penderita Mioma Submukosum dengan proporsi 31,4 44 orang. Akhirnya dengan proporsi paling tertinggi yaitu 39,3 55 orang ditemukan pada penderita
Mioma Intramural.
5.2 Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUP Haji Adam Malik, Medan mengenai Mioma Uteri tahun 2014 dengan menggunakan data sekunder yaitu
rekam medis diketahui bahwa jumlah penderita mioma uteri paling banyak terdapat pada kelompok usia 40-49 tahun yaitu sebanyak 74 orang 52,9 diikuti dengan
kelompok usia 30-39 tahun sebanyak 29 orang 20,7, sebanyak 28 orang 20,0 pada kelompok usia 50-59 tahun. Usia kelompok 20-29 tahun dan 60-69 tahun
mempunyai angka yang sama yaitu sebanyak 4 orang 2,9 dan untuk kelompk usia 10-19 didapati bahwa terdapat 1 orang 0,7. Hasil ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan di RSUD DR. Moewardi Surakarta pada periode Januari hingga Juni pada tahun 2008 dimana jumlah yang paling tertinggi ditemukan pada
kelompok usia 41-50 tahun yaitu sebanyak 38 orang 65,51 daripada 58 penderita mioma uteri. Manakala jumlah yang paling rendah ditemukan pada
kelompok usia 21-30 tahun. Menurut hasil Gita bertentangan dengan penelitian yang dilakukan di RSUP Haji Adam Malik dimana kelompok usia 10-19 tahun
mempunyai jumlah yang paling rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Gita ada perbedaan sedikit dalam range umur yang dikelompokkan dengan penelitian yang
dilakukan di RSUP Haji Adam Malik, Medan. Hasil yang serupa juga didapati dalam penelitian Pratiwi 2012 di RSUP Prof. Dr. R.D. Manado Kandou dengan
jumlah sampel sebanyak 353 penderita ginekologi pada periode Maret hingga Oktober 2012 dan didapati 108 penderita mioma uteri. Jumlah terbanyak ditemukan
pada kelompok usia 35-49 tahun yaitu sebanyak 101 orang 93,5. Tetapi
kelompok usia ada perbedaan sedikit daripada penelitian yang dilakukan di RSUP Haji Adam Malik, Medan. Hasil yang serupa didapati pada penelitian yang
dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan pada bulan februari 2012 hingga Juli 2012 dimana jumlah penderita mioma uteri dalam kelompok usia 40-49 tahun adalah
paling tertinggi sebanyak 91 orang br. Ginting, 2012. Namun, hasil penelitian yang berbeda ditemukan oleh penelitian Odukuma E.I2014 di negara Nigeria
yang melibatkan 1261 penderita yaitu penderita mioma uteri yang terbanyak adalah kelompok usia 30-39 tahun 560 orang. Pada kelompok minimal penderita mioma
uteri adalah kelompok usia 60-69 tahun 6 orang. Suatu penelitian telah dilakukan secara deskriptif retrospektif di negara Nigeria pada tahun 2012 menyatakan hasil
yang sama bahwa penderita mioma uteri kelompok usia 30-39 mempunyai jumlah yang terbanyak yaitu 301 orang dari 368 sampel.
