Arahan Pengembangan Wilayah di Kabupaten Sambas Berdasarkan Hasil- hasil Penelitian

5.5. Arahan Pengembangan Wilayah di Kabupaten Sambas Berdasarkan Hasil- hasil Penelitian

Kabupaten Sambas merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Kalimantan Barat yang sedang mengembangkan suatu kawasan berbasis pertanian, yakni agropolitan. Pada dasarnya, program percepatan pembangunan ini ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan para petani di pedesaan melalui pengembangan sumberdaya lokal, yaitu komoditas unggulan yang dapat dipasarkan secara luas dalam dan luar negeri jika sistem agrobisnis dan agroindustri dibangun secara terpadu. Komoditi unggulan di Kawasan Agropolitan Sambas adalah jeruk pontianaksiam. Sedangkan komoditas pendampingnya adalah padi, palawija, hortikultur, ternak, dan perikanan dengan budidaya tetap. Pengembangan Sambas sebagai sentra-sentra produksi pertanian perlu diupayakan dengan cermat demi keberlanjutan sistem dan usaha agribisnis komoditas yang bersangkutan. Oleh karena itu, pengembangan sebaiknya diarahkan secara selektif di pusat kawasanagropolis dan hinterland terpilih. Beberapa arahan pengembangan yang dapat direkomendasikan di Kawasan Agropolitan Sambas berdasarkan hasil-hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : • Penentuan wilayah pusatinti kawasan agropolitan maupun wilayah hinterland sebaiknya didasarkan atas kapasitas pelayanan suatu wilayah dan tingkat perkembangannya. Hasil analisis skalogram menunjukkan bahwa desa-desa dengan hirarki tinggi hirarki I umumnya memiliki kapasitas pelayanan yang lebih baik dengan tingkat perkembangan yang lebih maju daripada desa-desa dengan tingkat hirarki yang lebih rendah hirarki II dan hirarki III. Oleh karena itu, penentuan wilayah pusatinti kawasan sebaiknya diarahkan di desa-desa berhirarki tinggi. Kawasan ini akan mencakup wilayah-wilayah sekitarnya sebagai hinterland, yang meliputi desa-desa berhirarki II dan III. • Program peningkatan kualitas sumberdaya manusia melalui pengembangan sarana dan prasarana pendukung kawasan, terutama sarana pendidikan dan kesehatan perlu dimaksimalkan, mengingat keduanya merupakan faktor-faktor yang secara nyata mampu mempengaruhi tingkat perkembangan desa-desa di Kabupaten Sambas. Sarana pendidikan yang dimaksud meliputi bangunan sekolah SD, SLTP dan SLTA. Sedangkan sarana kesehatan yang dimaksud berupa fasilitas pengobatan rumah sakit, poliklinik, praktek dokter, praktek bidan, dan puskesmas, fasilitas penyedia obat apotik dan toko obat, serta tenaga medis dokter, bidan, dan paramedis. Selain itu, arahan pembangunan prasarana, terutama jalan-jalan penghubung antar desa juga perlu diperhatikan mengingat rendahnya aksesibilitas di desa-desa berhirarki sedang dan rendah. • Pengembangan area hinterland terpilih sebagai suatu sentra produksi pertanian perlu diarahkan sesuai dengan sumberdaya lokal yang telah ada atau karakteristik tipologi kawasannya. Berdasarkan rangkaian analisis dalam penentuan tipologi wilayah, arahan pengembangan yang dapat direkomendasikan adalah sebagai berikut : 1. Pengembangan desa-desa pada tipologi I sebaiknya diarahkan sebagai sentra produksi buah-buahan, khususnya jeruk karena aktivitas budidaya tanaman perkebunan dan buah-buahan di wilayah ini paling menonjol dibandingkan aktivitas ekonomi lainnya. Selain itu, desa-desa pada tipologi I umumnya relatif berkembang. Hal ini terlihat dari kondisi infrastruktur dasar penunjang pendidikan dan kapasitas sumberdaya manusia yang lebih baik. 2. Pengembangan desa-desa pada tipologi II sebaiknya diarahkan sebagai sentra produksi tanaman pangan, khususnya padi karena aktivitas ekonomi yang paling menonjol di wilayah adalah budidaya tanaman pangan di sawah dan ladang. 3. Pengembangan desa-desa pada tipologi III sebaiknya diarahkan sebagai sentra produksi hasil-hasil perikanan, karena wilayah ini lebih mengandalkan aktivitas ekonominya di bidang perikanan. • Jika arahan pengembangan yang disusun kurang sesuai dengan kondisi eksisting di lapang dalam arti bahwa arahan pengembangan komoditas unggulan justru akan mengakibatkan berkurangnya luas lahan beberapa tanaman utama yang sebelumnya telah dibudidayakan masyarakat, maka perlu dilakukan kegiatan budidaya dalam bentuk sistem bercocok tanam tumpang sari atau tumpang gilir dengan kombinasi antara komoditi unggulan dan komoditi pertanian lainnya, misalnya jeruk-padi-palawija, jeruk-padi, kelapa- padi, surjan padi-jeruk-ikan, dan sebagainya.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN