Respon masyarakat terhadap metode dakwah kiai Cepot

(1)

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Angga Gurnita NIM: 107051002354

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

Diajukan Kepada Fakultas IImu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.i)

Oleh:

Angga Gurnita

NIM:

107051002354

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1432 Ht201t M

Pembimbing


(3)

telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan IImu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 27 September 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Komunikasi dan Penviaran Islam.

Jakarta,2T September 201 1

Sidang Munaqasah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

,L

Drs. Jumroni. M.Si

NIP. 19630515 199203 1006

Anggota,

Penguji I Penguji II

q;e

Gun Gun Heryanto, M.Si

NIP. I 97 6081220050 I I 00s

i. Umi Mus

NIP. 1971081 99703 0202

172001122002

Pembimbing


(4)

persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tangerang, 27 September 2011 Angga Gurnita


(5)

iv

Skripsi ini dibuat dengan mengambil judul Respon Masyarakat Terhadap Metode Dakwah Kiai Cepot karena penulis ingin mengetahui bagaimana respon warga terhadap Metode dakwah bil lisan Kiai Cepot. Metode Dakwah bil lisan adalah cara penyampaian dakwah yang disampaikan melalui lisan atau ucapan. Warga Kenanga RT 004 RW 02 Cipondoh Tangerang Banten adalah orang-orang yang berada disekitar tempat tinggal Kiai Cepot yang selalu aktif menghadiri ceramah-ceramah Kiai Cepot.

Adapun perumusan masalah dari penelitian ini adalah: Bagaimana respon kognitif warga Kenanga RT 004 RW 02 Cipondoh Tangerang Banten terhadap metode ceramah Kiai Cepot? Bagaimana respon afektif warga Kenanga RT 004 RW 02 Cipondoh Tangerang Banten terhadap metode ceramah Kiai Cepot? Bagaimana respon konatif warga Kenanga RT 004 RW 02 Cipondoh Tangerang Banten terhadap metode ceramah Kiai Cepot?

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori S-O-R. Teori S-O-R ini menjelaskan bahwa reaksi tertentu akan timbul akibat stimulus tertentu, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan pesan yang disampaikan terhadap reaksi komunikan. Dalam hal ini, peneliti tertarik untuk mengetahui respon warga terhadap metode ceramah Kiai Cepot.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kuantitatif. Sedangkan data-data yang diperoleh dalam penelitian dengan beberapa cara yaitu cara observasi yang didalamnya terdiri dari menghadiri ceramah serta melakukan wawancara dengan narasumber. Angket yang didalamnya berisi daftar pertanyaan guna mengetahui respon warga. Dokumentasi yang didalamnya terdiri dari data-data buku, brosur dan foto-foto yang berhubungan dengan bahan skripsi.

Kesimpulan respon kognitif dari penelitian ini adalah warga mengetahui Kiai Cepot sebagai seorang juru dakwah yang mempunyai ciri khas dalam penyampaian pesan dakwah Islamiyahnya yaitu selalu melakukan gerakan-gerakan yang menyerupai Cepot serta materi-materi yang selalu bersumber dari al-Quran dan hadist. Respon afektif dari penelitian ini adalah warga menyukai materi-materi yang disampaikan oleh Kiai Cepot dengan didukung oleh gerakan-gerakan yang menyerupai Cepot, yang membuat ceramah yang disampaikan Kiai Cepot membuat warga terhibur saat menyaksikannya. Sedangkan respon konatif dari penelitian ini adalah warga menjadi lebih rajin dan khusu dalam menjalankan ibadah kepada Allah SWT serta lebih bersosialisasi di dalam lingkungan sekitar.


(6)

v

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, hanya ucapan dan rasa syukur yang

mampu terucap atas segala nikmat, karunia dan rahmat-Nya. Tiada daya dan upaya melainkan atas kehendak-Nya, begitu pun dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Kemudahan dan pertolongan Allah senantiasa penulis rasakan, sehingga penulisan dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Respon Masyarakat Terhadap Metode Dakwah Kiai Cepot.” Penulisan skripsi ini di buat sebagai salah satu syarat kelulusan strata satu (S1) Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta salam semoga senantiasa

tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, tabi’in

-tabi’in yang selalu mengikuti ajarannya.

Perasaan bahagia dan haru berbaur menjadi satu atas terselesaikannya skripsi ini. Namun, penulis menyadari atas bimbingan, bantuan, dan dorongan dari semua pihaklah, penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu pada kesempatan inilah, izinkan penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini baik secara moril maupun materil, terutama yang paling terhormat kedua orang tua saya tercinta Alm. Suwitairi semoga ayah tenang di surga dan E. Hasanah yang selalu mencurahkan kasih sayang, pendidikan, dan motivasi kepada penulis. Kesabaran, rasa cinta, dan segala jasa ibu tiada mungkin dapat terbalas, hanya ucapan terima kasih dan bakti


(7)

vi

1. Bapak Dr. Arief Subhan M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi beserta Pembantu Dekan dan jajarannya.

2. Bapak Dr. Jumroni M.Si selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Serta para dosen dan staff pengajar Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah mengajarkan banyak hal selama penulis melakukan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Hj. Umi Musyaroffah. M.A, selaku sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, terima kasih atas segala bantuannya.

4. Dr. Hj. Roudhonah. M.A, tiada kata yang sangat pantas terucap selain terima kasih yang mendalam atas kesediaannya untuk meluangkan waktu di tengah-tengah kesibukannya guna memberikan arahan, masukan, diskusi, dan membimbing kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak K.H. Drs. Ahmad Ihsan (Kiai Cepot), selaku narasumber, terima kasih atas kesediaan waktunya untuk wawancara dan foto bareng bersama penulis dalam rangka pengumpulan data penulis.

6. Hj. Rukoyah, terima kasih atas waktu dan bantuannya.

7. Bapak Halimi, selaku ketua RT 004 RW 02 Kelurahan Kenanga, terima kasih telah memberikan izin bagi penulis untuk melakukan penelitian di Kelurahan Kenanga RT 004 RW 02 dan kesediaan waktunya untuk wawancara dan foto bareng dengan penulis.


(8)

vii

beserta keponakan tercinta Naurah Qolbia Salamah, terima kasih atas do’a

dan dukungan yang telah diberikan.

10.Teman-teman KPI C angkatan 2007, yang telah bersama-sama berjuang dan menimba ilmu di kampus kita tercinta ini. Terutama penulis ucapkan terima kasih kepada Nuni dan Arip Hidayat atas segala bantuannya.

11.Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam kelancaran penulisan skripsi ini.

Semoga Alah SWT senantiasa memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada semua pihak di atas yang telah memberikan segala bantuannya kepada penulis.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Tangerang, 27 September 2011 Angga Gurnita


(9)

viii

DAFTAR ISI ... viii-x

DAFTAR TABEL... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

1. Pembatasan Masalah ... 5

2. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1. Tujuan Penelitian ... 5

2. Manfaat Penelitian ... 6

D. Tinjauan Pustaka ... 6

E. Metodologi Penelitian ... 7

1. Metode Penelitian ... 7

2. Subjek dan Objek Penelitian ... 8

3. Teknik Pengumpulan Data ... 8

4. Populasi Dan Sampling ... 9

5. Teknik Pengambilan Sample ... 10

6. Definisi Operasional ... 11


(10)

ix

BIL LISAN ... 27

A. Respon ... 27

1. Pengertian Respon ... 27

2. Teori S-O-R ... 29

3. Jenis-Jenis Respon ... 32

4. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Respon ... 33

B. Ruang Lingkup Dakwah ... 34

1. Pengertian Dakwah ... 34

2. Unsur-Unsur Dakwah ... 35

3. Bentuk-Bentuk Dakwah ... 48

4. Landasan Hukum Dakwah ... 51

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG WARGA KENANGA RT 004 RW 02 CIPONDOH TANGERANG BANTEN DAN BIOGRAFI KIAI CEPOT ... 55

A. Profil Warga Kenanga RT 004 RW 02 Cipondoh Tangerang Banten . 55 1. Data Warga ... 55

2. Data Pendidikan ... 58

3. Data Mata Pencaharian Warga ... 59


(11)

x

BAB 1V RESPON WARGA KENANGA RT 004 RW 02 CIPONDOH TANGERANG BANTEN TERHADAP METODE DAKWAH

BIL LISAN KIAI CEPOT ... 67

A. Profil Responden ... 67

B. Respon Kognitif Warga Kenanga RT 004 RW 02 Cipondoh Tangerang Banten Terhadap Metode Ceramah Kiai Cepot ... 71

C. Respon Afektif Warga Kenanga RT 004 RW 02 Cipondoh Tangerang Banten Terhadap Metode Ceramah Kiai Cepot ... 76

D. Respon Konatif Warga Kenanga RT 004 RW 02 Cipondoh Tangerang Banten Terhadap Metode Ceramah Kiai Cepot ... 80

BAB V PENUTUP ... 84

A. Kesimpulan ... 84

B. Saran-Saran ... 85

Daftar Pustaka ... 86-88 Lampiran


(12)

xi

Tabel 2 : Hasil Pengujian Validitas Questioner Respon Kognitif ... 21

Tabel 3 : Hasil Pengujian Validitas Questioner Respon Afektif ... 22

Tabel 4 : Hasil Pengujian Validitas Questioner Respon konatif ... 23

Tabel 5 : Jumlah Warga Berdasarkan Jenis Kelamin ... 55

Tabel 6 : Jumlah Warga Berdasarkan Kewarganegaraan ... 56

Tabel 7 : Jumlah Warga Berdasarkan Agama ... 57

Tabel 8 : Jumlah Warga Berdasarkan Tingkat Usia ... 57

Tabel 9 : Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 58

Tabel 10 : Berdasarkan Mata Pencaharian ... 59

Tabel 11 : Jenis Kelamin Responden ... 67

Tabel 12 : Jenis Pekerjaan Responden ... 69

Tabel 13 : Latar Belakang Pendidikan Responden ... 70

Tabel 14 : Respon Kognitif ... 72-74 Tabel 15 : Respon Afektif ... 77-78 Tabel 16 : Respon Konatif ... 80-81 Tabel 13 : Rekapitulasi Rata-Rata Skors Variabel ... 82


(13)

1 A. Latar Belakang Masalah

Berdakwah dalam Islam merupakan kegiatan yang mempunyai cakupan yang sangat luas. Berdakwah di dalamnya terdapat unsur-unsur penting yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, yaitu da’i, mad’u, metode, materi, media dan tujuan. Dan dalam pelaksanaannya dapat melalui berbagai cara, yaitu: melalui lisan (bil lisan), tulisan (bil qalam)

dan perbuatan nyata (bil hal).1

Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai kenyataan bahwa tata cara memberikan sesuatu lebih penting dari sesuatu yang diberikan itu sendiri. Secangkir teh pahit dan sepotong ubi goreng yang disajikan dengan cara yang sopan dan ramah, akan lebih terasa nikmat disantap ketimbang seporsi makanan lezat dan mahal harganya, tetapi disajikan dengan cara yang tidak sopan dan menyakiti hati orang yang menerimanya.