Hasil penelitian menemukan bahwa penderita dengan usia menarche 11-16 tahun merupakan kelompok tertinggi yaitu sebanyak 139 orang 99.3 manakala
penderita yang mempunyai riwayat menarche lambat usia ≥16 tahun adalah
kelompok paling rendah yaitu 1 orang 0.7. Hasil ini tidak sama dengan penelitian di Poli Kandungan RSUD dr. Mohamad Soewandhie, Surabaya oleh
Jannah 2015, melaporkan sebanyak 18 dari 30 penderita mioma uteri mempunyai riwayat usia menarche lambat. Namun hasil ini sama dengan penelitian yang
dilakukan di RSUD dr. Zainoel oleh Rahmi 2012 dimana penderita mioma uteri yang mempunyai riwayat menarche lambat 16tahun memiliki jumlah tertinggi
yaitu sebanyak 28 orang 43,8 daripada 64 sampel. Suatu lagi penelitian yang dilakukan terhadap pasien ras Afrika – Amerika menunjukkan bahwa menarche
pada 11-16 tahun atau sebelum usia menarche normal 11 tahun mempunyai resiko 25 lebih tinggi terkena mioma uteri. Dalam penelitian cohort yang dilakukan
Baird 2003 tersebut dikatakan bahwa semakin meningkat usia menarche berkurangnya resiko terkena mioma uteri. Hasil ini meyerupai dengan hasil yang
dapat di RSUP Haji Adam Malik dimana pasien menarche lambat mempunyai resiko rendah mempunyai mioma uteri. Selain itu, penelitian yang dilakukan di RS
Rasht Alzahra pada tahun 2007 menemukan sebanyak 482 pasien menderita mioma uteri daripada 990 pasien. Sebanyak 69 dari total 482 sampel mempunyai riwayat
menarche dini sebelum usia 11 tahun Sharmi, 2009 tidak menyamai hasil penelitian di Medan. Suatu penelitian di RSUD Arifin Achamad Provinsi Riau
melaporkan hasilnya berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh Madi 2015 menyatakan penderita yang mempunyai riwayat menarche lambat mempunyai
persentase yang tinggi terkena mioma uteri. Menurut penelitian ini diketahui bahwa jumlah penderita mioma uteri
dengan status melahirkan ≥2 anak multipara merupakan kelompok tertinggi yaitu
sebanyak 71 orang 50,7 manakala wanita yang tidak pernah melahirkan anak atau hanya melahirkan 1 anak sahaja adalah 69 orang 49,3. Hasil ini sama
dengan penelitian yang dilakukan di rumah sakit Sudarso, Kalimantan oleh Wati 2012. Penelitian di Kalimantan menyatakan bahwa wanita yang multipara
mempunyai jumlah tertinggi sebanyak 15 orang 71,4 manakala wanita yang nulipara 6 orang 28,6. Seterusnya, penelitian di RSUD Raden Mattaher Jambi
juga melaporkan wanita dengan status paritas ≥2 mempunyai angka tertinggi
dengan jumlah 16 penderita mioma uteri. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Purba M. 2009 di Rumah Sakit Vita Insani Permatang Siantar tahun
2004-2008 bahwa frekuensi tertinggi didapati pada penderita mioma uteri yang multipara yaitu sebanyak 66,9. Hasil yang sama juga didapati pada penelitian
yang dilakukan oleh br. Ginting 2012 di RSUP Pringadi Medan tahun 2009-2011 dimana penderita yang multipara memiliki jumlah paling tertinggi sebanyak 47
orang 45,2. Hasil yang menyerupai didapati pada penelitian yang dilakukan di Rawat Inap RSUD Cicalengka Kabupaten Bandung dimana jumlah penderita
dengan multipara adalah 29 orang dan lebih tinggi daripada pasien yang nulipara. Hasil yang sama didapati pada penelitian yang dilakukan oleh Sheryl 2008 di RS
Immanuel Bandung dimana penelitian tersebut menunjukkan penderita multipara memiliki angka yang tertinggi 48,5. Penelitian yang dilakukan oleh Ikramina
2013 di RSUP Dr. Moewardi sama dengan penelitian di atas dengan jumlah penderita mioma yang multipara tertinggi yaitu sebanyak 43 orang 82,7. Namun
hasil di atas berbeda dengan penelitian Jannah 2015 dimana wanita yang nulipara mempunyai angka tertinggi yaitu 25 orang daripada 30 orang.
