Pengaruh Pola Asuh Otoriter bagi Remaja

commit to user standar-standar orang tua Santrock, 2002. Orang tua pun memandang remaja sebagai anak yang harus diatur oleh orang tua agar menjadi baik dan harus patuh pada aturan yang telah ditetapkan oleh orang tua.

3. Pengaruh Pola Asuh Otoriter bagi Remaja

Menurut Yusuf 2009 pengaruh dari karakteristik ”Parenting Style” dengan sistem authoritarian mengahasilkan profil perilaku anak yang mudah tersinggung, penakut, pemurung, tidak bahagia, mudah terpengaruh, mudah stress, tidak mempunyai arah masa depan yang jelas serta tidak bersahabat. Latipun 2007 juga mengungkapkan hal yang sama bahwa anak yang dibesarkan dalam keluarga yang otoriter ini biasanya akan bersifat tenang, tidak melawan, tidak agresif dan mempunyai tingkah laku yang baik. Anak akan selalu berusaha menyesuaikan pendiriannya dengan kehendak orang lain yang berkuasa orang tua. Dengan demikian kreativitas anak akan berkurang, daya fantasinya kurang, dengan demikian mengurangi kemampuan anak untuk berpikiran abstrak. Ditambahkan oleh Gunarsa 1985 bahwa cara otoriter menimbulkan akibat hilangnya kebebasan pada anak. Inisiatif dan aktivitas-aktivitasnya menjadi ”tumpul”. Pengaruh dari sikap orang tua yang otoriter menurut Santrock 2003 seringkali menyebabkan remaja merasa cemas akan perbandingan sosial, tidak mampu memulai suatu kegiatan, dan memiliki kemampuan komunikasi yang rendah. Ali Mohammad 2008 menambahkan akibat dari pola asuh orang tua yang penuh dengan unjuk kuasa ini adalah timbul dan berkembangnya rasa takut yang berlebihan pada anak sehingga tidak berani commit to user mengambil inisiatif, tidak mengambil keputusan, dan tidak berani memutuskan pilihan teman yang dianggap sesuai.Menurut Susilowati 2007 mengakibatkan anak dan remaja cenderung tidak terlibat dalam masalah perilaku dan menampilkan prestasi akademik yang baik di sekolah, tetapi mengakibatkan tingkat depresi tinggi, rasa percaya diri dan kemampuan sosial yang rendah. Berbeda halnya dengan Ali Mohammad 2008 yang menyatakan bahwa dengan cara otoriter, ditambah dengan sikap keras, menghukum, mengancam akan menjadikan anak patuh di hadapan orang tua tetapi dibelakangnya ia akan memperlihatkan reaksi-reaksi menentang atau melawan karena merasa dipaksa, misalnya saja perilaku-perilaku menyimpang pada remaja. Hardjana 1994 mengungkapkan dampak negatif yang mendatangkan stres menuntut sumber daya orang yang terkena stres untuk mengatasinya. Sumber daya yang terbatas tidak selalu mencukupi untuk mengatasi stres. Dampak stres yang tidak mampu dihadapi dengan sumber daya yang ada, bisa mengenai sistem biologis; sistem psikologis seperti mengganggu rasa aman, merendahkan harga diri, dan mengurangi percaya diri; serta sistem sosial seperti menjauhkan diri dari sesamanya. Lain halnya dengan Mirowsky Catherine 2003 yang menyatakan hal berbeda, bahwa distres merupakan suatu masalah bagi seseorang yang menderita seperti perilaku antisosial, minum-minuman keras, menggunakan narkoba. Dengan demikian, distres commit to user dimanifestasikan dalam berbagai bentuk sebagai dampak dari penerapan pola asuh otoriter.

C. Hubungan antara Penerapan Pola Asuh Otoriter pada Oang Tua dengan Distres pada Remaja