Gambaran tersebut, mengandung ungkapan bahwa tata cara atau metode sangatlah penting. Betapa pun sempurnanya materi, lengkapnya bahan dan aktualnya isu-isu yang disajikan, tetapi bila disajikan dengan cara yang tidak sistematis dan sembarangan, akan menimbulkan kesan yang tidak menyenangkan. Tetapi sebaliknnya, walaupun materi kurang sempurna, bahan sederhana dan isu-isu yang disampaikan kurang aktual, namun

1Hamzah Ya’qub,

Publisistik Islam Teknik Dakwah dan Leadership, (Bandung: Dipenogoro, 1981), h.47


(14)

disajikan dengan cara yang menarik dengan menggugah, maka akan menimbulkan kesan yang menggembirakan.

Pemilihan cara atau metode yang tepat, menjadi bagian strategis dari kegiatan dakwah itu sendiri. Sehinga seorang da’i hendaknya memiliki cara atau metode tertentu dalam penyampaian dakwah yang disukai dan mudah dipahami oleh mad’u.

Pada masa modern seperti sekarang ini, dakwah bil lisan tetap dilakukan da’i, karena setiap da’i tentu mempunyai ciri khas dalam penyampaian dakwah bil lisannya seperti melalui ceramah, dzikir, tanya jawab, seminar, ataupun diskusi.

Salah seorang da’i yang melakukan kegiatan dakwah bil lisan adalah Kiai Cepot. Nama asli beliau adalah K.H. Drs. Ahmad Ihsan. Beliau adalah seorang pimpinan Pondok Pesantren Modern Ibadurrahman yang terletak di Jl. KH. Hasyim Asyari Gg. Masjid RT 004 RW 02 Kel. Kenanga Cipondoh Kota Tangerang Banten. Beliau sangat dikenal di kalangan para santri dan warga sekitar karena kepribadiannya yang selalu ceria, mudah senyum, selalu menyapa terhadap siapa pun orang yang bertemu dengannya.2 Selain beliau dikenal sebagai seorang pimpinan Pondok Pesantren Modern Ibadurrahman, beliau juga dikenal sebagai seorang da’i yang mempunyai keunikan dan ciri khas dalam setiap penyampaian dakwah Islamiyahnya oleh masyarakat luas.

Dakwah yang dilakukan oleh Kiai Cepot adalah dakwah bil lisan, maksudnya adalah beliau berdakwah melalui perkataan-perkataan atau

2


(15)

ucapan-ucapan yang biasanya disebut dengan ceramah. Beliau berceramah dengan suara lantang, tegas, serta sambil sesekali menirukan gaya tokoh pewayangan nusantara terkenal yang bernama Cepot. Tentu keahlian cara penyampaian ceramah yang unik tersebut merupakan pemberian dari Allah SWT yang diberikan kepada dirinya. Beliau selalu berceramah baik di pesantren yang secara rutin dilakukan dihadapan para santrinya selepas shalat jum’at, mengisi ceramah pada acara-acara peringatan hari besar Islam, khutbah jum’at, undangan pengajian, sunatan, acara nikahan, ulang tahun, baik diwarga sekitar atau pun warga luas, serta berceramah di televisi, dan lain sebagainya.3

Dalam setiap ceramah yang di lakukan, Kiai Cepot selalu berpakaian unik sambil memegang tongkat dan sering kali melakukan gerakan-gerakan yang menyerupai Cepot, sehingga tidak jarang menimbulkan senyuman atau pun tawa dari para mad’unya. Dengan cara berceramah seperti ini, tentu dilakukan oleh beliau untuk menarik perhatian para mad’u agar mendengarkan ceramahnya dan ceramah yang disampaikannya pun tidak terkesan monoton, yang dapat menyebabkan mad’u malas mendengarkan ceramah beliau. Selain itu, agar dapat membantu para mad’u dalam mencerna dan memahami isi pesan-pesan dakwah Islamiyah yang disampaikan beliau. Walaupun beliau dalam berceramah sering menirukan gerak-gerik Cepot dan menimbulkan rasa humor saat beliau berceramah,

3


(16)

dihadapan para mad’unya, tentu tidak mengurangi isi pesan dakwah Islamiyah yang disampaikan beliau.

Dari keunikan cara ceramahnya, beliau selalu mendapat undangan ceramah dari warga sekitar atau pun warga dari berbagai daerah, kelompok-kelompok pengajian, atau pun acara-acara pemerintah. Sampai saat ini, beliau sudah berceramah keberbagai pelosok daerah di Indonesia, diantaranya Batam, Balik papan, Samarinda, Banjarmasin, Kutai, Jambi, Sukabumi, Karawang, Garut, Tangerang, dan sebagainya, kecuali Papua.4

Saat ini, beliau aktif berceramah di setiap undangan-undangan, beliau juga aktif mengisi ceramah di televisi. Yang terbaru adalah beliau mengisi ceramah dalam program Indahnya Sore yang disiarkan oleh MNCTV setip hari Minggu sore pukul 15.00 WIB. Dalam Program Indahnya Sore tersebut, Kiai Cepot, berperan sebagai da’i yang berceramah dihadapan para audience. Sebelum beliau mengisi ceramah dalam program Indahnya Sore, beliau juga pernah mengisi ceramah-ceramah agama di stasiun televisi SCTV, JakTV, dan Banten TV.

Dari penampilan ceramahnya di stasiun televisi dan masyarakat, tentunya banyak dari para pemirsa dan pendengar yang menilai baik terhadap metode ceramah yang diterapkan Kiai Cepot dalam kegiatan dakwah Islamiyahnya. Tidak sedikit da’i-da’i pemula mengikuti cirri khas beliau dalam setiap ceramah-ceramah yang mereka lakukan guna mendukung keberhasilan ceramah yang mereka sampaikan.

4


(17)

Dari pemaparan di atas, tergambar jelas bahwa ceramah dengan menirukan gerak-gerik Cepot yang dilakukan Kiai Cepot merupakan ciri khas beliau dalam penyampaian pesan dakwah Islamiyahnya. Dari sinilah penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang diangkat sebagai judul skripsi

“Respon Masyarakat Terhadap Metode Dakwah Kiai Cepot.” B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dari penjelasan latar belakang di atas, penulis membatasi masalahnya pada respon warga Kenanga RT 004 RW 02 Cipondoh Tangerang Banten terhadap metode ceramah yang digunakan Kiai Cepot. Dengan melihat tingkat respon kognitif, respon afektif, dan respon konatif.

2. Perumusan Masalah

Dari penjelasan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana respon kognitif warga Kenanga RT 004 RW 02 Cipondoh Tangerang Banten terhadap metode ceramah Kiai Cepot,?

b. Bagaimana respon afektif warga Kenanga RT 004 RW 02 Cipondoh Tangerang Banten terhadap metode ceramah Kiai Cepot?

c. Bagaimana respon konatif warga Kenanga RT 004 RW 02 Cipondoh Tangerang Banten terhadap metode ceramah Kiai Cepot?


(18)

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui respon kognitif warga Kenanga RT 004 RW 02 Cipondoh Tangerang Banten terhadap metode Ceramah Kiai cepot. b. Untuk mengetahui respon afektif warga Kenanga RT 004 RW 02

Cipondoh Tangerang Banten terhadap metode ceramah Kiai Cepot. c. Untuk mengetahui respon konatif warga Kenanga RT 004 RW 02

Cipondoh Tangerang Banten terhadap metode ceramah Kiai Cepot. 3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat akademis penelitian ini adalah untuk menambah khazanah keilmuan bagi mahasiswa mengenai metode dakwah, terutama metode dakwah bil Lisan. Penelitian ini diharapkan bisa memberikan konstribusi positif, umumnya bagi mahsiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) dan khususnya bagi mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI).

b. Manfaat praktis penelitian ini adalah untuk menjadi salah satu acuan atau pedoman para praktisi dakwah dalam meningkatkan metode dakwahnya.


(19)

D. Tinjauan Pustaka

Sebelum melakukan penelitian dan skripsi ini, penulis telah terlebih dahulu melakukan tinjauan pustaka. Sebelumnya telah ada skripsi yang berjudul “ Respon Jamaah Majelis Ta’lim At-Tarbiyah terhadap Metode Dakwah K.H Edi Junaedi Nawawi ” yang dibuat oleh Siti Buraedah pada tahun 2009. Skripsi ini membahas tentang respon jamaah terhadap metode dakwah bil hal yang digunakan oleh K.H Edi Junaedi Nawawi. Selain itu juga penulis menemukan skripsi dengan judul “Respon Jamaah Majlis Dzikir As-Samawat terhadap Metode Dakwah K.H. Sa’adih Al-Batawi di Puri Kembangan-Jakarta Barat” yang dibuat oleh Lianasari Situmeang pada tahun 2008. Skripsi ini membahas tentang metode dakwah melalui pelaksanaan kegiatan shalat Magrib dan Isya berjama’ah, dzikir bersama dan pengobatan alternatif gratis yang ditujukan untuk semua kalangan.

Sedangkan penulis merasa tertarik untuk mengambil judul Skripsi dengan judul “Respon Masyarakat Terhadap Metode Dakwah Kiai Cepot.”

Perbedaan skripsi ini dengan skripsi-skripsi tersebut adalah lebih mengkhususkan pembahasan kepada respon warga Kenanga RT 004 RW 02 terhadap metode ceramah Kiai Cepot. Skipsi ini juga hanya membatasi pada respon kognitif, afektif, dan konatif warga Kelurahan Kenanga, RT 004 RW 02, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Banten .


