dan laktogen plasenta hPL. Biasanya ukuran akan menurun setelah menopause Alan DeCherney, 2006.
2.1.6 Patofisiologi
Mioma memiliki reseptor estrogen yang lebih banyak dibanding miometrium normal. Teori cellnest atau teori genitoblast membuktikan
dengan pemberian estrogen ternyata menimbulkan tumor fibromatosa yang berasal dari sel imatur. Mioma uteri terdiri dari otot polos dan jaringan yang
tersusun seperti konde diliputi pseudokapsul. Mioma uteri lebih sering ditemukan pada nulipara, faktor keturunan juga berperan. Perubahan
sekunder pada mioma uteri sebagian besar bersifat degeneratif karena berkurangnya aliran darah ke mioma uteri. Menurut letaknya, mioma terdiri
dari mioma submukosa,intramular dan subserosa. Lihat gambar 2.1 yang menunjukkan gambaran patofisiologi mioma uteri Stuti, 2011.
Gambar 2.1 Patofisiofologi mioma uteri Sumber : Stuti, 2011
2.1.7 Patologi Anatomi
Gambaran histopatologi mioma uteri adalah seperti berikut: Pada gambaran makroskopik menunjukkan suatu tumor berbatas jelas,
bersimpati, pada penampang menunjukkan massa putih dengan susunan lingkaran-lingkaran konsentrik di dalamnya. Tumor ini bisa terjadi secara
tunggal tetapi kebiasaanya terjadi secara multipel dan bertaburan pada uterus dengan saiz yang berbeda-beda.
Perubahan-perubahan sekunder yang terjadi pada mioma uteri adalah: 1.
Degenerasi jinak: a.
Atrofi: Ditandai dengan pengecilan tumor yang umumnya terjadi setelah
persalinan dan menopause. b.
Degenerasi Hialin: Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut.
Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Terjadi pada mioma yang matang dimana bagian yang semula aktif tumbuh kemudian
terhenti akibat kehilangan pasokan nutrisi dan berubah warnanya menjadi kekuningan, melunak atau melebur menjadi cairan gelatin
sebagai tanda degenerasi hialin. c.
Degenerasi Kistik: Setelah mengalami hialinisasi, hal tersebut berlanjut dengan cairnya
gelatine sehingga mioma konsistensinya menjadi kistik. Adanya kompresi atau tekana fisik pada bagian tersebut dapat menyebabkan
keluarnya cairan kista kavum uteri, kavum peritoneum atau retroperitoneum.
d. Degenerasi membatu Calcireous Degeneration:
Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh kerana adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan kalsium
karbonat dan fosfat pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen.
e. Degenerasi Septik:
Defisit sirkulasi dapat menyebabkan mioma mengalami nekrosis di bagian tengah tumor yang berlanjut dengan infeksi yang ditandai dengan
nyeri, kaku dinding perut dan demam akut. f.
Degenerasi merah Carneous Degeneration: Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis
terjadinya diperkirakan kerana suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti
daging mentah bewarna merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila pada kehamilan
muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan.
g. Degenerasi Miksomatosa:
Terjadi setelah proses degenerasi hialin dan kistik. Degenerasi ini sangat jarang dan umumnya asimtomatik Nucci, 2009.
2. Degenerasi ganas:
a. Transformasi ke arah keganasan menjadi miosarkoma terjadi pada
0,1 - 0,5 penderita mioma uteri Anwar, 2011.
2.1.8 Klasifikasi
1. Mioma submukosum:
Mioma yang berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Mioma jenis ini walaupun hanya kecil selalu memberikan
keluhan perdarahan melalui vagina. Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui saluran serviks
myomageburt.
2. Mioma Intramural:
Mioma intrmural disebut juga sebagai mioma intrepitelial, biasanya multipel. Tumor jenis ini terdapat di dinding uterus di antara serabut
miometrium, dan sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut
sebelah bawah. 3.
