commit to user
menetapkan batas-batas yang tegas dan tidak memberi peluang yang besar kepada anak-anak untuk berbicara bermusyawarah. Ditambahkan pula oleh
Levin 1983 yang mengatakan bahwa orang tua dengan pola asuh otoriter adalah menggabungkan kontrol yang tinggi dengan memberikan tekanan
untuk patuh padanya. Orang tua tidak memberikan alasan pada anaknya atau tidak mendorongnya untuk memikirkan diri mereka sendiri.
Pola Asuh Otoriter mungkin menjadi overprotective menurut Berger 2004 mempunyai karakteristik, antara lain: adanya tuntutan dari orang tua,
kekuasaan dalam aturan, lingkungan yang membatasi, pengendalian dengan memberikan hukuman serta memimpin dengan kekuatan.
Kesimpulan dari berbagai pengertian diatas adalah bahwa pola asuh otoriter merupakan suatu bentuk pola pengasuhan orang tua dengan
menerapkan peraturan yang keras dan tegas tanpa kompromi dengan anak. Dalam hal ini, orang tua memegang kekuasaan tertinggi dalam menetapkan
keputusan serta kontrol yang tinggi dalam tindakan anak. Seorang anak tidak diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya sehubungan dengan
aturan yang telah ditetapkan oleh orang tua.
2. Karakteristik Pola Asuh Otoriter Berdasarkan Aspek-aspek Pola Asuh
Orang Tua
Kohn 1963 mengemukakan bahwa aspek-aspek dalam pola asuh orang tua antara lain pemberian disiplin, komunikasi, pemenuhan kebutuhan
dan pandangan terhadap remaja. Berikut ini akan dijelaskan mengenai karakteristik pola asuh otoriter yang didasarkan pada masing-masing aspek
commit to user
dalam pola asuh pada orang tua dari berbagai sumber yaitu Hurlock, 2002; Musen, 1984; Yusuf, 2009; Santrock, 2003; Ali Mohammad, 2008 yang
meliputi: a. Pemberian disiplin
Menurut Hurlock 2002 tujuan disiplin adalah membentuk perilaku sedemikian rupa hingga ia akan sesuai dengan peran-peran yang
ditetapkan kelompok budaya, tempat individu itu diidentifikasi. Hurlock 2002 menambahkan fungsi pokok disiplin adalah mengajar anak
menerima pengekangan yang diperlukan dan membantu mengarahkan energi anak ke dalam jalur yang berguna dan diterima secara sosial.
Pemberian disiplin secara otoriter menganut konsep negatif yang berarti pengendalian dengan kekuasaan luar, yang biasanya diterapkan secara
sembarangan, merupakan bentuk pengekangan melalui cara yang tidak disukai dan menyakitkan.
Menurut Hurlock 2002 unsur-unsur disiplin meliputi: 1 Peraturan dan hukum yang berfungsi sebagai pedoman yang baik bagi
penilaian yang baik. Hurlock 2002 mengatakan peraturan
membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan. Dalam disiplin otoriter,
orang tua
menetapkan peraturan-peraturan
dan memberitahukan anak untuk mematuhi peraturan tersebut. Orang tua
menetapkan peraturan tanpa adanya penjelasan mengapa anak harus patuh dan tidak adanya kesempatan bagi anak untuk megemukakan
pendapat terhadap penetapan keputusan.
commit to user
2 Hukuman bagi pelanggaran peraturan dan hukum. Hukuman yang berat dapat memberikan konsekuensi lain di samping pembatasan,
serta relatif menjadi kurang efektif dalam menghasilkan pengendalian perilaku dalam diri anak Musen, 1984. Dalam disiplin otoriter, jika
anak tidak mengikuti peraturan maka anak akan dihukum secara keras. Hal ini dianggap sebagai cara untuk mencegah pelanggaran
peraturan di masa mendatang. 3 Hadiah untuk perilaku yang baik atau usaha untuk berperilaku sosial
yang baik. Dalam disiplin otoriter, anak tidak perlu adanya hadiah jika anak telah mematuhi peraturan karena dianggap sebagai kewajiban
bagi anak untuk mematuhi. Pemberian hadiah juga dipandang dapat mendorong anak untuk mengharapkan imbalan untuk melakukan
sesuatu yang diwajibkan orang tua. b. Komunikasi
Yusuf 2009 mengungkapkan bahwa hubungan keluarga dimaknai sebagai proses pengalaman berinteraksi dan berkomunikasi dengan
lingkungan keluarga.
Komunikasi dalam
keluarga akan
sangat berpengaruh pada perkembangan anak sehingga diperlukan komunikasi
dua arah untuk . Orang tua yang bersifat authoritarian membuat batasan
dan kendali yang tegas terhadap remaja dan hanya melakukan sedikit komunikasi verbal Santrock, 2003. Musen 1983 mengemukakan bahwa
pola asuh otoriter mempunyai karakteristik terhalangnya komunikasi verbal antara orang tua dan anak.
commit to user
c. Pemenuhan Kebutuhan Keluarga dipandang sebagai instansi lembaga yang dapat
memenuhi kebutuhan insani manusiawi, terutama kebutuhan bagi pengembangan
kepribadian dan
perkembangan. Menurut
Ali Mohammad 2008 ada sejumlah faktor dari dalam keluarga yang sangat
dibutuhkan oleh anak dalam proses perkembangan sosialnya, yaitu kebutuhan rasa aman, dihargai, disayangi, diterima, dan kebebasan untuk
menyatakan diri. Rasa aman meliputi perasaan aman secara material dan mental. Perasaan secara material berarti pemenuhan kebutuhan pakaian,
makanan, dan sarana lain yang diperlukan sejauh tidak berlebihan dan tidak berada diluar kemampuan orang tua. Perasaan aman secara mental
berarti pemenuhan oleh orang tua berupa perlindungan emosional, menjauhkan ketegangan, membantu dalam menyelesaikan masalah yang
sedang dihadapi dan memberikan bantuan dalam menstabilkan emosinya. Pada pola asuh otoriter pemenuhan kebutuhan anak sangat jarang
terpenuhi, apalagi yang menyangkut pemenuhan secara mental. Seringkali orang tua lebih menunjukkan sikap menekan kebutuhan mental remaja
dengan memberikan
batasan-batasan tingkah
laku. Musen
1983 mengemukakan bahwa dalam pola asuh otoriter, orang tua menghalangi
harapan, permintaan serta kebutuhan anak. d. Pandangan terhadap Remaja
Orang tua melihat remaja mereka berubah dari seorang anak yang selalu menurut menjadi seorang yang tidak menurut, melawan, dan menentang
commit to user
standar-standar orang tua Santrock, 2002. Orang tua pun memandang remaja sebagai anak yang harus diatur oleh orang tua agar menjadi baik
dan harus patuh pada aturan yang telah ditetapkan oleh orang tua.
3. Pengaruh Pola Asuh Otoriter bagi Remaja