(20)

Untuk mempermudah dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan buku pedoman penulisan skripsi, tesis, dan disertasi yang di terbitkan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Perss tahun 2007.5

E. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karena pendekatan kuantitatif dapat menghasilkan data yang akurat setelah perhitungan angka yang tepat. Pendekatan kuantitatif ini merupakan salah satu pendekatan dalam penelitian yang lebih ditekankan pada data yang dapat dihitung untuk menghasilkan penafsiran kuantitatif yang kokoh.6 Pendekatan kuantitatif sifatnya adalah objektif, karena pada dasarnya penulis dapat melihat langsung sebuah keadaaan yang sebenarnya terjadi. 2. Subjek dan Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah warga Kenanga RT 004 RW 02 Cipondoh Tangerang Banten, dengan alasan warga dekat dengan kediaman Kiai Cepot dan warga sering menghadiri ceramah-ceramah beliau pada saat acara-acara yang diadakan di pondok pesantren modern Ibadurrahman ataupun acara-acara yang diadakan warga sekitar. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah respon

5

Hamid Nasuhi, dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi), (UIN Jakarta: CeQda, 2007), cet. Ke-1

6

Syamsir Salam, dan Jaenal Arifin, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 36


(21)

warga Kenanga RT 004 RW 02 Cipondoh Tangerang Banten terhadap dakwah bil lisan Kiai Cepot.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Angket/Questioner yaitu suatu alat pengumpulan data berisi daftar pertanyaan secara tertulis yang ditujukan kepada subjek atau responden penelitian.7 Dalam penelitian ini, angket disebar kepada warga Kenanga RT 004 RW 02 Cipondoh Tangerang Banten, sebanyak 71 angket.

b. Wawancara yaitu sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa mengunakan pedoman (guide) wawancara.8 Disini, peneliti sebagai pewawancara yang mengajukan pertanyaan kepada individu sebagai objek yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan. Dalam penelitian ini, objek yang diwawancarai adalah KH. Ahmad Ihsan atau Kiai Cepot, Ketua RT 004, dan salah seorang ustadz yang tinggal di lingkungan tersebut.

c. Dokumentasi yaitu pengumpulan data yang berkaitan dengan masalah penelitian, dapat berupa buku, majalah, artikel, foto, gambar, dan

7 Faisal Sanafih, Format-Format Penelitian Social, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2005), hal.122

8

M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian kuantitatif, (Jakarta: Kencana Prenada


(22)

lain.9 Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dokumentasi berupa foto-foto, brosur, dan buku-buku yang ada kaitannya dengan skripsi yang dibahas.

4. Populasi Dan Sampling

Populasi adalah sekumpulan elemen dan unsur yang menjadi objek penelitian. Populasi bisa berbentuk lembaga, individu, kelompok, dokumen atau konsep. Sehingga objek-objek ini biasa menjadi sumber penelitian10. Sedangkan sample adalah sebagian dari populasi.

Dalam penelitian ini populasinya adalah warga Kenanga RT 004 RW 02 Cipondoh Tangerang Banten yang berumur diatas 15 tahun berjumlah 243 orang.

5. Teknik Pengambilan Sample

Adapun Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik sampling ini digunakan pada penelitian-penelitian yang lebih mengutamakan tujuan penelitian dari pada sifat populasi dalam menentukan sampel penelitian. Karena dalam penelitian ini akan meneliti respon warga mengenai metode dakwah bil lisan Kiai Cepot, maka peneliti akan menjadikan warga Kenanga RT 004 RW 02 sebagai sampel penelitian. Hal ini berangkat dari asumsi bahwa warga Kenanga RT 004 RW 02 adalah orang yang lebih banyak tahu mengenai metode ceramah Kiai Cepot.

9

Nana Danapriatna dan Roni Setiawan, Pengantar Statistika, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), cet. ke-1, h.9

10

M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian kuantitatif, (Jakarta: Kencana Prenada


(23)

Untuk mengetahui jumlah sampel yang digunakan, maka peneliti menggunakan rumus slovin dengan sampling error 10% . Karena dalam rumus slovin menjelaskan bahwa untuk mencapai keakuratan data, maka pengambilan sampel dari populasi dalam sebuah penelitian batas sampling errornya antara 1%-10%. Jadi dari jumlah 243 warga Kenanga RT 004 RW 02 yang berumur diatas 15 tahun, peneliti mengambil sampel warga dengan sampling error 10%, sehingga di dapat 71 sampel. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut:

n = N 1+Ne²

Keterangan

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

e = Kelongaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sample yang dapat ditolerir, misalnya 2%, kemudian e ini di kuadratkan.11

243 1+(243 x 10/100)2

243 1+ (243 x 0,1)2

243

1+ (243x0.01)

11

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006),cet ke-1, h.160


(24)

243

1+ 2,43

243 = 70,84

= 71 orang 3,43

Sampel = 71 orang

Dari perhitungan rumus slovin maka diperolehlah jumlah sample penelitian yang akan digunakan yaitu berjumlah 71 responden.

6. Definisi Operasional

Definisi operasional mengatakan bagaimana operasi atau kegiatan yang harus dilakukan untuk memperoleh data atau indikator yang menunjukan konsep yang dimaksud. Definisi inilah yang diperlukan dalam penelitian karena definisi ini menghubungkan konsep atau konstruk yang diteliti dengan gejala empirik.12

Dalam penelitian tentang respon warga Kenanga RT 004 RW 02 Cipondoh Tangerang Banten Terhadap Dakwah Bil Lisan Kiai Cepot terdapat 2 variabel yaitu variabel independent dan dependen. Variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab, bebas, atau independent variabel (x), yaitu dakwah bil lisan Kiai Cepot. Sedangkan variabel akibat disebut dengan variabel tidak bebas, terikat, atau dependent variabel (y), warga Kenanga RT 004 RW 02 Cipondoh Tangerang Banten.

12

Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 29


(25)

Dalam penelelitian ini, ada sesuatu yang akan dilihat berdasarkan variabel yang ada. Hal ini dapat terlihat pada gambar sebagai berikut: a. variabel Independent Variabel Dependent

Warga Kenanga RT 004 RW 02 Cipondoh Tangerang Banten

Metode ceramah Respon kognitif

Respon afektif Respon konatif

Keterangan:

Pada gambar tersebut, dapat diamati bahwa ruang lingkup respon mencakup respon kognitif, afektif dan konatif terhadap metode ceramah Kiai Cepot. Dari metode ceramah ini hal yang ingin diketahui apakah minat atau tanggapan terhadap ceramah Kiai Cepot rendah, sedang, atau tinggi. Setelah mengetahui bagaimana kadar tanggapan respon, peneliti dapat menilai atau melihat bagaimana metode ceramah tersebut dapat menarik warga Kenanga RT 004 RW 02 Cipondoh Tangerang Banten untuk melihat dan menyukainya ceramah Kiai Cepot sehingga mempunyai kadar rendah, sedang, dan tinggi.

a. Variabel Independent Metode ceramah 1). Definisi Operasional

Dakwah yang cara penyampaiannya melalui ucapan. 2). Indikator


(26)

b) Kesesuaian materi yang disampaikan dengan al-Qur’an dan hadist.

b. Variabel Dependent

Warga Kenanga RT 004 RW 02 Cipondoh Tangerang Banten

Merupakan sekumpulan orang yang tinggal di Kelurahan Kenanga RT 004 RW 02, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Banten. Dalam hal ini, tentunya warga Kenanga RT 004 RW 02 Cipondoh Tangerang Banten akan memberikan respon terhadap dakwah bil lisan Kiai Cepot. Dalam bahasa respon, ada 2 macam respon yaitu respon positif maupun negatif. Berbicara tentang respon, berbicara pula tentang jenis-jenis respon:

1). Respon kognitif

a). Definisi Operasional

Respon kognitif, yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan, keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap yang dipahami atau dipersepsikan oleh khalayak.

b). Indikator

(1) Wawasan mengenai agama Islam.

(2) Pemahaman mengenai materi yang disampaikan. (3) Kecakapan dalam penyampaian materi-materi ceramah. (4) Informasi yang didapat dari kegiatan ceramah.


(27)

2). Respon Afektif

a). Definisi operasional

Respon afektif, yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap dan menilai seseorang terhadap sesuatu. Respon ini akan timbul apabila ada perubahan sikap pada apa yang disukai khalayak terhadap sesuatu.

b). Indikator

(1) Ketertarikan dalam ceramah yang disampaikan. (2) Perhatian terhadap ceramah yang disampaikan.

(3) Suka atau tidaknya terhadap metode ceramah yang digunakan dan materi yang disampaikan.

(4) Baik atau buruk metode ceramah yang digunakan dan materi yang disampaikan.

3). Respon konatif

a). Definisi Operasional

Respon konatif, yaitu respon yang berhubungan dengan perilaku nyata, yang meliputi tindakan atau kebiasaan.

b). Indikator

(1) Mengikuti kegiatan ceramah.

(2) Menjalankan kewajiban sesuai syariat agama Islam.

(3) Merealisasikan materi ceramah dalam kehidupan sehari-hari.


(28)

(4) Menggunakan metode ceramah Kiai Cepot dalam kegiatan dakwah.

7. Analisis data

Teknik analisis data kuantitatif yaitu suatu metode analisis yang dilakukan dengan cara mengumpulkan, mengolah, menyajikan data berwujud angka.

a. Untuk mengetahui bagaimana distribusi frekuensi pada suatu data, maka peneliti menggunakan rumus :

N = fx x 100% N

Keterangan:

N = Jumlah kejadian fx = Frekuensi individu b. Likert

Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan skala likert dengan ketentuan untuk pernyataan positif diberi skor sebagaimana berikut:

a. Sangat Setuju (SS) diberi skor 4 b. Setuju (S) diberi skor 3

c. Tidak Setuju (TS) diberi skor 2

d. Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1

Adapun nilai negatif diberikan skor sebagaimana berikut: a. Sangat Setuju (SS) diberi skor 1


(29)

b. Setuju (S) diberi skor 2

c. Tidak Setuju (TS) diberi skor 3

d. Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 4

c. Mean adalah nilai tengah atau kecenderungan tengah yag memberikan gambaran umum dari suatu segi pengamatan, analisis rata-rata digunakan untuk menentukan kategori dari setiap skala. Rumus:

Keterangan:

N = Rata-rata

= Pengamatan n = Jumlah pengamatan d. Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur, dalam penelitian ini uji validitas dilakukan kepada kuesioner atau pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada responden, Rumus:

= N ( ∑ xy ) –( ∑x . ∑y)


(30)

Untuk mengetahui ketepatan atau kelayakan alat pengukur serta kesesuaiannya, maka di bawah ini penulis melakukan pengujian alat ukur dengan cara menguji setiap butir pertanyaan dengan menggunakan

Korelasi Product Moment 13 untuk mendapatkan data atau alat pengukuran yang tepat dan sesuai. Berikut ini merupakan hasil dari pengujian instruments atau alat berupa angket yang telah dilakuan oleh penulis.

