pada kemampuan menggunakan bahasa yang sistematis, permainan simbolis, imitasi tidak langsung, serta bayangan dalam mental.
c. Tahap operasional kongkrit 7-11 tahun, pada tahap ini anak mulai
memperbaiki kemampuan berpikir secara lebih logis. Kemampuan ini ditandai oleh desentrasi yang besar, artinya anak sudah mampu untuk memperhatikan
lebih dari satu dimensi sekaligus dan juga menghubungkan antar dimensi. d.
Tahap operasional formal 11 tahun ke atas, pada tahap ini individu mengembangkan pikiran formalnya dengan logika dan rasio.
Penelitian ini menggunakan ketiga dasar teori tersebut dalam menerapkan strategi pembelajaran. Karena dalam penerapan strategi ini siswa diajak untuk
berpikir bersama mengkontruksikan konsep yang mereka miliki dengan mengaitkan konsep baru yang mereka terima sehingga mereka belajar lebih
bermakna. Sedangkan teori Piaget digunakan sebagai dasar pijakan memahami karakter anak pada usianya dikelas rendah masih dalam tahap operasional konkrit
sehingga membutuhkan media dalam pelaksanaan pembelajaran.
2.2. KAJIAN EMPIRIS
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Faiqul Azmi pada tahun 2011 dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Menggunakan Strategi
Pembelajaran Peta Konsep Tipe Pohon Jaringan Network Tree pada Siswa Kelas VA
SDN Kalibanteng Kidul 01 Semarang” menunjukkan bahwa model pembelajaran peta konsep meningkatkan kualitas pembelajaran IPS. Hal ini
ditunjukkan hasil penelitian sebagai berikut: 1 keterampilan guru meningkat,
dengan perolehan skor pada siklus I sebanyak 37, persentase 77 baik, siklus II skor 41 persentase 85 sangat baik, dan siklus III skor 46 persentase 96
sangat baik; 2 aktivitas siswa meningkat, pada siklus I dengan skor 1117, nilai rata-rata 24,82, persentase 62 cukup, pada siklus II mendapat skor 1279, nilai
rata-rata 28,42, persentase 71 baik, dan siklus III dengan skor 1433, nilai rata- rata 31,84, persentase 80 baik; 3 hasil belajar siswa meningkat, pada siklus I
49 rendah dengan nilai rata-rata 61,6, siklus II meningkat 71 sedang, nilai rata-rata 71,9, siklus III mencapai 91 sangat tinggi dengan nilai rata-rata 80,3.
Penelitian lain yang menjadi acuan adalah penelitian yang dilakukan oleh Natalina Tri Mardiyati pada tahun 2011 dengan judul “ Peningkatan Hasil Belajar
IPS Melalui Metode Concept Mapping pada Siswa Kelas VI SDN Kalibanteng Kidul 01 Kecamatan Semarang Barat”. Pada penelitian tersebut menunjukkan
bahwa dengan menggunakan concept mapping dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penelitian berikut: 1
keterampilan guru meningkat, pada siklus I perolehan skor rata-rata 2,9 baik dan siklus II mendapat skor rata-rata 3,4 baik. 2. Aktivitas siswa meningkat, pada
siklus I skor rata-rata 2,5 cukup dan siklus II mendapat skor rata-rata 2,8 baik. 3 Persentase ketuntasan klasikal hasil belajar siswa meningkat, dari siklus I
sebesar 54,16 meningkat menjadi 83,33 pada siklus II. Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Niken Vidya
Novitasari pada tahun 2011 dengan j udul “Penerapan model pembelajaran
concept mapping untuk meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas 3 SDN 1 Pucungkidul Kabupaten Tulungangung” menunjukkan bahwa dengan
model pembelajaran concept mapping dapat meningkatkan prestasi siswa dalam pembelajaran IPS. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar siswa,
dengan nilai rata-rata pada siklus I 67 dan pada siklus II 80. Ketuntasan belajar klasikal pada siklus I 46,43 dan pada siklus II adalah 78,57.
Dari penelitian tersebut diperoleh informasi bahwa dengan strategi pembelajaran concept mapping terbukti mampu meningkatkan kualitas
pembelajaran IPS. Hal ini digunakan peneliti sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian dengan strategi pembelajaran concept mapping. Tiga penelitian tersebut
telah meyakinkan peneliti bahwa dengan strategi concept mapping, peneliti akan berhasil mengatasi masalah yang sedang dihadapi.
2.3. KERANGKA BERPIKIR