Respon Jamaah Terhadap Metode Dakwah Di Yayasan Haji Karim Oei
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
ABABIL NUR ALAM 1110051000159
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
(2)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Komunikasi Islam S.Kom.I
Disusun Oleh:
Ababil Nur AIam
MM: 1110051000159
Pembimbing:
/"
Noor Bekti Negoro, SE. M. Si NIP: 19650301 199903 1001
JIIRUSAN
KOMUNIKASI
DAN
PENYIARAN
ISLAM
FAKULTAS
ILMU
DAI(WAII
DAN
ILMU KOMUNIKASI
UT{IVERSITAS
ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
(3)
Yayasan Haji Karim Oei telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas IImu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah lakuta pada tanggal 9
September 2A1,5. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 9 September 2015
Sidang Munaqasah
Anggota,
Penguji I
/lw
Ade Rina Farida. M.Si.
NIP: 19770513 200701 2 018
Pembimbing
/*
Noor Bekti Negoro, M.Si.
NIP: 19650301 199903
I
001I[IP: 196709A61994A3
1002Sekretaris Merangkap Anggota,
ITIIP: 19830610 2009122 001
Penguji
II
(4)
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan keteatuan yang berlaku di IIIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakanjiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif HidayatullahJalcarta.
1.
2.
J.
(5)
SE, M.Si.
Islam adalah agama dakwah, artinya agama yang selalu mendorong umatnya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah. Dakwah merupakan kegiatan yang sudah dilakukan dari zaman Rasulullah SAW, semenjak diturunkannya wahyu pertama kepada Muhammad SAW beliau sudah mulai melakukan dakwah pertamanya secara sembunyi-sembunyi kepada istri dan kerabatnya. Sampai saat ini kegiatan dakwah masih dilakukan di setiap masjid, yayasan, atau perkumpulan ummat islam. Salah satu yayasan yang konsen di bidang dakwah ialah Yayasan Haji Karim Oei yang terletak di tengah kota Jakarta, tepatnya di daerah pecinaan Pasar Baru Jakarta Pusat, Salah satu kegiatan dakwahnya yaitu Tafakkuran yang diisi oleh Pak Budhi. Pada kegiatan tafakkur ini jamaah diajak untuk berpikir menggunakan akal dan kalbu yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran.
Dari bacaan di atas muncul pertanyaan, Bagaimana respon jamaah terhadap metode dakwah di Yayasan Haji Karim Oei? Apakah ada perbedaan respon kognitif, afektif dan konatif dari segi umur dan pendidikan?
Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori SOR, atau Stimulus-Organims-Respon, teori ini beranggapan bahwa perubahan sikap (respon) dapat terjadi karena adanya rangsangan atau pesan yang diterima oleh seseorang, selanjutnya rangsangan atau pesan tersebut akan diolah sehingga terjadi kesediaan atau tindakan yang diterima dari stimulus tersebut, akhirnya setelah terjadi pengertian, perhatian dan pemahaman organims terhadap stimulus yang diterimanya maka akan terbentuk sebuah respon atau tindakan akan pemahaman stimulus tersebut. Dalam dakwah seorang da’i dituntut untuk memberikan stimulus atau pesan terhadap jamaahnya, akan tetapi stimulus tersebut bisa diterima dengan baik atau ditolak, baik dari faktor eksternal maupun factor internal.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, yaitu metode yang menggunakan teknik statistik dengan memperhitungkan prosentase berdasarkan hasil kuesioner dari responden. Selanjutnya hasil dari perhitungan data yang didapat kemudian dianalisis dan di deskripsikan dalam bentuk tabel. Kemudian peneliti juga melakukan wawancara dengan Ustad pengisi kegiatan tafakkur serta ketua Yayasan Haji Karim Oei.
Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa metode dakwah fasilitator pada kegiatan tafakkuran dapat diterima dengan baik oleh jamaah yang mengikutinya, hal ini didapat dari hasil analisis yang menunjukan respon jamaah yang mengetahui maksud dan tujuan dari kegiatan tafakkur itu, dan juga didapat bahwa tidak adanya hubungan antara umur dan pendidikan responden terhadap metode dakwah fasilkitator di Yayasan Haji Karim Oei.
(6)
rahmat-Nya penulis masih diberikan nikmat iman dan Islam hingga akhir hayat nanti. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW, sebagai pembawa syariat Islam yang menjadi pedoman umat manusia dalam mengarungi kehidupan ini sampai hari akhir.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah mengingatkan dan mendorang serta tidak jenuh-jenuhnya menasehati penulis agar karya ilmiyah ini dapat selasai. Karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Dr. Arief Subhan, M.Ag, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Suparto,PhD, sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr.Roudhonah,MA, sebagai Wakil Dekan Bidang Adminitrasi, Dr. Suhaimi,MA, sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan sekaligus ketua sidang munaqosah penulis.
2. Drs. Masran, M.Ag, Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fita
Fathurrahmah, M.Si,sebagai Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
3. Ade Rina Farida, M.Si. dan Fauzun Jamal,Lc, MA selaku penguji pada sidang
munaqosah penulis.
4. Noor Bekti Negoro, SE, M. Si, selaku dosen pembimbing yang senantiasa
sabar dan tak bosan dalam membimbing penulisan skripsi ini.
5. Para Dosen dan Staff Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
(7)
Hidayatullah Jakarta.
7. Kedua orang tuaku tercinta yang setiap hari selalu mengingatkan penulis
untuk menyelesaikan karya ilmiah ini.
8. Kedua kakakku, Derita Qurbani S.Psi dan Suci Rohanita S.Sos,i yang telah
membantu dan memberikan dukungan untuk penulisan ini
9. Kepada Bapak Budhi Mar’at selaku fasilitator pada kegiatan tafakkuran di Yayasan Haji karim Oei.
10.Staf dan pengurus Yayasan Haji Karim Oei yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.
11.Para responden Jamaah Masjid Lautze, Yayan Haji Karim Oei yang telah
membantu penulis untuk mengisi angket.
12.Serta teman-teman seperjuangan KPI E 2010 dan teman-teman KKN
SAHABAT 2013.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih dan memanjatkan do’a yang tulus untuk mereka yang tersayang, yang selalu ada disamping penulis ketika sedih dan selalu mengingatkan di saat salah. Semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah diberikan. Amin ya Rabbal alamin
Jakarta, September 2015
(8)
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Batasan dan rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
D. Tinjauan Pustaka ... 9
E. Sistematika Penulisan ... 10
BAB II KERANGKA TEORI A. Respon ... 12
(9)
3. Macam-Macam Media Penerima Respon ... 16
B. S-O-R Teori ... 17
C. Dakwah ... 21
1. Pengertian Dakwah ... 21
2. Unsur-Unsur Dakwah ... 22
3. Bentuk-Bentuk Dakwah ... 29
D. Dakwah dan Komunikasi ... 31
E. Kegiatan-kegiatan Dakwah ... 32
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 33
B. Waktu dan Tempat Penelian ... 33
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 34
D. Populasi dan Sampel ... 34
E. Teknik Pengambilan Sampel ... 34
F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 35
G. Teknik Pengumpulan Data ... 37
H. Teknik Analisis Data ... 37
BAB IV WILAYAH PENELITIAN A. Profil Yayasan Haji Karim Oei / Masjid Lautze ... 45
(10)
4. Profil Jamaah ... 52 B. Profil Singkat Pak Budhi Mar’at (Fasilitator Kegiatan Tafakkur) ... 52 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Responden ... 54 1. Responden Dari Segi Umur ... 54 2. Responden Dari Segi Pendidikan Terakhir ... 55
B. Respon Kognitif Jamaah Terhadap Metode Dakwah Di
Yayasan Haji Karim Oei ... 56
C. Respon Afektif Jamaah Terhadap Metode Dakwah Di
Yayasan Haji Karim Oei ... 59
D. Respon Konatif Jamaah Terhadap Metode Dakwah Di
Yayasan Haji Karim Oei ... 61
E. Perbandingan Jumlah Skor Respon Jamaah
Terhadap Metode Dakwah Di Yayasan Haji Karim Oei ... 65
F. Analisis Chi-Square Respon Jamaah Terhadap Metode Dakwah Di Yayasan
Haji Karim Oei Dari Segi Umur Dan Pendidikan ... 68
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ... 73 B. Saran-Saran ... 75 DAFTAR PUSTAKA
(11)
Tabel 1. Hasil Pengujian Validitas Kuesioner Respon Kognitif ... 41
Tabel 2. Hasil Uji Reabilitas Respon Kognitif ... 42
Tabel 3. BluePrint Skala Respon Kognitif Sebelum Dilakukan Uji Validitas .... 43
Tabel 4. BluePrint Skala Respon Kognitif Setelah Dilakukan Uji Validitas ... 44
Tabel 5. Umur Responden ... 54
Tabel 6. Latar Belakang Pendidikan Responden ... 55
Tabel 7. Hasil Respon Kognitif ... 56
Tabel 8. Hasil Respon Afektif ... 59
Tabel 9. Hasil Respon Konatif ... 62
Tabel 10. Perbandingan Skor Rata-Rata Respon ... 65
Tabel 11. Skor Responden ... 66
Tabel 12. Perbandingan Respon Dari Segi Umur ... 68
Tabel 13. Analisis Chi-Square Hitung Berdasarkan Umur ... 69
Tabel 14. Perbandingan Respon Dari Segi Pendidikan ... 70
Tabel 15. Analisis Chi-Square Hitung Berdasarkan Pendidikan ... 71
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Skema Stimulus ... 15
(12)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama dakwah, artinya agama yang selalu mendorong umatnya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah. Kemajuan dan kemunduran umat Islam sangat berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang dilakukannya. Karena itu, Al-Quran menyebut kegiatan dakwah dengan ahsanul qaul (ucapan dan perbuatan yang paling baik).1
siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata:
"Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (Fussilat :
33)
Dakwah merupakan kegiatan yang sudah dilakukan dari zaman Rasulullah SAW, semenjak diturunkannya wahyu pertama kepada nabi Muhammad SAW, beliau sudah mulai melakukan dakwah pertamanya secara sembunyi-sembunyi kepada istri dan kerabatnya. Setelah sekian lama, beliau melakukan dakwah secara terang-terangan kepada masyarakat arab hingga saat ini dakwah masih dilakukan oleh ummatnya.