Tabel 1 Pengujian Validitas

Pertanyaan no.1

X Y X.Y

9 3 99 297 9801

9 3 85 255 7225

4 2 84 168 7056

9 3 103 309 10609

9 3 86 258 7396

9 3 99 297 9801

9 3 96 288 9216

16 4 121 484 14641

9 3 116 348 13456

9 3 109 327 11881

16 4 98 392 9604

9 3 100 300 10000

9 3 96 288 9216

9 3 98 294 9604

9 3 102 306 10404

16 4 121 484 14641

16 4 126 504 15876

9 3 98 294 9604

9 3 94 282 8836

16 4 98 392 9604

13

Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survei, (Jakarta, PT. Pustaka LP3ES, 1995), Hal


(31)

9 3 103 309 10609

9 3 102 306 10404

4 2 98 196 9604

9 3 90 270 8100

9 3 96 288 9216

16 4 110 440 12100

1 1 34 34 1156

9 3 113 339 12769

1 1 34 34 1156

9 3 103 309 10609

16 4 116 464 13456

16 4 136 544 18496

16 4 113 452 12769

16 4 113 452 12769

9 3 107 321 11449

16 4 116 464 13456

9 3 105 315 11025

9 3 99 297 9801

16 4 125 500 15625

16 4 136 544 18496

9 3 124 372 15376

16 4 119 476 14161

16 4 103 412 10609

9 3 109 327 11881

9 3 118 354 13924

16 4 113 452 12769

16 4 113 452 12769

16 4 116 464 13456

16 4 122 488 14884

16 4 121 484 14641

16 4 109 436 11881

∑ 580 ∑ 168 ∑ 5345 ∑ 18162 ∑ 577887

Keterangan:

X : Jumlah skors pertanyaan Y : Jumlah skors responden


(32)

r hitung =

= N . ( ∑ xy ) –( ∑x . ∑y)

√ [ N . ∑x² - ( ∑x )² ] . [ N . ∑y² - ( ∑y)² ] = (51 x 18162) – (168 x 5345)

[ (51 x 580) – (168 x 168)] . [(51 x 577887) – (5345 x 5345)] = 28302

1224755472 = 0, 80870929

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Kolerasi Pruduct Moment, penulis menemukan hasil perhitungan sebagai berikut:

Tabel 2

Hasil Pengujian Validitas Questioner Respon Kognitif No. r Hitung Pertanyaan

1. 0,80

2. 0.77 3. 0.83

4. 0,55

5. 0,80

6. 0,58

7. 0.76

8. 0,81

9. 0,73

10. 0,78

11. 0,79

12. 0,74

13. 0,79

14. 0,72

15. 0,76


(33)

Keterangan :

r hitung pertanyaan no.1 = 0,80 r hitung pertanyaan no.2 = 0.77 r hitung pertanyaan no.3 = 0.83 r hitung pertanyaan no.4 = 0,55 r hitung pertanyaan no.5 = 0,80 r hitung pertanyaan no.6 = 0,58 r hitung pertanyaan no.7 = 0.76 r hitung pertanyaan no.8 = 0,81 r hitung pertanyaan no.9 = 0,73 r hitung pertanyaan no.10 = 0,78 r hitung pertanyaan no.11 = 0,79 r hitung pertanyaan no.12 = 0,74 r hitung pertanyaan no.13 = 0,79 r hitung pertanyaan no.14 = 0,72 r hitung pertanyaan no.15 = 0,76 r hitung pertanyaan no.16 = 0,73


(34)

Tabel 3

Hasil Pengujian Validitas Questioner Respon Afektif No. r Hitung Pertanyaan

17. 0,77

18. 0,74

19. 0,79

20. 0,80

21. 0,80

22. 0,71

23. 0,79

24. 0,66

25. 0,76

26. 0,84

27. 0,74

28. 0,75

Keterangan :

r hitung pertanyaan no.17 = 0,77 r hitung pertanyaan no.18 = 0,74 r hitung pertanyaan no.19 = 0,79 r hitung pertanyaan no.20 = 0,80 r hitung pertanyaan no.21 = 0,80 r hitung pertanyaan no.22 = 0,71 r hitung pertanyaan no.23 = 0,79 r hitung pertanyaan no.24 = 0,66 r hitung pertanyaan no.25 = 0,76 r hitung pertanyaan no.26 = 0,84 r hitung pertanyaan no.27 = 0,74 r hitung pertanyaan no.28 = 0,75


(35)

Tabel 4

Hasil Pengujian Validitas Quesioner Respon Konatif No. R Hitung Pertanyaan

29. 0,77

30. 0,76

31. 0,65

32. 0,82

33. 0,40

34. 0,62

Keterangan :

r hitung pertanyaan no.29 = 0,77 r hitung pertanyaan no.30 = 0,76 r hitung pertanyaan no.31 = 0,65 r hitung pertanyaan no.32 = 0,82 r hitung pertanyaan no.33 = 0,40 r hitung pertanyaan no.34 = 0,62

Dari hasil perhitungan r di atas dicocokan dengan ukuran kekuatan hubungan berdasarkan koefisien asosiasi, yakni:

Kurang dari 0,27 : Hubungan rendah sekali, tidak valid. 0,27 - 0,37 : Hubungan rendah tetapi pasti. 0,38 - 0,68 : Hubungan yang cukup berarti. 0,69 - 0,90 : Hubungan yang tinggi, kuat.


(36)

Berdasarkan r tabel, r hitung dikatakan memiliki taraf signifikansi 5% jika:

dk-2 = 51 - 2 = 49

Untuk r tabel, N = 49, maka r tabelnya adalah 0,27, jika r hitung > r tabel maka ia memiliki signifikansi tapi jika jika r hitung < r tabel maka ia tidak memiliki signifikansi.

Dari tabel di atas, setelah penulis melakukan pengujian validitas dan ralibilitas sesuai dengan ketentuan rumus validitas, maka didapatkan item yang valid dan realibel yang berjumlah 34 item questioner menunjukan bahwa semua item questioner yang dibuat oleh penulis dapat dinyatakan valid dan realibel.

Maka dalam analisis peneliti akan menggunakan seluruh item yang berjumlah 34 item questioner yang dianggap valid. Item tersebut terdiri dari 16 item questioner respon kognitif, 12 item questioner respon afektif dan 6 item questioner respon konatif.

F.Sistematika Penulisan

Agar mengetahui gambaran yang jelas tentang hal-hal yang diuraikan dalam penulisan ini, maka penulis membagi sistematika penyusunannya menjadi lima bab, pada tiap-tiap bab terdiri dari sub-sub bab dengan penulisan sebagai berikut:


(37)

BAB I Pendahuluan

Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II Kajian Teori

Pengertian Respon, Teori S-O-R, Jenis-Jenis Respon, Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Respon, Pengertian Dakwah, Unsur-Unsur Dakwah, Bentuk-Bentuk Dakwah, Landasan Hukum Dakwah.

BAB III Gambaran Umum Tentang Warga Kenanga RT 004 RW 02 Cipondoh Tangerang Banten Dan Biografi Kiai Cepot

Profil Warga Kenanga RT 004 RW 02 Cipondoh Tangerang Banten, Data Warga, Data Pendidikan, Data Mata Pencaharian Warga, Biografi Kiai Cepot, Riwayat Hidup Kiai Cepot, Latar Belakang Pendidikan Kiai Cepot, Karir Dakwah Kiai Cepot.

BAB IV Respon Warga Kenanga RT 004 RW 02 Cipondoh Tangerang Banten Terhadap Metode Dakwah Bil Lisan Kiai Cepot

Profil Responden, Respon Kognitif Warga Kenanga RT 004 RW 02 Cipondoh Tangerang Banten Terhadap Metode Ceramah Kiai Cepot, Respon Afektif Warga Kenanga RT 004 RW 02 Cipondoh Tangerang Banten Terhadap Metode


(38)

Ceramah Kiai Cepot, Respon Konatif Warga Kenanga RT 004 RW 02 Cipondoh Tangerang Banten Terhadap Metode Ceramah Kiai Cepot.

BAB V Penutup


(39)

27 A. Respon

1. Pengertian Respon

Respon menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tanggapan, reaksi dan jawaban terhadap suatu gejala atau peristiwa yang terjadi1.

Menurut Ahmad Subandi, respon adalah sebagai istilah umpan balik (feed back) yang memiliki peran atau pengaruh yang besar baik atau tidaknya suatu komunikasi.2

Menurut Hunt, orang dewasa mempunyai sejumlah besar unit untuk memproses informasi. Unit-unit ini dibuat khusus untuk menangani representasi fenomenal dari keadaan di luar yang ada dalam diri seorang individu (internal environment). Lingkungan internal ini dapat digunakan untuk memperkirakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar. Proses yang berlangsung secara rutin inilah yang oleh Hunt dinamakan respon.

Menurut Scheerer yang disadur oleh Sarlito, respon adalah proses pengorganisasian rangsang. Rangsang proksimal diorganisasikan

1

DEPDIKBUT, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), edisi ke-3, h.838

2


(40)

sedemikian rupa hingga terjadi representasi fenomenal dari rangsang proksimal itu.3

Menurut Jalaludin Rakhmat, respon adalah suatu kegiatan dari organisme itu bukanlah semata-mata suatu gerakan yang positif, setiap jenis kegiatan yang ditimbulkan oleh suatu perangsang dapat disebut juga respon. Secara umum respon atau tanggapan dapat diartikan sebagai hasil atau kesan yang di dapat dari pengamatan tentang subjek, peristiwa, atau hubungan–hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan-pesan.4

Dapat disimpulkan bahwa respon terbentuk dari proses rangsangan atau pemberian aksi atau sebab terhadap subjek peristiwa yang berujung pada hasil kreasi dan akibat dari proses rangsangan tersebut.

Dalam proses dakwah, respon akan terjadi pada para mad’u. Dakwah yang disampaikan oleh seorang da’i dengan metode ceramah tertentu akan menimbulkan reaksi bermacam-macam pada mad’u. Reaksi yang terjadi pada mad’u ini disebut respon. Respon dapat bersifat positif dan dapat bersifat negatif.

