Sistem Jaminan Keamanan Pangan HACCP

1. Kebijakan mutu Kebijakan mutu yaitu keseluruhan arah dari suatu perusahaan berkaitan dengan mutu yang secara formal dinyatakan manajemen puncak. Manajemen puncak harus memastikan bahwa kebijakan mutu sejalan dengan tujuan perusahaan, mencakup komitmen untuk memenuhi persyaratan sistem manajemen mutu secara kontinyu perbaikan dan efektivitasnya, memberikan kerangka kerja untuk menyusun dan mereview kebijakan mutu, dikomunikasikan dan dipahami oleh seluruh jajaran perusahaan, direview untuk kesinambungan kelayakannya, 2. Tujuan mutu Tujuan mutu yaitu sesuatu yang akan dicapai yang berkaitan dengan mutu, umumnya didasarkan kepada kebijakan mutu dan dispesifikasikan untuk fungsi-fungsi yang relevan dalam perusahaan 3. Rencana mutu Rencana mutu difokuskan untuk menyusun tujuan dan sasaran mutu serta melakukan spesifikasi proses-proses operasi penting dan sumberdaya yang diperlukan untuk memenuhi tujuan tersebut.

B. Jaminan Mutu

Jaminan mutu merupakan bagian dari manajemen mutu yang memfokuskan kepada pemberian keyakinan bahwa persyaratan mutu dipenuhi. Dalam ISO 9000 : 1994 disebutkan bahwa jaminan mutu merupakan seluruh perencanaan dan kegiatan sistematis yang diperlukan untuk memberi keyakinan bahwa produk atau jasa akan memenuhi persyaratan mutu. Contoh jaminan mutu diantaranya adalah sistem jaminan keamanan pangan Hazard Analysis and Critical Control Point HACCP dan Sistem Jaminan Halal SJH Muhandri dan Kadarisman, 2005.

