1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Konsepsi merupakan pemahaman seseorang atas suatu konsep tertentu Linuwih, 2011. Konsepsi tersebut terbentuk dalam pikiran seseorang yang dan
dipengaruhi faktor eksternal dan internal melalui suatu proses pengkonstruksian. Konsepsi seseorang terkadang berbeda dengan konsepsi yang diyakini oleh para
ahli atau sering disebut konsepsi alternatif, sebaliknya konsepsi yang sesuai dengan konsepsi para ahli disebut konsepsi ilmiah Linuwih, 2011.
Konsepsi seseorang tidak mungkin diketahui secara langsung tanpa menggunakan suatu cara, karena letak konsepsi itu berada dalam pikiran
seseorang. Berdasarkan uraian tersebut cara yang digunakan harus mampu mengungkap konsepsi seseorang mengenai suatu konsep tertentu, sehingga
konsepsi terlihat secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu cara yang dapat digunakan yakni dengan memberikan suatu permasalahan dan seseorang
tersebut menyelesaikan permasalahan itu dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Teori belajar konstruktivisme merupakan teori belajar dimana pengetahuan
itu di bangun sedikit demi sedikit oleh siswa berdasarkan hasil interaksi terhadap lingkungan belajar Santyasa, 2007: 2. Pada teori ini siswa berperan aktif dalam
membangun pengetahuan bahkan mengubah pengetahuannya. Esensi dari teori konstruktivisme merupakan ide dimana siswa harus menemukan dan
mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi yang lain Wiyanto Yulianti, 2009: 37. Berdasarkan uraian di atas proses pembelajaran didesain
menjadi proses mengkonstruksi bukan sekedar menerima pengetahuan. Pengkontruksian pengetahuan bisa melalui dua proses yakni asimilasi atau
akomodasi, dimana asimilasi dan akomodasi merupakan suatu usaha siswa untuk menyempurnakan pengetahuan yang ada di benaknya. Pengetahuan awal yang
dimiliki siswa sering dinamakan prakonsepsi Santyasa, 2007: 2. Proses asimilasi terjadi ketika terdapat kesesuaian antara prakonsepsi siswa dengan pengalaman
baru, sedangkan akomodasi terjadi ketika adanya perbaikan ke arah yang lebih baik antara prakonsepsi siswa dengan pengalaman baru yang di alaminya.
Berdasarkan teori konstruktivisme peranan guru hanyalah sebagai mediator, fasilitator, dan pembimbing Santyasa, 2007: 2. Guru hanya
membimbing siswa agar pengetahuan yang diperoleh lebih sempurna dibandingkan sebelumnya menggunakan tangga yang efektif. Tangga yang
dipersiapkan oleh guru tersebut kemudian digunakan oleh siswa dalam memperoleh konsep yang lebih mendalam. Tangga yang dimaksud dapat
dianggap sebagai perantara atau media yang digunakan guru. Edgar Dale membuat jenjang media konkret menuju abstrak yakni
pengalaman langsung, observasi, partisipasi, demonstrasi, wisata, televisi, film, radio, visual, simbul visual, dan verbal yang sering disebut kerucut pengalaman
Edgar Dale. Menurut Semiawan, sebagaimana dikutip oleh Sukiniarti 2009, siswa mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai
dengan contoh-contoh konkret dan wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang
dihadapi. Kajian psikologis menyatakan bahwa siswa akan mudah mempelajari hal yang bersifat konkret dibandingkan dengan hal yang bersifat abstrak, sehingga
media yang lebih mendukung adalah media yang bersifat konkret Santyasa, 2007: 7.
Selain konsep yang diperoleh dalam pengkonstruksian, ada hal yang tidak kalah penting yakni keterampilan proses siswa ketika memperoleh konsep
tersebut. Kemampuan proses siswa tidak akan tumbuh dan terjadi secara otomatis melainkan perlu dilatih agar dapat berkembang dengan baik Sukiniarti, 2009.
