Tabel 2. Persepsi Peternak tentang Brucellosis
No Peternak Pengetahuan
Brucellosis Program
vaksisasi
Waktu vaksin Jumlah
ternak
1. Deden Ya
Ya Juni-Juli
10 ekor
2. Eman Ya
Ya Juni-Juli
3 ekor
3. Nafis Ya
Ya Juni-Juli
9 ekor
4. Tuti Ya
Ya Juni-Juli
50 ekor
5. Nunung Tidak
Ya Juni-Juli
4 ekor
6. Djamaluddin Ya
Ya Juni-Juli
15 ekor
7. Apip Tidak
Ya Juni-Juli
12 ekor
8. Hasan Ya
Ya Juni-Juli
10 ekor
9. Adang Tidak
Ya Juni-Juli
3 ekor
10. Heru Ya
Ya Juni-Juli
20 ekor
11. Apit munawih
Ya Ya
Juni-Juli 3
ekor 12. H. Enjen
Ya Ya
Juni-Juli 2 ekor
13. Jeri Tidak
Ya Juni-Juli
6 ekor
14. Gugun Ya
Ya Juni-Juli
9 ekor
15. H. Jaji Ya
Ya Juni-Juli
2 ekor 16. Samin Solihat
Ya Ya
Juni-Juli 7 ekor
17. Pepen M Tidak
Ya Juni-Juli
6 ekor
5.4. Hasil Pengambilan Spesimen dan Pemeriksaan Serologik Brucellosis
Pada awalnya, spesimen yang direncanakan untuk diambil guna pemeriksaan serologik Brucellosis adalah darah dan susu sapi. Namun, setelah
kunjungan ke lapangan ada perubahan sehingga spesimen yang diambil hanyalah susu. Pengambilan spesimen darah kurang disetujui oleh pengurus koperasi
dengan alasan bahwa peternak ”trauma”`dengan kasus di masa lalu bahwa hewan mereka ”terpaksa ” dipotong karena positif Brucellosis. Dengan demikian, mereka
berpendapat bahwa pengujian Brucellosis tidak begitu besar manfaatnya bila tidak ada tindakan lanjutannya, yaitu bagaimana penanggulangan bagi sapi perah yang
positif Brucellosis. Kalau sapi positif Brucellosis harus dipotong, dana penggantian harus memadai sehingga dapat digunakan untuk membeli sapi
kembali atau langsung diganti dengan sapi. Berdasarkan hal tersebut, spesimen yang diambil adalah susu sapi. Susu yang diambil adalah kriteria susu kandang
dan susu individu yang dikumpulkan di koperasi, yaitu susu yang dikumpulkan dari kandang seorang peternak dari beberapa ekor sapi yang akan yang akan
disetorkan ke koperasi. Pengambilan spesimen susu dilakukan pada penyetoran sore hari.
Gambar 6. Kondisi pengumpulan susu oleh pihak KUD Giri Tani. Susu dikumpulkan
dengan menjemput langsung pada peternak dengan mobil kiri atas dan kiri bawah dibeberapa pos-pos yang telah disepakati sebelumnya. Selain itu,
beberapa peternak yang lokasinya tidak jauh mengantarkan langsung ke KUD kanan bawah. Pihak KUD juga menjaga higine susu untuk menekan
kontaminasi dari mikroba dengan membersihkan tempat-tempat penampungan susu dari peternak kanan atas.
Spesimen susu yang diambil kemudian diperiksa secara serologik dengan metode Milk Ring Test MRT. Hasil dapat dilihat pada Tabel 3. hasil screening
dengan MRT menunjukkan bahwa sebagian besar kandang yang susu sapinya diserahkan pada hari pengambilan spesimen menunjukan positif Brucellosis. Hal
ini mengindikasikan bahwa hampir semua kandang sapi yang susunya diperiksa ada sapi perah yang positif Brucellosis. Mengenai berapa jumlah hewan yang
positif perlu dilakukan uji selanjutnya yang bersifat konfirmatif.