3

Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial, (Jakarka: PT. RajaGrafindo Persada, 2005), h. 87

4


(41)

2. Teori S-O-R

Teori S-O-R (Stimulus, Organism, Response) yang berasal dari psikologi dan kemudian menjadi teori komunikasi. Karena objek material dari psikologi dan komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen, sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konatif.

Menurut teori S-O-R, bahwa reaksi tertentu akan timbul akibat stimulus tertentu, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan pesan yang disampaikan terhadap reaksi komunikan.5

Model dapat terlihat pada gambar berikut:

Gambar di atas menunjukan bahwa komunikasi dapat berlangsung apabila komunikan menaruh perhatian, pengertian, serta penerimaan terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator. Setelah itu akan dilanjutkan kedalam proses berikutnya yaitu perubahan sikap, ini dapat diartikan juga suatu respon atau tanggapan terhadap pesan tersebut.

5

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditiya Bakti, 2003), h. 254-255

Stimulus Organisme:

- Perhatian - Pengertian - Penerimaan

Respon (Perubahan Sikap)


(42)

Sedangkan stimulus yang dimaksud diatas dapat berupa kata-kata verbal atau pun non verbal dari komunikator kepada komunikan.6

Dalam pembahasan teori respon tidak lepas dari proses teori komunikasi terhadap orang-orang yang terlibat proses komunikasi, komunikasi menampakan jalinan sistem utuh dan signifikan sehingga proses komunikasinya akan berjalan secara efektif dan efisien apabila unsur-unsur didalamnya terdapat keteraturan.7 Seperti yang dikatakan Harold D. Laswell (1948), ia mengemukakan lima segi yang merupakan bidang analisis komunikasi, yang kemudian dikenal dengan formula Laswell yaitu siapa, berkata apa, melalui saluran apa, kepada siapa, dan bagaimana efeknya.

Keterangan:

a. Sender yaitu komunikator yang menyampaikan pesan kepada seorang atau sejumlah orang.

6

Ibid h.256

7

Winarmi, Komunikasi Massa, (Malang: UMM Pres, 2003), cet. ke-1, h. 58

Response Feedback

Noise


(43)

b. Encoding yaitu penyandian, yaitu proses pengalihan pikiran dalam bentuk lambang. Dalam hal ini dapat berupa pengalihan pikiran dalam bentuk pesan verbal seperti kata-kata atau pun pesan non verbal seperti gerakan-gerakan.

c. Message yaitu pesan yang merupakan serangkaian lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.

d. Media yaitu seluruh alat komunikasi, tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan.

e. Decoding yaitu pengawasandian, yaitu proses dimana komunikan menetapkan makna dalam lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya. Dalam hal ini dapat diartikan sebagai proses pemberian arti atau pemahaman oleh komunikan terhadap pesan-pesan yang disampaikan komunikator.

f. Response yaitu tanggapan seperangkat reaksi kepada komunikator setelah diterpa pesan.

g. Feedback yaitu umpan balik, yaitu tanggapan komunikan apabila tersampaikan kepada komunikator.

h. Noise yaitu ganguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya. Ada 2 jenis gangguan terhadap jalanya komunikasi yang menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai gangguan mekanik dan gangguan semantik.


(44)

1). Gangguan mekanik (Mechanical Channel noise)

Yang dimaksud dengan gangguan mekanik adalah gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik.

2). Gangguan Semantik (Semantic Noise)

Gangguan jenis ini bersangkutan dengan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak. Ganguan semantik tersaring kedalam pesan melalui penggunaan bahasa. Lebih banyak kekacauaan mengenai pengertian suatu istilah atau konsep yang terdapat pada komunikator, akan lebih banyak gangguan semantik dalam pesannya. Gangguan semantik terjadi dalam salah pengertian.

Pada hakikatnya orang-orang yang terlibat dalam komunikasi menginterfrestasikan bahasa yang menyalurkan suatu pesan dengan berbagai cara, karena itu mereka mempunyai pengertian yang berbeda. Seorang komunikan mungkin menerima suatu pesan dengan jelas sekali, baik secara mekanik maupun secara phonetik , secara fisik berlaku dengan keras dan jelas tetapi disebabkan kesukaran pengertian komunikasi menjadi gagal.8

Model komunikasi diatas, menegaskan faktor-faktor kunci dalam komunikasi efektif. Komunikator harus tahu khalayak mana yang

8

Onong Uchjana Effendy, Imu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), h. 45-46


(45)

dijadikannya sasaran dan tanggapan apa yang diinginkannya. Ia harus terampil dalam menyandi pesan dengan memperhitungkan bagaimana komunikan sasaran mengawasandi pesan. Komunikator harus mengirimkan pesan melalui media yang efisien dalam mencapai khalayak sasaran.9

3. Jenis-Jenis Respon

Respon akan terjadi karena beberapa hal. Terjadinya respon akan sangat tergantung dengan penyebab yang menimbulkannya. Menurut Jalaluddin Rahmat, respon terbagi atas tiga bagian yaitu:

a. Respon kognitif, yaitu respon yang timbul setelah adanya pemahaman terhadap sesuatu yag terkait dengan informasi atau pengetahuan. Terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, atau dipersepsi oleh khalayak.

b. Respon afektif, yaitu respon yang timbul karena adanya perubahan perasaan terhadap sesuatu yang terkait dengan emosi, sikap dan nilai. timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak.

c. Respon konatif, yaitu respon yang berupa tindakan, kegiatan atau kebiasaan yang terkait dengan perilaku nyata. Merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati; yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku.10

9

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi:Teori dan Praktik, (Bandung: PT. Rosda Karya, 2007), cet 21 h. 18-19

10

Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999), h.218


(46)

4. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Respon

Menurut Bimo Walgito, terdapat dua faktor yang menyebabkan individu melakukan respon, yaitu:

a. Faktor internal, yaitu faktor yang ada pada diri individu. Manusia terdiri dari dua unsur, yaitu: jasmani dan rohani, maka seseorang yang mengadakan tanggapan terhadap suatu stimulus tetap dipengaruhi oleh eksistensi kedua unsur tersebut. Apabila terganggu salah satu unsur tersebut, maka akan melahirkan respon yang berbeda intensitasnya pada diri individu yang melakukan respon, atau akan berbeda responnya tersebut diantara satu orang dengan orang lain.

b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang ada pada lingkungan. Faktor ini biasa dikenal juga dengan faktor stimulus. Faktor ini berhubungan dengan objek yang diamati, sehingga menimbulkan stimulus, kemudian stimulus tersebut sampai pada indera yang menggunakannya.11

Dari pemaparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa setiap individu dapat mengamati segala sesuatu hal atau pun kegiatan yang timbul akibat adanya stimulus dengan alat indra yang dimilikinya, sehingga timbul suatu bayangan yang tertinggal dalam ingatan setiap individu tersebut setelah adanya pengamatan dan dapat ditimbulkan kembali sebagai jawaban dan tanggapan.

11


(47)

B. Ruang Lingkup Dakwah 1. Pengertian Dakwah

Secara etimologi, Kata “dakwah” berasal dari bahasa Arab yang berarti ajakan, seruan, panggilan, undangan12. Menurut Warson Munawwir, menyebutkan bahwa dakwah artinya adalah memanggil (to call), mengundang (to in vite), mengajak (to summer), menyeru (to propose), mendorong (to urge) dan memohon (to Pray).13

Secara terminologi, ada beberapa definisi dakwah yang dikemukakan oleh para ahli mengenai dakwah, yaitu:

a. Menurut Bakhil Khauli, dakwah adalah suatu proses menghidupkan peraturan-peraturan Islam dengan maksud memindahkan umat dari satu keadaan kepada keadaan lain.14

b. Menurut Syekh Ali Mahfuzd, dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.15

c. Menurut M. Quraish Shihab, dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Perwujudan dakwah bukan sekadar usaha peningkatan pemahaman dalam tingkah

12

Toha Yahya Omar, Islam dan Dakwah, (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2004), h. 67

13

Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1994), h. 439

14

Ghazali Darussalam, Dinamika Ilmu Dakwah Islamiyah, (Malaysia: Nur Niaga

SDN.BHD, 1996), cet. ke-1, h. 5

15

Abdul Kadir Sayid Abd. Rauf, Dirasah Fid Dakwah al-islamiyah, (Kairo: Dar


(48)

laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi pada masa sekarang ini, ia harus lebih berperan menuju kepada pelaksanaan ajaran Islam secara lebih menyeluruh dalam berbagai aspek.16

d. Menurut Toha Yahya Omar, M.A, dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan, untuk keselamatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.17

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah sebagai kegiatan mengajak, menyeru, mendorong manusia dengan bijaksana kepada kebaikan yang sesuai dengan perintah Allah SWT serta menjauhi apa yang dilarang oleh Allah SWT agar selamat serta bahagia di dunia dan akhirat.

2. Unsur-Unsur Dakwah a. Subjek Dakwah (da’i)

Subjek dakwah (da’i) adalah pelaku dakwah. Dalam pengertian yang khusus, da’i adalah orang yang mengajak kepada orang lain baik secara langsung atau tidak langsung dengan kata-kata, perbuatan atau tingkah laku ke arah kondisi yang baik atau lebih baik menurut al-Qur’an dan sunnah. Da’i pada dasarnya adalah penyeru kejalan Allah, pengibar panji-panji Islam, dan pejuang (mujahid) yang

16

M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu Dalam

Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 2001), cet ke-22, h. 194

17


(49)

mengupayakan terwujudnya sistem Islam dalam realitas kehidupan umat manusia. Sebagai penyeru ke jalan Allah SWT, da’i tidak bisa tidak harus memiliki pemahaman yang luas mengenai Islam sehingga dapat menjelaskan ajaran Islam kepada masyarakat dengan baik dan benar. Ia juga harus memiliki semangat dan gairah ke Islaman yang tinggi yang menyebabkan ia setiap saat dapat menyeru manusia kepada kebaikan dan mencegah mereka dari kejahatan, meskipun untuk itu ia harus menghadapi tantangan yang berat.18 Faktor subjek dakwah sangat menentukan keberhasilan aktivitas dakwah. Maka subjek dakwah hendaklah mampu menjadi penggerak dakwah islamiyah yang profesional.

