IMPLIKASI KEBIJAKAN Tingkat Keberdayaan dan Strategi Pemberdayaan Konsumen
119 KB juga dapat secara langsung ikut memberdayakan konsumen di desa
dengan melaksanakan
penyuluhanpendidikan konsumen
kepada masyarakat. Model komunikasi untuk menyampaikan pesan pendidikan
konsumen adalah two step flow model, yang dikembanglan oleh Katz dan Paul Lazarsfeld, yakni tahap pertama dari sumber informasi ke pemuka
pendapat, semata-mata hanya merupakan pengalihan informasi, sedangkan tahap kedua, dari pemuka pendapat kepada pengikutnya merupakan
penyebarluasan pengaruh Lubis et al. 2010.
b
Pemanfaatan dana desa yang akan digulirkan oleh pemerintah sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
untuk tambahan insentif dengan adanya beban tugas baru yang diberikan kepada penyuluh KB dan para motivator konsumen
c
Pendampingan dan pemantauan oleh penyuluh KB terhadap motivator konsumen yang telah dilatih dalam melaksanakan pemberdayaan
konsumen.
Strategi khusus yang dapat diterapkan di kota adalah peningkatan kesadaran masyarakat untuk menjadi konsumen cerdas dan memahami pentingnya
pendidikan konsumen. Ketersediaan saranaprasarana di kota relatif sudah memadai, sehingga hal penting yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah
mendorong masyarakat untuk mengakses informasi-informasi terkait isu konsumen yang telah tersedia. Peningkatan kesadaran dapat dilakukan dengan
memasang baliho, spanduk, atau media lainnya yang isinya secara intensif menyadarkan masyarakat untuk menjadi konsumen cerdas. Hasil penelitian
mengindikasikan bahwa materi pendidikan konsumen yang diterima secara umum kurang jelas, sehingga perlu dipikirkan untuk mempermudah isi materi agar
pesan-pesan yang disampaikan dapat dipahami dengan mudah oleh sasaran. Tersedianya Klinik Konsumen Terpadu KKT dapat ditingkatkan jumlahnya dan
lokasinya dapat diinformasikan setiap minggu melalui media seperti radio atau koran lokal mencontoh layanan SIM dari Kepolisian RI. Klinik lapangan ini
dapat digunakan untuk melakukan pendidikan konsumen maupun untuk menampung pengaduan masyarakat yang mengalami ketidakpuasan ketika
berhadapan dengan pelaku usaha. Klinik ini juga dapat menerima aduan dan bukti produk yang tidak sesuai standar yang telah ditetapkan.
Adapun strategi generik pemberdayaan konsumen yang dapat diterapkan baik di kabupaten maupun kota adalah :
1
Pendayagunaan telepon genggam untuk sosialisasi tentang pendidikan dan perlindungan konsumen. Kementerian Perdagangan bekerjasama dengan
Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia membangun komitmen bersama dalam rangka optimalisasi fungsi internetmedia sosial untuk
pendidikan konsumen, khususnya dengan memanfaatkan telepon genggam. Pemerintah maupun lembaga-lembaga perlindungan konsumen dapat
memanfaatkan internet dan berbagai jejaring sosial didalamnya untuk berbagi informasi kepada konsumen. Internet dapat diakses sewaktu-waktu
menggunakan telepon genggam, sehingga memungkinkan jangkauan pendidikan konsumen hingga ke seluruh wilayah Indonesia. Media sosial
berperan dalam pembentukan kelompok dan aksi kelompok, tanpa
120 pembatasan waktu dan biaya yang menjadi penghalang organisasi dan
institusi tradisional. Sosial media memungkinkan konsumen terhubung untuk berbagi pengalaman, memberikan masukan dan memaksa pelaku usaha untuk
memenuhi janjinya, bahkan mengatur internet, agar menjadi saluran utama untuk informasi konsumen. Internet memberdayakan masyarakat dengan
memberikan akses cepat terhadap informasi yang dibutuhkan, dan kekuatan bertindak secara kolektif ketika diinginkan. Penyebaran akses mobile internet
akan semakin memperkuat hal ini European Commission 2012.
