5 Faktor utama 5 berkorelasi negatif dengan rasio luas ladang terhadap luas desa sehingga faktor ini dapat diinterpretasikan sebagai rasio luas ladang.
6 Faktor utama 6 berkorelasi positif dengan rasio perguruan tinggiakademi sehingga faktor utama 6 diinterpretasikan sebagai jenjang pendidikan tinggi.
7 Faktor utama 8 berkorelasi positif dengan rasio luas tanam tanaman buah- buahan terhadap luas desa sehingga faktor ini diinterpretasikan sebagai rasio
luas tanam tanaman buah-buahan. Hasil PCA yang lain adalah faktor skor F scores, yakni tabel yang
menyajikan titik-titik data baru hasil analisis komponen utama. Nilai-nilai pada F scores
inilah yang akan digunakan untuk analisis regresi berganda, analisis gerombol clustering, dan analisis diskriminan. Selengkapnya nilai-nilai pada PC
scores ini tertera pada Lampiran 8.
5.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Perkembangan Desa
Selanjutnya, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat perkembangan yang dicirikan oleh indeks perkembangan desa IPD, maka
dilakukan analisis regresi berganda metode forward stepwise forward stepwise multiple regression analysis
yang diawali lebih dahulu dengan analisis komponen utama PCA.
Hasil PCA berupa nilai-nilai pada tabel faktor skor inilah yang selanjutnya digunakan untuk analisis regresi berganda metode forward stepwise. Analisis
regresi berganda bertujuan untuk menentukan model persamaan yang menjelaskan hubungan antara IPD sebagai variabel respontujuan dependent variable dan
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat perkembangan faktor-faktor yang diduga sebagai variabel pendugapenjelas dependent variable. Variabel-variabel
penduganya adalah variabel-variabel baru hasil PCA atau faktor, yaitu : 1 pendapatan desa F
1
, 2 non sawah dan non pangan F
2
, 3 kawasan padat penduduk dan pemukiman F
3
, 4 fasilitas kesehatan F
4
, 5 rasio luas ladang F
5
, 6 jenjang pendidikan tinggi F
6
, 7 rasio luas tanam tanaman buah-buahan F
8
. Hasil analisis regresi berganda metode forward stepwise menunjukkan
bahwa hanya lima variabel penduga saja yang berpengaruh nyata terhadap respon IPD pada taraf nyata α sebesar 0.05. Variabel-variabel yang dimaksud adalah :
F
1
, F
2
, F
3
, F
4
, dan F
8
Tabel 16. Variabel-variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap respon karena nilai p-level-nya lebih kecil dari taraf nyata α . Variabel