Untuk itu selain dibutuhkan suatu media dalam mempelajari konsep dibutuhkan pula metode pembelajaran yang tepat. Permasalahan yang lebih penting adalah
bagaimana menerapkan suatu pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir, kemampuan untuk belajar, dan kemampuan lain yang
berguna dalam kehidupan, sehingga konsep dan keterampilan proses siswa dapat berkembang Wiyanto, 2008: 12. Pembelajaran yang dimaksud sebisa mungkin
meliputi semua segi kehidupan siswa sehingga dengan adanya pembelajaran tersebut siswa siap menjalani kehidupannya.
Kegiatan pembelajaran yang paling efektif salah satunya adalah pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif dalam pembelajaran Akinoglu,
2008. Pembelajaran yang efektif serta melibatkan siswa secara aktif salah satunya adalah dengan pendekatan inkuiri Pyle, 2008. Hal ini karena banyak
kemampuan proses yang terlibat dalam pembelajaran inkuiri Ango, 2002. Pendidikan sains berbasis inkuiri harus diterapkan untuk semua siswa Shaw
Nagashima, 2009. Menurut Witarsa 2011, inkuiri merupakan salah satu metode
pembelajaran yang menitikberatkan pada aktifitas dan pemberian pengalaman belajar secara langsung pada siswa salah satunya dengan praktikum.
Mekanika merupakan salah satu cabang fisika yang mempelajari tentang gerak dan menurut para fisikawan mekanika ditetapkan sebagai landasan cabang-
cabang fisika yang lain, sehingga mekanika harus dipahami oleh siswa sebelum mempelajari cabang-cabang fisika yang lain. Alasannya adalah gerak merupakan
konsep fisika yang mudah diamati. Mekanika menaruh perhatian pada penggambaran gerakan yang tanpa mempedulikan penyebabnya yakni gaya
kinematika dan penggambaran gerakan yang memperhatikan penyebabnya dinamika Tipler, 1991: 22.
Mengingat pentingnya mekanika, konsep mekanika dan keterampilan proses menemukan konsep mekanika harus dimiliki siswa. Hal ini membuat
pembelajaran fisika perlu mendapatkan perhatian yang lebih dari tingkat SD sampai perguruan tinggi agar konsep yang ada benar-benar dipahami Wirtha
Rapi, 2008. Berdasarkan uraian di atas diperlukan suatu media konkret yang dapat digunakan untuk mengungkap konsepsi siswa dan media tersebut dapat di
gunakan untuk penerapan pembelajaran inkuiri guna melihat keterampilan proses siswa terhadap konsep mekanika salah satunya yakni pada materi gaya gesek.
Salah satu media konkret yang dapat digunakan untuk menunjukkan fenomena mekanika yakni pada materi gaya gesek guna mengungkap konsepsi
siswa mengenai gaya gesek sekaligus di gunakan untuk pembelajaran inkuiri adalah bidang miring. Hal yang menarik pada bidang miring adalah ketika suatu
balok diletakkan pada bidang miring bisa terjadi salah satu keadaan di antara dua
keadaan yakni bergerak turun atau diam. Dari fenomena tersebut siswa diminta menjelaskan penyebab fenomena yang telah diamati secara langsung guna
mengetahui konsepsi siswa. Bidang miring juga dapat digunakan sebagai media praktikum mekanika pada materi gaya gesek sebagai penerapan pembelajaran
inkuiri, sehingga keterampilan proses siswa dapat terlihat. Berdasarkan hasil observasi awal di SMK BTB Juwana, SMK tersebut
belum memiliki media yang dapat digunakan untuk menunjukkan fenomena mekanika secara riil sehingga sering menggunakan metode ceramah dalam
mengajar. Hal ini karena fisika di SMK tersebut kurang begitu diperhatikan. Diketahui bahwa fisika sangat dekat dengan dunia teknik, karena meskipun fisika
tidak dimasukkan dalam ujian nasional namun konsep dan keterampilan proses tersebut akan dipakai ketika diterapkan dalam kenyataan sesuai bidangnya
sehingga dalam membelajarkan mekanika benar-benar harus diperhatikan. Melihat hal ini perlu adanya suatu pengukuran konsepsi siswa dan keterampilan
proses siswa SMK BTB menggunakan bidang miring yang sebelumnya belum pernah dilakukan.
1.2 Rumusan Masalah