1
Etika Berkeluarga,Bermasyarakat, Dan Berpolitik, (Tafsir Al-Quran Tematik, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran, Jakarta) cet 2, hal 375
(13)
Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang kafir. ( QS Al-Maidah 67)
Dakwah merupakan proses berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban dakwah dalam rangka mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah, dan secara bertahap menuju perikehidupan yang islami. Proses yang berkesinambungan adalah suatu proses yang bukan insidental atau kebetulan, melainkan benar-benar direncanakan, dilaksanakan, diorganisir, dan dievaluasi secara terus menerus oleh para pengemban dakwah, dalam rangka mengubah prilaku sasaran dakwah sesuai dengan
tujuan-tujuan yang telah dirumuskan.2
Sudah bukan waktunya lagi dakwah dilakukan asal jalan tanpa sebuah perencanaan yang matang, baik yang menyangkut materi, tenaga pelaksana, ataupun metode yang dipergunakannya. Memang benar, sudah
menjadi sunnatullah bahwa yang hak akan menghancurkan yang batil. Akan
2
(14)
tetapi, sunnatullah ini berkaitan dengan sunnatullah yang lain, yaitu bahwasannya Allah SWT sangat mencintai dan meridai kebenaran yang
diperjuangkan dalam sebuah barisan yang rapih dan teratur.3
Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang
tersusun kokoh. (As-Saff : 4)
Sampai saat ini kegiatan dakwah masih dilakukan di setiap masjid, yayasan, atau perkumpulan ummat islam, seruan berdakwah juga disampaikan oleh Allah SWT yang disebutkan dalam firmannya.
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung. (QS Ali Imran 104)
3
(15)
Jelas pada ayat di atas telah dijelaskan kepada segolongan ummat yang bergerak di bidang dakwah untuk memberi peringatan kepada sesama
muslim untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar.
Peran lembaga-lembaga dakwah, baik itu berupa organisasi, perkumpulan atau perorangan yang berkecimpung di dalam dakwah sangat besar. Sebagai sebuah lembaga dakwah, tentu fungsinya untuk menyeru akan kebenaran dari Islam kepada seluruh manusia, baik itu khususnya kepada muslimin tak terkecuali juga kepada sebagian kecil kaum non muslimin.
Saat ini telah banyak lembaga atau yayasan yang selalu melakukan kegiatan dakwah, kegiatan yang dilakukan bermacam-macam. Akan tetapi walaupun kegiatan yayasan tersebut bermacam-macam, tetap saja tujuannya satu, yakni berdakwah kepada seluruh umat agar berdiri tegaknya agama Islam.
Salah satu yayasan yang fokus di bidang dakwah ialah Yayasan Haji Karim Oei yang terletak di tengah kota Jakarta, tepatnya di daerah pecinaan Pasar Baru Jakarta Pusat. Yayasan ini membaur dengan lingkungan yang tergolong lingkungan para pekerja dan juga lingkungan yang mayoritas
pemukim disana keturunan Tionghoa.4
Pada Yayasan Haji Karim oei, kegiatan dakwah dituju kepada masyarakat di sekitar masjid dan para mualaf keturunan tionghoa, Masjid Lautze menjadi tempat untuk mensyiarkan islam kepada masyarakat disekitar masjid untuk mengetahui ajaran islam. Tak kurang setiap tahun sekitar 30
4
Observasi Penulis di Yayasan Haji Karim Oei Jakarta Pusat (mulai dari bulan Januari 2015)
(16)
orang lebih dari berbagai macam etnis menjadi mualaf di Yayasan Haji
Karim oei atau Masjid Lautze.5
“Asyhadu an-laa ilaaha illallaah Wa asyhadu anna Muhammadan rasuulullah” dua kalimat syahadat inilah yang menandakan seseorang telah memeluk agama islam, syahadat merupakan asas dan dasar dari lima rukun Islam dan merupakan ruh, inti dan landasan seluruh ajaran Islam. Dengan mengikrarkan kalimat ini seorang muslim memantapkan diri untuk meyakini ajaran Allah seperti yang disampaikan melalui Muhammad, sebagai contoh
meyakini hadist-hadist Muhammad.6
Seseorang yang baru memeluk agama islam disebut dengan “Mualaf”. Mualaf berasal dari bahasa Arab yang berarti tunduk, menyerah, dan pasrah. Sedangkan, dalam pengertian Islam, mualaf digunakan untuk menunjuk seseorang yang baru masuk agama Islam. Tidak ada perbedaan
mencolok dari dua pengertian tersebut.7
Seseorang yang menjadi mualaf tentunya mengalami pergolakan-pergolakan batin, seperti apa yang menjadi pertanyaan mengenai agamanya yang dianutnya dahulu, dimana ia merasa tidak terpenuhi. Tentunya seorang mualaf sebelum memeluk Islam ia mendalami dan memahami agama Islam dan pada akhirnya ia menemukan jawaban atas apa yang menjadi pertanyaannya pada agama Islam.
5
Observasi Penulis di Yayasan Haji Karim Oei Jakarta Pusat (mulai dari bulan Januari 2015)
6
http://id.wikipedia.org/wiki/Syahadat (diakses tanggal 12 November 2014, 19:00 WIB)
7
http://mualaf.com/pengertian-mualaf (diakses tanggal 12 November 2014, 20:00 WIB)
(17)
Selain itu, setelah seorang memeluk Islam pastinya belum tentu memahami betul tentang ajaran-ajaran segala yang wajib dilakukan ataupun segala yang harus dihindarkan dalam agama Islam, oleh sebab itu mualaf memerlukan bimbingan serta bantuan untuk mempelajari Islam dengan sepenuhnya agar imannya semakin bertambah.
Yayasan Haji Karim Oei menjadi media dakwah kepada jama’ahnya dan juga kepada para mualaf yang ingin mendalami Islam dan memahami Islam sepenuhnya. Berbagai kegiatan dilakukan di yayasan ini, diantaranya kegiatan Tafakkuran yang diadakan setiap sabtu siang serta pangajian mingguan yang diadakan setiap hari minggu sebelum dzuhur. Fokus penulis yakni pada kegiatan Tafakkuran yang diadakan setiap hari sabtu.
Pak Budhi yang akrab dipanggil oleh jama’ah memberikan materi
yang bersifat umum, seperti sholat, zakat, atau yang lainnya. Tetapi, cara
penyampaian beliau menyerupai motivator menggunakan tampilan slide
melalui infokus, yang sangat berbeda di sini beliau mengajak para jama’ahnya memahami hukum-hukum yang ada dalam islam tidak hanya melalui akal melainkan juga dari kalbu (Hati).
Melalui kegiatan tafakkuran yang diisi oleh Pak Budhi di Yayasan
Haji Karim Oei jama’ah bisa mendalami islam melalui akal dan kalbu, akan
tetapi yang diajarkan oleh fasilitator lebih mengarah ke kalbu, oleh sebab itu
(18)
dalamnya para mualaf terhadap metode dakwah yang dilakukan fasilitator (Pak Budhi) pada kegiatan tafakkur di Yayasan Haji Karim Oei.
Dari latar belakang yang sudah penulis sampaikan maka penelitian
ini akan diberi judul “RESPON JAMA’AH TERHADAP METODE
DAKWAH DI YAYASAN HAJI KARIM OEI”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan masalah
Pada penelitian ini, penulis menggunakan respon kognitif, afektif, dan konatif. Batasan yang peneliti lakukan hanya pada tingkat
respon jama’ah terhadap metode dakwah yang dilakukan oleh Pak
Budhi sebagai fasilitator di kegiatan tafakkuran.
Jama’ah yang dituju yakni jama’ah yang hadir pada kegiatan tafakkuran baik yang berasal dari etnis tionghoa dan pribumi, baik seseorang yang baru memeluk Islam ataupun yang sudah memeluk Islam dari lahir, hal tersebut dipilih penulis karena di Yayasan Haji Karim Oei atau Masjid Lautze ini semua kegiatan dakwah
diperuntukkan untuk semua jama’ah yang ada disekitar masjid tidak
melihat muallaf atau tidaknya.
Selanjutnya penulis ingin melihat apakah ada perbedaan respon jama’ah jika di lihat dari segi umur dan pendidikan, alasan penulis ingin mengetahui perbedaan tersebut karena dari hasil observasi
(19)
penulis melihat latar belakang pendidikan jama’ah dan umur sangat beragam.