Dalam penelitian ini diketahui bahwa tempat letak mioma uteri paling sering di intramural dengan jumlah 55 orang 39,3, diikuti dengan penderita
mioma submukosum dengan jumlah 44 orang 31,4 dan tempat letak mioma di subserosa paling rendah yaitu sebanyak 41 orang 29,3. Hasil yang sama
ditemukan pada penelitian yang dilakukan di RSUP Pringadi Medan oleh b. r. Ginting 2012 melaporkan kasus mioma intramural paling tertinggi didiagnosa
dengan sebanyak 36 orang 41,9, diikuti dengan mioma submukosa dengan jumlah 32 orang 37,2 dan paling rendah adalah mioma subserosa hanya 28
orang 32,6. Hasil yang sama pada suatu penelitian dimana mioma uteri Intramural adalah jenis yang paling sering pada seluruh kasus mioma uteri dengan
proporsi 54. Sedangkan penelitian yang dilakukan di Rsud Dr. Moewardi Surakarta Bulan Januari-Juni 2008 menunjukkan bahwa jenis mioma uteri
terbanyak pada mioma uteri submukosa, sebanyak 21 kasus 36,20, dilanjutkan mioma uteri subserosa sebanyak 16 kasus 27,59, dan mioma uteri intramural
sebanyak 14 kasus 24,14.
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh maka dapat ditarik kesimpulan seperti berikut :
1. Penderita mioma uteri berdasarkan kelompok umur tertinggi adalah
kelompok usia 40-49 tahun. Jadi, perempuan yang berada dalam usia reproduktif lambat mempunyai resiko tertinggi untuk terkena tumor
jinak uteri ini 2.
Penderita yang mempunyai riwayat menarche normal 11-16 tahun mempunyai resiko lebih tinggi untuk terkena mioma uteri
3. Penderita yang melahirkan lebih daripada 1 anak multipara berisiko
tinggi untuk terkena leiomioma 4.
Jenis mioma Intramural adalah mayoritas ditemui pada penderita
6.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa saran daripada peneliti sendiri :
1. Pasien yang pernah mempunyai riwayat paritas yang tinggi harus
memastikan pasca persalinan memeriksa keadaan dalam uterus secara rutin di rumah sakit yang berdekatan.
2. Penelitian selanjutnya mengenai mioma uteri sebaiknya dilakukan dengan
jumlah sampel yang lebih dan mengambil data daripada beberapa rumah sakit di Medan untuk validitas hasilnya.
3. Instalasi Rekam Medik RSUP Haji Adam Malik harus memastikan data
yang diperlukan untuk penelitian harus tersedia dengan infromasi yang telah dikemaskini.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mioma Uteri
2.1.1 Definisi
a. Mioma uteri ataupun dikenali sebagai fibromioma uteri, leiomioma uteri
dan uterine fibroid dalam dunia kedokteraan merupakan tumor jinak yang strukturnya utama adalah otot pols rahim Anwar, 2011.
b. Mioma uteri adalah tumor non kanker yang tumbuh di dalam jaringan
otot rahim myoma.co.uk. c.
Mioma uteri adalah neoplasma jinak jaringan lunak yang timbul dari otot polos. Mereka pertama kali dijelaskan oleh Virchow pada tahun
1854. Bentuk herediter yang menyebabkan beberapa mioma uteri awalnya dicatakan oleh Kloepfer et al pada tahun 1958. Penyakit ini
dapat mengembang dengan kehadiran otot polos Horner, 2006.
2.1.2 Etiologi
Faktor-faktor pnyebab mioma uteri belum diketahui namun terdapat 2 teori: a.
Teori Stimulasi Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi:
1. Mioma uteri tumbuh lebih cepat pada masa hamil.
2. Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum menarche.
3. Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause.
4. Hiperplasia endometrium ditemukan bersama dengan mioma uteri.
b. Teori Cellnest
Terjadinya mioma uteri tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus
oleh estrogen Bieber, 2006.
