2. DESKRIPSI DATA PENELITIAN
2.1. Pencemar Udara PM
10
dan Ozon
Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya agar dapat memberikan daya dukung bagi
mahkluk hidup untuk hidup secara optimal. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemar udara. Definisi pencemaran udara menurut
Peraturan Pemerintah No 41 tahun 1999, adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan
manusia, sehingga mutu udara turun hingga ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.
Sumber pencemaran udara berasal dari kejadian alami dan kegiatan manusia antropogenik. Sumber pencemaran yang berasal dari alam antara lain
kebakaran hutan, letusan gunung berapi, debu, dekomposisi biotik dan lain-lain. Sedangkan sumber pencemaran udara akibat aktivitas manusia secara kuantitatif
sering lebih besar, antara lain berasal dari kegiatan transportasi, industri, pemukiman, dan pengelolaan limbah sampah Soedomo, 2001
Kegiatan transportasi memberikan kontribusi sekitar 70 terhadap pencemaran udara di kota-kota besar. Faktor yang mempengaruhi tingginya
pencemar udara dari kendaraan bermotor adalah pesatnya pertambahan jumlah kendaraan bermotor, rendahnya kualitas bahan bakar minyak BBM dan masih
digunakannya jenis BBM mengandung Pb, penggunaan teknologi lama sistem pembakaran pada sebagian besar kendaraan bermotor di Indonesia, rendahnya
budaya perawatan kendaraan bermotor secara teratur, dan buruknya manajemen transportasi. Sektor industri merupakan penyumbang pencemaran udara terbesar
berikutnya setelah kendaraan bermotor, melalui penggunaan bahan bakar fosil untuk pembangkit tenaga KLH, 2002. Pada umumnya bahan pencemar udara
yang terdapat di daerah perkotaan adalah: SO
2
, NO
x
, O
3
, CO, HC, debu, dan Pb, serta bahan-bahan pencemar organik lainnya SARPEDAL KLH, 2003a.
Sepanjang tahun 2001-2003 pencemar udara yang paling dominan dengan konsentrasi maksimum pada jam-jam tertentu melebihi baku mutu udara ambien
di kota Surabaya adalah PM
10
diikuti O
3
, SO
2
, dan CO Din LH, 2002; Chamida, 2004.
8 Faktor meteorologis mempunyai peran yang sangat utama dalam
menentukan kualitas udara di suatu daerah. Dalam sistem pencemaran udara, intensitas emisi dari sumber pencemar akan masuk ke dalam atmosfer sebagai
medium penerima. Sedangkan atmosfer merupakan suatu medium yang sangat dinamik dan mempunyai kemampuan dalam menyebarkan, mengencerkan, dan
mendifusikan pencemar udara. Kemampuan atmosfer tersebut ditentukan oleh berbagai faktor meteorologi, seperti kecepatan angin, arah angin, kelembaban
udara, suhu udara, dan tekanan udara Soedomo, 2001 Partikulat debu dalam bentuk tersuspensi merupakan campuran yang
sangat rumit dari berbagai senyawa organik dan anorganik yang tersebar di udara dengan diameter yang sangat kecil, mulai kurang dari 1 mikron sampai dengan
maksimal 500 mikron. Partikulat debu berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang-layang di udara. Karena komposisi partikulat debu
udara yang rumit, dan pentingnya ukuran partikulat dalam menentukan dampaknya terhadap kesehatan, maka banyak istilah yang digunakan untuk
menyatakan partikulat debu di udara. Beberapa istilah yang digunakan mengacu pada metode pengambilan contoh udara antara lain SPM Suspended Particulate
Matter , TSP Total Suspended Particulate, dan balack smake. Istilah lainnya
mengacu pada tempat di saluran pernafasan dimana partikulat debu dapat mengendap, seperti inhalablethoracic particulate yang mengedap di bawah
pangkal tenggorokan. Istilah lainnya yang juga digunakan adalah PM
10
partikulat debu dengan ukuran diameter aerodinamik 10 mikron, yang mengacu pada
unsur fisiologi maupun metode pengambilan contoh. Pengaruh partikulat debu yang berada di udara terhadap kualitas
lingkungan sangat tergantung kepada ukurannya. Ukuran partikulat debu yang membahayakan kesehatan umumnya berkisar antara 0.1 mikron sampai dengan 10
mikron. Pada umumnya partikulat debu yang berukuran sekitar 5 mikron dapat langsung masuk kedalam paru-paru dan mengendap di alveoli. Sedangkan
partikulat yang lebih besar dari 5 mikron dapat mengganggu saluran pernafasan bagian atas dan menyebabkan iritasi. Selain itu partikulat debu yang melayang
dan berterbangan dibawa angin akan menyebabkan iritasi pada mata dan dapat menghalangi daya tembus pandang mata. Berdasarkan PP 41 tahun 1999 baku
9 mutu konsentrasi PM
10
yang masih diijinkan adalah tidak lebih dari 150 gm
3
untuk waktu pengukuran 24 jam SARPEDAL KLH, 2003b. Lapisan troposfer mengandung Ozon atau O
3
kira-kira hanya 10 dari seluruh kandungan Ozon yang ada di atmosfer. Ozon adalah komponen atmosfer
yang diproduksi oleh proses fotokimia, yaitu suatu proses kimia yang membutuhkan sinar matahari untuk mengoksidasi komponen-komponen yang tak
segera dioksidasi oleh oksigen. Senyawa yang terbentuk merupakan bahan pencemar sekunder yang diproduksi dari interaksi antara bahan pencemar primer
dengan sinar matahari. Hidrokarbon merupakan komponen yang berperan dalam produksi oksidan fotokimia. Reaksi ini juga melibatkan siklus fotolitik NO
2
. Polutan sekunder yang dihasilkan dari reaksi hidrokarbon dalam siklus ini adalah
Ozon dan Peroksiasetilnitrat PAN. Karena Ozon merupakan senyawa yang dominan dari oksidan fotokimia ini, yaitu mencakup kira-kira 98 volume, maka
hasil pemantauan udara ambien dinyatakan sebagai kadar Ozon. Soedomo, 2001 Ozon dapat ditemukan di setiap tempat dimana terdapat oksida nitrogen
dan hidrokarbon yang berinteraksi di bawah radiasi sinar matahari. Ozon
berbahaya bagi tumbuh-tumbuhan, karena dapat mengganggu proses fotosintesis.
Sedangkan dampak terhadap manusia dapat menyebabkan iritasi mata dan gangguan pernafasan. Berdasarkan PP 41 tahun 1999 baku mutu konsentrasi ozon
yang masih diijinkan adalah tidak lebih dari 235 gm
3
untuk waktu pengukuran 1 jam SARPEDAL KLH, 2003b.
2.2. Jaringan Pemantau Kualitas Udara Ambien di Kota Surabaya