F
5
tidak berpengaruh nyata terhadap IPD karena nilai p-level-nya lebih besar dari
0.05. Tabel hasil analisis regresi berganda disajikan secara rinci pada Lampiran 7.
Tabel 16. Komponen-komponen Utama yang Mempengaruhi IPD
Variabel Koefisien
p-level
Intercept 27,25
0,0000 F
1
= pendapatan desa
1,63 0,0019
F
2
= nonsawah dan nonpangan 1,43
0,0061 F
3
= kawasan padat penduduk dan pemukiman
-5,98 0,0000
F
4
= fasilitas kesehatan
6,80 0,0000
F
5
= rasio luas lading
-0,98 0,0590
F
8
= fasilitas pendidikan tinggi 3,89
0,0000 Keterangan : Nilai R
2
= 0.7017 Tanda berarti nyata pada taraf nyata 0.05
Nilai R
2
R-Square dari persamaan tersebut adalah 0.7017. Hal ini dapat diartikan bahwa model persamaan tersebut mampu menjelaskan keragaman data
sebesar 70.17. Persamaan yang dihasilkan dari analisis regresi berganda metode forward stepwise
adalah sebagai berikut :
Y = 27.25 + 1.63 F
1
+ 1.43 F
2
- 5.98 F
3
+ 6.80
F
4
- 0.98 F
5
+ 3.89 F
8
dimana :
Y : Indeks Perkembangan Desa IPD F
1
: Pendapatan Desa F
2
: Non Sawah dan Non Pangan F
3
: Kawasan Padat Penduduk dan Pemukiman F
4
: Fasilitas Kesehatan F
5
: Rasio Luas Ladang
F
8
: Fasilitas Pendidikan Tinggi
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap indeks perkembangan desa secara berurutan dari yang terbesar sampai yang terkecil berdasarkan besar kecilnya nilai
koefisien regresi adalah : F
4
, F
3
, F
8
, F
1
, F
2
, dan F
5
. Pengaruh variabel-variabel penduga terhadap respon IPD dapat
diinterpretasikan berdasarkan koefisien yang dimilikinya. Model persamaan hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa nilai koefisien F
1
, F
2
, F
3
, F
4
, F
5
, dan F
8
merupakan variabel-variabel faktor yang diduga besar dalam mempengaruhi IPD, baik secara searah maupun berlawanan arah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi IPD secara searah adalah faktor-faktor dengan koefisien positif, yaitu : pendapatan desa F
1
, nonsawah dan nonpangan F
2
, fasilitas kesehatan F
4
, serta fasilitas pendidikan tinggi F
8
. Artinya, peningkatan nilai IPD dipengaruhi oleh peningkatan nilai F
1
, F
2
, F
4
, F
5
, danatau F
8
; dan sebaliknya. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi IPD secara berlawanan arah
adalah faktor-faktor dengan koefisien negatif, yaitu kawasan padat penduduk dan pemukiman F
3
dan rasio luas ladang F
5
. Artinya, semakin tinggi nilai F
3
danatau F
5
, maka akan semakin rendah nilai IPD; dan sebaliknya.
• Pendapatan Desa atau Faktor Utama ke-1 F
1
Variabel pendapatan desa mempengaruhi IPD secara searah karena memiliki nilai koefisien positif. Hal ini mengindikasikan bahwa desa-desa yang
berkembang pada dasarnya memiliki pendapatan yang tinggi, baik dari sisi penerimaan desa, pengeluaran desa maupun pendapatan asli daerah PAD desa.
Desa-desa dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi akan lebih berupaya untuk meningkatkan pelayanannya melalui pengadaan dan perbaikan berbagai
fasilitas. Peningkatan jumlah unit serta kelengkapan jumlah jenis sarana dan prasarana desa merupakan salah satu ciri wilayah yang telah berkembang, yaitu
kondisi sosial ekonomi desa yang sudah lebih baik maju.
• Nonsawah dan Nonpangan atau Faktor Utama ke-2 F
2
Variabel nonsawah dan nonpangan F
2
memiliki nilai koefisien positif. Artinya, peningkatan nilai IPD searah dengan peningkatan rasio luas nonsawah
dan nonpangan. Hal ini menjelaskan bahwa peningkatan luas sawah dan luas tanam tanaman pangan justru akan menurunkan nilai IPD. Sebaliknya,
peningkatan luas lahan, selain lahan sawah dan lahan tanaman pangan akan meningkatkan nilai IPD. Lahan yang dimaksud adalah : perkebunan, hutan rakyat,
perumahan dan pemukiman, lahan untuk bangunan industri, serta lahan untuk perkantoran dan pertokoan. Peningkatan luas lahan-lahan tersebut secara otomatis
mampu meningkatkan nilai indeks perkembangan suatu desa karena hasil atau keuntungan yang diperoleh lebih tinggi daripada lahan untuk sawah dan tanaman
pangan. Jadi, wilayah-wilayah yang telah berkembang dicirikan dengan penggunaan lahan yang relatif lebih produktif.