2.1.3 Epidemiologi
Mioma uteri sering ditemukan pada wanita usia reproduktif sebanyak 20 - 25. Pada usia melebihi 35 tahun insidensi mioma uteri lebih
tinggi. Menurut penelitian yang dilakukan di Amerika Syarikat, 3-9 kali lebih banyak pada ras kuli berwarna dibandingkan dengan ras berkulit
putih. Selama 5 dekade, ditemukan 50 kasus mioma uteri terjadi pada ras kulit berwarna. Namun di Afrika, wanita kulit putih sedikit sekali
menderita mioma uteri. Perbedaan Amerika dan Afrika dikaitkan dengan perbedaan pola hidup. Di Amerika Syarikat, dari 650.000 histerektomi
yang dilakukan per tahun, sebanyak 27 adalah disebabkan mioma uteri. Di Indonesia, mioma uteri ditemukan sebanyak 2,39-11.7 Ita
Rahmi, 2012.
2.1.4 Faktor Resiko
1. Umur
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27 wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma. Mioma uteri tidak pernah ditemukan
sebelum menarche. Setelah menopause kira-kira hanya 10 mioma uteri masih tumbuh.
2. Usia Menarche
Beberapa penelitian mengemukakan bahwa peningkatan pertumbuhan mioma uteri merupakan respon dari stimulus estrogen. Insidensi mioma
uteri meningkat signifikan pada wanita yang mengalami menarche sebelum umur 11 tahun. Paparan estrogen yang semakin lama akan
meningkatkan insidensi mioma uteri. Menarche dini 10 tahun ditemukan meningkatkan resiko relatif mioma uteri dan menarche yang
lambat 16 tahun menurunkan resiko relatif mioma uteri. 3.
Paritas Mioma uteri sering terjadi pada wanita nulipara atau wanita yang hanya
mempunyai 1 anak. Penelitian yang dilakukan oleh Parker menunjukkan bahwa semakin meningkat jumlah kehamilan akan menurunkan kejadian
mioma uteri. Suatu penelitian ditunjukkan bahwa resiko menurun hingga 70 pada wanita yang melahirkan 2 anak atau lebih.
4. Kehamilan
Meningkatnya vaskularisasi uterus ditambah dengan meningkatnya kadar estrogen sirkulasi sering menyebabkan pembesaran dan pelunakan
mioma. Jika pertumbuhan mioma terlalu cepat akan melebihi suplai darah sehingga terjadi perubahan degeneratif tumor ini. Hasil yang
paling serius adalah nekrobiosisdegenerasi merah. Pasien dapat mengeluh nyeri dan demam derajat rendah, biasanya pada kehamilan
sepuluh minggu kedua. Palpasi menunjukkan bahwa mioma sangat luak. 5.
Ras Di negara Amerika, prevalensi mioma uteri adalah 5-21. Kejadian
mioma uteri antara ras Africa-American adalah sebanyak 60 dan antara ras Caucasian adalah 40. Resiko ini tidak berhubungan dengan
faktor lain. Walaubagaimanapun, pada penelitian terbaru menunjukkan
yang ValVal genotype untuk enzim essensial kepada metabolisme estrogen, catechol-O-methyltransferase COMT ditemui sebanyak 47
pada wanita Afrika-Amerika berbanding hanya 19 pada wanita kulit putih. Wanita dengan genotype ini lebih rentan untuk menderita mioma
uteri. Ini menjelaskan mengapa prevalensi yang tinggi untuk menderita mioma uteri dikalangan wanita Afrika-Amerika lebih tinggi.
6. Riwayat keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri mempunyai peningkatan 2,5 kali kemungkinan resiko untuk
menderita mioma uteri dibanding dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri. Penderita mioma yang mempunyai riwayat
keluarga penderita mioma uteri mempunyai 2 kali lipat kekuatan ekspresi dari VEGF-
α a myoma-related growth factor dibandingkan dengan penderita mioma yang tidak mempunyai riwayat keluarga
penderita mioma uteri. 7.