Mioma subserosum: Lokasi tumor di subserosa korpus uteri, dapat hanya sebagai tonjolan
saja,dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Mioma dapat tumbuh di antara kedua lapisan
ligamentum latum menjadi mioma intra ligamenter, selain itu mioma ini dapat pula tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga disebut wanderingparasistic fibroid
Anwar, 2011.
Gambar 2.2 Tempat letak Mioma uteri Sumber :
Mioma Uteri. 2009. Gejala mioma uteri, ciri-ciri dan tanda- tanda penyakit mioma uteri dan obat mioma uteri.
2.1.9 Gambaran Klinis
Gejala klinik hanya terjadi pada 35 - 50 penderita mioma. Hampir sebagian besar penderita tidak mengetahui bahwa terdapat kelainan di
dalam uterusnya, terutama sekali pada penderita dengan obesitas. Keluhan penderita sangat tergantung pula dari lokasi atau jenis mioma yang diderita.
Berbagai keluhan penderita berupa. 1.
Perdarahan Abnormal Uterus Perdarahan menjadi manifestasi klinis utama pada mioma dan hal ini
terjadi pada 30 penderita. Bila terjadi secara kronis maka dapat terjadi anemia defisiensi zat besi dan bila berlangsung lama dan dalam jumlah
yang besar maka sulit untuk dikoreksi dengan suplementasi zat besi. Perdarahan pada mioma submukosa seringkali diakibatkan oleh
hambatan pasokan darah endometrium, tekanan dan bendungan pembuluh darah di area tumor terutama vena atau ulserasi
endometrium di atas tumor. Tumor bertangkai seringkali menyebabkan trombosis vena dan nekrosis endometrium akibat tarikan dan infeksi
vagina dan kavum uteri terhubung oleh tangkai yang keluar dari ostium serviks. Dismenorea dapat disebabkan oleh efek tekanan, kompresi,
termasuk hipoksia lokal miometrium. 2.
Nyeri Mioma tidak menyebabkan nyeri dalam pada uterus kecuali apabila
kemudian terjadi gangguan vaskuler. Nyeri lebih banyak terkait dengan proses degenerasi akibat oklusi pembuluh darah, infeksi, torsi tangkai
mioma atau kontraksi uterus sebagai upaya untuk mengeluarkan mioma subserosa dari kavum uteri. Gejala abdomen akut dapat terjadi bila torsi
berlanjut dengan terjadinya infark atau degenerasi merah yang mengiritasi selaput peritoneum seperti peritonitis. Mioma yang besar
dapat menekan rektum sehingga menimbulkan sensasi mengedan. Nyeri
pinggang dapat terjadi pada penderita mioma yang menekan pensyarafan yang berjalan di atas permukaan tulang pelvis.
3. Efek Penekanan
Walaupun mioma dihubungkan dengan adanya desakan tekan, tetapi tidaklah mudah untuk menghubungkan adanya penekanan organ dengan
mioma. Mioma intramural sering dikaitkan dengan penekanan terhadap organ sekitar. Parasitik mioma dapat menyebabkan obstruksi saluran
cerna perlekatannya dengan omentum menyebabkan strangulasi usus. Mioma serviks dapat menyebabkan sekret serosanguinea vaginal,
perdarahan, dispareunia dan infertilitas. Bila ukuran tumor lebih besar lagi akan terjadi penekanan ureter, kandung kemih dan rektum. Abortus
spontan dapat disebabkan oleh efek penekanan langsung mioma terhadap kavum uteri. Semua efek penekanan dapat dikenali melalui
pemeriksaan IVP, kontras saluran cerna,rontgen dan MRI M. Anwar, 2011.