2. Rumusan masalah
Dari batasan masalah diatas, peneliti merumusakan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana respon kognitif, afektif, dan konatif jama’ah
terhadap metode dakwah di Yayasan Haji Karim Oei?
b. Apakah ada perbedaan respon berdasarkan umur terhadap
respon kognitif, afektif, dan konatif?
c. Apakah ada perbedaan respon berdasarkan pendidikan terhadap
respon kognitif, afektif , dan konatif?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui respon kognitif, afektif dan konatif jama’ah
terhadap metode dakwah di Yayasan Haji Karim Oei.
b. Untuk mengetahui perbedaan respon berdasarkan umur
terhadap respon kognitif, afektif, dan konatif.
c. Untuk mengetahui perbedaan respon berdasarkan pendidikan
(20)
2. Manfaat Penelitian
a. Segi Akademis
Diharapkan penelitian ini bisa menjadi rujukan atas penelitian-penelitian selanjutnya dan diharapkan dapat memberi sumbangan perkembangan pengetahuan kepada pembacanya.
b. Segi Praktis
Diharapkan memberi kontribusi kepada pihak-pihak terkait dan memberi wawasan di bidang ilmu komunikasi
D. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penelitian, penulis telah terlebih dahulu melakukan tinjauan pustaka. Penulis melakukan tinjauan pustaka di perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis menemukan beberapa skripsi mengenai respon, akan tetapi dari segi objek penelitian berbeda-beda, yang ditemukan oleh penulis antara lain.
“Respon Jama’ah terhadap Pengajian Hadist di Masjid Assalam Bintaro Jaya 3A Tangerang” oleh Lucky Isnaeni Nim: 107051001855 jurusan KPI, UIN Sayarif Hidayatullah Jakarta, pada skripsi ini
memfokuskan pada respon jama’ah terhadap pengajian yang terbagi menjadi
respon jama’ah terhadap da’I, respon jama’ah terhadap materi, dan respon
jama’ah terhadap metode dalam pengajian hadist.
“Respon Siswa SMP Negeri 3 Kelapa Bangka Belitung Terhadap Film Laskar Pelangi” oleh Aggi Ria Puspitasari Nim 107051001478 jurusan KPI
(21)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada skripsi ini yang memfokuskan pada respon siswa SMP terhadap film yang membawa pesan positif yang dapat memotifasi dan menginspirasi siswa SMP yang disajikan dalam film Laskar Pelangi.
Sedangkan penelitian yang penulis lakukan yaitu fokus pada respon jama’ah terhadap metode dakwah di Yayasan Haji Karim Oei Jakarta, metode dakwah disini yakni metode dakwah yang dilakukan fasilitator (Pak Budhi) pada kegiatan Tafakkuran yang diadakan setiap sabtu siang mulai dari pukul 13:00 sampai 15:00, dan respon yang saya teliti yaitu respon kognitif, afektif, dan konatif.
E. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka serta Sistematika Penulisan.
Bab II KERANGKA TEORI
Respon, S-O-R Teori, Pengertian Respon, Macam – macam Respon,
Faktor terbentuknya respon, Definisi dakwah, Unsur-unsur dakwah, Bentuk-bentuk dakwah, dakwah dan Komunikasi, Kegiatan-kegiatan Dakwah
BAB III Metode Penelitian
Pendekatan Penelitian, Waktu dan Tempat Penelitian, Subjek dan Objek Penelitian, Populasi dan Sampel, Teknik Pengambilan Sampel, Variabel
(22)
Penelitian dan Definisi Operasional, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data.
Bab IV Wilayah Penelitian
Profil Yayasan Haji Karim Oei (Masjid Lautze), Tujuan dan Visi Misi Yayasan, Struktur Yayasan, Profil Singkat Pak Budhi (Fasilitator Tafakkur).
Bab V Analisis Data dan Pembahasan
Profil Responden, Respon Kognitif, Respon Afektif, Respon Konatif, Perbandingan Jumlah Skor Responden, Square dari Segi Umur, Chi-Square dari Segi Pendidikan.
Bab VI Penutup
Kesimpulan, Saran-Saran.
(23)
KERANGKA TEORI
A. Respon
Menurut Astrid S. Susanto mengatakan bahwa respon adalah reaksi penolakan atau pengiyaan ataupun sikap acuh tak acuh yang terjadi dalam
diri seseorang setelah menerima pesan.8 Dalam sebuah kamus bahasa
Indonesia kontemporer disebutkan bahwa respon adalah tanggapan atau reaksi.9
Respon adalah suatu kegiatan dari organisme itu bukanlah semata-mata suatu gerakan yang positif, setiap jenis kegiatan yang ditimbulkan oleh suatu perangsang dapat disebut juga respon. Secara umum respon atau tanggapan dapat diartikan sebagai hasil atau kesan yang didapat dari pengamatan tentang subjek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan-pesan.10
1. Macam-macam Respon
a. Respon kognitif, yaitu berkaitan erat dengan pengetahuan,
kecerdasan, dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap apa yang dipahami atau dipersepsikan oleh khalayak.
8
Astrid S. Susanto, komunikasi Sosial di Indonesia, (Jakarta: Bina Cipta 1980)
9
Peter salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: English Modern Perss, 19991),hal.1268
10
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda
(24)
b. Respon afektif, yaitu berhubungan dengan emosi, sikap dan nilai seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul apabila ada perubahan pada apa yang disenangi khalayak terhadap sesuatu.
c. Respon konatif, yaitu berhubungan dengan prilaku nyata yang
meliputi tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berprilaku
2. Faktor Terbentuknya Respon
Individu tidak hanya dikenai satu stimulus saja, tetapi individu dikenai oleh berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitarnya. Namun demikian tidak semua stimulus mendapatkan respon individu untuk di persepsi. Stimulus mana yang akan mendapatkan
respon tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan.11
Respon dapat terbentuk karena adanya faktor pendorong dalam proses komunikasi. Tidak semua stimulus mendapatkan respon, hal ini disebabkan karena adanya penyesuaian atau perhatian lebih terhadap minat khalayak. Dengan demikian sebuah respon dapat terbentuk tidak hanya pada stimulus yang diberikan akan tetapi keadaan setiap individu juga mempengaruhi.
Stimulus akan mendapatkan respon dari individu berdasarkan beberapa faktor , yaitu12
11
Bimo walgito, Psikologi Sosial (Suatu Pengantar) (Yogyakarta :Andi,
2003),h 54
12
(25)
a. Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu manusia, yang terdiri atas unsur rohani dan jasmani. Kedua unsur tersebut sangat mempengaruhi tiap individu dalam memberi tanggapan dari sebuah stimulus. Jika salah satu unsur tersebut mengalami gangguan atau tidak dalam kondisi yang baik maka tanggapan yang akan diterima oleh individu tersebut akan berbeda.
b. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang ada pada lingkungan sekitar.
Faktor ini biasanya berupa benda-benda perangsang dari suatu stimulus. Menurut Bimo Walgito dalam bukunya, menyatakan bahwa faktor psikis berhubungan dengan objek akan menimbulkan stimulus, dan stimulus akan mengenai alat indera.
Hal tersebut karena keadaan menunjukan bahwa individu tidak hanya dikenai oleh satu stimulus saja, tetapi individu dikenai berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan disekitarnya. Namun demikian tidak semua stimulus mendapatkan respon individu untuk dipersepsi. Stimulus mana yang akan dipersepsi atau mendapatkan respon dari individu tergantung pada perhatian individu tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan. Secara skematis hal tersebut
dapat dikemukakan sebagai berikut.13
13
Bimo walgito, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta :Andi, 2010),h
(26)
St Fi St Fi
St Fi
Respon
Gambar 1. Skema Stimulus
St= Stimulus ( faktor luar )
Fi= Faktor intern ( faktor dalam, termasuk perhatian ) Sp= Struktur pribadi individu
Skema tersebut memberikan gambaran bahwa individu menerima bermacam-macam stimuus yang datang dari lingkungan. Tetapi tidak semua stimulus akan diperhatikan atau akan diberi respon.
Individu akan mengadakan seleksi terhadap stimulus yang
mengenainya, dan di sini berperannya perhatian. Sebagai akibat dari stimulus yang dipilihnya dan diterima oleh individu, individu menyadari dan memberikan respon sebagai reaksi terhadap stimulus tersebut.14
Stimulus dapat disadari oleh individu jika suatu stimulus cukup kuat untuk dapat ditanggapi. stimulus mempunyai batas minimal agar stimulus tersebut dapat ditanggapi. Batas minimal tersebut biasa disebut ambang absolut sebelah bawah atau ambang stimulus. Jika stimulus
14
(27)
kurang dari batasan tersebut maka individu tersebut tidak akan menyadari stimulus tersebut.
3. Macam-macam Media Penerima Respon
Respon atau yang biasa disebut dengan tanggapan menurut Agus Sujanto, ada bermacam-macam menurut media penerimanya, yaitu15
a. Tanggapan menurut indera yang mengamati, yaitu :
1) Tanggapan Auditif, yakni tanggapan terhadap apa-apa yang
telah didengarnya, baik berupa suara, ketukan dan lain-lain.
2) Tanggapan Visual, yaitu tanggapan terhadap sesuatu yang
dilihat.
3) Tanggapan Perasa, yaitu tanggapan dari sesuatu yang
dialami individu.
b. Tanggapan menurut terjadinya, yaitu :
1) Tanggapan ingatan, yakni tanggapan terhadap sesuatu
yang diingat.
2) Tanggapan fantasi, yaitu tanggapan terhadap sesuatu yang
dibayangkan.
3) Tanggapan pikiran, yaitu tanggapan terhadap sesuatu yang
dipikirkan.
c. Tanggapan menurut lingkungannya, yaitu :
15
(28)
1) Tanggapan Benda, yaitu tanggapan terhadap benda yang menghampirinya atau berada didekatnya.
2) Tanggapan kata-kata, yaitu tanggapan terhadap kata-kata
yang didengar atau dilihatnya.
