gaya-gaya ikatan dengan polimer. Molekul pemlastis hanya terdispersi diantara fase polimer sehingga menentukan gaya-gaya intermolekuler pada rantai polimer dan oleh
karenanya hanya menyebabkan plastisasi partial. Jika pemlastis memiliki gaya interaksi dengan polimer, proses dispersi akan
berlangsung dalam skala molekul dan terbentuk larutan polimer-pemlastis. Dalam hal ini, polimer dan pemlastis disebut bersifat kompatibel.
Senyawa-senyawa pemlastis yang bertindak sebagai pelumas bukan merupakan pemlastis yang efektif karena hanya menurunkan viskositas lelehan
sehingga hanya mempermudah proses pengolahan bahan polimer namun tidak berpengaruh terhadap sifat-sifat mekanis bahan polimer. Pemlastis seperti ini hanya
digunakan dalam jumlah yang sedikit dan disebut sebagai bahan pembantu pengolahan atau processing aids Meier; 1990.
2.2.2 Teori Solvasi
Teori ini didasarkan pada konsep kimia koloid. Sistem polimer-pemlastis dipandang sebagai sebuah koloid liofilik. dimana pemlastis membentuk lingkaran solvasi di
sekeliling partikel polimer fase dispersi. Secara fisik, tidak ada perbedaan mendasar antara bahan-bahan yang berfungsi sebagai pelarut dan yang berfungsi sebagai
pemlastis. Dalam kedua hal tersebut; tidak ada interaksi kimia hanya interaksi fisik
antara pemlastis atau pelarut dan polimer.
Dua senyawa dapat bercampur jika energi bebas Gibbs campuran negatif. Energi campuran dapat ditentukan secara DSC atau dari pengukuran tekanan uap
PVC-terplastis. Pemlastis adalah pelarut lemah yang memiliki kekuatan solvasi rendah sampai menengah bagi polimer sehingga menghasilkan polimer fleksibel dipolar yang
kuat pada suhu kamar melalui pembentukan gel dengan kesetimbangan antara solvasi dan desolvasi Kekuatan solvasi atau swelling dari pemlastis tergantung pada berat
molekui dan pada gugus fungsinya. Pemlastis effektif sebagai pelarut ditentukan oleh tiga gaya intermolekuler; yaitu gaya pemlastis-pemlastis, pemlastis-polimer dan
polimer polimer. Pemlastis harus memiliki molekul-molekul yang kecil dan memiliki gaya atraktif yang sesuai bagi polimer dimana harus lebih rendah dari pada gaya
atraktif antara sesama rantai polimer. Keefektifan pemlastis meningkat bila gaya
pemlastis-pemlastis lebih rendah dibanding gaya polimer-polimer Meier, 1990.
2.2.3 Teori Termodinamika
Teori ini berusaha untuk menafsirkan gaya-gaya intermolekuler dalam sistem, pemlastispolimer melalui model berdasarkan ketahanan deformasi dari 3 dimensi gel.
Gel terbentuk melalui gaya-gaya ikatan yang efektif disepanjang rantai polimer.
Pemlastis hanya terserap ke dalam daerah amorf polimer sehingga tidak terikat kuat. Efek pemlastis adalah menurunkan gaya-gaya intermolekuler gaya dipol, gaya
dispersi dan ikatan hidrogen sebanyak mungkin dan mengurangi ikatan antara molekul-molekul polimer satu sama lain, yaitu dengan cara menyelubungi titik pusat
gaya yang menahan rantai polimer bergabung. Hal ini mengurangi titik kontak antara
molekul polimer dan merubah polimer menjadi lenturfleksibel Meier, 1990.
2.2.4 Teori Polaritas