1. Sistem Jaminan Keamanan Pangan HACCP

Sistem HACCP adalah suatu sistem yang mengidentifikasi bahaya spesifik yang mungkin timbul dalam mata rantai produksi makanan dan tindakan pencegahan untuk mengendalikan bahaya tersebut, dengan tujuan untuk menjamin kemanan pangan Fardiaz, 1996. HACCP adalah suatu sistem kontrol pangan yang berbasis pada usaha pencegahan. Dalam rangkaian proses produksi harus ditetapkan titik-titik proses yang kemungkinan menimbulkan bahaya. Pengawasan dan usahan pencegahan akan terjadinya bahaya perlu ditetapkan pada titik-titik kritis tersebut. Hal ini akan menjamin kestabilan kualitas produk, meringankan pekerjaan dalam hal inspeksi dan pengujian produk akhir Mortimor dan Wallace, 1995. Keberhasilan penerapan HACCP memerlukan tanggung jawab perusahaan berupa keterlibatan manajemen dan tenaga kerja. Disamping itu, penerapannya juga memerlukan pendekatan yang integral dari berbagai disiplin ilmu. Dalam penerapannya sistem HACCP ini cocok dengan pelaksanaan sistem manajemen mutu seperti ISO seri 9000 dan merupakan yang dipilih untuk manajemen keamanan pangan Thaheer, 2005. Sistem HACCP merupakan suatu sistem yang tidak dapat berdiri sendiri melainkan sistem ini dibangun melalui penerapan persyaratan dasar berupa GMP dan SSOP. Kedua persyaratan dasar atau pre-requisite ini akan memudahkan implementasi penerapan sistem HACCP yang efektif dan efisien. Dengan penerapan GMP dan SSOP yang baik, tidak akan banyak titik kendali kritis dalam sistem HACCP karena sudah dikendalikan oleh penerapan GMP dan SSOP yang baik. Target penerapan HACCP adalah keamanan pangan yang implementasinya mengacu pada 12 langkah HACCP, pre-requisite program, dan universal program Thaheer, 2005. Apalikasi HACCP menurut Codex seperti dikutip oleh Saepullah 1999 terdiri dari 12 langkah dan 7 prinsip, meliputi : Langkah 1 : Pembentukan tim HACCP Langkah 2 : Deskripsi produk Langkah 3 : Identifikasi cara penggunaan dan konsumennya Langkah 4 : Menyusun diagram alir proses produksi Langkah 5 : Verifikasi diagram alir proses produksi Langkah 6 Prinsip 1 : Analisa bahaya dan cara pencegahannya Langkah 7 Prinsip 2 : Identifikasi CCP didalam proses Langkah 8 Prinsip 3 : Menetapkan batas kritis untuk setiap CCP Langkah 9 Prinsip 4 : Menetapkan cara pemantauan CCP Langkah 10 Prinsip 5 : Menetapkan tindakan koreksi Langkah 11 Prinsip 6 : Verifikasi Langkah 12 Prinsip 7 : Menetapkan prosedur pencatatan yang efektif Sistem manajemen HACCP di Indonesia menggunakan dua standar dalam penerapannya, yakni SNI-01-4852-1998 dan pedoman BSN 1004:2002. Standar SNI 01-4852-1998 menjelaskan persyaratan industri pangan yang menerapkan sistem HACCP dan pedoman BSN 1004 : 2002. menjelaskan tentang rencana HACCP Thaheer, 2005. Menurut Thaheer 2005, prinsip penilaian pada sertifikasi HACCP identik dengan sistem sertifikasi sistem manajemen lainnya. Kaidah yang harus dipenuhi meliputi beberapa hal berikut : 1. Ketaatan comply to regulation adalah kemampuan sistem HACCP yang dibangun untuk menjamin bahwa perusahaan yang menerapkannya akan mampu memenuhi semua persyaratan hukum dan perundangan yang telah dipersyaratkan untuknya. 2. Kecukupan adequacy adalah kemampuan sistem HACCP yang dibangun telah memenuhi seluruh persyaratan yang menjamin kemanan pangan secara administratif dokumen, meskipun pada praktiknya tidak hanya terbatas pada paper work saja. 3. Kesesuaian conformity adalah kemampuan sistem HACCP yang dibangun untuk memenuhi semua persyaratan standar yang diacunya. Di Indonesia menggunakan standar acuan SNI-01-4852- 1998 tentang Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis HACCP serta Pedoman Penerapannya. 4. Konsistensi consistency adalah kemampuan sistem HACCP yang dibangun untuk memenuhi konsistensi antara rancangan dan penerapannya dalam aktivitas keseharian. 5. Keandalan realibility adalah kemampuan sistem HACCP yang dibangun untuk mampu merealisasikan keamanan pangan terhadap produk pangan yang dihasilkan. Thaheer 2005 menambahkan bahwa didalam praktiknya, kelima prinsip penilaian diatas dievaluasi dengan tiga perangkat, yakni document review, site audit, dan laboratory testing. Beberapa lembaga sertifikasi menganggap permasalahan keamanan pangan dalam sistem HACCP hanyalah aspek manajerial sehingga tidak mewaijbkan pelanggannya untuk melakukan uji laboratorium. 