24 Tabel 2
Ciri-ciri konsumen yang berdaya dan tidak berdaya berdasarkan kajian pustaka yang dituangkan dalam instrumen penelitian
Indikator Ciri konsumen
yang berdaya Ciri konsumen tidak
berdaya
1. Keterampilan Konsumen
a. Keterampilan Dasar
Terampil dalam membedakan harga dan teliti sebelum
membeli Kurang terampil dalam
menghitung harga produk yang lebih murah dan
langsung membeli tanpa mencermati dahulu produk
yang dibeli
b. Pemahaman tentang Label
Memahami butir-butir pada label kemasan
Kurang memahami dengan baik butir-butir pada label
kemasan c. Keterampilan
Membaca Label
Terampil membaca butir- butir pada label
Tidak semua butir label pada kemasan mampu
dibaca dengan baik
2. Pengalaman Praktek Tidak Adil dan Pemenuhan Hak Konsumen
a. Pengalaman
Praktek Tidak Adil
Jarang menemukan praktik- praktik penjualan produk yang
merugikan konsumen Ketika melakukan
pembelian sering menemukan produk yang
tidak memenuhi standar pada label, butir label tidak
lengkap, produk rusak tercemarcacat, iklan
menyesatkan dan mengelabui, dan praktik
penjualan lainnya yang merugikan konsumen
b. Pemenuhan
Hak Konsumen Terpenuhinya hak-hak
konsumen yang tertuang dalam Undang-Undang Perlindungan
Konsumen Hak-hak selaku konsumen
tidak terpenuhi dalam memperoleh informasi yang
jujur saat memilih, membeli, dan mengonsumsi
produk; didengar pendapat dan keluhannya serta
mendapat edukasi
3. Ketegasan Konsumen
a. Perbandingan Produk
Sebelum melakukan pembelian, terlebih dahulu melakukan
perbandingan harga Langsung membeli tanpa
melakukan perbandingan harga, misalnya dengan
mengunjungi toko-toko yang berbeda, atau bertanya
kepada keluargateman
b. Pemahaman tentang UU dan
Lembaga Perlindungan
Konsumen Mengetahui Undang-Undang
Perlindungan Konsumen dan lembaga perlindungan konsumen
seperti YLKI dan BPSK Tidak tahu adanya Undang-
Undang Perlindungan Konsumen dan lembaga
perlindungan konsumen yang ada di Indonesia
25
Indikator Ciri konsumen
yang berdaya Ciri konsumen tidak
berdaya c. Kecenderungan
untuk Bicara Mengingatkan orang lain untuk
memperhatikan label kemasan dan menceritakan pengalaman
buruk maupun baik dalam mengonsumsi makanan kemasan
Cenderung tidak peduli orang lain akan
memperhatikan label atau tidak dan tidak mau berbagi
pengalaman buruk ketika mengonsumsi sebuah
produk
d. Komplain dan Ganti Rugi
Mengajukan keluhan ketika mendapat pelayanan tidak
memuaskan pada saat berbelanja dan mendapat ganti rugi jika
produk yang dibeli tidak sesuai dengan yang dijanjikan
Ketika mengalami masalah dengan produk atau pelaku
usaha tidak mengajukan komplain atau ketika
mengajukan komplain tidak ditanggapi oleh pelaku
usaha
Disertasi ini dibagi menjadi lima penelitian, yakni : 1 Pengaruh
Karakteristik Demografi dan Kekosmopolitan terhadap Intensitas Pendidikan Konsumen; 2 Analisis Tingkat Keberdayaan Konsumen di Kabupaten dan Kota
Bogor; 3 Profil Keberdayaan Konsumen berdasarkan Perspektif Karakteristik Demografi dan Kekosmopolitan; 4 Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Keberdayaan Konsumen; dan 5 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tingkat Kesejahteraan Subjektif Konsumen. Pada bab selanjutnya disajikan pembahasan
umum sebagai sintesis dari kelima bagian penelitian, serta diakhiri dengan implikasi kebijakan yang berisi strategi pemberdayaan konsumen.
Kerangka konseptual dan empiris dari faktor-faktor yang memengaruhi keberdayaan dan kesejahteraan subjektif konsumen berdasarkan kajian pustaka
disajikan secara rinci pada Gambar 5 dan 6.