2.1.10 Diagnosis
2.1.10.1 Anamnesis
Dalam anamnesis, dicari keluhan utama serta gejala-gejala mioma ut eri lainnya, faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadipad
a penderita yang hamil. Seringkali penderita mengeluh akan rasa berat dan adanya benjolan pada perut bagian bawah, kadang mempun
yai gangguan haid dan ada rasa nyeri. 2.1.10.2
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Kadang, mioma
uteri dapat diduga dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk tidak teratur, gerakan bebas, tidak sakit. Bila belum jelas,
terutama pada wanita gemuk, dapat dilakukan pemeriksaan bimanual. Pemeriksaan bimanual akan mengungkap tumor pada uterus, yang
umumnya terletak di garis tengah atau pun agak ke samping, seringkali teraba terbenjol-benjol. Mioma subserosum dapat mempunyai tangkai
yang berhubung dengan uterus. Tumor teraba sebagai nodul ireguler dan tetap, area perlunakan memberi kesan adanya perubahan
degeneratif. Pada pemeriksaan pelvis, serviks biasanya normal namun pada keadaan tertentu mioma submukosa yang bertangkai dapat
mengakibatkan dilatasi serviks dan terlihat pada osteum servikalis. Uterus cenderung membesar tidak beraturan dan noduler. Perlunakan
tergantung pada derajat degenerasi dan kerusakan vaskular. Uterus sering dapat digerakkan, kecuali apabila terdapat keadaan patologik
pada adneksa. Kavum endometrium dapat membesar karena tumor submukosa.
2.1.10.3 Pemeriksaan Laboratorium
Anemia disebabkan perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Namun pada kebanyakkan pasien akan terjadi
mekanisme eritrositosis. Pada kasus dengan komplikasi menjadi degenerasi akut atau infeksi akan ditemukan leukositosis.
2.1.10.4 Pemeriksaan Penunjang:
a. Ultra Sonografi USG:
Mioma uteri yang besar paling bagus didiagnosis dengan kombinasi transabdominal dan transvaginal sonografi. Gambaran sonografi
mioma kebiasaanya adalah simetrikal, berbatas tegas, hypoechoic dan degenerasi kistik menunjukkan anechoic. USG menunjukkan
gambaran massa padat dan homogen pada uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada abdomen bawah dan
pelvis, dan kadang terlihat tumor dengan kalsifikasi Howard, 2000. Lihat gambar 2.3 yang menunjukkan gambaran USG mioma uteri.
Gambar 2.3 USG Mioma Uteri Sumber :
Diana Hamilton-Fairley, 2008. Lecture Notes: Obstetrics and Gynaecology.
b. Magnetic Resonance Imagine MRI:
Lebih baik daripada USG tetapi mahal. MRI mampu menentukan saiz, lokasi dan bilangan mioma uteri serta bisa mengevaluasi jarak
penembusan mioma submukosa di dalam dinding miometrium. MRI akan menghasilkan gambaran dengan menyerap energy dari suatu
gelombang radio berfrekuensi tinggi yang menunjukkan adanya mioma. Lihat gambar 2.4 yang menunjukkan gambaran MRI mioma
uteri.
Gambar 2.4 MRI Mioma Uteri Sumber :
Fibroid Second Opinion. 2013. William H. Parker, MD. c.
Histerosalfingografi HSG:
Digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuh kearah k avum uteri pada pasien infertil. Merupakan suatu prosedur yang me
nghasilkan gambaran foto rontgen bagian dalam lavitas uterus dan u ntuk mengetahui keadaan tuba falopii. Sejumlah cairan yang menga
ndung iodine diinjeksikan melalui cervix ke dalam uterus dan tuba falopii, hasil foto rontgen didapatkan.
d. Urografi intravena:
Digunakan pada kasus massa di pelvis sebab pada kasus tersebut sering terjadi deviasi ureter atau penekanan dan anomali sistem
urinarius. Cara ini baik untuk mengetahui posisi, jumlah massa pada ureter dan ginjal.
e. Computed Tomography CT
CT merupakan salah satu tipe rontgen yang menggunakan komputer untuk menghasilkan gambaran struktur tubuh seperti uterus.