Secara garis besar subjek dakwah atau da’i mengandung dua pengertian:

1) Secara umum adalah setiap muslim atau muslimat yang berdakwah sebagai kewajiban yang melekat dan tidak terpisahkan dari misinya sebagai penganut Islam, sesuai dengan perintah “Ballighu „anni

walaw ayat.”

2) Secara khusus adalah mereka yang mengambil keahlian khusus

(mutakhashshish-spesialis) dalam bidang dakwah Islam, dengan kesungguhan luar biasa dan dengan qudwah hasanah.19

18

Sayyid Sabiq, Dakwah al-Islam, (Bairut: Dar al-Kitab al-Arabi, 1973), cet. Ke-1, h. 293-295

19

Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000), h.27


(50)

Seorang da’i, hendaklah memiliki kepribadian yang baik. Seorang da’i menurut Yusup Qardlawi, harus melengkapi dirinya dengan tiga senjata, yaitu iman, akhlak mulia, ilmu pengetahuan dan wawasan. Hal ini karena seorang da’i merupakan figur yang di contoh baik perkataan maupun tingkah lakunya. Da’i adalah pemandu bagi orang-orang yang ingin mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat.

Disamping memiliki kepribadian yang baik, seorang da’i haruslah menguasai materi, metode, media, serta mengetahui psikologi mad’unya. Karena kesiapan da’i (subjek dakwah) baik penguasaan terhadap materi, maupun penguasaan terhadap metode, media dan psikologi sangat menentukan gerakan dakwah untuk mencapai keberhasilan.

Syarat-syarat da’i secara khusus meliputi komponen yang ada dalam kegiatan da’i dalam dakwah yaitu:

1) Mengajak orang menyembah Allah semata. Termasuk dalam Syarat ini adalah patuh, selalu ingat dan bersyukur kepada-Nya, serta tidak melakukan hal-hal yang dilarang.

2) Beramal shaleh dengan melaksanakan segala kewajiban dan menjauhi segala larangan, melakukan hal-hal yang sunah, menjauhi yang makruh, dan senantiasa mengajak orang lain ke jalan Allah SWT. 3) Memiliki loyalitas pada Islam dan kepatuhannya pada hukum, sebagai

realisasi dari ucapan syukur kepada Allah SWT yang telah menempatkannya pada jalan yang hak.


(51)

Apabila seorang da’i sudah melaksanakan ketiga syarat tersebut, setiap ucapannya akan didengar dan di ikuti oleh orang-orang.

Dalam al-Qur’an surat Ali Imran ayat 160-161, bahwa seorang da’i haruslah memiliki sifat-sifat mahmudah sebagai berikut :

                                                                     

Artinya: “Jika Allah SWT menolong kamu maka tidak ada yang dapat mengalahkanmu , tetapi jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapa yang dapat menolong setelah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah SWT saja orang-orang mukmin

bertawakal.” “Dan tidak mungkin seorang nabi berkhianat (dalam urusan harta rampasan perang). Barang siapa berkhianat niscaya pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatinnya itu. Kemudian setiap orang akan diberi balasan yang sempurna sesuai apa yang dilakukannya, dan mereka tidak di zalimi.” (QS. Ali Imran 160-161)

Pada surat Ali Imran ayat 160 menjelaskan bahwa “Jika Allah hendak menolong kamu, maka tak ada manusia atau jin atau makhluk apa pun yang dapat mengalahkan kamu betapapun besarnya kemampuannya;

jika Allah menbiarkan kamu, yakni tidak memberimu pertolongan maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu sesudah-Nya, yakni selain Allah? Jelas tak ada! Kamu mengaku percaya kepada Allah, maka berupaya dan berserah dirilah kepada-Nya. Karena itu pula hendaklah kepada Allah saja bukan kepada nabi, wali atau penguasa, atau kekuatan apa pun orang-orang mukmin bertawakkal. Karena yang itu pula mereka


(52)

yang tidak berserah diri kepada Allah, maka pasti ada sesuatu yang kurang dalam imannya.”

Pada ayat 161 berhubungan erat dengan ayat sebelumnya. Ayat ini berbicara tentang khianat, sedangkan sifat ini merupakan salah satu sebab utama ketidak hadiran pertolongan Allah. Sebaliknya menjauhi khianat merupakan syarat utama bagi kehadiran pertolongan-Nya. Sementara ulama menyebutkan bahwa salah satu sebab petaka dalam perang Uhud adalah apa yang dinamakan khianat oleh ayat ini. Pasukan pemanah meninggalkan posisi mereka, untuk mengambil harta rampasn perang, karena mereka khawatir jangan sampai harta rampasan itu dimonopoli oleh anggota pasukan lain yang bebas berkeliaran di medan perang setelah terlihatnya tanda-tanda kekalahan kaum musyrikin pada awal perang. Dalam konteks ini, diriwayatkan bahwa Rasul SAW menyindir para pemanah itu dengan sabdanya: “Apakah kami akan berkhianat dan tidak membagi buat kalian ghanimah (harta rampasan perang)?” Memang, tulis al-Biqa’i para pemanah itu bergegas meninggalkan posisi mereka untuk mengambil harta rampasan perang sebelum waktunya, disebabkan oleh beberapa kemungkinan. Boleh jadi dengan maksud menyembunyikan apa atau sebagian yang diambilnya; boleh jadi juga karena khawatir jangan sampai pimpinan mereka tidak membaginya, atau khawatir adanya khianat yang mengakibatkan Nabi SAW tidak membaginya dengan adil. Kalau bukan hal-hal ini penyebabnya, maka tentu saja ketergesaan itu, adalah suatu kecerobohan yang tidak dapat dibenarkan oleh akal sehat.


(53)

Mutawalli asy-Sya’rawi mengemukakan pandangan yang sedikit berbeda. Menurutnya, dalam perang Badar Rasul SAW mengumumkan bahwa “Siapa yang membunuh seseorang maka harta rampasan perang yang ditemukan bersama sang terbunuh, menjadi miliknya.” Kebijaksanaan ini, beliau tetapkan untuk mendorong semangat juang kaum muslimin. Ketika perang Uhud, para pemanah menduga bahwa ketentuan Rasul di atas tetap berlaku, bahkan ada yang menduga mereka tidak akan diberi harta rampasan. Tentu saja tidak membagi harta rampasan untuk semua pasukan adalah tidak adil. Ia merupakan salah satu bentuk penghianatan, maka karena itu ayat ini berbicara tentang penghianatan.

Ayat ini menegaskan bahwa: Tidak mungkin dalam satu waktu atau keadaan seorang nabi berkhianat karena salah satu sifat mutlak nabi adalah amanah, termasuk tidak mungkin berhianat dalam urusan harta rampasan perang. Hal itu tidak mungkin bagi semua nabi, apalagi nabi Muhammad SAW, penghulu para nabi. Umatnya pun tidak wajar melakukan penghianatan. Barang siapa berkhianat dalam urusan rampasan perang, atau dalam hal apa pun, maka pada hari kiamat dia akan datang membawa apa yang dikhianatinya itu; kemudian setiap diri akan diberi pembalasan sempurna lagi setimpal tentang apa yang dikerjakan


(54)

baik atau buruk sedang mereka tidak dianiaya sedikit pun. Bahkan yang berbuat baik diberi ganjaran lebih.20

Sehingga dapat dikatakan bahwa ayat diatas menyebutkan seorang da’i haruslah mempunyai sifat-sifat yang baik dalam bermasyarakat dan bernegara, yaitu:

1) Lemah lembut dalam menjalankan dakwahnya sebagai seorang da’i. 2) Bermusyawarah dalam setiap urusan, termasuk urusan dakwah. 3) Tekad yang bulat dalam menjalankan dakwah.

4) Tawakal kepada Allah SWT.

5) Memohon kepada Allah SWT sebagai aspek konsekuensi dari tawakal. 6) Menjauhi kecurangan, dan lain sebagainya.

Selain itu, da’i akan berhasil dalam tugas melaksanakan dakwah jika di bekali kemampuan-kemampuan yang berkaitan dengannya. Kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki antara lain:

1) Kemampuan berkomunikasi. 2) Kemampuan penguasaan diri. 3) Kemampuan pengetahuan psikologi. 4) Kemampuan pengetahuan kependidikan.

5) Kemampuan pengetahuan di bidang pengetahuan umum. 6) Kemampuan dibidang al-Qur’an.

7) Kemampuan pengetahuan dibidang ilmu hadist. 8) Kemampuan di bidang ilmu agama secara integral.21

20

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,


(55)

b. Objek Dakwah

Objek dakwah ( Mad’u ) yaitu masyarakat sebagai penerima dakwah. Masyarakat baik individu maupun kelompok, sebagai objek dakwah, memiliki strata dan tingkatan yang berbeda-beda. Mad’u merupakan peserta dakwah, baik perseorangan, kolektif, laki-laki atau perempuan, anak-anak atau orang dewasa. Mad’u bersifat heterogen, baik dari sudut ideologi, misalnya atheis, animis, musyrik, munafik, fasik dan muslim, juga dari sudut lainnya seperti intelektualitas, status sosial, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain.22

Dalam hal ini seorang da’i dalam aktivitas dakwahnya, hendaknya memahami karakter dan siapa yang akan menerima pesan-pesan dakwahnya. Da’i dalam menyampaikan pesan-pesan-pesan dakwah Islamiyahnya, perlu mengetahui klasifikasi dan karakter objek dakwah, hal ini penting agar pesan-pesan dakwah bisa diterima dengan baik oleh mad’u.

Dengan mengetahui karakter dan kepribadian mad’u sebagai penerima dakwah, maka dakwah lebih terarah karena tidak disampaikan secara sembarangan tetapi mengarah kepada profesionalisme. Maka mad’u sebagai sasaran atau objek dakwah akan dengan mudah menerima pesan-pesan dakwah yang disampaikan oleh da’i, karena baik materi, metode, maupun media yang digunakan dalam berdakwah harus sesuai dengan kondisi mad’u sebagai objek dakwah.

21

Slamet Muhaimin Abda, Prinsip-Prinsip Metode Dakwah, (Surabaya: al-Ikhlas, 1944), 69-77

22


(56)

c. Materi Dakwah

Materi dakwah adalah isi pesan dakwah Islam atau segala sesuatu yang harus disampaikan subjek kepada objek dakwah, yaitu keseluruhan ajaran Islam yang ada di dalam Kitabullah maupun Sunah Rasul-Nya.23 Pesan atau materi dakwah harus disampaikan secara menarik agar tidak monoton sehingga merangsang objek dakwah untuk mendengarkan serta mengkaji tema-tema Islam yang pada gilirannya objek dakwah akan mengkaji lebih mendalam mengenai materi agama Islam dan meningkatkan kualitas pengetahuan keislaman untuk pengalaman keagamaan objek dakwah.