Hipotesis Penelitian
1 Terdapat perbedaan yang nyata karakteristik demografi, faktor lingkungan,
kekosmopolitan, intensitas pendidikan konsumen, keberdayaan konsumen dan kesejahteraan subjektif konsumen antara Kabupaten dan Kota Bogor
2 Karakteristik demografi dan kekosmopolitan berpengaruh nyata terhadap
intensitas pendidikan konsumen 3
Karakteristik demografi, faktor lingkungan, kekosmopolitan, dan intensitas pendidikan konsumen berpengaruh nyata baik langsung maupun tidak
langsung terhadap tingkat keberdayaan konsumen. 4
Karakteristik demografi, kekosmopolitan, faktor lingkungan, intensitas pendidikan konsumen, dan keberdayaan konsumen berpengaruh nyata
terhadap tingkat kesejahteraan subjektif konsumen Tabel 2 lanjutan
19
Karakteristik Konsumen - UU Perlindungan
Konsumen - Kebijakan pemerintah
- Kelembagaan Konsumen Karakteristik Lingkungan
Program Pemberdayaan
Konsumen :
Intensitas Pendidikan
Konsumen Keberberdayaan
Konsumen Kesejahteraan
Subjektif Konsumen
INPUT PROSES
OUTPUT OUTCOME
Gambar 5 Kerangka konseptual faktor-faktor yang memengaruhi keberdayaan dan kepuasan konsumen
STRATEGI PEMBERDAYAAN
KONSUMEN
SUMBER DAYA EKSTERNAL
SUMBER DAYA INTERNAL
Diteliti : Tidak Diteliti :
20
X1 Karakteristik Demografi
X1.1 Usia X1.2 Besar Keluarga
X1.3 Status Pekerjaan X1.4 Lokasi Geografis
X1.5 Tingkat Pendidikan X1.6 Pendapatan
Y2 Tingkat Keberberdayaan Konsumen
Y2.1 Keterampilan Konsumen :
Y2.1.1 Keterampilan Dasar Y2.1.2 Pemahaman tentang
Label Y2.1.3 Keterampilan
Membaca Label
Y2.2 Pengalaman Praktek Tidak Adil dan
Pemenuhan Hak Konsumen
Y2.2.1 Pengalaman Praktek Tidak Adil
Y2.2.2 Pemenuhan Hak Konsumen
Y2.3 Ketegasan Konsumen:
Y2.3.1 Perbandingan Produk Y2.3.2 Pemahaman tentang
Undang-Undang dan Lembaga
Perlindungan Konsumen
Y2.3.3 Kecenderungan untuk Bicara
Y2.3.4 Komplain dan ganti rugi
Y1 Intensitas Pendidikan Konsumen
Y1.1 Media pendidikan Y1.2 Frekuensi pendidikan
Y1.3 Materi pendidikan
X3 Faktor Lingkungan
X3.1 Ketersediaan Produk X3.2 Kelompok Rujukan
X3.3 Keterjangkauan Harga Produk
X2 Kekosmopolitan
Gambar 6 Kerangka empiris faktor-faktor yang memengaruhi keberdayaan dan kesejahteraan subjektif konsumen
Y3. Tingkat Kesejahteraan
Subjektif Konsumen
Y3.1 Pemenuhan kebutuhan
Y3.2 Konsumsi Y3.3 Pendidikan
konsumen Y3.4 Hak konsumen
Y3.5 Perlindungan konsumen
28
III. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KONSUMEN
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kabupaten dan Kota Bogor yang mencakup empat kecamatan. Untuk Kabupaten Bogor, kecamatan terpilih adalah Kecamatan
Cibungbulang mencakup Desa Ciaruteun Ilir 2512 kk dan Desa Cibatok 1 2200 kk, serta Kecamatan Ciomas mencakup Desa Laladon 2682 kk dan Desa
Ciomas 7528 kk. Untuk Kota Bogor, kecamatan terpilih adalah Kecamatan Bogor Selatan mencakup Kelurahan Bondongan 3257 kk dan Kelurahan
Empang 4094 kk, serta Kecamatan Bogor Timur mencakup Kelurahan Katulampa 6764 kk dan Kelurahan Baranangsiang 6532 kk BPS Kabupaten
Bogor 2011; BPS Kota Bogor 2011. Secara rinci, penentuan lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1.
Keberadaan mini marketswalayan di lokasi penelitian mengindikasikan penyebaran yang sudah mulai merata antara wilayah kabupaten dan kota,
meskipun untuk kota jumlahnya mencapai lima mini marketswalayan untuk satu kelurahan yakni di Kelurahan Baranangsiang. Untuk desa dan kelurahan lainnya
berkisar antara satu hingga empat buah, sedangkan untuk Desa Ciaruteun Ilir belum tersedia mini marketswalayan, yang baru ada hanya warungtoko. Jarak
rumah dengan supermarket atau minimarket terdekat dengan kategori dekat 100 m di lokasi kabupaten adalah 32.5 persen dan di kota 50.0 persen, terkategori
sedang 100-500 m di kabupaten adalah 10.0 persen dan di lokasi kota 33.8 persen, terkategori jauh 500 m di kabupaten adalah 57.5 persen dan di kota
16.2 persen.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Disperindag Kabupaten dan Kota Bogor, telah dilaksanakan berbagai
kegiatan sosialisasi perlindungan konsumen, hak konsumen, serta membentuk konsumen yang cerdas dan mandiri dalam keluarga dan masyarakat. Sasaran
kegiatan penyuluhan adalah siswa, pelaku usaha, guru dan orang tua. Kegiatan- kegiatan tersebut diantaranya bekerjasama dengan LPKSM, BPSK, Dinas
Kesehatan, IPB dan BPOM.