Walapun jarang
dibutuhkan, hasil
gambaran CT
dapat memperlihatkan adanya mioma.
f. Sonohistografi
Suatu prosedur ultrasonic di mana kavitas uterus dibatasi oleh sejumlah kecil cairan. Cairan ini ditempatkan pada uterus melalui
suatu selang plastik kecil. Pasien bisa merasakan kram yang ringan. Sonohistografi
meningkatkan kemampuan
pemeriksa untuk
mengidentifikasi mioma yang masuk ke dalam kavum uteri Stuti, 2011 .
2.1.11 Penatalaksanaan
1. Terapi Emergensi
Transfusi darah mungkin diperlukan untuk memperbaiki anemia. Transfusi dikemas sel darah merah lebih digunakan daripada whole
blood. Operasi biasa diindikasikan untuk pasien ketika mereka menjadi secara hemodinamik stabil. Operasi emergensi diindikasikan untuk
infeksi mioma, torsi akut, atau obstruksi usus yang disebabkan oleh pedunkulata atau parisitik mioma.
2. Terapi Khusus
a. Terapi Medikasi
Tujuan daripada perawatan medis adalah untuk meringankan atau mengurangi gejala. Meskipun tidak ada terapi medikasi yang
pasti ada pada saat ini tersedia untuk mioma uteri, gonadotropin- releasing hormoneGnRH agonis membuktikan bahwa GnRH
adalah sangat berguna untuk membatasi pertumbuhan atau membantu mengurangi ukuran tumor. GnRH agonis dapat
menyebabkan hypogonadism melalui hipofisis desensitisasi,
mengatur turun reseptor, dan penghambatan gonadotropin. Terapi gonadotropin yang dilakukan untuk mioma uteri untuk 3 bulan akan
mencapai penyusutan maksimum mioma uteri untuk lebih kurang 35-60 daripada volumnya dan hasil amenorrhea akan membaiki
dalam parameter hematologik. Terapi GnRH dilimitasi oleh efek samping hipopoestrogenik dan keropos tulang, terutama dengan
terapi yang dilakukan untuk lebih 6 bulan. Ada kembalinya cepat volume uterus dan menstruasi pada penghentian terapi GnRH agonis
mungkin berguna untuk perdarahan control untuk mioma uteri; tingkat preoperatif hematokrit, bertindak sebagai ukuran raguan
sampai operasi dapat dijadwalkan atau menopause diantisipasi atau penyusutan mioma akan mengizinkan histerektomi vagina. Pil
kontrasepsi oral umumnya diresepkan untuk mengontrol perdarahan
uterus abnormal tetapi terapinya tidak efektif dalam pengobatan mioma. Pil kontrasepsi oral dapat membantu dalam mengobati
kondisi hidup bersama perdarahan anovulasi yang mungkin memberikan kontribusi untuk mioma. Suatu penelitian menunjukkan
hasil yang baik dengan penggunaan levonorgestrel-releasing intrauterine alat untuk terapi menorrhagia terkait dengan beberapa
mioma kecil Tinelli, 2014. 3.
Terapi Operasi Operasi adalah terapi yang paling penting untuk mioma.
Pemeriksaan Imaging paling sering harus disertai dengan evaluasi untuk menyingkirkan proses neoplastik panggul lainnya. Semua pasien harus
mengikuti serviks Papanicolaou smear test dan endometrium evaluasi jikalau perdarahannya irregular. Sebelum operasi definitive, volume
darah yang diperlukan harus disediakan terlebih dahulu dan langkah- langkah lain seperti administrasi antibiotika profilatik atau heparin harus
dipetimbangkan. Mekanikal dan persediaan antibiotika usus dapat digunakan bila operasi panggul menjadi sukar.
a. Miomektomi:
Miomektomi adalah salah satu pilihan simptomatik pasien yang ingin untuk memelihara fertilitas atau melindungi uterus.