Tabel 3. Hasil pengujian sampel dengan milk ring test Volume susu : 10 ml No Pemilik
Jenis susu Hasil
uji MRT
1 2
3 4
5 6
7 8
9
10 11
12 13
14 15
16 17
18 19
20 21
22 23
24 25
26 27
28 29
30 31
32 33
34 35
Jajang Yani
Hamdan Junaidi harun
Abdulah safei Ading
H. Dama Mintarsih
Adang H. Enjen
Tatang ujang Apit munawih
Hasan Hasan apandi
H. Jaji Pepen munawih
Munawar Nunung
Samin solihat Bambang
Mamduh Didin
Deden Firman. H. Mahdi
H. Oleh H. Rebo
Sunarto Nyai Anah
Yayan Esih Anda
Maman Eko Hariyanto
H. Makim Djamaluddin
Tuti hasanah Individu
Individu Kelompok 3 ekor
Kelompok 2 ekor Kelompok 6 ekor
Individu Kelompok 5 ekor
Kelompok 3 ekor Individu
Kelompok 2 ekor Kelompok 4 ekor
Kelompok 3 ekor Kelompok 10 ekor
Kelompok 4 ekor Kelompok 2 ekor
Kelompok 4 ekor Kelompok 4 ekor
Individu Kelompok 3 ekor
Kelompok 4 ekor Kelompok 2 ekor
Kelompok 3 ekor Kelompok 2 ekor
Kelompok 2 ekor Kelompok 5 ekor
Kelompok 4 ekor Kelompok 2 ekor
Kelompok 9 ekor Kelompok 3 ekor
Kelompok 3 ekor Kelompok 4 ekor
Kelompok 4 ekor Kelompok 2 ekor
Kelompok 11 ekor Individu
+ Dubius
+ +
Dubius +
+ +
Dubius +
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
- +
Dubius +
+ +
-
Keterangan : Perlakuan yang dilakukan dengan mereaksikan antara antigen Brucella
dengan sampel susu setelah diinkubasi selama 2 jam. Hasil positif + ditunjukan dengan terbentuknya cincin ungu pada permukaan tabung
reaksi dan hasil negatif sampel cenderung hom
ogen. Pada
uji Milk Ring Test
diperoleh dua sampel yang menujukkan reaksi negatif dan empat sampel menunjukan reaksi dubius, sedangkan sampel yang lain
menunjukan reaksi positif. Pada proses pembacaan hasil ada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi pembacaan hasil seperi guncangan yang berlebihan sehingga gelembung krim yang akan bereaksi dengan antigen Brucella tidak terbentuk pada
permukaan tabung berupa cincin biruungu. Untuk penegasan uji pertama dilakukan uji Milk Ring Tets kedua terutama pada hasil yang dubius dengan
pembanding menggunakan sampel posif pada uji pertama kontrol positif dan susu komersil kontrol negatif. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel dua. Pada
uji MRT kedua diperoleh dua hasil negatif Pak Maman dan Pak Abdul dan dua hasil positif Pak Adang dan Bu Yani. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil pengujian kedua dengan Milk Ring Test No
Sampel Hasil Uji MRT
1. Hasil dubius
• Pak Maman • Pak Abdulah
• Pak Adang • Bu Yani
- -
+ +
2. Positif Uji
MRT • Pak Junaedi
• Pak Eko • Pak Apit
• Pak Dedeh +
+ +
+
3. Kontrol negatif susu komersil
• Real good • Milk kuat
• Susu Bogor -
- -
Keterangan : Pada pengujian pertama ditemukan ada beberapa sampel yang
menunjukan hasil dubius yang kemudian dilakukan pengujian kembali dengan pembanding hasil positif pada uji MRT pertama dan kontrol
negatif berupa susu komersil.