2
Pengayaan materi pendidikan konsumen dalam bahan ajar. Berbagai tema dalam pelaksanaan pendidikan konsumen perlu dirancang sedemikian rupa
yang disesuaikan dengan kebutuhan, pendidikan maupun kondisi sosial ekonomi konsumen di kabupaten dan kota. Langkah-langkah yang dapat
dilakukan oleh pemerintah adalah :
a
Penyusunan kurikulum dan modul lengkap pendidikan konsumen dilakukan untuk dapat digunakan dalam pendidikan formal maupun non
formal. Contoh materi pendidikan konsumen yang dapat diberikan untuk pengayaan bahan ajar dan telah diperluas lingkupnya adalah : 1 hak
dan kewajiban konsumen, 2 UU yang relevan, badan dan organisasi perlindungan konsumen, 3 pengajuan komplain dan advokasi
konsumen, 4 mengenal praktik-praktik tidak adil pelaku usaha, 5 pengetahuan dan keterampilan membaca label produk, 6 pengetahuan
tentang barang, 7 pengetahuan dan keputusan pembelian, 8 aku cinta produk dalam negeri, 9 pemahaman tentang iklan menyesatkan, 10
produk berbahaya, dan 11 hak dan kewajiban pelaku usaha.
b
Integrasi materi pendidikan konsumen dalam mata pelajaran di sekolah melalui koordinasi Kementerian Perdagangan RI dengan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan RI. Untuk tingkat SD materi pendidikan konsumen dapat disisipkan dalam mata pelajaran Pengantar Lingkungan
Hidup PLH, Bahasa Indonesia dan Ilmu Pengetahuan Sosial; untuk SMP, disisipkan dalam pelajaran Bahasa Indonesia dan Ilmu
Pengetahuan Sosial dan untuk SMA dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, Ilmu pengetahuan Sosial dan Ekonomi. Kementerian
Perdagangan RI dapat bekerjasama dengan sekolah untuk mewajibkan siswa menyimak isu-isu konsumen melalui radiotelevisi yang disiarkan
secara periodik misalnya setiap akhir bulan. Rekaman ini dapat dibahas juga di kelas untuk lebih memberikan wawasan kepada siswa agar
menjadi konsumen cerdas. Jika hal ini dapat dilaksanakan, percepatan pencerdasan konsumen berusia muda yang jumlahnya sangat besar akan
lebih mudah terwujud.
3
Sosialisasi dan fasilitasi perlindungan konsumen. Strategi ini diperlukan karena hasil penelitian menunjukkan masih rendahnya ketegasan konsumen
khususnya dalam melakukan pengaduan. Masih banyak konsumen yang tidak mengetahui kemana harus melakukan pengaduan atau tidak mau melakukan
pengaduan karena biaya dan rumitnya prosedur yang harus dilalui.
a
Perlu alokasi bantuan pembiayaan bagi advokat konsumen yang mewakili kepentingan konsumen, karena banyak konsumen malas mengadukan
komplain, karena menganggap hanya menghabiskan uang dan waktu saja, sehingga perlu difasilitasi dengan bantuan advokasi gratis dari pemerintah.
121
b
Penyediaan layanan pengaduan online selama 24 jam dan bebas pulsa untuk mempermudah akses masyarakat. Layanan ini harus disosialisasikan
seluas-luasnya agar masyarakat tahu kemana harus mengadu ketika mengalami ketidakpuasan.
c
Pemerintah perlu mensosialisasikan tatacara penyampaian komplain dan ganti rugi, serta bantuan advokasi kepada masyarakat baik melalui media
cetak maupun media elektronik. Dapat juga dijajaki peluang bekerjasama dengan pelaku usaha untuk pencantuman informasi pengajuan komplain
konsumen selain ke pelaku usaha
d
BPSK sebagai lembaga penyelesaikan sengketa konsumen harus berada di lokasi yang strategis dan mudah dijangkau oleh masyarakat, serta birokrasi
pengaduan yang relatif sederhana, cepat dan mudah
Upaya pemberdayaan konsumen tidak hanya dilakukan oleh pemerintah dan lembaga-lembaga perlindungan konsumen saja, namun diperlukan keterlibatan
pelaku usaha dan konsumen. Hal ini diperlukan pula untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kontra prestasi pada pelaku usaha seiring dengan semakin
berdayanya konsumen. Seharusnya semakin berdaya konsumen, akan memberikan dampak iring positif kepada dunia usaha karena akan terjadi persaingan yang
positif melalui peningkatan kualitas produk dan pelayanan konsumen :
1
Peningkatan peran pelaku usaha dalam memberdayakan konsumen. Hal ini diperlukan karena berdasarkan hasil temuan masih banyak praktik-praktik
tidak adil pelaku usaha yang dialami konsumen dan pemenuhan hak konsumen yang paling lemah adalah pada hak didengar pendapat dan
keluhannya atas ketidakpuasan terhadap makanan kemasan yang dibeli. Untuk itu, pelaku usaha harus ditingkatkan perannya agar secara sadar ikut
melindungi konsumen, meskipun dalam hal ini pemerintah juga perlu bertindak tegas dalam menindak pelaku usaha yang melanggar kewajibannya,