Pembelian Produk Makanan Kemasan
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat
memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen Kotler dan Amstrong 2008. Produk dipandang penting oleh konsumen sebagai dasar pengambilan keputusan
pembelian yang dapat berwujud fisik maupun jasa. Konsumen yang hendak memenuhi kebutuhan rasa lapar akan melakukan pembelian produk makanan.
Seiring dengan kemajuan teknologi, produk makanan kemasan semakin beredar di pasaran dengan mengutamakan kepraktisan bagi konsumen Soekarto 1990. Pada
penelitian ini, produk makanan kemasan dikelompokkan menjadi lima jenis berdasarkan makanan kemasan yang pernah dibeli oleh responden dalam tiga
bulan terakhir. Jenis makanan kemasan tersebut meliputi produk susu dan olahannya, makanan ringan, makanan kaleng, makanan bayi, dan produk mie
28
29 instan. Dari kelima kelompok makanan kemasan, ada tiga kelompok makanan
kemasan yang paling banyak dikonsumsi keluarga responden secara berturut-turut dari yang terbanyak, yakni produk mie instan, makanan ringan, serta produk susu
dan olahannya. Produk mie instan serta produk susu dan olahannya lebih banyak dikonsumsi oleh keluarga responden di kabupaten, sedangkan makanan ringan
lebih banyak dikonsumsi oleh keluarga responden di kota Tabel 3.
Tabel 3 Sebaran responden berdasarkan makanan kemasan yang pernah dibeli
dalam 3 bulan terakhir
No Jenis Makanan Kemasan
Kabupaten Kota
1.
Produk Susu dan olahannya 88.1
87.5
2.
Makanan ringan 88.1
92.5
3.
Makanan kaleng 41.9
41.3
4.
Makanan bayi 20.0
13.8
5.
Produk Mie Instan 99.4
97.5
Karakteristik Demografi
Rata-rata usia responden yang tinggal di kota 38.33 tahun lebih tua dibandingkan dengan responden yang tinggal di kabupaten 37.17 tahun
walaupun secara statistik tidak terdapat perbedaan yang nyata. Hasil uji beda nyata variabel usia dan variabel penelitian lainnya disajikan pada Lampiran 4.
Persentase tertinggi dari usia responden di kabupaten dan kota berada pada kategori dewasa awal 18-40 tahun Tabel 4. Menurut Sumarwan 2011,
kebutuhan akan berbeda sesuai dengan usia konsumen sejalan dengan peningkatan usia dan pengalaman hidup yang dimiliki, kebutuhan yang dirasakan
dan kepentingan yang diharapkan konsumen tentu akan berevolusi.
Berdasarkan data yang diperoleh, lebih dari separuh keluarga di kabupaten dan kota memiliki besar keluarga maksimum empat orang. Bila diklasifikasikan
menurut BKKBN, keluarga responden di kedua wilayah didominasi keluarga kecil. Perbedaan yang nyata tidak ditemukan pada besar keluarga responden di
wilayah kabupaten dengan kota. Konsumen melakukan interaksi dengan sekelilingnya termasuk keluarga Sumarwan 2011.
Status dari mayoritas responden baik di kabupaten maupun kota adalah tidak bekerja. Jenis pekerjaan yang paling banyak digeluti responden di kabupaten
adalah buruh dan pedagangwiraswasta dengan persentase yang hampir berimbang, sedangkan responden di kota paling banyak bekerja sebagai
pedagangwiraswasta.
Konsumen yang memiliki pendidikan yang lebih baik akan sangat responsif terhadap informasi sehingga dapat memengaruhi konsumen dalam memilih
produk maupun merek. Tingkat pendidikan responden di kabupaten paling banyak adalah tamatan SDsederajat, sedangkan tingkat pendidikan responden di kota
adalah tamat SMAsederajat Tabel 4. Hal ini menunjukkan, tingkat pendidikan responden di kota cenderung lebih tinggi dibandingkan di kabupaten. Berdasarkan
hasil uji beda, lama pendidikan responden di kabupaten dan kota terbukti memiliki perbedaan yang nyata. Perbedaan tingkat pendidikan akan menyebabkan
selera konsumen berbeda Sumarwan 2011.