pendidikan tinggi seperti perguruan tinggi dan akademi yang ada di Kabupaten Sambas umumnya terletak di wilayah kota. Hal ini membuktikan bahwa fasilitas
pendidikan tinggi hanya dibangun di wilayah-wilayah yang telah berkembang, yakni wilayah dengan kondisi sosial ekonomi yang sudah lebih baik maju dan
dilengkapi dengan ketersediaan fasilitas penunjang yang memadai.
5.4. Tipologi Wilayah Desa-desa di Kabupaten Sambas
Hasil analisis tingkat perkembangan wilayah yang telah dilakukan juga digunakan untuk melihat tipologi desa dan posisi 13 desa di Kecamatan Selakau,
15 desa di Kecamatan Pemangkat, 30 desa di Kecamatan Tebas, 33 desa di Kecamatan Sambas, 20 desa di Kecamatan Jawai, 36 desa di Kecamatan Teluk
Keramat, 12 desa di Kecamatan Sejangkung, 5 desa di Kecamatan Sajingan Besar dan 6 desa di Kecamatan Paloh. Pada dasarnya, tipologi wilayah bertujuan untuk
menggabungkan beberapa unit wilayah ke dalam kelas yang sama berdasarkan persamaan karakteristiknya.
Teknik analisis yang digunakan dalam penentuan tipologi wilayah desa-desa di Kabupaten Sambas dimulai dari PCA lalu analisis gerombol hingga analisis
diskriminan. Pada analisis gerombol, desa-desa di wilayah studi dikelompokkan menja di tiga gerombol cluster. Anggota tiap clusterkelompok dapat dilihat
pada Tabel 17a, Tabel 17b dan Tabel 17c.
Tabel 17a. Hasil Analisis Gerombol Cluster 1
Kecamatan Nama Desa
Paloh Sebubus
Paloh Tanah Hitam
Paloh Malek
Sajingan Besar Santaban
Sajingan Besar Sebunga
Sajingan Besar Kaliau
Sajingan Besar Sei Bening
Sajingan Besar Sanatab
Sambas Dalam Kaum
Sambas Lubuk Dagang
Sambas Sb. Harapan
Sambas Sei Sapa
Sambas Semajang
Sambas Sebangun
Sambas Kartiasa
Sambas Mekar Jaya
Sambas Balai Gemuruh
Sambas Tebing Batu
Sambas Jagur
Sambas Bukit Mulya
Sambas Lorong
Sambas Tengguli
Sambas Sebayan
Sambas Sebawi
Sambas Lumbang
Sambas Tempatan
Sambas Sei Rambah
Sambas Tanjung Mekar
Sambas Gapura
Sambas Saing Rambi
Sambas Sepuk Tanjung
Sambas Sempalai Sbd.
Sambas Jirak
Sambas Beringin
Sambas Sabung
Sambas Madak
Sambas Tebuah Elok
Sejangkung Perigi Limus
Sejangkung Sulung
Sejangkung Sendoyan
Sejangkung Semanga
Sejangkung Sekuduk
Sejangkung Penakalan
Sejangkung Perigi Landu
Sejangkung Setalik
Sejangkung Senujuh
Sejangkung Sepantai
Selakau Buduk Spd.
Tebas Seret Ayon
Tebas Maribas
Tebas Seberkat
Teluk Keramat Sekura
Teluk Keramat Sungai Baru
Teluk Keramat Galing
Teluk Keramat Ratu Sepudak
Teluk Keramat Sebagu
Teluk Keramat Sayang Sedayu
Teluk Keramat Pedada
Teluk Keramat Sagu
Teluk Keramat Semata
Teluk Keramat Sungai Serabek
Tabel 17a. Lanjutan
Kecamatan Nama Desa
Teluk Keramat Tempapan Hulu
Teluk Keramat Sepadu_Tk
Teluk Keramat Mkr. Sekuntum
Teluk Keramat Kp. Keramat
Teluk Keramat Puringan
Teluk Keramat Teluk Kembang
Teluk Keramat Sengawang
Teluk Keramat Tangaran
Teluk Keramat Tambatan
Teluk Keramat Sungai Palah
Teluk Keramat Kubangga
Teluk Keramat Sungai Kumpai
Teluk Keramat Tri Mandayan
Teluk Keramat Berlimang
Teluk Keramat Tj. Keracut
Teluk Keramat Samustida
Teluk Keramat Tpp. Kuala
Teluk Keramat Lela
Tabel 17b. Hasil Analisis Gerombol Cluster 2