Kerugian signifikan adalah resiko untuk mioma yang akan timbul. Pascamiomektomi setelah 5 tahun, 50 - 60 pasien akan
mempunyai mioma baru yang akan dideteksi dalam ultrasound USG, dan lebih dari 25 pasien akan memerlukan operasi major
untuk kali kedua. Pasangan harus menjalani evaluasi infertilitas menyeluruh sebelum wanita tersebut menjalani miomektomi untuk
memajukan fertilitas. Kebanyakkan wanita akan dinasihati untuk melambatkan
kehamilan untuk 3-6 bulan selepas miomektomi abdomen dan untuk
merencanakan sektio sesarean selepas mengeliminasi mioma transmural. Resiko untuk kerusakan uterus disebabkan oleh paritas
selepas miomektomi abdomen dilaporkan sebanyak 0,0002. Miomektomi yang dilakukan melalui histeroskopi dalam kasus
mioma submukosa dan melalui laparaskopi untuk mioma subserosa yang angkanya kecil atau mioma intramural sedang meningkat.
Kekuatan penutupan uterus dalam laparaskopi mioma ialah kontroversi, dan kerusakan uterus dilaporkan apabila masa gestasi
33 minggu. Pasien yang menginginkan fertilitas dinasihatkan tentang resikonya.
Pedunculated mioma submukosa yang bertumbuh dalam vagina dapat disingkirkan kadang-kala dengan menggunakan tali
yang ada lengkungan atau melalui histereskopi. Tindakan ini adalah langkah yang paling efektif jikalau tidak ada tumor yang diperlukan
untuk dieliminasi. Jikalau pedunculated mioma tidak dapat disingkirkan melalui vagina maka biopsi dilakukan untuk
mengelakkan miosarcoma atau mesodermal sarcoma. Indikasi untuk miomektomi dalam kehamilan adalah tanda
torsi dalam mioma pedunculated di mana hemostasis stalk dapat dicapai
dengan keselamatan
relatif. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa tindakan ini mempunyai resiko yang besar
untuk mendapatkan perdarahan atau transfusi. b.
Histerektomi: Mioma uteri adalah indikasi paling sering untuk histerektomi
dengan resiko kumulatif sebanyak 7 untuk semua wanita yang berusia dalam lingkungan 25 tahun - 45 tahun. Lebih dari 50
histerektomi dilakukan pada wanita yang kulit hitam disebabkan oleh mioma, dengan resiko kumulatif sebanyak 20 sehingga umur
45 tahun. Histerektomi menyingkirkan gejala dan rekuren.
Uterus dengan mioma kecil mungkin dapat dieliminasikan dengan tindakan histerektomi vagina total, terutamanya jika
relaksasi vagina membutuhkan perbaikan cystocele, rectocele, atau entrocele.
Bila tumor yang besar ditemukan banyak, histerektomi abdomen total diindikasikan. Ovari umumnya dipelihara pada wanita
premenopausal. Tidak ada komplikasi dalam mengangkat ovary daripada wanita yang pasca menopause.
c. Embolisasi mioma uteri:
Okulasi emboli arteri uterus adalah suatu alternatif untuk operasi major pada wanita premenopausal yang tidak menginginkan
fertilitas tetapi menginginkan untuk terus memelihara uterus atau mengelakkan efek samping daripada terapi medikasi. Dalam
prosedur ini,
arteriogram akan
dilaksanakan untuk
mengidentifikasikan suplai darah ke mioma. Selepas itu satu kateter akan dimasukkan ke dalam bagian distal arteri uterus, biasanya
melalui arteri femoris sebelah kanan. Arteri tersebut akan diinfusi dengan agen embolisasi polyvinyl alcohol particles atau tris-acryl
gelatine microspheres sehingga alirannya terhenti. Prosedur ini akan bertahan selama 1 jam secara menyeluruh. Studi observasi
menunujukkan bahwa terapinya sama efektif seperti histeretomi dan miomektomi, dengan banyak komplikasi minor dan dengan
komplikasi major yang sikit. Frekuensi mioma rekuren adalah sedikit dengan embolisasi dibandingkan dengan miomektomi.