Materi dakwah yang akan disampaikan seorang da’i harus mempertimbangkan kondisi serta situasi mad’u sebagai penerima dakwah. Karena materi dakwah yang disampaikan oleh subjek dakwah (da’i) sesuai dengan kondisi serta situasi mad’u, akan mudah diterima dan dipahami oleh mad’u sebagai penerima dakwah.

d. Metode Dakwah

Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “meta” (melalui) dan “hodos” (jalan, cara).24 Dengan demikian kita dapat artikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sumber lain menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman methodica, artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan yang dalam bahasa Arab

23

H. Hafi Anshari, Pemahaman Dan Pengamalan Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), h. 140

24


(57)

disebut thariq.25 Jadi metode dapat disimpulkan sebagai cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud.

Metode dakwah merupakan cara-cara atau strategi dalam penyampaian dakwah Islamiyah, baik individu, kelompok, mau pun masyarakat luas agar pesan-pesan dakwah yang disampaikan mudah diterima. Dalam penyampaian dakwah Islamiyah, hendaklah menggunakan metode yang tepat dan sesuai dengan kondisi mad’u. Dengan penggunaan metode dakwah Islamiyah yang tepat dan sesuai dengan kondisi mad’u, tentunya akan mempermudah seorang da’i dalam menyampaikan pesan -pesan dakwahnya serta mempermudah mad’u dalam memahami isi -pesan dakwah Islamiyah.

Metode Dakwah dapat di bagi beberapa macam, diantaranya: 1) Al- Hikmah

Dalam dakwah, hikmah adalah penentu kesuksesan suatu dakwah Islamiyah. Dalam menghadapi mad’u yang beraneka ragam tingkat pendidikan, strata sosial, serta latar belakang budaya yang berbeda, tentunya setiap da’i memerlukan hikmah. Karena dengan hikmah setiap dakwah Islamiyah yang disampaikan setiap da’i dapat memasuki ruang hati dan pikiran mad’u dengan tepat. Oleh sebab itulah setiap da’i di tuntut untuk mampu mengetahui dan memahami kondisi setiap mad’unya.

25


(58)

Ada saatnya seorang da’i menjadi efektif ketika berbicara ketika dia mampu mengetahui dan memahami kondisi setiap mad’unya dan ada saatnya seorang dai menjadi bencana ketika berbicara, ketika dia tidak mampu untuk mengetahui dan memahami kondisi mad’unya. Kepampuan seorang da’i menempatkan dirinya kapan harus berbicara dan kapan harus memilih diam, itu juga adalah hikmah yang menentukan keberhasilan dakwah.

Hikmah bekal bagi para da’i untuk menuju kesuksesan dakwah Islamiyahnya. Karunia Allah SWT yang diberikan kepada orang yang mendapatkan hikmah akan berimbas juga kepada para mad’unya, sehingga mereka termotivasi untuk berubah diri dan mengamalkan apa yang disarankan da’i kepada mereka.

2) Al- Mau’idzatil Hasanah

Mau’izhah hasanah mempunyai arti sebagai ungkapan yang mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira, peringatan, pesan-pesan yang dapat dijadikan pedoman oleh setiap manusia dalam menjalani kehidupannya agar selamat di dunia maupun di akhirat kelak.

Mau’izhah hasanah dapat di klasifikasikan dalam beberapa bentuk:

a) Nasihat atau petuah

b) Bimbingan, pengajaran (pendidikan) c) Kisah-kisah


(59)

d) Kabar gembira dan peringatan (al-Basyir dan al-Nadzir) e) Wasiat (pesan-pesan positif)26

Dari penjelasan ini, dapat disimpulkan bahwa mau’izhah hasanah mengandung arti kata-kata yang masuk ke dalam kalbu dengan penuh kasih sayang dan ke dalam perasaan dengan penuh kelembutan. Karena menasehati dengan perkataan lemah lembut dapat meluluhkan hati yang keras sekalipun dan mendorong kepada kebaikan.

3) Al- Mujadalah Bi-al-Lati Hiya Ahsan

Dari segi istilah (Terminologi) terdapat beberapa pengertian al-Mujadalah (al-Hiwar) dari segi istilah. Al-Mujadalah (al-Hiwar) berarti upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan diantara keduanya.27

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa al-Mujadalah adalah berdakwah dengan cara tukar pendapat diantara kedua belah pihak tanpa melahirkan perselisihan diantara keduanya dengan tujuan agar pihak lawan dapat menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang sangat kuat tanpa menyakiti salah satu pihak.

26

Ibid, h.17

27

Ali al-Jarisyah, Adab al-Khiwar wa al-Mudhoroh, (al-Munawaroh: Dar al-Wifa, 1989), cet. ke-1, h. 19


(60)

e. Media Dakwah

Kata media, berasal dari bahasa latin, media, yang merupakan bentuk jamak dari medium secara etimologi yang berarti alat perantara.28 Secara lebih spesifik, yang dimaksud dengan media adalah alat-alat fisik yang menjelaskan isi pesan.

Adapun yang dimaksud dengan media dakwah, adalah peralatan yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah kepada penerima dakwah. Pada zaman modern seperti sekarang ini, seperti televisi, video, kaset rekaman, majalah, dan surat kabar.29

Dalam berdakwah bagi setiap da’i, tentunya banyak sekali media yang dapat dipergunakan untuk penyampaian pesan-pesan dakwah, contohnya televisi, tulisan dan lisan. Semua media tersebut dapat dijadikan sebagai media dakwah Islamiyah.

f. Tujuan dakwah

Tujuan dakwah adalah terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan hidup manusia di dunia dan di akhirat yang diridhai Allah SWT. Tujuan dakwah harus diketahui oleh setiap da’i. Karena setiap orang yang hendak melakukan dakwah pada dasarnya harus mengetahui tujuan terhadap apa yang dilakukanya itu. Tanpa mengetahui tujuan dari aktivitas yang dilakukannya tersebut, maka pasan-pesan dakwah yang hendak dicapai tidak akan berarti apa-apa.

28

Ibid, h. 17

29


(61)

Dakwah merupakan suatu rangkaian atau proses, dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan ini dimaksudkan untuk memberi arah atau pedoman bagi gerak langkah kegiatan dakwah. Apalagi ditinjau dari segi pendekatan sistem (sistem approach), tujuan dakwah merupakan salah satu unsur dakwah. Di mana antara unsur dakwah yang satu dengan yang lain saling membantu, saling mempengaruhi, dan saling berhubungan.30

Tujuan dakwah merupakan bagian dari seluruh aktivitas dakwah dan sama pentingnya dengan unsur-unsur dakwah lainnya, seperti subjek dakwah, objek dakwah, materi dakwah, metode dakwah, dan media dakwah. Bahkan tujuan dakwah sangat menentukan dan berpengaruh terhadap penggunaan metode dakwah, media dakwah, serta sasaran dakwah. Hal ini disebabkan karena tujuan dakwah merupakan arah gerak yang hendak dituju seluruh aktivitas dakwah.

3. Bentuk-Bentuk Dakwah a. Dakwah Bil Lisan

Dakwah bil lisan yaitu dakwah yang dilaksanakan melalui lisan, yang dilakukan antara lain dengan ceramah-ceramah, khutbah, diskusi, nasihat, dan lain-lain. Metode ceramah ini nampaknya sudah sering dilakukan oleh para juru dakwah, baik ceramah di majlis taklim, khutbah jumat di masjid-masjid atau ceramah pengajian-pengajian. Dari segi aspek jumlah barang kali dakwah melalui lisan (ceramah dan yang

30


(62)

lainnya) ini sudah cukup banyak dilakukan oleh juru dakwah ditengah-tengah masyarakat.31

Dakwah bil lisan ini banyak sekali di gunakan oleh para juru dakwah karena lebih mudah dan praktis dalam penyampaian pesan dakwah Islamiyahnnya, serta tidak memerlukan biaya yang sangat banyak seperti melalui media cetak (buku, majalah, dll) atau pun media elektronik (radio, televisi, dan internet).

Dalam berdakwah melalui lisan, seorang da’i harus memiliki keterampilan dalam menyampaikan dakwah Islamiyahnya. Dakwah bil lisan bisa dilakukan melalui ceramah, khutbah, seminar, dan lain sebagainya.

Metode ceramah dalam penyampaian dakwah bil lisan pun sangat beragam. Ada dakwah bil lisan melalui ceramah dengan gaya santai, tegas, bahkan humor. Tentunya metode ceramah ini digunakan oleh setiap da’i sesuai dengan karakter atau kepribadian masing-masing da’i.

b. Dakwah Bil Hal

Dakwah bil hal adalah dakwah dengan perbuatan nyata yang meliputi keteladanan. Misalnya dengan tindakan amal karya nyata tersebut hasilnya dapat dirasakan secara konkrit oleh masyarakat sebagai objek dakwah.

31


(63)

Dakwah bil hal dilakukan oleh Rasulullah SAW, terbukti bahwa ketika pertama kali tiba di Madinah yang dilakukan nabi adalah membangun masjid Al-Quba, mempersatukan kaum Anshar dan Muhajirin. Kedua hal ini adalah dakwah nyata yang dilakukan oleh nabi yang dapat dikatakan sebagai dakwah bil hal.32

Pada saat sekarang ini, dakwah bil hal dapat dilakukan dengan berbagai tindakan atau perilaku nyata seperti memberikan contoh teladan kepada orang-orang ataupun membangun sarana dan prasarana untuk kepentingan agama Islam.

c. Dakwah Bil Qalam

Dakwah bil qalam, yaitu dakwah melalui tulisan yang dilakukan dengan keahlian menulis disurat kabar, majalah, buku, maupun internet. Jangkauan yang dapat dicapai oleh dakwah bi al-qalam ini lebih luas dari pada melalui media lisan, demikian pula metode yang digunakan tidak membutuhkan waktu secara khusus untuk kegiatannya. Kapan saja dan dimana saja mad’u atau objek dakwah dapat menikmati sajian dakwah bil qalam ini.33

Akan tetapi, walaupun dakwah bil qalam ini memiliki jangkauan yang sangat luas bahkan bisa sampai ke seluruh pelosok dan tidak membutuhkan waktu secara khusus untuk kegiatannya, tetapi memerlukan biaya yang sangat besar.