yakni khususnya dalam memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang danatau jasa dan memberi kompensasi,
ganti rugi danatau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang danatau jasa yang diperdagangkan; memberi
kompensasi, ganti rugi danatau penggantian apabila barang danatau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian. Langkah-
langkah yang dapat dilakukan adalah :
a
Pelibatan pelaku usaha dalam pemberdayaan konsumen untuk meminimalisasi berbagai praktik yang merugikan konsumen. Menurut
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, informasi yang disampaikan pelaku usaha kepada konsumen atas barang
dan atau jasa yang ditawarkan harus lengkap, benar, jelas, dan jujur. Penyampaian informasi yang lengkap, benar, jelas, dan jujur merupakan
salah satu kewajiban pelaku usaha, sebaliknya kewajiban pelaku usaha tersebut merupakan hak konsumen Samsul 2006. Hal ini dapat dilakukan
oleh Kementerian Perdagangan RI dan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Disperindag pada level kabupatenkota bekerjasama
dengan berbagai organisasi pelaku usaha seperti Kadin Kamar Dagang dan Industri, GAPMMI Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman
Seluruh Indonesia, APINDO Asosiasi Pengusaha Indonesia, HIPMI
122
Himpunan Pengusaha Muda Indonesia, Asosiasi Pengusaha Ritel
Indonesia APRINDO, IWAPI Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia, ataupun Ikatan Pengusaha Muda Indonesia IPMI
b
Pelaku usaha dapat berperan sebagai aktor dalam kegiatan pendidikan konsumen. Hal ini dapat terwujud misalnya dengan adanya regulasi
pemerintah bahwa di setiap akhir iklan produk, harus diselipkan pesan konsumen cerdas seperti “teliti sebelum membeli,” “perhatikan label,”
“cintai produk Indonesia,” “perhatikan aturan pemakaian, dan lain-lain.
c
Pelaku usaha dapat juga membantu konsumen dalam mencari informasi tentang produkjasa yang dijual sehingga konsumen dapat melakukan
perbandingan produk. Contohnya dengan menyediakan layanan bantuan di website yang memberikan informasi generik tentang produk termasuk
harga, fungsi, ukuran dan sebagainya; kemana harus komplain; ataupun pengenalan terhadap pusat-pusat perbelanjaan. Komunikasi dan upaya
penyediaan informasi oleh pelaku usaha dapat berdampak dalam mengubah pengetahuan, membentuk sikap, dan mengarahkan pengambilan
keputusan konsumen Verbeke 2008.
d
Pelaku usaha wajib mencantumkan customer carelayanan konsumen pada setiap produknya, atau bahkan pemerintah dapat mewajibkannya menjadi
salah satu atribut yang harus tercantum dalam label kemasan karena atribut ini dapat mempermudah konsumen menyampaikan ketidakpuasannya.
2
Peningkatan kemandirian konsumen. Strategi ini disarankan karena keberdayaan konsumen tidak dapat dicapai hanya mengharapkan peran
pemerintah. Pendidikan konsumen secara informal dapat juga dilakukan pada tataran keluarga. Untuk itu, dalam memperkuat peran konsumen secara
mandiri beberapa hal yang dapat dilakukan adalah:
a
Konsumen meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan mengakses berbagai informasi tentang konsumen yang telah banyak
disediakan oleh pemerintah maupun lembaga-lembaga perlindungan konsumen. Dibutuhkan keterampilan seorang konsumen untuk memilah
produk yang aman dan sehat untuk dikonsumsi, karena meskipun ada lembaga yang menaungi konsumen, diperlukan kemandirian konsumen
untuk melindungi diri dan keluarganya.
b
Berdasarkan hasil temuan penelitian yang mengindikasikan masih rendahnya tingkat keberdayaan konsumen ibu rumah tangga, maka para
ibu harus meningkatkan dan mengaplikasikan keterampilannya sebagai konsumen, dalam kehidupan sehari-hari, agar menjadi pembeli dan
pemakai yang baik, dan menyampaikan segala keluhannya kepada pelaku usaha, meningkatkan pemahaman mengenai praktik yang tidak adil dan
hak konsumen, mencari informasi dari media atau lembaga perlindungan konsumen terkait produk-produk yang layak beredar dan dikonsumsi, lebih
teliti memeriksa label sebelum melakukan pembelian, dan melakukan pembelian sesuai kebutuhan.
c
Membangun rasa percaya diri konsumen dalam berhadapan dengan pelaku usaha. Tanpa rasa percaya diri, konsumen tidak akan mau memperjuang-
kan haknya. Istilah “konsumen adalah raja” harus terus dipertahankan agar pelaku usaha tidak melanggar hak-hak konsumen.