Hormon endogen Endogenous Hormonal Mioma uteri sangat sedikit ditemukan pada spesimen yang diambil dari
hasil histerektomi wanita yang telah menopause, diterangkan bahwa hormon esterogen endogen pada wanita-wanita menopause pada kadar
yang rendah atau sedikit. Awal menarke usia di bawah 10 tahun dijumpai peningkatan resiko RR 1,24 dan menarke lewat usia setelah
16 tahun menurunkan resiko RR 0,68 untuk menderita mioma uteri. 8.
Berat badan Satu studi prospektif dijalankan dan dijumpai kemungkinan risiko
menderita mioma uteri adalah setinggi 21 untuk setiap kenaikan 10kg berat badan dan dengan peningkatan indeks massa tubuh. Temuan yang
sama juga turut dilaporkan untuk wanita dengan 30 kelebihan lemak tubuh. Ini terjadi kerana obesitas menyebabkan pemingkatan konversi
androgen adrenal kepada estrone dan menurunkan hormon sex-binding globulin. Hasilnya menyebabkan peningkatan estrogen secara biologikal
yang bisa menerangkan mengapa terjadi peningkatan prevalensi mioma uteri dan pertumbuhannya.
9. Diet
Ada studi yang mengaitkan dengan peningkatan terjadinya mioma uteri dengan pemakanan seperti daging sapi atau daging merah atau ham bisa
meningkatkan insidensi mioma uteri dan sayuran hijau bisa menurunkannya. Studi ini sangat sukar untuk diintepretasikan kerana
studi ini tidak menghitung nilai kalori dan pengambilan lemak tetapi sekadar informasi sahaja dan juga tidak diketahui dengan pasti apakah
vitamin, serat atau phytoestrogen berhubung dengan mioma uteri. 10.
Kebiasan merokok Merokok dapat mengurangi insidensi mioma uteri. Banyak faktor yang
bisa menurunkan bioavalibiltas hormon estrogen pada jaringan seperti: penurunan konversi androgen kepada estrone dengan penghambatan
enzim aromatase oleh nikotin Kurniasari, 2010.
2.1.5 Patogenesis
Penyebab mioma uteri tidak diketahui. Glukosa-6-fosfat menunjukkan bahwa masing-masing mioma individu unisellular berasal monoclonal.
Meskipun tidak ada bukti menunjukkan bahwa penyebab mioma adalah estrogen terlibat dalam pertumbuhan mioma. Mioma mengandung reseptor
estrogen dalam konsentrasi tinggi dari miometrium sekitarnya tetapi dalam konsentrasi lebih rendah dari endometrium. Progestrone meningkatkan
aktivitas mitosis dari mioma pada wanita muda. Progestrone memungkinkan untuk pembesaran tumor dengan penurunan apoptosis dalam tumor.
Estrogen dapat
berkontribusi untuk
pembesaran tumor
dengan meningkatkan produksi matriks ekstrasellular. Mioma bertambah besar
dengan terapi estrogen dan selama kehamilan. Ada spekulasi bahwa pertumbuhan mioma pada kehamilan berkaitan dengan sinergis estradiol
dan laktogen plasenta hPL. Biasanya ukuran akan menurun setelah menopause Alan DeCherney, 2006.
2.1.6 Patofisiologi
Mioma memiliki reseptor estrogen yang lebih banyak dibanding miometrium normal. Teori cellnest atau teori genitoblast membuktikan
dengan pemberian estrogen ternyata menimbulkan tumor fibromatosa yang berasal dari sel imatur. Mioma uteri terdiri dari otot polos dan jaringan yang
tersusun seperti konde diliputi pseudokapsul. Mioma uteri lebih sering ditemukan pada nulipara, faktor keturunan juga berperan. Perubahan
sekunder pada mioma uteri sebagian besar bersifat degeneratif karena berkurangnya aliran darah ke mioma uteri. Menurut letaknya, mioma terdiri
dari mioma submukosa,intramular dan subserosa. Lihat gambar 2.1 yang menunjukkan gambaran patofisiologi mioma uteri Stuti, 2011.