B. S-O-R Theory (Teori S-O-R)16
Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus – Organism – Response
ini semula berasal dari psikologi. Kemudian menjadi juga teori komunikasi, tidak mengherankan, karena objek material dan psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia dan jiwanya meliputi komponen-komponen: sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi.
Menurut stimulus respon ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah:
1. Pesan (Stimulus, S)
2. Komunikan (Organism, O)
3. Efek (Response, R)
16
Onong Uchjana Wffendy, Ilmu, Teori, dan filsafat Komunikasi, citra Aditya bakti 2007 hal-254
(29)
Gambar 2. Skema S-O-R
Gambar ditas menunjukan bahwa perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti, kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk merubah sikap.
Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :
1. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat
diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima
Organisme:
Perhatian
Pengertian
penerimaan
Stimulus
Response (Perubahan Sikap)
(30)
atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.
2. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme
(diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.
3. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga
terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).
4. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari
lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).
Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement memegang peranan penting.
Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting yaitu :
(31)
1. perhatian,
2. pengertian.
3. penerimaan.
Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.
Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan
perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi
dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources)
misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan
keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.17
17
http://ilmukomunikasi.blogspot.com/2008/02/s-o-r-theory.html (diakses tanggal 12 November 2014, 13:00 WIB)
(32)
C. Dakwah
1. Pengertian dakwah
Dilihat dari segi bahasa, kata dakwah berasal dari kata arab
da‟wah, merupakan bentuk mashdar dari kata kerja da‟a (madli), yad‟u (mudlari), berarti seruan, ajakan, atau panggilan. Seruan dan panggilan ini dapat dilakukan dengan suara, kata-kata, atau perbuatan. Kata dakwah juga berarti do’a (al-du’a) yakni harapan, permohonan kepada Allah SWT atau seruan (al-nida‟).18
Dalam penggunaan secara peristilahan dilingkungan masyarakat islam dakwah lebih dipahami sebagai usaha dan ajakan kepada jalan
kebenaran atau jalan Tuhan.19 Menurut M. Quraish Shihab, dakwah adalah
seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Perwujudan dakwah bukan sekedar usaha peningkatan pemahaman dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi pada masa sekarang ini, ia harus lebih berperan menuju kepada pelaksanaan ajuran islam secara lebih
menyeluruh dalam berbagai aspek.20
Jelas dari pengertian-pengertian tersebut bisa diambil kesimpulan dakwah ialah mengajak, menyeru, mendorong manusia kepada kebaikan
18
A. Ilyas Ismail, Paradigma dakwah Sayyid Quthub, (Jakarta: Penamadani,
2008) cet ke-2, hal-144
19
Ibid, hal-145
20
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Quran, Fungsi dan Peran Wahyu
(33)
yang sesuai dengan ajaran Allah SWT serta menjauhi dari apa yang dilarang oleh Allah SWT.
2. Unsur-unsur dakwah
a. Da’I (Subjek Dakwah)
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah;
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS.
At-Taubah 71).
Jelas subjek dakwah adalah seorang da’I atau da’iyah yang menyerukan kepada kebaikan dan mencegah perbuatan yang munkar, seseorang yang selalu senantiasa mengingatkan kepada ummat untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
(34)
Secara garis besar subjek dakwah atau da’i mengandung dua pengertian:
1) Secara umum adalah setiap muslim atau muslimat
yang berdakwah sebagai kewajiban yang melekat dan tidak terpisahkan dari misinya sebagai penganut
Islam, sesuai dengan perintah “Ballighu „anni
walaw ayat.”
2) Secara khusus adalah mereka yang mengambil
keahlian khusus (mutakhashshish-spesialis) dalam
bidang dakwah Islam, dengan kesungguhan luar
biasa dan dengan qudwah hasanah.21
b. Mad’u (Objek Dakwah)
Objek dakwah ( Mad‟ u ) yaitu masyarakat sebagai
penerima dakwah. Masyarakat baik individu maupun kelompok, sebagai objek dakwah, memiliki strata dan tingkatan yang berbeda-beda. Mad’u merupakan peserta dakwah, baik perseorangan, kolektif, laki-laki atau perempuan, anak-anak atau orang dewasa. Mad’u bersifat heterogen, baik dari sudut ideologi, misalnya atheis, animis, musyrik, munafik, fasik dan muslim, juga dari sudut lainnya
21
Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: Mitra
(35)
seperti intelektualitas, status sosial, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain.22
c. Materi Dakwah
Materi dakwah adalah isi pesan dakwah Islam atau segala sesuatu yang harus disampaikan subjek kepada objek dakwah, yaitu keseluruhan ajaran Islam yang ada di dalam Kitabullah maupun
Sunah Rasul-Nya.23
d. Metode Dakwah
Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “meta”
(melalui) dan “hodos” (jalan, cara). Dengan demikian kita dapat
artikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk
mencapai suatu tujuan.24 Beberapa pendapat para ahli mengenai
metode dakwah yaitu:
1) Dr. Abdul Karim Zaidan
Metode dakwah adalah suatu ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan cara penyampaian (tabligh) dan berusaha melenyapkan gangguan-gangguan yang akan terjadi
22
Slamet Muhaimin Abda, Prinsip-Prinsip Metode Dakwah, (Surabaya:
al-Ikhlas, 1944), h 32
23
Hafi Anshari, Pemahaman Dan Pengamalan Dakwah, (Surabaya:
Al-Ikhlas, 1993), h. 140
24
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: PT RajaGrafindo
(36)
2) Drs. Salahuddin Sanusi
Metode dakwah ialah cara-cara penyampaian ajaran islam kepada individu, kelompok ataupun masyarakat supaya ajaran itu dengan cepat dimiliki, diyakini serta dijalankan.25
Metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’I (komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih saying. Hal ini mengandung arti bahwa pendekatan dakwah harus bertumpu pada suatu pandangan human oriented menempatkan penghargaan yang mulia pada diri
manusia.26
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS An-Nahl 125).
25
Alwisral Imam zaidallah, Strategi Dakwah dalam Membentuk Dai Dan
Khatib Profesional, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005) h. 70-71
26
(37)
Dari ayat tersebut dapat kita ambil bahwa macam-macam metode dakwah sebagai berikut:
1) Metode Bi Al-Hikmah27
M Abduh berpendapat bahwa, Hikmah adalah mengetahui rahasia dan faedah di dalam tipa-tiap hal. Hikmah juga diartikan dalam arti ucapan yang sedikit lafazh, akan tetapi banyak makna, ataupun diartikan meletakkan sesuatu pada tempat atau semestinya.
Sebagai metode dakwah, al-hikmah diartikan
bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih, dan menarik perhatian orang kepada agama atau Tuhan. Menurut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud An-Nasafi, arti hikmah yaitu:
“Dakwah bil-hikmah”, adalah dakwah dengan menggunakan perkataan yang benar dan pasti, yaitu dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan.
Dari penjelasan tersebut bisa diambil kesimpulan yaitu, Hikmah ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil, guna menarik perhatian orang kepada agama atau Tuhan.
27
(38)
2) Metode Al-Mau’idza Al-Hasanah28
Secara bahasa , mau‟izhah berasal dari kata wa‟adza -
ya‟idzu – wa‟dzan – „idzatan yang berarti nasihat, bimbingan, pendidikan, dan peringatan. Sementara hasanah merupakan
kebalikan fansayyi‟ah yang artinya kebaikan lawannya
kejelekan
Adapun pengertian secara istilah ada beberapa pendapat antara lain:
a) Menurut Imam Abdullah bin Ahmad an-Nasafi
yang dikutip oleh H. Hasanuddin adalah sebagai berikut:
“Al-Mau‟izhah al-Hasanah” adalah (perkataan -perkataan) yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau memberikan nasihat dan menghendaki manfaat kepada mereka atau dengan Al-Quran.
b) Menurut Abdul Hamid al-Bilali: al-Mau‟izhah al
-Hasanah merupakan salah satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk mengajak ke jalan Allah dengan memberikan nasihat atau membimbing dengan lemah lembut agar mereka mau berbuat baik.
28
(39)
Mau‟izhah hasanah dapatlah diartikan sebagai ungkapan yang mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira, peringatan, pesan-pesan positif yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.
3) Metode Al-Mujadalah29
Dari segi istilah (terminologi) terdapat beberapa pengertian Al-Mujadalah. Al-Mujadalah berarti upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan diantara keduanya. Sedangkan menurut Dr. Sayyid Muhammad Thantawi ialah, suatu upaya yang bertujuan untuk mengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikan argumentasi dan bukti yang kuat.
Dari penjelasan tersebut bisa dipahami bahwa Al-Mujadalah ialah suatu cara atau metode dakwah dengan bertukar pendapat secara santun yang tidak melahirkan permusuhan, dengan mengajukan argumentasi-argumentasi yang kuat serta saling menghargai dan menghormati diantara kedua belah pihak.
29
(40)
e. Media Dakwah
Media dakwah ialah peralatan yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah kepada penerima dakwah. Pada
zaman modern seperti sekarang ini, seperti televisi.30
Media dakwah yang dipakai oleh Yayasan Haji karim Oei ialah Masjid Lautze yang menjadi media untuk memberikan pengajian serta sarana untuk pembelajaran pengetahuan agama kepada jama’ah.