Kecamatan Nama Desa
Jawai Sentebang
Jawai Matang Terap
Jawai Semperiuk B
Jawai Dungun Laut
Jawai Sr. Br. Kolam
Jawai Sabaran
Jawai Sei Nyirih
Jawai Sari Laba A
Jawai Bakau
Jawai Parit Setia
Jawai Pelimpaan
Jawai SR. BR. Kuala
Jawai Sari Laba B
Jawai Semperiuk A
Jawai Suah Api
Paloh Matang Danau
Paloh Nibung
Paloh Kalimantan
Pemangkat Pemangkat Kota
Pemangkat Harapan
Pemangkat Jelutung
Pemangkat Semparuk
Pemangkat Singa Raya
Pemangkat Parit Baru_Pmk
Pemangkat Sepinggan
Pemangkat Serumpun
Pemangkat Seburing
Pemangkat Perapakan
Pemangkat Sepadu_Pmk
Pemangkat Salatiga
Pemangkat Sungai Toman
Pemangkat Serunai
Sejangkung Parit Raja
Sejangkung Piantus
Selakau Gelik
Selakau Bentunai
Tebas Tebas Kuala
Tebas Tebas Sungai
Tebas Segarau Parit
Tabel 17b. Lanjutan
Kecamatan Nama Desa
Tebas Mak Rampai
Tebas Sungai Kelambu
Tebas Pusaka
Tebas Bekut
Tebas Mkr. Sekuntum
Tebas Dgn. Perapakan
Tebas Sempalai
Tebas Pkln. Kongsi
Tebas Sari Makmur
Tebas Mak Tangguk
Tebas Matang Labung
Tebas Mensere
Tebas Sejiram
Tebas Serumpun Blh.
Tebas Segedong
Tebas Serindang
Tebas Cepala
Tebas Batu Makjage
Tebas Sempadian
Tebas Merubong
Tebas Bukit Segoler
Tebas Matang Segarau
Tebas Rambayan
Teluk Keramat Pipit Teja
Teluk Keramat Merabuan
Teluk Keramat Merpati
Teluk Keramat Matang Sgantar
Teluk Keramat Mulia
Tabel 17c. Hasil Analisis Gerombol Cluster 3
Kecamatan Nama Desa
Jawai Jelu Air
Jawai SR. BR. Usrat
Jawai Jawai Laut
Jawai Sr. Br. Danau
Jawai Sei Nilam
Pemangkat Penjajap
Sambas Pendawan
Sambas Tumuk Manggis
Sambas Durian
Sambas Pasar Melayu
Sambas Tanjung Bugis
Selakau Parit Baru_Slk
Selakau Sungai Nyirih
Selakau Semelagi Besar
Selakau Kuala
Selakau Sungai Rusa
Selakau Sungai Daun
Selakau Seranggam
Selakau Twi Mentibar
Selakau Pkln. Bemban
Selakau Selakau Tua
Tebas Tekarang
Teluk Keramat Simpang Empat
Teluk Keramat Arung Parak
Teluk Keramat Pancur
Pola perbedaan karakteristik antara ketiga kelompok cluster desa dapat dilihat pada grafik nilai tengah dari setiap faktor utama untuk masing-masing
kelompok desa di Kabupaten Sambas. Nilai tertinggi atau terendah tiap faktor utama akan menjadi pencirikarakter untuk masing-masing kelompok desa
cluster di Kabupaten Sambas seperti terlihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Hasil Analisis Gerombol dengan Metode K-Means
Penciri yang signifikan pada Cluster No.1 terdiri dari komponen utama Faktor Utama Kesatu F
1
, Faktor Utama Kedua F
2
, Faktor Utama Ketiga F
3
, Faktor Utama Keempat F
4
, Faktor Utama Kelima F
5
, Faktor Utama Ketujuh F
7
dan Faktor Utama Kedelapan F
8
. Berdasarkan hasil interpretasi PC Loading
, desa-desa di Cluster No.1 umumnya memiliki karakteristik yang tinggi pada pendapatan desa, fasilitas pendidikan, dan rasio luas tanam tanaman buah-
buahan tetapi desa-desa di Cluster No.1 umumnya memiliki karakteristik yang rendah pada variabel non sawah dan non pangan, kawasan padat penduduk dan
pemukiman, fasilitas kesehatan dan rasio luas ladang. Cluster 1 terdiri dari 79 desa atau sekitar 46.20 dari seluruh jumlah desa di Kabupaten Sambas.