123 Strategi, program, sasaran dan aktor dalam pemberdayaan konsumen
disajikan pada Tabel 28. Tabel 28 Strategi, program, sasaran dan aktor dalam pemberdayaan konsumen
No Strategi
Program Sasaran
Aktor 1.
GENERIK
Kabupaten dan Desa
a. Pendayagunaan telepon genggam
untuk sosialisasi tentang
perlindungan konsumen
∙ Optimalisasi penyampaian informasi
melalui telepon genggam. Masyarakat
∙ Kementerian Perdagangan RI ∙ Kementerian Komunikasi
dan Informatika RI ∙ YLKI
∙ LPKSM ∙ BPSK
∙ BPOM ∙ Dinas Perindustrian,
Perdagangan dan Koperasi b. Pengayaan materi
pendidikan konsumen dalam
bahan ajar ∙ Penyusunan kurikulum
dan modul lengkap pendidikan konsumen.
∙ Integrasi materi pendidikan konsumen
dalam mata pelajaran di sekolah
∙ Pelajar, mahasiswa, guru,
motivator konsumen
∙ Kementerian Perdagangan RI ∙ Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan RI.
c. Sosialisasi dan fasilitasi
perlindungan konsumen
∙ Alokasi bantuan pendanaan advokasi
∙ Layanan pengaduan online 24 jam bebas
pulsa ∙ Sosialisasi tatacara
komplain dan ganti rugi ∙ Akses mudah ke BPSK
∙ Masyarakat ∙ Kementerian Perdagangan RI
∙ YLKI ∙ LPKSM
∙ BPSK ∙ BPOM
∙ Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi
∙ LBH ∙ Pihak terkait lainnya
2.
Khusus Kabupaten:
a. Penyediaan sarana prasarana
komunikasi bermedia untuk
memfasilitasi pendidikan
konsumen secara massa kelompok
∙ Peningkatan jumlah materi siaran yang
sifatnya mendidik konsumen pada televisi
dan radio ∙ Masyarakat
Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi,
BPOM, YLKI, LPKSM, stasiun-stasiun TV dan radio
milik swasta maupun pemerintah
b. Pelibatan Penyuluh KB
dalam pemberdayaan
konsumen ∙ Pelatihan Penyuluh KB
untuk pemberdayaan konsumen
∙ Pemanfaatan dana desa untuk insentif
∙ Pendampingan dan pemantauan
∙ Kader posyandu posdaya
∙ PKK ∙ Organisasi dan
Tokoh Masyarakat
∙ Kementerian Perdagangan ∙ BKKBN
∙ Penyuluh KB
3.
Khusus Kota :
Peningkatan kesadaran
masyarakat terhadap pentingnya
pendidikan konsumen
∙ Peningkatan kesadaran menggunakan media
seperti baliho, spanduk, dan media lainnya
∙ Peningkatan jumlah dan akses Klinik Konsumen
Terpadu KKT ∙ Masyarakat
∙ Kementerian Perdagangan RI ∙ YLKI
∙ LPKSM ∙ BPSK
∙ BPOM ∙ Dinas Perindustrian,
Perdagangan dan Koperasi
124 Pelaksanaan pemberdayaan konsumen tidak dapat dilepaskan dari peran
berbagai pihak seperti pemerintah, lembaga-lembaga perlindungan konsumen, pelaku usaha dan konsumen sendiri Gambar 10. Pemerintah memberdayakan
konsumen melalui Kementerian Perdagangan RI dan dinas-dinas terkait, serta lembaga-lembaga perlindungan konsumen seperti BPSK, LPKSM, maupun
BPKN. Lembaga perlindungan konsumen non pemerintah misalnya adalah Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia YLKI. Para pelaku usaha melibatkan
berbagai organisasi seperti Kadin Kamar Dagang dan Industri, GAPMMI Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia, APINDO
Asosiasi Pengusaha Indonesia, HIPMI Himpunan Pengusaha Muda Indonesia, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia APRINDO, IWAPI Ikatan Wanita
Pengusaha Indonesia, ataupun Ikatan Pengusaha Muda Indonesia IPMI. Untuk menciptakan konsumen yang berdaya, tidak dapat diserahkan hanya kepada satu
pihak saja, namun kerjasama semua pihak mutlak diperlukan.
Gambar 10 Strategi pemberdayaan konsumen berdasarkan pihak-pihak yang
terlibat
125