d. Ablasi Endometrium:
Untuk wanita yang tidak menginginkan fertilitas, ablasi endometrium dapat mengkontrol gejala perdarahan. Prosedur ini
lebih efektif jika dikombinasikan dengan miolisis. e.
Miolisis: Prosedur ini adalah teknik laparascopic thermal coagulation
tidak membutuhkan penjahitan dan senang untuk dilaksanakan. Destruksi jaringan lokal mungkin akan mengakibatkan kerusakan
pada masa kehamilan. f.
Laparaskopi uterus okulasi arteri: Tindakan ini dilaksanakan dengan kateterisasi arteri uterus
melalui laparaskopi. g.
Magnetic resonance-guided focused ultrasound surgery: Cara ini diluluskan oleh Food and Drug Administration
FDA pada tahun 2004 untuk terapi mioma pada wanita premenopausal yang sudah memiliki anak. Prosedur outpatient yang
menggunakan MRI untuk real-time monitoring of thermoablative teknik yang menukarkan multipel ambangan energi ultrasound pada
volume jaringan yang kecil untuk dimatikan Alan Decherney, 2006.
2.1.12 Komplikasi
. 1.
Mioma dan Kehamilan Lebih kurang dua pertiga wanita dengan mioma uteri dan
infertiliti yang tidak dapat dijelaskan pascamiomektomi, dan lebih kurang separuh darpada wanita akan menjalani paritas
bayi. Tetapi perbedaan dengan manajmen kehamilan diperlukan untuk menyimpulkan keefektifan prosedur ini.
Semasa trimester kedua dan ketiga kehamilan, mioma akan meningkt dalam ukuran dan akan melalui deprivasi vaskuler dan
perubahan degenratif. Secara klinis, keadaan ini menyebabkan nyeri dan kelembutan lokal tetapi juga akan menyebabkan
persalinan premature. Manajmen kehamilan dengan istirahat hampir setiap kali menghilangkan nyerinya tetapi tokolitik
mungkin diperlukan untuk mengkontrol kontraksi uterus. Semasa persalinan, mioma akan memproduksi kelembaban
uteri, malpresentasi janin atau obstruksi jalan persalinan. Pada umumnya, mioma cenderung naik dari panggul sebagai
kehamilan berlanjut dan pengiriman vagina bisa dicapai. Mioma uteri mungkin akan mengganggu kontraksi uterus yang efektif
segera setelah persalinan, maka kemungkinan hemorrhagia pascapartus harus diantisipasi.
2. Komplikasi pada wanita tidak hamil
Perdarahan yang hebat dengan anemia adalah komplikasi yang paling sering pada kasus mioma. Obstruksi saluran kemih
atau usus dari mioma besar atau parisitik lebih kurang umum dan transformasi maligna jarang terjadi. Cedera ureter atau ligasi
merupakan komplikasi diakui operasi untuk kasus mioma terutama yang terhubung dengan serviks Alan
DeCherney, 2006.
2.13 Prognosis
Histerektomi dengan eliminasi semua mioma adalah penyembuhan sempurna. Miomektomi yang berlanjutan akan menyebabkan uterus dan
kavitasnya kembali ke keadaan normal. Salah satu keprihatinan major adalah resiko rekuren selepas miomektomi. Studi yang dilakukan
menunjukkan 2 - 3 per tahun mengalami simptomatik mioma selepas miomektomi Alan DeCherney, 2006.