1. Document review Document review atau tinjauan dokumen adalah tahap awal dari pemeriksaan terhadap sistem HACCP suatu perusahaan. Perusahaan yang telah menerapkan HACCP akan disertifikasi, harus terlebih dahulu mengirimkan dokumen secara lengkap kepada lembaga sertifikasi. Dokumen yang akan diperiksa oleh lembaga sertifikasi meliputi dokumen GMP,SSOP, dan HACCP. 2. Evaluasi pre-requisite atau persyaratan dasar adalah kelengkapan yang harus dipenuhi oleh perusahaan yang ingin menerapkan sistem HACCP. Secara umum persyaratan dasar HACCP dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni : 1 Good Manufacturing Practices GMP 2 Standard Sanitation Operating Procedure SSOP 3. Audit lapang sistem HACCP Audit lapang sistem HACCP dilakukan dengan melakukan penilaian langsung penerapan sistem HACCP pada operasi pabrik. Penilaian ini dilakukan oleh auditor dengan mangacu kepada standar rujukan yang digunakan, misalnya SNI-01-4852-1998 tentang Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis serta Pedoman Penerapannya. Urgensi pre-requisite HACCP sebagai perangkat evaluasi sistem HACCP menimbulkan kebutuhan akan pemahaman mengenai GMP dan SSOP. Berikut adalah penjelasan mengenai aspek GMP dan SSOP sebagai pre-requisite HACCP. Good manufacturing practices GMP atau Cara Produksi Makanan yang Baik CPMB merupakan suatu pedoman cara memproduksi makanan dengan tujuan agar produsen memenuhi persyaratan – persyaratan yang telah ditentukan untuk menghasilkan produk makanan bermutu sesuai dengan tuntutan konsumen Thaheer, 2005. Secara umum, peraturan GMP terdiri dari desain dan konstruksi higienis untuk pengolahan produk makanan, desain dan konstruksi higienis untuk peralatan yang digunakan dalam proses pengolahan, pembersihan dan desinfeksi peralatan, pemilihan bahan baku dan kondisi yang baik, pelatihan dan higienitas pekerja, serta dokumentasi yang tepat. Thaheer, 2005. SSOP merupakan prosedur yang digunakan oleh industri untuk mencapai tujuan GMP melalui penerapan prinsip-prinsip sanitasi Winarno dan Surono, 2002. Sanitasi dapat didefinisikan sebagai usaha pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor- faktor lingkungan yang berkaitan dengan rantai perpindahan penyakit tersebut. Ilmu sanitasi adalah penerapan dari prinsip-prinsip tersebut yang akan membantu dalam memperbaiki, mempertahankan, atau mengembalikan kesehatan yang baik pada manusia. Dalam industri pangan, sanitasi meliputi kegiatan-kegiatan secara aseptik dalam persiapan, pengolahan dan pengemasan produk pangan, pembersihan dan sanitasi pabrik termasuk lingkungannya, serta kesehatan pekerja Jenie, 1988. Thaheer 2005 menyebutkan pada proses sanitasi, diperlukan suatu prosedur standar yang dapat mencakup seluruh area dalam memproduksi suatu produk pangan mulai dari kebijakan perusahaan, tahapan kegiatan sanitasi, petugas yang bertanggung jawab melakukan sanitasi, cara pemantauan, sampai cara pendokumentasiannya. Prosedur standar yang digunakan adalah prosedur operasi standar untuk sanitasi Standard Sanitation Operating Procedure. Prosedur ini dibuat untuk membantu industri pangan dalam mengembangkan dan menerapkan prosedur pengawasan sanitasi, melakukan monitoring sanitasi, serta memelihara kondisi dan praktek sanitasi. Menurut Jenie 1988, sumber kontaminasi dalam industri pangan adalah pekerja, hewan, dan lingkungan. Pada umumnya kontaminasi pada makanan dapat diamati berdasarkan perpindahan penyakit dari suatu sumber ke sumber lain. Perpindahan penyakit dapat berlangsung dari debu, tanah, udara, manuasia, bahan makanan, peralatan, air, binatang peliharaan, dan serangga. SOP akan memberikan manfaat bagi unit usaha dalam menjamin sistem keamanan produksi pangannya, antara lain : memberikan jadwal pada prosedur sanitasi, memberikan landasan program monitoring berkesinambungan, mendorong perencanaan yang menjamin dilakukan koreksi bila diperlukan, mengidentifikasi kecenderungan dan mencegah kembali terjadinya masalah, menjamin setiap personil mengerti sanitasi, memeberikan sarana pelatihan yang konsisten bagi personil, mendemontrasikan komitmen kapada pembeli dan inspector, dan meningkatkan praktek sanitasi dan kondisi unit usaha Thaheer, 2005.

2. Sistem Jaminan Halal