3. Bentuk-Bentuk Dakwah
1) Dakwah Bil Lisan
Dakwah bil lisan yaitu dakwah yang dilaksanakan melalui
lisan, yang dilakukan antara lain dengan ceramah-ceramah, khutbah, diskusi, nasihat, dan lain-lain. Metode ceramah ini nampaknya sudah sering dilakukan oleh para juru dakwah, baik ceramah di majelis taklim, khutbah jumat di masjid-masjid atau ceramah pengajian-pengajian. Dari segi aspek jumlah barang kali dakwah melalui lisan (ceramah dan yang lainnya) ini sudah cukup
banyak dilakukan oleh juru dakwah ditengah-tengah masyarakat.31
30
Dr. Wardi Bachtiar, Metodelogi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos,
1997) h,35
31
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya:
(41)
2) Dakwah Bil Hal
Dakwah bil hal adalah dakwah dengan perbuatan nyata yang meliputi keteladanan. Misalnya dengan tindakan amal karya nyata tersebut hasilnya dapat dirasakan secara konkrit oleh masyarakat
sebagai objek dakwah. Dakwah bil hal dilakukan oleh Rasulullah
SAW, terbukti bahwa ketika pertama kali tiba di Madinah yang
dilakukan nabi adalah membangun Masjid Al-Quba,
mempersatukan kaum Anshar dan Muhajirin. Kedua hal ini adalah dakwah nyata yang dilakukan oleh nabi yang dapat dikatakan sebagai dakwah bil hal.32
3) Dakwah Bil Qolam
Dakwah bil qalam, yaitu dakwah melalui tulisan yang
dilakukan dengan keahlian menulis disurat kabar, majalah, buku, maupun internet. Jangkauan yang dapat dicapai oleh dakwah bi al-qalam ini lebih luas dari pada melalui media lisan, demikian pula metode yang digunakan tidak membutuhkan waktu secara khusus untuk kegiatannya. Kapan saja dan dimana saja mad’u atau objek
dakwah dapat menikmati sajian dakwah bil qalam ini.33
32
ibid h, 11
33
(42)
D. Dakwah dan Komunikasi
Dalam ajaran islam, komunikasi mendapat tekanan yang cukup kuat bagi manusia sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhluk Tuhan. Komunikasi tidak harus dilakukan terhadap sesama manusia atau lingkungan hidupnya, melainkan juga komunikasi kepada Tuhan.
Dalam interaksi antara Da‟I dan Mad‟u, Da‟I dapat menyampaikan
pesan-pesan dakwah (materi dakwah) melalui alat atau sarana komunikasi yang ada. Komunikasi dalam proses dakwah tidak hanya ditunjukan untuk memberikan pengertian, mempengaruhi sikap, membina hubungan sosial yang baik, tapi tujuan terpenting dalam komunikasi adalah mendorong
mad‟u untuk bertindak melaksanakan ajaran-ajaran agama dengan terlebih dahulu memberikan pengertian, mempengaruhi sikap, dan membina hubungan baik.
Mengenai proses komunikasi (penyampaian dan penerimaan) pesan dakwah dapat dijelaskan melalui tahapan-tahapan yaitu:
1. Penerima stimulus informasi.
2. Pengolahan informasi.
3. Penyimpanan informasi.
4. Menghasilkan kembali suatu informasi.34
Menurut Osgood, proses komunikasi ditinjau dari peranan manusia dalam hal memberikan interpretasi (penafsiran) terhadap lambang-lambang
tertentu (massage = pesan). Pesan-pesan disampaikan (encode) kepada
34
Fauziah, Lalu Muchlisin Effendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta: kencana,
(43)
komunikan (mad‟u) untuk kemudian ditafsirkan (interpret) dan selanjutnya disampaikan kembali kepada pihak komunikator, dalam bentuk pesan-pesan baik berupa feedback atau respon tertentu sebagai efek dari pesan yang dikomunikasikan.
Dalam hal ini, dakwah ditinjau dari segi komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan-pesan berupa ajaran islam yang disampaikan secara persuasive dengan harapan agar komunikan dapat bersikap dan berbuat amal salah sesuai dengan ajaran yang didakwahkan. Dapat dikatakan bahwa proses dakwah merupakan bentuk komunikasi itu sendiri, tetapi bukan komunikasi semata. Dakwah adalah komunikasi khas, yang membedakan dengan komunikasi secara umum adalah cara dan tujuan yang akan dicapai.35
E. Kegiatan-kegiatan Dakwah
Kegiatan-kegiatan dakwah merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Tujuan ini dimaksudkan memberi arah, pedoman, bagi para aktivitas dakwah. Tanpa adanya tujuan dakwah yang jelas seluruh aktivitas dakwah akan sia-sia atau tidak mencapai sasaran yang diinginkan. Oleh karena itu juru dakwah harus memahami
tujuan akhir dakwah yang akan diinginkan.36
35
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Rajawali Press,
2011) h, 225-231
36
(44)
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karena pendekatan kuantitatif dapat menghasilkan data yang akurat setelah perhitungan angka yang tepat. Pendekatan kuantitatif ini merupakan salah satu pendekatan dalam penelitian yang lebih ditekankan pada data yang dapat
dihitung untuk menghasilkan penafsiran kuantitatif yang kokoh.37
Dengan pendekatan penelitian tersebut penulis juga mendeskripsikan
skripsi ini sehingga mengetahui bagaimana respon jama’ah terhadap metode
dakwah pada kegiatan tafakkuran yang difasilitatori oleh Pak Budhi di Yayasan Haji Karim Oei.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dalaksanakan penulis mulai dari bulan Januari 2015 sampai bulan Juli 2015, yang bertempat di Yayasan Haji Karim Oei yang beralamat di Jl. Lautze no 87-89, Pasar Baru, Jakarta Pusat 10740.
37
Syamsir Salam, dan Jaenal Arifin, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta:
(45)
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah metode dakwah fasilitator (Pak Budhi) pada kegiatan tafakkuran. Dan objek pada penelitian ini adalah respon jama’ah tafakkuran di Yayasan Haji Karim Oei.
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, populasi yang akan
diteliti adalah jama’ah Masjid Lautze atau Yayasan Haji Karim Oei. Sampel
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut, sampel pada penelitian ini adalah jama’ah yang menghadiri kegiatan
tafakkuran yang disisi oleh Pak Budhi setiap sabtu siang di Masjid Lautze atau Yayasan Haji Karim Oei. Dari hasil wawancara penulis dengan pengurus
Yayasan Haji Karim Oei diketahui bahwa jumlah jama’ah yang ikut pada
kegiatan tafakkuran berjumlah 40 orang.
E. Teknik Pengambilan Sampel
Karena jumlah populasi 40 orang jadi penulis mengambil semua jumlah populasi untuk dijadikan sampel pada penelitian ini. Jadi sampel yang dipakai
(46)
F. Variable Penelitian dan Definisi operasional
Variabel penelitian merupakan objek pengamatan atau fenomena yang diteliti.38
1. Variabel dependent adalah variabel yang sedang dianalisis tingkat
kepengaruhannya oleh variabel independent. Dalam skripsi ini variabel
dependennya adalah respon jama’ah Yayasan Haji Karim Oei.
Respon jama’ah ialah suatu tanggapan arau reaksi terhadap stimulus yang
diberikan atau diterima oleh komunikan (jama’ah) dari komunikator (Pak
Budhi). Pada skripsi ini respon menjadi tiga bagian:
a. Respon kognitif
Adalah respon secara pengetahuan, respon ini timbul apabila terjadi perubahan apa yang pada yang diketahui dan dipahami jama’ah.
Indikator:
1) Pengetahuan
2) Informasi
b. Respon Afektif
Adalah perasanaan atau emosi yang timbul jika terjadi perubahan pada sikap atau yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak. Indikator:
1) Perasaan
2) Emosi
38
Ibnu Hajar, Dasar-Dasar Penelitian Kuantitatif dalam Penelitian
(47)
c. Respon Konatif
Adalah perilaku yang timbul jika terjadi perubahan pada tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku.
Indikator:
1) Tindakan
2) Kebiasaan
2. Variabel bebas atau variabel independent adalah variabel yang sedang
dianalisis pengaruhnya terhadap variabel terikat. Dalam skripsi ini variabel independennya adalan metode dakwah Pak Budhi pada kegiatan
tafakkuran di Yayasan Haji Karim Oei.
a. Metode dakwah yang dipakai fasilitator di Yayasan Haji Karim Oei
Definisi operasional: metode Bil Lisan yang dipakai Pak Budhi di Yayasan Haji Karim Oei dalam kegiatan dakwah.
Indikator :
1) Retorika fasilitator
2) Materi yang disampaikan
3) Cara penyampaian materi
(48)
G. Teknik Pengumpulan Data
1. Data Primer
a. Angket (kuesioner) yaitu teknik pengumpulan data dengan cara
memberikan pertanyaan kepada responden yang bersifat pertanyaan tertutup. Pada skripsi ini angket disebar kepada jama’ah kegiatan tafakkuran di Yayasan Haji Karim Oei.
2. Data Sekunder
a. Dokumentasi, mengumpulkan data-data yang bersifat tidak langsung
yakni data yang bisa didapat dari artikel, buku, dan internet.
b. Wawancara yaitu sebuah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambal bertatap, dengan
atau tanpa menggunakan pedoman wawancara.39
H. Teknik analisis data
Teknik analisis data kuantitatif yaitu suatu metode analisis yang dilakukan dengan cara mengumpulkan, mengolah, menyajikan data berwujud angka.