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mioma uteri merupakan tumor jinak yang struktur yang utamanya adalah otot polos rahim. Mioma uteri juga dikenali sebagai leiomioma uteri dan fibromioma
uteri dan bisa didefinisikan sebagai neoplasma jinak klonal yang timbul dari sel- sel otot polos di dinding rahim. Strukturnya mengandung peningkatan dalam
jumlah kolagen dan elastin ekstraseluler. Sebuah psedokapsul tipis terdiri dari jaringan areole dan serat otot terkompresi mengelilingi tumor. Mioma uteri dapat
memperbesar dan menyebabkan distorsi yang signifikan dari permukaan uterus. Mioma uteri biasanya kurang dari 15cm dalam ukuran tetapi pada kasus yang
jarang dapat mencapai proporsi yang sangat besar, dengan berat lebih 45kg. Penyebab mioma uteri belum dikenal pasti. Glucose-6-Phosphate studi
menunjukkan bahwa setiap individu adalah uniseluler berasalmonoclonal Alan DeCherney, 2006.
Mioma uteri terjadi pada 20 - 25 perempuan di usia reproduktif tetapi oleh faktor yang tidak diketahui secara pasti. Insidensinya 3-9 kali lebih banyak pada ras
kulit berwarna dibandingkan dengan ras berkulit putih. Selama 5 dekade, ditemukan 50 kasus mioma uteri terjadi pada ras kulit berwarna. Data statistik
menunjukkan 60 mioma uteri terjadi pada wanita yang tidak pernah hamil ataupun hamil hanya satu kali. Kejadian mioma uteri sebesar 20 - 40 ditemukan
pada wanita yang mencecah usia 35 tahun Pasinggi, 2013. Menurut WHO, insidensi mioma uteri sekitar 20 - 30 dari seluruh
wanita di dunia. Menurut Uterine Bleeding and Pain Women’s Research Study UBP-WRS, kejadian mioma uteri di negara England dan Italy adalah 9.4 dan
17.4 daripada 2500 wanita di setiap negara. Di negara Amerika, prevalensi mioma uteri adalah 5 - 21. Kejadian mioma uteri antara ras Africa-American
adalah sebanyak 60 dan antara ras Caucasian adalah 40 Parker, 2007. Menurut studi yang dilakukan di Departmen Obstetrics Gynecology, Zanana
Hospital, SMS Medical College Jaipur ditemukan kejadian mioma uteri 508 daripada 7348 kasus ginekologi dalam tempoh 18 bulan Sanjay, 2013.
Di Indonesia, kejadian mioma uteri ditemukan 2.39 - 11.7 pada semua penderita ginekologi yang dirawat di RSUD, sering ditemukan pada wanita nulipara
ataupun pada wanita kurang subur Baziad, 2003. Prevalensi mioma uteri di Surabaya dan Riau masing-masing 10.03 dan 8.03 dari semua pasien
ginekologi yang dirawat Ita Rahmi, 2012. Menurut Dinas Kesehatan Republik Indonesia, angka kejadian mioma uteri dari 2010-2011 mengalami penurunan yaitu
pada tahun 2010 penderita mioma uteri 68 orang dan pada tahun 2011 penderita mioma uteri menurun sehingga 42 orang. Penelitian yang dilakukan Lisdauli di
RSUP H.Adam Malik Medan tahun 2000-2004 terdapat 224 kasus mioma uteri daripada 912 kasus ginekologi dengan proporsi 24.6 A.Artifasari, 2014.
Perdarahan menjadi gejala klinis yang paling sering dan hal ini terjadi pada 30 penderita mioma uteri. Pengobatan mioma uteri dengan gejala klinik
umumnya adalah tindakan histerektomipengangkatan rahim. Sekitar 40 operasi pengangkatan rahim dilakukan atas indikasi adanya mioma uteriArtifasari, 2014.
Di United Kingdom UK pengangkatan rahim dilakukan sekitar 60.000 setiap tahun Lilyani, 2012.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimanakah karakteristik penderita mioma uteri di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2014?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita mioma uteri di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2014.