32

Ibid, h. 11 33


(64)

Hal ini dapat terlihat dari buku-buku, majalah, atau pun surat kabar yang akan dijadikan media untuk penyampaian pesan-pesan dakwah, tentunya membutuhkan pengeluaran yang sangat besar untuk biaya percetakannya.

Jadi, apabila di lihat dari segi pengeluaran biayanya, tentunya dakwah bil lisan jauh lebih hemat dan praktis dari pada dakwah bil qalam yang memerlukan biaya yang lebih besar.

4. Landasan Hukum Dakwah

Al-Qur’an sejak pertama kali diturunkan, sekarang dan dimasa yang akan datang, selalu menjadi sumber rujukan dan inspirasi dakwah. Dalam al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang membahas tentang dakwah. Seperti firman Allah SWT, yaitu:

















Artinya : “Dan hendaklah ada diantara kamu sekelompok umat yang menyeru pada kebaikan, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar. Merekalah orang-orang yang berjaya” (QS. Ali Imran: 104).

Pada ayat 104 ini, Allah memerintahkan orang-orang beriman untuk menempuh jalan yang berbeda, yaitu menempuh jalan luas dan lurus serta mengajak orang lain menempuh jalan kebajikan dan makruf. Tidak disangkal bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang, bahkan kemampuannya mengamalkan sesuatu akan berkurang, bahkan terlupakan


(65)

dan hilang, jika tidak ada yang mengingatkannya atau tidak dia ulang-ulangi mengerjakannya. Di sisi lain, pengetahuan dan pengalaman saling berkaitan erat, pengetahuan mendorong kepada pengalaman dan meningkatkan kualitas amal sedang pengalaman yang terlihat dalam kenyataan hidup merupakan guru yang mengajar individu dan masyarakat sehingga mereka pun belajar mengamalkannya.

Kalau demikian itu halnya, maka manusia dan masyarakat perlu selalu diingatkan dan diberi keteladanan. Inilah inti dakwah Islamiyah, dari sini lahir tuntunan ayat ini. Kalaulah tidak semua anggota masyarakat dapat melaksanakan fungsi dakwah, maka hendaklah ada diantara kamu

wahai orang-orang yang beriman segolongan umat, yakni kelompok yang pandangan mengarah kepadanya untuk diteladani dan didengar nasihatnya

yang mengajak orang lain secara terus menerus tanpa bosan dan lelah

kepada kebajikan, yakni petunjuk-petunjuk ilahi, menyuruh masyarakat

kepada yang makruf, yakni nilai-nilai luhur serta adat istiadat yang diakui baik oleh masyarakat mereka, selama hal itu tidak bertentangan dengan nilai-nilai Ilahiyah dan mencegah mereka dari yang mungkar; yakni yang dinilai buruk lagi diingkari oleh akal sehat masyarakat. Mereka

memindahkan tuntunan ini dan yang sungguh tinggi lagi jauh martabat kedudukannya itulah orang-orang yang beruntung, mendapatkan apa yang mereka dambakan dalam kehidupan dunia dan akhirat.

Kata minkum pada ayat diatas, ada ulama yang memahaminya dalam arti sebagian, dengan demikian perintah berdakwah yang


(66)

dipesankan oleh ayat ini tidak tertuju kepada setiap orang. Bagi yang memahaminya demikian, maka ayat ini buat mereka mengandung dua macam perintah, yang pertama kepada seluruh umat Islam agar membentuk dan menyiapkan satu kelompok khusus untuk bertugas melaksanakan dakwah, sedangkan perintah yang kedua adalah kepada kelompok khusus itu untuk melaksanakan dakwah kepada kebajikan dan makruf serta mencegah kemungkaran.

Ada juga ulama yang memfungsikan kata minkum dalam arti

penjelasan, sehingga ayat ini merupakan perintah kepada setiap orang muslim untuk melaksanakan tugas dakwah, masing-masing sesuai dengan kemampuannya. Memang jika dakwah yang dimaksud adalah dakwah yang sempurna, maka tidak semua orang dapat melakukannya. Di sisi lain, kebutuhan masyarakat dewasa ini, menyangkut informasi yang benar di tengah arus informasi, bahkan perang informasi yang demikian pesat dengan sajian nilai-nilai baru yang siringkali membingungkan, semua itu menuntut adanya kelompok khusus yang menangani dakwah dan membendung informasi yang menyesatkan. Karena itu, adalah lebih tepat memahami kata minkum pada ayat di atas dalam arti sebagian kamu tanpa menutup kewajiban setiap muslim untuk saling ingat mengingatkan.34

Pada dasarnya para ulama sepakat bahwa dakwah Islam hukumnya wajib, ada yang berpendapat wajib “a’in” yang berarti seluruh umat Islam dalam kedudukan apa pun tanpa terkecuali wajib dalam melaksanakan

34

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,


(67)

dakwah, ada pula yang berpendapat wajib “kifayah” yang berarti dakwah itu hanya diwajibkan kepada sebagian umat Islam yang mengerti saja seluk beluk agama Islam.35

Dengan kedua pendapat tersebut, Hafi Anshori dalam risalahnya mengemukakan bahwa kedudukan hukum dakwah dapat digolongkan kedalam 2 pandangan:

a. Fardu Kifayah, dimana kewajiban dakwah dapat dilakukan oleh sebagian orang saja, atau apabila sekelompok orang telah melakukan maka sudah mewakili yang lainnya.

b. Fardu a’in, maksudnya bahwa aktivitas dakwah menjadi kewajiban setiap individu dari umat Islam dan kewajiban tersebut disesuaikan dengan kemampuan dan posisi masing-masing.36

Dari pengertian-pengertian tersebut, maka hukum dakwah adalah wajib bagi setiap muslim.

35

Syamsuri Siddik, Dakwah dan Teknik Berkhutbah, (Bandung: PT Al Ma’arif, 1981),

h.12

36

Hafi Anshori, Pemahaman dan pengamalan Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), cet. Ke-1, h.66-68


(68)

56

A.Profil Warga Kenanga RT 004 RW 02 Cipondoh Tangerang Banten

RT 004 RW 02 terletak di Kelurahan Kenanga, Kecamatan Cipondoh, Kabupaten Tangerang Banten, yang mempunyai luas 1,5 Ha. Sedangkan untuk batas wilayah, sebelah Utara berbatasan dengan RT 05, sebelah Selatan berbatasan dengan RT 03, sebelah Barat berbatasan dengan RT 07 dan sebelah Timur berbatasan dengan RT 08.1

Adapun data-data tentang warga Kenanga RT 004 RW 02, adalah sebagai berikut:

1. Data Warga

Warga Kenanga RT 004 RW 02, menurut jenis kelamin adalah: Tabel 1

Jumlah Warga Berdasarkan Jenis Kelamin

1

Wawancara dengan Bapak Halimi Ketua RT 004 RW 02, Tangerang, Pada Tanggal 01 April 2011.

No. Jenis Kelamin Jumlah

1. Laki-Laki 169 orang

2. Perempuan 163 orang


(1)

= (51 x 15413) – (142 x 5345)

[ (51 x 428) – (142 x 142)] . [(51 x 577887) – (5345 x 5345)] = 29813

1502944768 = 0,769013864

26. = N . ( ∑ xy ) –( ∑x . ∑y)

√ [ N . ∑x² - ( ∑x )² ] . [ N . ∑y² - ( ∑y)² ] = (51 x 18277) – (169 x 5345)

[ (51 x 428) – (142 x 142)] . [(51 x 577887) – (5345 x 5345)] = 28822

1150692088 = 0,849658781

27. = N . ( ∑ xy ) –( ∑x . ∑y)

√ [ N . ∑x² - ( ∑x )² ] . [ N . ∑y² - ( ∑y)² ] = (51 x 16772) – (155 x 5345)

[ (51 x 499) – (155 x 155)] . [(51 x 577887) – (5345 x 5345)] = 26897

1286173888 = 0,749987454


(2)

28. = N . ( ∑ xy ) –( ∑x . ∑y)

√ [ N . ∑x² - ( ∑x )² ] . [ N . ∑y² - ( ∑y)² ] = (51 x 17486) – (162 x 5345)

[ (51 x 540) – (162 x 162)] . [(51 x 577887) – (5345 x 5345)] = 25896

1170562752 = 0,756894476

29. = N . ( ∑ xy ) –( ∑x . ∑y)

√ [ N . ∑x² - ( ∑x )² ] . [ N . ∑y² - ( ∑y)² ] = (51 x 16427) – (151 x 5345)

[ (51 x 481) – (151 x 151)] . [(51 x 577887) – (5345 x 5345)] = 30682

1562556760 = 0,776185927

30. = N . ( ∑ xy ) –( ∑x . ∑y)

√ [ N . ∑x² - ( ∑x )² ] . [ N . ∑y² - ( ∑y)² ] = (51 x 17620) – (163 x 5345)

[ (51 x 549) – (163 x 163)] . [(51 x 577887) – (5345 x 5345)] = 27385

1291593160 = 0,761991061


(3)

= (51 x 17420) – (162 x 5345)

[ (51 x 540) – (162 x 162)] . [(51 x 577887) – (5345 x 5345)] = 22530

1170562752 = 0,658512224

32. = N . ( ∑ xy ) –( ∑x . ∑y)

√ [ N . ∑x² - ( ∑x )² ] . [ N . ∑y² - ( ∑y)² ] = (51 x 16527) – (153 x 5345)

[ (51 x 479) – (153 x 153)] . [(51 x 577887) – (5345 x 5345)] = 25092

921276240 = 0,826685544

33. = N . ( ∑ xy ) –( ∑x . ∑y)

√ [ N . ∑x² - ( ∑x )² ] . [ N . ∑y² - ( ∑y)² ] = (51 x 12922) – (120 x 5345)

[ (51 x 324) – (120 x 120)] . [(51 x 577887) – (5345 x 5345)] = 17622

1918422288 = 0,402330624


(4)

34. = N . ( ∑ xy ) –( ∑x . ∑y)

√ [ N . ∑x² - ( ∑x )² ] . [ N . ∑y² - ( ∑y)² ] = (51 x 13893) – (128 x 5345)

[ (51 x 354) – (128 x 128)] . [(51 x 577887) – (5345 x 5345)] = 24383

1508364040 = 0,62781842


(5)

(6)

Foto Bersama Ketua RT 004 RW 02 Kelurahan Kenanga