BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mata pelajaran IPA hingga saat ini masih menjadi momok bagi siswa. Selain materinya kompleks juga banyak mengandung konsep abstrak. Guru
sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar mengajar harus mampu memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk mempelajari berbagai hal di sekitarnya.
Seperti kita ketahui bahwa anak usia sekolah dasar memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias yang kuat terhadap segala sesuatu serta memliki sikap berpetualang
serta minat yang kuat untuk mengobservasi lingkungan. Didasarkan pada teori Piaget dalam Wasty Soemanto 2003:133 bahwa ”...pada tahap operasi konkret
anak telah dapat mengetahui simbol-simbol matematis, tetapi belum dapat menghadapi hal-hal yang abstrak...”. Hal ini yang menyebabkan anak memiliki
sikap petualang yang kuat. Pada tahap operasi konkret ini usia anak berkisar antara 6-11 tahun. Usia anak kelas II SD pada umumnya adalah 7 tahun, sehingga
masih tergolong pada tahap operasi konkret. Perlu adanya usaha yang dilakukan agar pendidikan IPA yang ada
sekarang ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan awal yang akan dicapai, karena kita tahu bahwa pendidikan IPA tidak hanya pada teori-teori yang ada
namun juga menyangkut pada kepribadian dan sikap ilmiah dari peserta didik. Untuk itu maka kepribadian dan sikap ilmiah perlu ditumbuhkan agar menjadi
manusia yang sesuai dari tujuan pendidikan. Pada pembelajaran IPA khususnya di kelas II semester 2 terdapat 2
Standar Kompetensi,salah satunya yaitu “Mengenal berbagai sumber energi yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan kegunaannya”. Dari setiap
kajian inti Standar Kompetensi tersebut dilaksanakan dalam 10 kali pertemuan.
Berdasarkan hasil observasi, angket dan wawancara yang peneliti lakukan diperoleh kesimpulan bahwa motivasi belajar siswa rendah pada
pembelajaran IPA khususnya pada Standar Kompetensi “Mengenal berbagai sumber energi yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan
kegunaannya”. Hasil observasi dan angket dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Hasil Observasi dan Angket Motivasi Belajar IPA sebelum tindakan
No. Skala
Kategori Jumlah siswa
Persentase 1.
00 – 08 Sangat Rendah SR
5 22,73
2. 09 – 16
Rendah R 7
31,82 3.
17 – 24 Cukup C
3 13,64
4. 25 – 32
Tinggi T 7
31,82 Berdasarkan data pada tabel 1 dapat diketahui bahwa hanya 31,82
siswa yang memiliki motivasi tinggi dan 69,18 masih dalam kategori motivasi rendah. Rendahnya motivasi belajar IPA dikarenakan :
1. Guru tidak menggunakan media benda nyata, padahal tahap berpikir anak
kelas II SD baru mencapai pada tahap operasional konkret sehingga mereka sulit untuk berpikir secara abstrak.
2. Siswa dijadikan objek seperti gelas yang diisi air sampai tumpah walau
sudah penuh dan tidak mampu menampung lagi. Artinya siswa dipaksa menerima seluruh informasi tanpa diberikan kesempatan untuk melakukan
pengendapan dan tidak diberi kesempatan untuk merefleksi secara logis dan kritis.
3. Guru selalu mendominasi proses pembelajaran dengan menggunakan
metode ceramah sehingga kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif dan kreatif dalam menyerap ide-ide dan mempertajam gagasannya.
4. Komunikasi pembelajaran hanya satu arah, kurang adanya interaksi timbal
balik antara guru dengan siswa dan antara siswa itu sendiri. 5.
Siswa cenderung hanya sebagai audien yang kegiatannya 3DM Datang, Duduk, Diam dan Mendengarkan sehingga membuat siswa merasa jenuh.
Motivasi adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan, dan memberikan arah kegiatan belajar
sehingga diharapkan tujuan tercapai Sardiman AM, 2006: 102. Motivasi inilah yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan.
Dengan motivasi, pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan insiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.
Untuk mengatasi rendahnya motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA salah satunya adalah dengan menerapakan model pembelajaran Contextual
Teaching and Learning CTL. Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning CTL merupakan model pembelajaran yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning CTL memilki kelebihan di antaranya, pertama pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil,
artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Kedua pembelajaran lebih produktif
dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning CTL menganut aliran
konstruktivisme, yang menganggap siswa dapat menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa
diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”. Konstribusi model pembelajaran Contextual Teaching and Learning
CTL terhadap peningkatan motivasi belajar IPA adalah ketika para siswa menyusun proyek atau menemukan permasalahan yang menarik, ketika mereka
membuat pilihan dan menerima tanggung jawab, mencari informasi dan menarik kesimpulan, ketika mereka secara aktif memilih, menyusun, mengatur,
menyentuh, merencanakan, menyelidiki, mempertanyakan dan membuat keputusan, ketika mereka mengaitkan isi akademis dengan konteks dalam situasi
kehidupan, dan dengan cara ini mereka menemukan makna. Sesuai dengan
pendapat Yetti Ellyana 2009:3 yang menyatakan bahwa, “Penerapan pembelajaran kontekstual akan sangat membantu guru untuk menghubungkan
materi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa untuk membentuk hubungan antara pengetahuan dan mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehai-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat”. Beradasarkan faktor-faktor di atas, penerapan model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning CTL ditengarai dapat meningkatkan motivasi belajar IPA khususnya Standar Kompetensi: Mengenal berbagai sumber
energi yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan kegunaannya. Untuk itulah perlu dilaksanakan penelitian dengan judul “Penerapan Model
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning CTL untuk Meningkatkan Motivasi Belajar IPA Siswa Kelas II SD Negeri 02 Gambirmanis Kecamatan
Pracimantoro Kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran 20092010”.
B. Perumusan Masalah