• Kawasan Padat Penduduk dan Pemukiman atau Faktor Utama ke-3 F
3
Koefisien variabel kawasan padat penduduk dan pemukiman F
3
memiliki nilai negatif. Artinya, desa-desa dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi
relatif memiliki nilai indeks perkembangan yang rendah. Sebaliknya, desa-desa dengan nilai IPD yang tinggi justru memiliki tingkat kepadatan penduduk yang
lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk lebih banyak terkonsentrasi untuk
menetap di wilayah hinterland daripada di wilayah intipusat. Secara umum digambarkan bahwa penduduk memiliki kecenderungan melaju commuting,
karena mereka lebih memilih untuk menetap di wilayah hinterland, namun mereka mengakses fasilitas-fasilitas dan infrastruktur untuk pemenuhan
kebutuhan hidupnya di wilayah intipusat.
• Fasilitas Kesehatan atau Faktor Utama ke-4 F
4
Variabel fasilitas kesehatan F
4
mempengaruhi IPD secara searah karena
variabel ini memiliki nilai koefisien positif. Hal ini menunjukkan bahwa desa-desa dengan tingkat perkembangan tinggi dicirikan oleh tingkat pelayanan kesehatan
yang tinggi, berupa tersedianya beragam fasilitas pelayanan kesehatan, meliputi fasilitas pengobatan rumah sakit, poliklinik, praktek dokter, praktek bidan, dan
puskesmas, fasilitas penyedia obat-obatan apotik dan toko obat, serta tenaga medis dokter, bidan dan paramedis.
Peningkatan nilai respon sangat dipengaruhi oleh peningkatan nilai-nilai penduganya, terutama fasilitas kesehatan. Hal ini menunjukkan pentingnya
fasilitas kesehatan dalam meningkatkan kapasitas pelayanan suatu desa dan tingkat perkembangannya.
• Rasio Luas Ladang atau Faktor Utama ke-5 F
5
Variabel rasio luas ladang F
5
memiliki nilai koefisien negatif. Artinya, peningkatan rasio luas ladang justru akan menurunkan nilai IPD. Sebaliknya,
peningkatan luas lahan, selain ladang akan meningkatkan nilai IPD. Hal ini menunjukkan bahwa wilayah-wilayah yang belumkurang
berkembang umumnya memiliki luas ladang yang tinggi. Sebaliknya, wilayah- wilayah yang telah berkembang justru memiliki luas ladang yang rendah.
Berdasarkan komposisi penggunaan lahan desa-desa di Kabupaten Sambas, ternyata wilayah-wilayah yang berkembang umumnya dicirikan dengan
penggunaan lahan yang sifatnya lebih produktif, yaitu: perkebunan, hutan rakyat, perumahan dan pemukiman, lahan untuk bangunan industri, serta lahan untuk
perkantoran dan pertokoan. Peningkatan luas lahan-lahan inilah yang mampu meningkatkan nilai indeks perkembangan suatu desa.
• Fasilitas Pendidikan Tinggi atau Faktor Utama ke-8 F
8
Variabel fasilitas pendidikan tinggi F
8
mempengaruhi nilai IPD secara searah karena variabel ini memiliki nilai koefisien positif. Hal ini
mengindikasikan bahwa wilayah-wilayah dengan tingkat perkembangan tinggi dicirikan pula oleh tersedianya fasilitas pendidikan tinggi berupa perguruan tinggi
dan akademi. Tingkat perkembangan wilayah yang tinggi dicerminkan oleh kemudahan
masyarakat mengakses beragam fasilitas pelayanan dengan cakupan kebutuhan yang bersifat sederhana hingga kompleks, termasuk fasilitas pendidikan tinggi.
Semakin luas areal pelayanan yang mampu dilakukan oleh suatu fasilitas, maka keberadaannya hanya pada pusat-pusat dengan orde yang lebih tinggi. Fasilitas
pendidikan tinggi seperti perguruan tinggi dan akademi yang ada di Kabupaten Sambas umumnya terletak di wilayah kota. Hal ini membuktikan bahwa fasilitas
pendidikan tinggi hanya dibangun di wilayah-wilayah yang telah berkembang, yakni wilayah dengan kondisi sosial ekonomi yang sudah lebih baik maju dan
dilengkapi dengan ketersediaan fasilitas penunjang yang memadai.
5.4. Tipologi Wilayah Desa-desa di Kabupaten Sambas