Kesulitan yang dihadapi untuk menganalisis hasil uji adalah tidak adanya catatan yang jelas tentang sapi mana saja yang telah divaksinasi recording dan
kapan tanggal divakasinasi. Hasil positif menunjukan bahwa di kandang tempat asal susu yang diperiksa ada sapi yang diduga positif terinfeksi Brucellosis. Untuk
menentukan sapi mana yang terinfeksi perlu diperiksa lebih lanjut dengan uji konfirmatif dari setiap sapi laktasi maupun tidak laktasi. Sapi tidak laktasi
diperiksa untuk mengetahui apakah sudah terjadi penularan apabila memang ditempatkan pada satu kandang dengan sapi laktasi.
Uji MRT yang dilakukan pada spesimen susu kandang bulk milk merupakan uji yang efektif untuk screening dan pemantauan Brucellosis pada sapi
perah, tetapi bila kelompok sapi dalam satu kandang terlalu besar kurang bisa diandalkan. Penting diingat tidak ada uji serologik tunggal yang sesuai untuk
kondisi lapangan. Oleh karena itu, spesimen yang bereaksi positif dalam uji sreening,
harus dikonfirmasi dengan uji konfirmatif. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengurus koperasi dan beberapa
peternak, kasus aborsi pada sapi yang bunting ada yang terjadi di lapangan. Namun, jumlah tepatnya tidak ada catatan yang memadai, begitu juga dengan
umur kebuntingan ketika terjadi aborsi. Sapi yang juga mengalami inseminasi ulang juga tidak sedikit.
Brucellosis umumnya bersifat asimtomatik pada hewan betina yang bunting. Setelah infeksi oleh Brucella abortus dan Brucella militensis, sapi betina
bunting akan mengalami placentitis yang biasanya mengalami aborsi antara bulan kelima dan bulan kesembilan kebuntingan. Dalam ketiadaan aborsi, ekskresi
bakteri terjadi dalam placenta, cairan placenta dan vaginal discharges cairan vagina. Kelenjar ambing dan limfonodi yang berhubungan mungkin juga
terinfeksi dan bakteri mungkin diekskresikan dalam susu. Susu yang berasal dari sapi yang terinfeksi dan mengandung bakteri akan berpotensi menjadi sumber
infeksi bila diberikan ke pedet atau sapi lain, bahkan mungkin untuk infeksi manusia Naim dan Hidayat 2007.
Seleksi bibit sapi perah seharusnya selalu dilakukan untuk mengurangi jumlah kasus Brucellosis. Bibit atau sapi yang baru dibeli sebaiknya di uji terlebih
dahulu, atau ada sertifikat yang menyatakan negatif Brucellosis. Hewan yang baru didatangkan dari luar kandang atau area setempat harus ditempatkan pada
kandang khusus yang terpisah atau ”kandangarea karantina” sebelum disatukan dengan hewan yang ada. Kemudian dilakukan pemeriksaan untuk memastikan
hewan tersebut tidak positif Brucellosis atau penyakit lain. Perpindahan hewan dari satu kandang ke kandang lain seharusnya dilakukan dengan pengawasan
tenaga kesehatan hewan. Hal ini untuk mencegah terjadinya penularan penyakit akibat perpindahan hewan tersebut.
Gambar 7. Sampel susu yang telah diambil dari daerah peternakan yang disimpan
dalam kantung palasik, kemudian disimpan dalam lemari es yang kemudian di uji dengan Milk Ring Test MRT
Gambar 8.
Pemariksaan serologik spesimen susu kandang terhadap Brucellosis dengan Milk Ring Test MRT. Hasil uji terlihat pada tiga tabung pertama.
Tabung sebelah kiri menunjukan reaksi dubius, negatif dan positif terlihat ring berwarna biru di bagian atasdari spesimen susu yang diperoleh
dilapangan. Gambar berikutnya meruopakan hasil pemeriksaan
.
Gambar 9. Hasil pemeriksaan kedua dengan uji Milk Ring Test MRT kiri atas dengan dua hasil positif dan dua hasil negatif kanan atas dengan mengunakan
pembanding kontrol negati susu komersil gambar bawah.
5.5. Hasil Pemeriksaan Bakteriologik Susu