1. skala likert
Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan skala likert dengan
ketentuan untuk pernyataan positif diberi skor sebagaimana berikut:
a. Sangat Setuju (SS) diberi skor 4
b. Setuju (S) diberi skor 3
39
M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian kuantitatif, (Jakarta: Kencana
(49)
c. Tidak Setuju (TS) diberi skor 2
d. Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1
Adapun nilai negatif diberikan skor sebagaimana berikut:
a. Sangat Setuju (SS) diberi skor 1
b. Setuju (S) diberi skor 2
c. Tidak Setuju (TS) diberi skor 3
d. Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 4
2. Mean
Kemudian penulis mencari median dari data tersebut. Adapun rumus untuk mencari median adalah sebagai berikut:
∑
= Mean (Rata-rata)
Ʃ = Epsilon (Jumlah)
Xi = Nilai X ke i sampai ke n
Selanjutnya hasil penelitian disajikan dengan menggunakan frekuensi kontribusi dan prosentase dengan rumus:
P = Besarnya prosentase F = Frekuensi
N = Jumlah Sampel
(50)
3. Standar Deviasi
Untuk menentukan skala responden terhadap metode dakwah
di Yayasan Haji Karim Oei akan digunakan Standar Deviasi,
berikut persamaannya:
∑
Keterangan:
SD : Standar Deviasi
∑x2 : Jumlah Deviasi dari rata-rata kuadrat
N : Jumlah Individu.40
Dengan perhitungan tingkat responden terhadap 3 skala kognitif, afektif, dan konatif, dengan persamaan:
Tinggi : X + StdDev
Sedang : X
Rendah : X – StdDev
4. Chi-kuadrat
Analisis chi-kuadrat digunakan untuk menguji sebuah hipotesis.
∑
Keterangan:
40
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi
dan Kebijakan Publik ilmu-ilmu sosial lainnya (Jakarta: Kencana Prenada, 2008) cetakan ke-3, hal. 179.
(51)
= Chi-Kuadrat
= Frekuensi yang diperoleh dari (diobservasi dalam) sampel
= frekuensi harapan dalam sampel sebagai pencerminan
frekuensi yang diharapkan dalam populasi.41
Hipotesis adalah kesimpulan sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Berikut adalah hipotesis pada penelitian ini:
1. Ho, maka TIDAK ada hubungan antara umur dengan respon
jama’ah terhadap metode dakwah di Yayasan Haji Karim Oei.
Ha, maka ADA hubungan antara umur dengan respon jama’ah
terhadap metode dakwah di Yayasan Haji Karim Oei.
2. Ho, maka TIDAK ada hubungan antara pendidikan dengan
respon jama’ah terhadap metode dakwah di Yayasan Haji Karim
Oei. Ha maka ADA hubungan antara pendidikan dengan respon
jama’ah terhada pmetode dakwah di Yayasan Haji Karim Oei.
4. Uji Validitas
Menurut Sekaran (2006:248), validitas adalah bukti bahwa instrumen, teknik, atau proses yang digunakan untuk mengukur sebuah konsep benar-benar mengukur konsep yang dimaksudkan. Uji validitas digunakan untuk mengukur valid tidaknya suatu item pertanyaan, sedangkan uji reabilitas bertujuan untuk mengukur
41
Rahmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta : PT
(52)
konsisten tidaknya jawaban seseorang terhadap item-item pertanyaan
di dalam sebuah kuesioner. 42
Berikut hasil uji validitas dan uji reabilitas instrumen angket
yang dilakukan penulis menggunakan program SPSS Statistics 17.0.
42
Hardi Sarjono, Winda Julianita, SPSS vs LISEREL: Sebuah Pengantar,
Aplikasi untuk Riset, (Jakarta, Salemba Empat, 2011) hal-35
Tabel 1. Hasil Pengujian Validitas Kuesioner Respon Kognitif Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item
Deleted
VAR00001 43.7500 34.654 .498 .460 .887
VAR00002 43.9500 35.485 .322 .438 .895
VAR00003 43.9250 30.789 .761 .756 .874
VAR00004 43.7500 34.038 .586 .590 .883
VAR00005 43.8750 31.651 .741 .636 .875
VAR00006 43.7250 33.076 .673 .668 .879
VAR00007 43.8000 32.574 .638 .562 .881
VAR00008 43.6750 33.610 .636 .551 .881
VAR00009 43.7250 31.948 .740 .752 .876
VAR00010 43.6750 34.635 .490 .553 .887
VAR00011 43.6000 35.785 .398 .482 .890
VAR00012 43.6250 35.266 .479 .428 .888
VAR00013 43.6250 36.804 .271 .421 .894
(53)
Tabel 2. Hasil Uji Reabilitas Respon Kognitif
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized
Items N of Items
.891 .886 14
Dari hasil uji validitas dari item kuesioner respon kognitif, afektif, dan konatif dapat kita ketahui terdapat sejumlah item yang tidak valid. Jika dilihat dari Tabel r (Korelasi Pearson) pada taraf
signifikasi 0.05,43 untuk r tabel, N=40 maka r tabelnya adalah 0.312,
jika r hitung > r tabel maka ia memiliki signifikansi tapi jika jika r hitung < r tabel maka ia tidak memiliki signifikansi.
Dilihat dari hasil uji validitas, pada item respon kognitif terdapat satu item yang tidak valid pada nomor 13. Kemudian, dari hasil uji reabilitas dari setiap item pada respon kognitif, afektif, dan
konatif didapatkan pada respon kognitif tabel 2 hasil Cronbach's
Alpha .891 lebih besar dari Cronbach's Alpha Based on Standardized Item .886.
43
Duwi Priyatno, Buku Saku Analisis Statistik Data SPSS, (Yogyakarya,
(54)
Pada uji reabilitas dan validitas ini, penulis hanya menguji pada satu dimensi saja, hal ini karena pada penelitian respon dimana terdapat respon kognitif, afektif dan konatif, semua dimensi respon ini saling berhubungan, oleh karenaitu jika yang diuji hanya pada dimensi respon kognitif saja.
Jadi bisa dilihat bahwa hasil uji reabilitas dari kuesioner respon kognitif didapatkan memiliki hasil reabilitas yang tinggi. Berikut Blue Print skala respon kognitif sebelum dilakukan uji validitas.
Setelah dilakukan uji validitas, berikut adalah BluePrint skala respon kognitif, respon afektif, dan respon konatif setelah dilakukan uji validitas.
Tabel 3. Blueprint Skala Respon Kognitif Sebelum Dilakukan Uji Validitas No Dimensi
Respon Kognitif
Item Jumlah
Favorable UnFavorable
1 Pemahaman
dengan metode yang dipakai
7,8,9,12 10 5
2 Informasi
mengenai penceramah
1 - 1
3 retorika da’i (fasilitator)
2,4,5 3 4
4 Pemahaman
materi yang disampaikan
(55)
Tabel 4. Blueprint Skala Respon Kognitif Sesudah Dilakukan Uji Validitas
No Dimensi Respon Kognitif
Item Jumlah
Favorable UnFavorable
1 Pemahaman dengan
metode yang dipakai
7,8,9,12 10 5
2 Informasi mengenai
penceramah
1 - 1
3 Retorika da’i
(fasilitator)
2,4,5 3 4
4 Pemahaman materi
yang disampaikan
(56)
WILAYAH PENELITIAN
A. Profil Yayasan Haji Karim Oei / Masjid Lautze
Masjid Karim Oei atau Masjid Lautze di jalan Lautze, Pasar Baru, Jakarta Pusat, awalnya merupakan sebuah ruko berlantai empat yang kemudian disewa untuk untuk dijadikan masjid. Mesjid ini mungkin satu-satunya masjid di Indonesia yang tak berbeduk dan tak bermenara. Kebanyakan masjid di Indonesia berdiri kokoh dan megah dengan pengaruh kebudayaan kubah Timur Tengah. Berbeda dengan masjid satu ini, yakni Masjid Lautze yang berada di jalan Lautze no. 87-89 Jakarta Pusat. Masjid ini tidak memiliki tampilan seperti kebanyakan tempat ibadah. Sejarah panjang tersimpan dari masjid yang didirikan 1991 silam oleh mantan Presiden BJ Habibie ini. Berawal dari sejumlah tokoh islam yang berasal dari ormas islam seperti NU, Muhammdiyah, Al-wasliyah, Kahmi dan putra muslim keturunan cina Haji Karim Oei, (Ali karim Oei) membuat yayasan yang diberi nama Yayasan Oei Tjeng Hien. Yayasan ini kemudian dikenal seagai Yayasan Haji Karim Oei, sebuah yayasan informasi islam bagi warga
negara indonesia (WNI) keturunan cina yang beragama islam.44
44
http://www.bangadang.com/berita/nusantara/1288-masjid-lautze-dan-karim-oei-tjeng-hien (19 april 2015)
(57)
Yayasan Haji Karim Oei didirikan untuk mengenang jasa-jasa almarhum Haji Karim Oei Tjeng Hien (1905-1988), seorang patriot Indonesia sejati muslim yang taat dan pengusaha sukses. Beliau berkawan dengan Bung Karno dan pejuang-pejuang lainnya sejak perang dunia II. Beliau makin akrab dengan Bung Karno di tahun 1938 sewaktu presiden RI 1 kita dibuang
Belanda ke Bengkulu.45
