26
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Dasar Ruang dalam Sistem Wilayah
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lainnya hidup
dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya UU No. 24 Tahun 1992. Pada dokumen yang sama, tata ruang didefinisikan sebagai
wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun tidak. Ruang memiliki beberapa elemen atau unsur yang penting antara lain adalah : i
jarak, ii lokasi, iii bentuk dan iv ukuran atau skala. Unsur-unsur ini secara bersamaan menyusun unit tata ruang yang disebut wilayah Hanafiah, 1982.
Wilayah adalah satuan geografis dengan batas-batas tertentu yang bagian- bagiannya saling bergantung secara internal Nasoetion, 1988 dalam Syafrizal,
1990. Menurut Dusseldorp 1973 dalam Jayadinata 1999 dapat dibuat tiga macam wilayah pengembangan, yaitu : a menurut prinsip homogenitas atau
uniformitas, yaitu wilayah geografi fisiksosial, wilayah ekonomi, atau wilayah budaya; b menurut konsep hubungan ruang, yaitu wilayah fungsional yang
disebut juga wilayah terpusat ; dan c menurut wilayah yang khusus yaitu wilayah terbelakang, wilayah aliran sungai, wilayah pedesaan, dan sebagainya
yang dikembangkan menurut prinsip uniformitas. Analisis Ruang atau Spatial Analysis adalah bidang kajian yang menyangkut
analisis berbagai fenomena spasial di alam, khususnya di atas permukaan bumi, termasuk fenomena- fenomena fisik dan sosial. Data yang melekat dengan posisi
di permukaan bumi data spasial atau georeferenced data memiliki karakteristik
27 yang khusus karena sifat alamiahnya yang memiliki korelasi spasial spatial
intercorrelation . Obyek-obyek atau kejadian-kejadian yang terdistribusi di dalam
ruang cenderung tidak saling bebas, namun saat diterjemahkan dalam analisis- analisis statistika cenderung diasumsikan bersifat independen saling bebas untuk
tujuan penyederhanaan Rustiadi et al., 2003.
2.2. Wilayah Adminisratif-Politis atau Wilayah Geografis
Wilayah administratif sering disebut sebagai wilayah otonomi yang termasuk perencanaan wilayah teritorial formal. Artinya suatu wilayah yang
dibatasi atas dasar kenyataan bahwa wilayah tersebut berada dalam batas-batas pengelolaan administrasitatanan politis tertentu. Wilayah ini umumnya dipimpin
oleh suatu sistem birokrasi atau suatu sistem kelembagaan dengan otonomi tertentu yang mempunyai suatu otoritas melakukan keputusan dan kebijakan
sendiri dalam pengelolaan sumberdaya-sumberdaya di dalamnya. Pengembangan wilayah secara administratif atau secara geografis, misalnya
pengembangan daerah Jawa Barat Propinsi Jawa Barat, atau pengembangan wilayah geografis Jawa Barat yang terdiri atas Propinsi Jawa Barat, Banten, dan
DKI Jakarta, dengan mengembangkan seluruh wilayah pedesaan dan perkotaannya. Hal itu termasuk perencanaan wilayah teritorial formal.
2.3. Pengembangan Wilayah Khusus 2.3.1. Wilayah Perencanaan