pemlastis-pemlastis lebih rendah dibanding gaya polimer-polimer Meier, 1990.
2.2.3 Teori Termodinamika
Teori ini berusaha untuk menafsirkan gaya-gaya intermolekuler dalam sistem, pemlastispolimer melalui model berdasarkan ketahanan deformasi dari 3 dimensi gel.
Gel terbentuk melalui gaya-gaya ikatan yang efektif disepanjang rantai polimer.
Pemlastis hanya terserap ke dalam daerah amorf polimer sehingga tidak terikat kuat. Efek pemlastis adalah menurunkan gaya-gaya intermolekuler gaya dipol, gaya
dispersi dan ikatan hidrogen sebanyak mungkin dan mengurangi ikatan antara molekul-molekul polimer satu sama lain, yaitu dengan cara menyelubungi titik pusat
gaya yang menahan rantai polimer bergabung. Hal ini mengurangi titik kontak antara
molekul polimer dan merubah polimer menjadi lenturfleksibel Meier, 1990.
2.2.4 Teori Polaritas
Sesuai teori ini gaya intermolekuler antara molekul-molekul pemlastis, molekul- molekul polimer dan molekul-molekul pemlastis-polimer harus seimbang untuk
menghasilkan gel yang stabil. Oleh karena itu, polaritas pemlastis yang mengandung satu atau lebih gugus polar dan non polar harus sesuai dengan polaritas dari partikel
polimer. Polaritas molekul pemlastis tergantung pada adanya gugus-gugus yang mengandung oksigen, posfat dan sulfur. Pemlastis-pemlastis yang mengandung gugus-
gugus ester polar; fenil terpolarisasi dan alkil non polar dapat juga bertindak sebagai gugus yang menyelubungi polimer. Namun orientasi dan arah gugus-gugus polar
pemlastis menentukan interaksinya dengan dipol-dipol polimer Meier, 1990.
2.3. Asam Laur at
Asam laurat atau asam dodekanoat adalah asam lemak jenuh berantai sedang yang tersusun dari 12 atom C. Sumber utama asam lemak ini adalah minyak kelapa, yang
dapat mengandung 50 asam laurat, serta minyak biji sawit palm kernel oil. Sumber lain adalah susu sapi.
Asam laurat memiliki titik lebur 44 °C dan titik didih 225 °C sehingga pada suhu ruang berwujud padatan berwarna putih, dan mudah mencair jika dipanaskan.
Rumus kimia: CH
3
CH
2 10
COOH, berat molekul 200,3 g.mol
-1
. Asam ini larut dalam pelarut polar, misalnya air, juga larut dalam lemak karena gugus hidrokarbon metil
di satu ujung dan gugus karboksil di ujung lain. Kita dapat menemukan kandungan asam laurat dalam beberapa makanan yang
mengandung lemak nabati seperti pada minyak kelapa dan minyak inti kelapa sawit. Bahkan sebagian besar lemak yang dikandungnya adalah lemak asam laurat. Beberapa
makanan lain yang memiliki kandungan asam laurat adalah karamel, susu bubuk, dan mentega. Selain itu ini dimanfaatkan oleh industri pencuci, misalnya pada sampo.
Sodium lauril sulfat SLS adalah turunan yang paling sering dipakai dalam industri sabun dan sampo. Pada Industri Kosmetik, Asam Laurat ini berfungsi sebagai
pengental, pelembab dan pelembut Lide, 2005.
2.4. Pisang Raja
Pisang raja termasuk jenis pisang buah. Menurut ahli sejarah dan botani secara umum pisang raja berasal dari kawasan Asia Tenggara dan pulau-pulau pasifik barat.
Selanjutnya menyebar ke berbagai negara baik negara tropis maupun negara subtropis. Akhirnya buah pisang dikenal di seluruh dunia. Jadi pisang raja termasuk tanaman asli
Indonesia dan kultivar-kultivarnya banyak ditemukan di pulau Jawa Zuhairini, 1997. Adapun klasifikasi tanaman pisang raja menurut
Tjitrosoepomo 2001
adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa paradisiaca L.
Kulit pisang merupakan bahan buangan limbah buah pisang yang cukup banyak jumlahnya. Pada umumnya kulit pisang belum dimanfaatkan secara nyata,
hanya dibuang sebagai limbah organik saja atau digunakan sebagai makanan ternak seperti kambing, sapi, dan kerbau. Jumlah kulit pisang yang cukup banyak akan
memiliki nilai jual yang menguntungkan apabila bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan Susanti, 2006. Kandungan unsur gizi kulit pisang cukup lengkap,
seperti karbohidrat, lemak, protein, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B, vitamin C dan air. Unsur-unsur gizi inilah yang dapat digunakan sebagai sumber energi dan antibodi
bagi tubuh manusia Munadjim, 1988.
2.4.1. Kandungan kimia dalam kulit pisang