2.3.4 Sukrosa
Di dalam kultur jaringan eksplan atau planlet tidak berfotosintesis sehingga bahan fotosintesis diberikan berupa sukrosa. Dengan demikian banyak
bahan organik yang perlu ditambahkan ke dalam media untuk mendukung pertumbuhan yang optimal. Karbohidrat terutama gula merupakan komponen
yang selalu ada dalam media tumbuh, kecuali dalam media untuk tujuan khusus. Gula merupakan bagian terpenting dari medium. Sebagian besar kultur tanaman
tidak dapat berfotosintesis secara efektif karena ketidakmampuan dalam pengembangan sel dan jaringan, kekurangan klorofil, pertukaran CO
2
yang terbatas dalam jaringan dan cahaya yang lebih rendah dibandingkan dengan
keadaan optimum Robert dan Dennis, 2004, sehingga dalam media perlu ditambahkan gula sebagai penghasil energi. Gula bukan saja sebagai penghasil
energi tetapi juga untuk pembentukan metabolit sekunder yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu menurut George and
Sherington 1984 pengaruh nitrat dan ammonium tergantung konsentrasi sukrosa dan pengaruh pengaruh sitokinin dalam pembelahan sel juga tergantung dari
ketersediaan gula. Sukrosa merupakan gula yang sering digunakan sebagai penghasil energi
dalam media kultur jaringan. Konsentrasi sukrosa 20-60 gl disakarida yang dibuat dari glukosa dan fruktosa adalah sebagian besar digunakan sebagai
penghasil energi karena gula ini ditransport dan disintesis secara alami dalam tanaman Trigiano dan Gray, 2004. Sukrosa dalam media dihidrolisis menjadi
monosakarida selama masa kultur, hidrolisa terjadi karena aktivitas enzim invertase yang terdapat dalam dinding sel dan paling efektif pada pH rendah
Winata, 1992. Sukrosa adalah yang paling baik lalu glukosa, maltosa dan rafinosa. Fruktosa dan galaktosa kurang efektif, sedangkan laktosa dan manosa
adalah karbohidrat yang paling tidak efektif. Konsentrasi gula tergantung tipe dan umur eksplan dalam kultur Trigiano dan Gray, 2004.
Selain sebagai penghasil energi, gula juga berfungsi sebagai penghasil tekanan osmotik media. Kontribusi nutrisi garam berkisar antara 20-50 untuk
potensi osmotikum media dan sukrosa memberi kontribusi sisanya. Kontribusi sukrosa untuk meningkatkan tekanan osmotik yaitu sukrosa dihidrolisis ke dalam
glukosa dan fruktosa selama outoklaf Trigiano dan Gray, 2004. Menurut George dan Sherington 1984, sukrosa memberikan
pengaruh yang besar terhadap potensial asmotik media, pada media White 45 bagian dari potensial osmotik
disebabkan oleh sukrosa sedangkan media MS hanya 25 bagian dari potensial osmotik media disebabkan oleh sukrosa.
Dalam penyimpanan in vitro ubi jalar dengan perlakuan retardan, sukrosa yang ditambahkan sebesar 5 atau 10 gl Sunarlim, 2001, sedangkan
penyimpanan ubi jalar dengan perlakuan kombinasi aspirin dan air kelapa, konsentrasi sukrosa yang digunakan adalah 30 gl Wattimena et al, 2003.
Konsentrasi sukrosa 30 gl juga ditemui pada penyimpanan in vitro panili
Seswita et al, 2003, penyimpanan in vitro daun dewa Lestari dan Purnamaningsih, 2005 dan penyimpanan in vitro temu lawak Syahid, 2007.
2.3.5 Agar-Agar