C lu s ter N o. 1
C lu s ter N o. 2
C lu s ter N o. 3
P lo t of M ea ns fo r E ac h C lus ter
V ariables -2,0
-1,5 -1,0
-0,5 0,0
0,5 1,0
F A C TO R 1 F A C TO R 2
F A C TO R 3 F A C TO R 4
F A C TO R 5 F A C TO R 6
F A C TO R 7 F A C TO R 8
Cluster No.2 memiliki empat penciri utama yang signifikan, yaitu : komponen utama Faktor Utama Kedua F
2
, Faktor Utama Ketiga F
3
, Faktor Utama Kelima F
5
dan Faktor Utama Kedelapan F
8
. Berarti, Cluster 2 ini dicirikan dengan desa-desa yang masih memiliki karakteristik yang tinggi pada
rasio luas lahan nonsawah dan rasio luas ladang tetapi memiliki kepadatan dan rasio luas tanam buah-buahan yang rendah. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa wilayah desa-desa yang terdapat di Cluster 2 ini memiliki aktivitas budidaya yang lebih menonjol pada jenis tanaman nonsawah dan ladang. Desa-
desa pada Cluster 2 ada sebanyak 67 desa atau sekitar 39.18 dari seluruh desa. Cluster No.3 juga memiliki empat penciri utama yang signifikan, yaitu :
variabel nonsawah dan nonpangan F
2
, kawasan padat penduduk dan pemukiman F
3
, rasio luas ladang F
5
dan rasio luas tanam buah-buahan F
8
. Desa-desa yang termasuk dalam Cluster 3 terdiri dari 25 desa atau sekitar 14.62 dari
seluruh jumlah desa. Karakteristik pada masing-masing Cluster merupakan karakteristik pada
masing-masing tipologi. Secara spasial, tipologi wilayah desa-desa di Kabupaten Sambas dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Tipologi Wilayah Desa-desa di Kabupaten Sambas
Analisis selanjutnya dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang paling mencirikan masing-masing tipologi wilayah hasil analisis kelompok. Analisis
Fungsi Diskriminan DFA bertujuan untuk mencari dan mengidentifikasi faktor- faktor yang paling berpengaruh pada masing-masing tipologi.
Tabel 18. Matriks Tipologi Desa Hasil Analisis Fungsi Diskriminan DFA
Percent G_1:1
G_2:2 G_3:3
Correct P=,46199
p=,39181 p=,14620
G_1:1 100
79 G_2:2
100 67
G_3:3 100
25 Total
100 79
67 25
Tabel matriks tipologi menunjukkan besarnya persentase ketepatan pengelompokkan yang terjadi. Semua tipologi memiliki persentase ketepatan
pengelompokkan yang sama sebesar 100, yang mana anggota masing-masing tipologi terdiri dari 79 desa pada tipologi wilayah I, 67 desa pada tipologi wilayah
II, dan 79 desa pada tipologi wilayah III.
Analisis fungsi diskriminan juga mampu merumuskan model persamaan dari masing-masing tipologi wilayah yang telah diperoleh. Model tersebut dapat
disusun berdasarkan Tabel 19.
Tabel 19. Fungsi Klasifikasi Hasil Analisis Fungsi Diskriminan DFA
G_1:1 G_2:2
G_3:3 p=,46199
p=,39181 p=,14620
F
1
= pendapatan desa
0,5175 -0,3330
-0,7427 F
2
= non sawah dan non pangan 2,3674
-2,9576 0,4454
F
3
= kawasan padat penduduk dan pemukiman
1,2982 0,1454
-4,4919 F
4
= fasilitas kesehatan
-0,7695 0,7249
0,4890 F
5
= rasio luas ladang
1,2799 -1,6051
0,2573 F
6
1,2057 0,7851
-5,9140 F
7
= fasilitas pendidikan tinggi 0,2601
-0,2138 -0,2489
F
8
= rasio luas tanam tanaman buah-buahan 0,8670
-0,8476 -0,4682
Constanta -2,3739
-2,8550 -9,6361
Tabel fungsi klasifikasi dapat menjelaskan penciri kelompok yang paling berpengaruh di masing-masing tipologi. Pada tipologi I terdapat tiga penciri
kelompok yang paling berpengaruh, yaitu Faktor Utama Kedua atau rasio luas non sawah, Faktor Utama Ketiga atau kawasan padat penduduk dan pemukiman, dan
Faktor Utama Kelima atau rasio luas ladang. Sementara pada tipologi wilayah II terdapat dua penciri tipologi yang paling berpengaruh, yaitu Faktor Utama Kedua
atau rasio luas nonsawah dan Faktor Utama Kelima atau rasio luas ladang. Sedangkan pada tipologi wilayah III hanya terdapat satu tipologi yang paling
berpengaruh, yaitu Faktor Utama Ketiga atau kawasan padat penduduk dan pemukiman. Semua variabel pada Tabel 19 sudah orthogonal saling bebas,
artinya multikollinearitas data antar variabel sudah dihilangkan dan antar variabel tidak saling mempengaruhi. Hal ini berarti, jika salah satu variabel atau Faktor
Utama ke-i berubah, maka hanya nilai Y fungsi tujuan atau respon tipologi saja yang akan berubah sebesar perubahan variabel dikalikan koefisien yang dimiliki.