Awalnya Pak Ali sebagai anak dari Haji Karim Oei didesak oleh kawan-kawannya untuk mendirikan sebuah yayasan bernama bapaknya, namun beliau menolak, setelah tiga tahun didesak dan dibujuk oleh kawan-kawannya lalu beliau mengiyakan didirikannya yayasan tersebut. Pertama Pak Junus Jahya, yang intinya beliau melihat bahwa Pak Haji Karim Oei ini seorang yang unik menurut Pak Junus, kedua Pak Haji Karim Oei keturunan cina akan tetapi turut berjuang melawan Jepang, melawan Belanda, dan ikut merebut kemerdekaan, ketiga Haji Karim Oei beragama dengan benar-benar mendalami dipelajari dan jalankan, keempat Haji Karim Oei ini adalah pengusaha sukses, karena melihat dari beberapa hal seperti itu Pak Junus
Jahya dan lain-lain berinisiatif ingin mendirikan yayasan Haji Karim Oei.46
Yayasan Haji Karim Oei didirikan dengan akte notaris no.49 tanggal 9 April 1991 oleh pejabat notaris H. Azhar Alia, SH. Pendirinya ialah
45
Arsip dari Yayasan Haji Karim Oei
46
(58)
tokoh Islam dari Muhammadiyah, NU, Al Wasliyah, KAHMI, HMI, ICMI,
dan sejumlah keturunan Tionghoa yang telah memeluk agama Islam.47
Selain itu, didirikann yayasan ini untuk menciptakan Karim Oei-Karim Oei yang baru yang beragama dengan baik, dan mempunyai landasan nasionalisme yang tinggi kepada tanah air, berkumpul lah beberapa orang dari ormas-ormas besar islam yang tujuannya berdakwah untuk orang-orang keturunan tionghoa, karena selama ini tidak pernah di garap. Oleh sebab itu,
didirikannya yayasan di daerah pecinaan supaya orang cina tahu islam.48
Masjid Lautze didirikan untuk mengenang tokoh Tionghoa muslim Haji Karim Oei Tjeng Hien (1905-1988) yang juga dikenal dengan nama Haji
Abdulkarim. Seorang tokoh yang bergabung dalam organisasi
Muhammadiyah, serta mantan anggota Parlemen RI dan juga pendiri organisasi warga etnis Tionghoa Islam, dengan nama Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI). Tahun 1967-1974, Karim Oei menjabat sebagai anggota Pimpinan Harian Masjid Istiqlal Jakarta yang ditunjuk langsung oleh Presiden, beliau juga menjadi anggota Dewan Penyantun BAKOM PKAB, dan anggota Pengurus MUI Pusat. Selain aktif dalam organisasi Islam, Haji Karim Oei juga sukses di dunia bisnis, dia pernah menjabat sebagai Komisaris Utama BCA, Direktur Utama Asuransi Central Asia, Direktur PT
47
Arsip dari Yayasan Haji Karim Oei
48
(59)
Mega, Direktur Utama Pabrik Kaos Aseli 777, dan Direktur Utama Sumber
Bengawan Mas.49
Masjid Lautze merupakan tempat ibadah bagi umat muslim dikawasan perdagangan Pasar Baru. Bagai mercusuar, bangunan masjid ini berada di tengah himpitan ratusan pertokoan dan gudang yang mengelilinginya. Sebuah potret tempat ibadah umat Islam yang unik dan jauh dari kesan madani. Namun melalui tempat inilah, ajaran Islam telah merubah cara pandang warga keturunan Tionghoa non muslim untuk memilih ke pada satu jalan yakni Allah SWT. Masjid ini dinamakan Masjid Lautze sesuai dengan lokasi tempat masjid ini yang berada di jalan Lautze kata lautze berarti guru atau orang yang di hormati. Sekilas dari luar, bangunan ini tidak tampak sebagai tempat ibadah umat muslim. Tidak ada kubah, tidak pula ada menara menjulang yang menunjukkan sebagai bangunan masjid. Hanya pada bagian pintu masuk masjid, yang bentuknya elips, itupun diberi
warna dengan warna merah, yang masih mencirikan budaya Tionghoa.50
Dalam perjalanannya, Yayasan Haji Karim Oei mendapat ijin untuk memakai persil di Jalan Lautze 87-89 yang sekarang dijadikan semacam Islamic Center dan Masjid. Persil tersebut adalah milik Yayasan Abdi Bangsa yang didirikan oleh Bapak Soeharto (mantan persiden RI). Pada awalnya sdr. Lukman Harun dan Junus Jahja menyurati beliau dan kemudian pak Harto
49
http://www.bangadang.com/berita/nusantara/1288-masjid-lautze-dan-karim-oei-tjeng-hien (diakses pada 19 april 2015, 09:00 WIB)
50
http://www.indosiar.com/ragam/masjid-lautze-masjid-cina-yang-penuh-warna_81974.html (diakses pada 19 april 2015, 12:00 WIB)
(60)
minta pak Habibie membeli persil tersebut di atas nama Yayasan Abdi Bangsa. Kemudian persil sebelahnya ingin dijual oleh pemiliknya dan Yayasan Bina Pembangunan yang didirikan sejumlah ulama, kawan-kawan di Departemen Keuangan dan wartawan membeli persil yang ditawarkan tersebut. Selanjutnya kedua yayasan tersebut diatas yang memiliki kedua persilini secara ikhlas mempercayakan pengelolaannya kepada Yayasan Haji Karim Oei untuk kegiatan dakwah Islamiyah sesuai dengan misi dan tujuan yang diembannya. Yaitu melalui Islamic Center dan Masjidnya meningkatkan jumlah Karim Oei - Karim Oei di tanah air kita. Karena persil ini terletak di Jalan Lautze dan dijadikan Masjid, maka dikenal oleh masyarakat sebagai Masjid Lautze dan Bapak B.J.Habibie berkenan meresmikan renovasinya pada tanggal 4 Febuari 1994.
1. Tujuan visi misi
Tujuan utama yayasan untuk mengembalikan supaya orang-orang tionghoa tahu kalau nenek moyang mereka lebih dahulu tahu islam daripada orang Indonesia, oleh karena itu setiap bulan selalu ada orang yang masuk islam. Setelah masuk islam yayasan ini harus membimbing juga, makanya adakan pengajian hari minggu dan haru sabtu ini ada tafakkur.51
Visi-misi Yayasan Haji Karim Oei memberikan informasi islam kepada warganegara Indonesia keturunan tionghoa, yang selama ini
51
(61)
melihat islam dari sisi yang lain, dan ingin merubah persepsi yang buruk tentang islam di kalangan orang tionghoa serta memberikan informasi yang benar tentang islam kepada keturunan tionghoa, memberikan
informasi dan tidak memaksakan.52
2. Struktur Pengurus Yayasan Haji Karim Oei
Pada tanggal 7 Januari 2011, sesuai dengan UU Yayasan yang baru, diadakan perubahan pengurus Yayasan Haji Karim Oei. Adapun susunan pengurusnya sebagai berikut:
a. Badan Pembina
1) Prof. K. H. Ali Yafie
2) Prof. DR. H. M. Din Syamsuddin
3) Prof. DR. H. M. Hembing Wijayakusuma
4) Drs. H. Fahmi Idris, MH
5) Drs. H. M. Ridwan Ibrahim Lubis
b. Badan Pengawas
1) H. Marzuki Usman, MA
2) DR. H. M. Syafi’I Antonio
3) H. Moehammad Zain
c. Badan Pengurus
1) Ketua Umum : Drs. H. Junus Jahja
2) Wakil Ketua Umum : H. M. Ali Karim,SH
3) Ketua : H. Umar Al Fattah Lubis
52
(62)
4) Sekretaris Umum : Ir. H. Surya Madya
5) Wakil Sekretaris Umum : H. Azmi Ali Yafie
6) Sekretaris : Anita A. Lukman Harun
7) Bendahara Umum : Dra. Hj. Lina Liputri, Apt.
8) Wakil Bendahara Umum :H. Nova Agung Siswanto
3. Kegiatan Yayasan Haji Karim Oei
a. Memberikan informasi islam kepada WNI keturunan Tionghoa
b. Mendirikan dan mengelola masjid-masjid Lautze di Indonesia
c. Mengadakan pengajian-pengajian, bimbingan Al Qur’an, bimbingan
sholat dan lain-lain
d. Konsultasi Agama Islam
e. Pengislaman
f. Penyelenggaraan Akad Nikah
g. Menyelenggarakan silaturahmi (open house) antar muallaf dengan
muslim sejak lahir dalam rangka Ukhuah Islamiyah
h. Dalam bulan Ramadhan secara khusus memenuhi undangan berbuka
puasa, sholat tarawih dengan tokoh-tokoh Islam dan Nasional
i. Pada Hari Raya Iedul Fitri dan Iedul Adha menyelenggarakan Sholat
Ied di halaman depan Masjid Lautze se Indonesia
j. Membantu peneliti dan sarjana membuat skripsi/dissertasi mengenai
perkembangan Islam di lingkungan keturunan Tionghoa
(63)
4. Profil Jama’ah
Yayasan Haji Karim Oei merupakan sebuah bentuk pembauran di kawasan pecinaan pasar baru Jakarta Pusat, oleh karena itu yayasan serta
Masjid Lautze ini menjadi icon didaerah tersebut. Jama’ah di Masjid
Lautze berasal dari berbagaimacam golongan, yang rata-rata merupakan para pekerja di kawasan itu.
Jama’ah Masjid Lautze tidak membedakan atau dikhususkan
kepada warga keturuman tionghoa, walaupun memang fokus dari Yayasan untuk memperkenalkan islam kepada warga keturunan tionghoa akan tetapi yayasan tidak membataskan kepada siapa yang ingin mengikuti kegiatan atau ingin beribadah di masjid tersebut.
Jadi, jama’ah Masjid Lautze adalah semua orang dari berbagai
kalangan, bahkan membuka pintu yang sebesar-besarnya kepada orang non islam yang ingin tahu dan mengenal islam, jadi tidak heran pada setiap bulannya rata-rata lebih dari lima orang yang masuk islam atau menjadi muallaf di masjid tersebut.
