philipina.
Universitas Sumatera Utara