Berdasarkan rangkaian hasil analisis yang dilakukan dalam penentuan tipologi wilayah desa-desa di Kabupaten Sambas, diperoleh karakteristik tipologi
tiap wilayah seperti tertera pada Tabel 20.
Tabel 20. Karakteristik Tipologi Wilayah Desa-desa di Kabupaten Sambas
Tipologi Wilayah
Desa
Karakteristik Kesimpulan
Tipologi Wilayah I
anggota Cluster I
♣ Jika dilihat dari sumberdaya buatan, rasio infrastruktur dasar penunjang pendidikan seperti SD, SLTP, dan SMU merupakan
yang tertinggi. Tingkat aksesibilitas terhadap pusat pelayanan maupun terhadap pusat pemerintahan relatif dekat. Rasio pendapatan
desa penerimaan, pengeluaran, dan PAD merupakan yang tertinggi dibandingkan desa-desa di tipologi wilayah lain. Sarana kesehatan
tergolong sedang karena rasio fasilitas pengobatan, rasio fasilitas penyediaan obat, dan rasio tenaga medis cukup tinggi dibandingkan
dengan desa-desa di tipologi wilayah lain.
♣ Jika dilihat dari sumberdaya manusia, tingkat kesejahteraan ditandai dengan tingginya rasio kepemilikan rumah permanen. Rasio
keluarga yang bekerja di bidang perkebunan dan peternakan merupakan yang tertinggi. Hal ini ditandai dengan tingginya rasio
alat-alat pertanian. ♣ Jika dilihat dari sumberdaya alamnya, aktivitas budidaya tanaman
buah-buahan dan perkebunan paling menonjol dibandingkan aktivitas ekonomi lainnya. Rasio luas hutannya relatif luas.
Wilayah berbasis tanaman perkebunan dan buah-buahan
dengan dengan kondisi infrastruktur dasar penunjang
pendidikan serta kapasitas sumberdaya manusia yang
baik desa sentra kebun buah- buahan dan relatif
berkembang.
Tipologi Wilayah II
anggota Cluster II
♣ Jika dilihat dari sumberdaya buatan, rasio infrastruktur dasar penunjang pendidikan seperti SD, SLTP, dan SMU relatif sedang.
Tingkat aksesibilitas relatif agak dekat dan mudah. Rasio pendapatan desa penerimaan, pengeluaran, dan PAD relatif sedang.
♣ Jika dilihat dari sumberdaya manusia, kepadatan penduduk relatif sedang dengan tingkat kesejahteraan yang paling rendah. Hal ini
ditandai dengan tingginya tigkat pengangguran dan keluarga pra sejahtera. Rasio keluarga tanaman pangan merupakan yang tertinggi.
♣ Jika dilihat dari sumberdaya alamnya, aktivitas budidaya tanaman pangan, sawah, dan ladang paling menonjol dibandingkan aktivitas
ekonomi lainnya. Rasio luas tanam sawah dan ladang serta rasio luas tanam tanaman pangan merupakan yang tertinggi.
Wilayah berbasis tanaman pangan dengan tingkat
kepadatan sedang dan tingkat kesejahteraan yang paling
rendah desa sentra tanaman pangan.
Tipologi Wilayah III
anggota Cluster III
♣ Jika dilihat dari sumberdaya buatan, rasio infrastruktur dasar penunjang pendidikan seperti SD, SLTP, dan SMU relatif kurang.
Tingkat aksesibilitas relatif sulit terjangkau. Rasio pendapatan desa penerimaan, pengeluaran, dan PAD merupakan yang terendah.
♣ Jika dilihat dari sumberdaya manusia, kepadatan penduduk merupakan yang paling tinggi. Hal ini ditandai dengan tingginya
rasio luas perumahan. ♣ Jika dilihat dari sumberdaya alamnya, desa-desa di Tipologi III lebih
mengandalkan aktivitas ekonominya pada bidang perikanan. Wilayah berbasis budidaya
perikanan dengan kapasitas sumberdaya buatan yang
relatif kurang desa perikanan.
5.5. Arahan Pengembangan Wilayah di Kabupaten Sambas Berdasarkan Hasil- hasil Penelitian