u s in g 95.0 co n fid e n ce

19 3 2 1 -1 140 120 100 80 60 40 20 L am b d a

0.08 u s in g 95.0 co n fid e n ce

Es t im ate 0.08 L o w e r CL 0.06 Up p e r CL 0.09 Ro u n d e d V alu e Gambar 9. Transformasi Box-Cox untuk PM 10 Gambar 10. Diagram kotak garis logaritma konsentrasi PM 10 di setiap SUF pada bulan Januari sampai Desember 2002 b. Pola Kecenderungan Rataan konsentrasi PM 10 per Bulan dengan Jam Pola sebaran rataan konsentrasi PM 10 selama 24 jam di lima SUF pada bulan Januari sampai Desember 2002 disajikan pada Gambar 11. Secara umum pola kecenderungan konsentrasi PM 10 dengan jam pada setiap SUF tampak mirip, yaitu mempunyai 2 puncak yang terdapat pada jam 8 dan jam 18. Kedua waktu puncak tersebut terutama disebabkan oleh rutinitas transportasi yang berhubungan dengan waktu berangkat kerja dan pulang kerja. Rataan konsentrasi PM 10 tertinggi beragam antar jam, pada pagi hari antara jam 1 sampai jam 11, rataan tertinggi 20 terdapat pada SUF-4, akan tetapi antara jam 15 sampai jam 19 di bulan Juni sampai Oktober 2002, rataan tertinggi terdapat pada SUF-2. J A N U A R I 240 160 80 P E B R U A R I 240 160 80 M A R E T 240 160 80 J U L I 240 160 80 A G U S T U S 240 160 80 S E P T E M B E R 240 160 80 A P R I L 240 160 80 M E I 240 160 80 J A M J U N I 24 18 12 6 1 240 160 80 O K T O B E R 240 160 80 N O P E M B E R 240 160 80 J A M D E S E M B E R 24 18 12 6 1 240 160 80 SUF 3 4 5 1 2 Gambar 11. Plot antara rataan konsentrasi PM 10 per bulan dengan jam di setiap SUF pada Januari- Desember 2002 Rataan konsentrasi PM 10 antar bulan beragam, pada bulan Januari, Pebruari, Maret, dan Desember relatif lebih rendah dibandingkan dengan rataan di bulan lainnya. Hal ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi pada bulan tersebut seperti dijelaskan pada subbab 2.5.1. butir d. Musim hujan menyebabkan partikel-partikel berukuran kecil mengalami proses penyisihan dari atmosfer melalui mekanisme deposisi basah dan kering sehingga konsentrasi PM 10 pada musim hujan mengalami penurunan Chamida, 2004. c. Plot Autokorelasi dan Plot Autokorelasi Parsial Plot ACF dan PACF untuk konsentrasi PM 10 disajikan pada Gambar 12. Setiap SUF mempunyai plot ACF dan PACF yang mirip. Pada plot ACF tampak nilai ACF yang turun lambat pada lag 24, 48, dan kelipatan 24 lainnya. Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh musiman dengan panjang musiman 24 jam. 21 Sedangkan pada plot PACF tampak nilai PACF yang nyata di lag 1, 2 dan sekitar lag 24. Nilai PACF yang nyata di sekitar lag 24 menunjukkan adanya pengaruh musiman. Dari plot ACF dan PACF ini diduga model deret waktu untuk konsentrasi PM 10 pada setiap SUF adalah autoregresif lag-2 atau disingkat AR2 dengan musiman 24 jam. L A G A C F 6 0 4 8 3 6 2 4 1 2 1 1 . 0 0 . 8 0 . 6 0 . 4 0 . 2 0 . 0 - 0 . 2 - 0 . 4 - 0 . 6 - 0 . 8 - 1 . 0 S U F -1 L A G P A C F 6 0 4 8 3 6 2 4 1 2 1 1 . 0 0 . 8 0 . 6 0 . 4 0 . 2 0 . 0 - 0 . 2 - 0 . 4 - 0 . 6 - 0 . 8 - 1 . 0 S U F -1 L A G A C F 6 0 4 8 3 6 2 4 1 2 1 S U F -2 L A G P A C F 6 0 4 8 3 6 2 4 1 2 1 1 . 0 0 . 8 0 . 6 0 . 4 0 . 2 0 . 0 - 0 . 2 - 0 . 4 - 0 . 6 - 0 . 8 - 1 . 0 S U F -2 L A G A C F 6 0 4 8 3 6 2 4 1 2 1 1 . 0 0 . 8 0 . 6 0 . 4 0 . 2 0 . 0 - 0 . 2 - 0 . 4 - 0 . 6 - 0 . 8 - 1 . 0 S U F -3 L A G P A C F 6 0 4 8 3 6 2 4 1 2 1 1 . 0 0 . 8 0 . 6 0 . 4 0 . 2 0 . 0 - 0 . 2 - 0 . 4 - 0 . 6 - 0 . 8 - 1 . 0 S U F -3 L A G A C F 6 0 4 8 3 6 2 4 1 2 1 1 . 0 0 . 8 0 . 6 0 . 4 0 . 2 0 . 0 - 0 . 2 - 0 . 4 - 0 . 6 - 0 . 8 - 1 . 0 S U F -4 L A G P A C F 6 0 4 8 3 6 2 4 1 2 1 1 . 0 0 . 8 0 . 6 0 . 4 0 . 2 0 . 0 - 0 . 2 - 0 . 4 - 0 . 6 - 0 . 8 - 1 . 0 S U F -4 L A G A C F 6 0 4 8 3 6 2 4 1 2 1 1 . 0 0 . 8 0 . 6 0 . 4 0 . 2 0 . 0 - 0 . 2 - 0 . 4 - 0 . 6 - 0 . 8 - 1 . 0 S U F -5 L A G P A C F 6 0 4 8 3 6 2 4 1 2 1 1 . 0 0 . 8 0 . 6 0 . 4 0 . 2 0 . 0 - 0 . 2 - 0 . 4 - 0 . 6 - 0 . 8 - 1 . 0 S U F -5 Gambar 12. Plot ACF dan PACF dari rataan konsentrasi PM 10 22

2.5.3. Pencemar Udara Ozon