Pengendalian dan Pemberantasan Pengobatan

terserang masing-masing adalah 52-61, 66, 93, 96, dan 98 Nicoletti 1969. 3. Uji aglutinasi terhadap susu termasuk uji cincin susu Milk Ring Test atau uji cepat diagnosa Brucellosis dilakukan dengan menggunakan antigen yang diwarnai dengan Rose Bengal Rose Bengal Test pada sapi yang terserang, kepekaan uji ini mencapai 92. Pengujian semua kelompok ternak sapi perah disuatu daerah dua kali atau lebih dalam waktu satu tahun dengan Milk Ring Test MRT dapat mendiagnosa secara efektif dan mengeliminer sapi-sapi yang terserang Janney et al. 1958 . Pada uji Rose Bengal Test umumnya dapat mengenali hewan yang tertular lebih dini. Reaksi positif juga dihasilkan walau tingkat kejadian penyakit rendah dan vaksinasi pada pedet dengan strain 19 banyak dilakukan Subronto 1995. 4. Uji aglutinasi dapat pula dilakukan pada plasma semen sapi-sapi jantan tersangka Kerr 1955. Sejarah kelompok ternak sangat bermanfaat dalam mendiagnosa penyebab abortus, diagnosa perbandingan antara penyebab abortus cukup sulit dan sering tidak mungkin tanpa bantuan laboratorium yang baik. Lesio plasental pada Brucellosis, vibronosis dan penularan jamur pada sapi nampak sama.

2.6. Pengendalian dan Pemberantasan

Brucellosis pada manusia dapat dicegah dengan pengawasan atau eliminasi penyakit pada populasi ternak dan menghindari konsumsi susu mentah serta produksinya. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan mengingat bahwa manusia adalah titik akhir dari perjalanan Brucellosis, dalam arti manusia tidak menularkan pada manusia lain. Oleh karena itu upaya utama yang dapat dilakukan adalah mengendalikan dan mencegah penyakit berpindah dari ternak ke manusia. Pengawasan Brucellosis dapat dimulai pada tingkat peternakan berdasarkan kombinasi antar higiene yang baik dan vaksinasi. Vaksinasi merupakan cara yang paling tepat untuk mengurangi resiko infeksi. Dimana, usaha ini secara ekonomis dipandang sudah memenuhi standar program pemberantasan penyakit. Vaksin dapat mengurangi jumlah hewan terinfeksi jika dilakukan dalam waktu 7 tahun Rompis 2000. Vaksin ternak pada masa pedet akan menurunkan reaktor sekitar 2–4 Subronto1995.

2.7. Pengobatan

Pengobatan terhadap ternak penderita Brucellosis dengan berbagai antibiotik telah dicoba namun hasil yang diperoleh kurang maksimal. Tindakan- tindakan higienis sangat penting dalam program pencegahan Brucellosis pada suatu kelompok ternak. Sapi yang tertular sebaiknya dijual kejagal atau dipisahkan dari kelompoknya beberapa minggu sebelumnya, dimana penyebaran tertinggi organisme Brucella dapat terjadi. Foetus dan plasenta yang digugurkan harus dikubur atau dibakar dan tempat yang terkontaminasi harus didisinfeksi dengan larutan kresol 4 atau disinfektan sejenis. Semua ternak yang didatangkan ke peternakan itu harus diuji kembali sebelum ditempatkan bersama kelompok ternak yang ada kecuali apabila didatangkan dari kelompok yang bebas Brucella. Prosedur pengujian awal ini sangat penting bahkan pada kelompok ternak yang sudah divaksinasi. Program vaksinasi dilakukan pada anak sapi betina yang berumur 3-7 bulan dengan vaksin Brucella stain 19 yang merupakan vaksin referens bagi Brucellosis. Selain itu, vaksisn strain 19 juga menyebabkan terjadinya titer antibodi persisten pada sapi yang divaksisn sehingga sulit untuk dibedakan dengan infeksi alam hasil uji positif palsu. Vaksin strain 19 dapat menyebabkan keguguran dan vaksin ini juga dapat diekskresikan melalui susu. Selain vaksin strain 19 vaksin lain yang biasa digunakan adalah vaksin strain 51 RB 51. Vaksin ini tidak menyebabkan terbentuknya antibodi persisten pada sapi yang divaksin. Vaksin yang dikembangkan merupakan bakteri hidup sehingga dapat menginfeksi manusia bila penggunaannya yang kurang benar. Pelaksanaan vaksinasi dilakukan pada pedet betina dengan dosis vaksin 5 ml subkutan. Reaksi vaksinasi akan terjadi setelah pubertas, karena terjadi peningkatan titer antibodi serum dengan cepat dan akan menghilang lebih dari 90 pada ternak tersebut sesudah mencapai umur 30 bulan.

BAB III BAHAN DAN METODE