B. Profil Singkat Pak Budhi Mar’at ( Fasilitator Kegiatan Tafakkuran)
Beliau adalah seorang lulusan arsitektur di Parahiyangan Bandung, dan tidak ada latar belakang pendidikan agama yang didalaminya, namun pada tahun 1992 beliau mulai memperdalam agama dengan cara memanggil guru ngaji kerumah, di tahun 2004 beliau mengenal metode tafakkuran yang
(64)
menurut beliau lebih merasakan manfaatnya dan merasakan perubahan
didalam hidupnya.53
Setelah mengenal metode tafakkur ini beliau memperdalam metode ini, dan dari situ beliau merasa banyak jawaban yang merubah hidupnya, setelah itu beliau berfikir bagaimana caranya agar lebih cepet benernya, jadi menurut beliau jalan yang lebih cepet itu adalah dengan cara menyampaikan, karena kalau hanya jadi pendengar tidak ada persiapan, jadi semenjak 2006 akhirnya beliau mencoba memberanikan diri untuk menjadi fasilitator dari situ terasa makin beliau menyiapkan semakin memperdalam dan akhirnya beliau merasakan banyak diberi hidayah oleh Allah SWT. Jadi dari situ
sampai sekarang beliau menjadi jadi fasilitator setiap hari sabtu.54
53
Wawancara pribadi dengan Pak Budhi
54
(65)
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Profil Responden
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel berupa
responden dari jama’ah Masjid Lautze yang kebetulan juga bertempat di
Yayasan Haji Karim Oei, responden berjumlah 40 orang yang rata-rata rutin mengikuti pengajian Tafakkur. Jadi, pada penelitian ini menekankan
kepada jama’ah yang mengikuti kegiatan Tafakkur saja.
1. Responden Dari Segi Umur
Adapun penulis mengkategorikan responden kepada umur dan pendidikan terakhir, berikut adalah deskripsi responden berdasarkan katergorinya.
Tabel 5. Umur Responden
No Umur Frekuensi Presentase
1 25-34 14 orang 35%
2 35-44 22 orang 55%
3 45-54 4 orang 10%
Jumlah 40 orang 100%
Dari tabel 5 di atas diketahui bahwa jumlah responden yang paling banyak ditemui penulis adalah responden yang kategorinya masuk ke kategori no 2 yaitu umur 35-44 yang berjumlah 22 orang dengan persentase 55%, dan pada tingkat kedua ditemui responden yang berkategori umur 25-34 berjumlah 14 orang dengan persentase
(66)
35%, sedangkan pada tingkat terakhir responden yang berkategori umur 45-54 dengan jumlah 4 orang dengan persentase 10%.
Dari hasil diatas dapat disimpulkan responden yang ikut dalam kegiatan Tafakkuran paling banyak diikuti oleh responden yang berumur 35-44 tahun, sedangkan yang paling sedikit yaitu responden dengan kategori umur 45-54.
2. Responden Dari Segi Pendidikan Terakhir
Pada kategori pendidikan,ditemukan tingkat pendidikan
responden yang berbeda-beda, peneliti mendeskripsikan tingkat pendidikan terakhir responden sebagai berikut.
Dari tabel diatas penulis mendapatkan data yangdapat diketahui yaitu pendidikan terakhir responden adalah SMA, S1, dan S2 dilihat dari jumlah persentase didapat responden dengan pendidikan S2 yang paling kecil yaitu 4 orang dengan jumlah persentase 10% , dan jumlah responden yang paling banyak adalah S1 sekitar 25 orang dengan jumlah persentase 63%. Dari hasil diatas dapat diketahui
Tabel 6. Latar Belakang Pendidikan Responden No Pendidikan
Terakhir
Frekuensi Persentase
1 SMA 12 orang 30%
2 S1 24 orang 60%
3 S2 4 orang 10%
(67)
responden dengan tingkat pendidikan S1 yang paling banyak mengikuti kegiatan Tafakkur.
B. Respon Kognitif Jama’ah Terhadap Metode Dakwah Di Yayasan Haji Karim Oei
Setelah sebelumnya penulis menjelaskan profil jama’ah dari segi
umur dan pendidikan sekarang akan dijelaskan bagaimana respon kognitif jama’ah terhadap metode dakwah di Yayasan Haji Karim Oei.
Respon kognitif akan terjadi jika adanya pemahaman atau pengetahuan terhadap sesuatu, setelah seseorang mendapatkan pemahaman atau pengetahuan itu maka akan timbul perubahan akan apa yang ia pahami atau ketahui.
Berikut adalah hasil dari kuesioner yang telah penulis lakukan
kepada jama’ah Yayasan Haji Karim Oei terhadap metode dakwah pada
kegiatan Tafakkuran.
Tabel 7. Hasil Respon Kognitif
No Pernyataan SS S TS STS Skors Ranking
1 Saya mengenal Pak Budhi
sebagai fasilitator pada
kegiatan tafakkur
72 57 6 0 135 5
2 Fasilitator serius dalam
menyampaikan materi
56 57 14 0 127 9
3 Suara fasilitator samar-samar 2 10 48 68 128 8
4 Cara bicara fasilitator sopan 72 57 6 0 135 5
5 Fasilitator bersifat komunikatif 68 51 10 1 130 7
6 Fasilitator menguasai materi
yang ia sampaikan
(68)
Dari tabel 7 dapat diketahui bahwa respon kognitif jama’ah Yayasan Haji Karim Oei pada kegiatan Tafakkur fasilitator yang selalu mengajak
jama’ah untuk memahami materi menggunakan kalbu jama’ah juga
mengetahui bahwa fasilitator yang selalu menggunakan slide sebagai media pendukung ceramahnya karena fasilitator yang selalu menggunakan
slide, jama’ah mendapatkan informasi mengenai materi dari fasilitator
yang menurut jama’ah cara menyampaian materi menyerupai motivator,
Lanjutan Tabel 7
No Pertanyaan SS S TS STS Skor Ranking
7 Fasilitator menggunakan
metode Bil Lisan (ceramah)
72 57 2 2 133 6
8 Metode fasilitator
menyampaikan materi
menyerupai motivator
84 48 6 0 138 3
9 Fasilitator berdiskusi diakhir
kegiatan tafakkur
84 45 6 1 136 4
10 Fasilitator TIDAK
menggunakan dalil pada setiap materinya
1 0 57 80 138 3
11 Fasilitator mengajak jama’ah
untuk memahami materi menggunakan kalbu
88 51 2 0 141 1
12 Fasilitator selalu menggunakan
slide di setiap ceramahnya
84 54 2 0 140 2
13 Fasilitator TIDAK mengajak
jama’ah untuk memahami
materi menggunakan akal
3 6 51 68 128 8
JUMLAH 1745
(1)
No Pernyataan SS S TS STS 1 Saya antusias mengikuti kegiatan tafakkuran
V
2 Saya senang dengan keseriusan fasilitator saat
V
menyampaikan materi
3 Suara fasilitator yang samar-samar mengganggu
J
keseriusan saya dalam mendengarkan materi tafakkurI
4 Saya senang dengan kesopanan berbicara fasilitator
V
-5 Saya senang dengan fasilitator yang selalu
V
berkomunikasi dengan jamaah
I
6
Saya sangat memperhatikan materi yang disampaikanV
!
fasilitator
i
7 Saya menyukai metode Bil Lisan fasilitator
V
8 Saya menyukai penyampaian materi oleh fasilitator / '
yang menyerupai motivator
V
/
9 Saya senang berdiskusi dengan fasilitator
Iv
10 Saya merasa materi yang disampaikan kurang lengkap
/
jika tidak menggunakan ayat-ayat AI-Qur'an dan Hadist
] ] Saya senang menggunakan kalbu untuk memahami
Iv
materi yang disampaikan fasilitator
セセ@
]2
Saya senang dengan slide yang digunakan fasilitatorV
I
13 Materi yang disampaikan sesuai dengan yang saya
butuhkan
V
I
NMセNセNM
14 Dalam memahami materi saya merasa kurang tepatjika /"
V
lTIDAK menggunakan akal
I i i
(2)
No ipernyataan SS
S
TS STS1
Saya ingin menjadi fasilitator seperti Pak BudhiV
2 Saya fokus dan selalu serius saat mengikuti kegiatanI
tafakkur
3 Harusnya fasilitator lebih memperjelas suaranya
V
4
Saya kerap mengikuti cara bicara fasilitator dalam Imenjelaskan apa yang saya pahami
.V
])
5 Saya suka berkomunikasi dengan fasilitator diluar kegiatan
IJ
tafakkur i
6 iSaya suka mencatat materi yang sudah sampaikan
V
fasilitator7 Dengan met ode Bil-Lisan yang digunakan fasilitator, saya
IV
memahami apa yang disampaikan oleh fasilitator]
8 Saya termotivasi untuk mengaplikasikan materi yang セ@
disampaikan fasilitator
V
9 Saya menjadi lebih sering berdiskusi dengan fasilitator
V
10 Saya selalu mencad dahl yang berkaitan dengan mated
.
V
11 Saya menjadi lebih sering menggunakan kalbu
セ@
I
12 Saya mengumpulkan print out slide materi yang
V
disampaikan fasilitator13 Saya menyiapkan pertanyaan tentang materi yang /
disampaikan
V
14 Saya selalu menyertakan akal untuk memahami materi I
V
IVI
yang diberikan fasilitator
I
(3)
Dengan Bpk Ali Karim
(4)
Ba’da Sholat Dzuhur di Masjid Lautze (Yayasan Haji Karim Oei)
(5)
Salah seorang pengurus masjid sedang membaca Al-
Qu’an pada acara buka
puasa
bersama.
(6)