1.3.2 Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian adalah: 1.
Untuk mengetahui angka kejadian tumor jinak uteri di RSUP H.Adam Malik Medan pada tahun 2014.
2. Untuk mengetahui karakteristik penderita mioma uteri berdasarkan umur,
usia menarche, paritas dan jenisnya di RSUP H. Adam Malik Medan.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Menyumbang dalam pengembangan ilmu kedokteran dan memberikan
informasi data yang lebih jelas bagi peneliti lain mengenai karakteristik penderita mioma uteri.
2. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum mengenai
gejala mioma uteri yang bisa dihadapi oleh wanita. 3.
Menjadi sumber data informasi dan bahan masukan bagi rumah sakit iaitu karakteristik penderita mioma uteri yang pernah dirawat di RSUP H. Adam
Malik pada tahun 2014.
4. Menjadi pedoman untuk pihak pelayanan kesehatan dalam menangani
kendala pasien mioma uteri di RSUP H. Adam Malik dan secepatnya melakukan rencana terapi yang sesuai sekaligus mengurangi resiko terjadi
komplikasi pada pasien. 5.
Menambah wawasan peneliti terhadap karakteristik penderita mioma uteri dan komplikasi yang dapat ditimbulkan sekaligus informasi penting dalam
aspek penanganan di rumah sakit. 6.
Untuk menumbuhkan sifat meneliti pada peneliti sendiri sehingga dapat melakukan penelitian yang bermanfaat kedepannya dan menjadi aset
peribadi yang sangat bernilai dalam kehidupannya.
ABSTRAK
Mioma uteri merupakan tumor jinak yang struktur utamanya adalah otot polos rahim. Mioma uteri juga dikenali sebagai leiomioma uteri dan fibromioma
uteri yang timbul dari sel-sel otot polos di dinding rahim. Menurut Dinas Kesehatan Republik Indonesia, angka kejadian mioma uteri dari 2010-2011 mengalami
penurunan. Oleh itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik penderita mioma uteri di RSUP Haji Adam Malik.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan studi cross sectional rektrospektif yang menggunakan data rekam medik. Sebanyak 140
sampel yaitu penderita mioma uteri yang telah dirawat di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2014.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien yang kelompok umur 40-49 tahun adalah usia tertinggi menderita mioma uteri. Penderita yang memliki riwayat
menarche yang normal 11-16 tahun dan pasien yang multipara 2 anak lebih sering mendapat mioma uteri. Mioma uteri jenis Intramural adalah paling sering
dijumpai pada penderita.
Kata Kunci : Mioma uteri, karakteristik
ABSTRACT
Uterine myoma is a benign tumor that is the main structure of the smooth muscle of the uterus. Uterine myoma also known as uterine leiomyomas and uterine
fibromyoma arising from smooth muscle cells in the wall of the uterus. According to the Department of Health of the Republic of Indonesia, the incidence of uterine
myoma on the 2010-2011 decline. Accordingly, it is necessary to investigate the characteristics of patients with uterine myoma in Haji Adam Malik, Medan
Hospital. This research is a descriptive cross sectional study using rektrospektif data
records. A total of 140 patients who have been treated myoma uteri in Haji Adam Malik, Medan Hospital in 2014.
Results showed that patients with the age group 40-49 years is the highest age suffer from uterine myoma. Patients who possess a history of normal menarche
11-16 years and patients were multiparous 2 children more often gets uterine myoma. Uterine myoma Intramural is the type most often found in patients.
Keywords : Uterine myoma, characteristics
GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA MIOMA UTERI DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN
TAHUN 2014
Oleh : DARVENDRAN ANBUALAGAN
120100501
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA MIOMA UTERI DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN
TAHUN 2014
KARYA TULIS ILMIAH “Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”
Oleh : DARVENDRAN ANBUALAGAN
120100501
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015