Oleh karena itu, dalam menghadapi sexual revolution, remaja memerlukan mekanisme pengendalian diri yang baik. Dalam hal ini, pengendalian diri
yang baik berarti remaja mampu mengendalikan hasrat seksual dan dorongan biologisnya yang sedang timbul. Tanpa kemampuan untuk mengendalikan
hasrat seksual dan dorongan biologis yang sedang timbul tersebut, mudah sekali bagi remaja untuk masuk dalam arus sexual revolution yang banyak
memilii dampak negatif. Aspek terakhir yang menyebabkan pentingnya pengendalian diri adalah
perubahan dalam bidang kekerasan violence revolution. Hal-hal yang termasuk dalam bidang kekerasan yang dilakukan oleh remaja antara lain
adalah perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan perilaku criminal seperti penggunaan obat terlarang. Untuk mencegah agar remaja tidak masuk ke
dalam arus perubahan dalam bidang kriminal ini, remaja perlu memiliki emampuan pengendalian diriyang memadai.
2. Masa Badai Dan Tekanan Bagi Remaja Storm Stress
Pentingnya pengendalian diri bagi remaja, juga didasari oleh fenomena bahwa masa remaja sering kali dikenal sebagai masa badai dan tekanan
Arnett dalam Gunarsa, 2009:266. Menurut Arnett, istilah masa badai dan tekanan bagi remaja sudah sudah ada sejak 100 tahun yang lalu, dan pertama
kali diungkapkan oleh G. Stamley Hall. Hall menyatakan bahwa tidak seluruh remaja akan mengalami masa badai dan tekanan ini. Namun masa badai dan
tekanan tersebut memang lebih besar kemungkinannya untuk timbul pada
masa remaja bila dibandingkan pada masa-asa perkembangan lainnya. Tiga elemen kunci yang termasuk dalam konsep masa badai dan tekanan ini adalah:
konflik dengan orangtua, gangguan suasana hati, dan kecenderungan terjadinya tingkah laku yang berisiko.
Konflik dengan orang tua seringkali diisi dengan permasalahan seputar larangan-larangan yang berasal dari orang tua kepada remaja. Larangan-
larangan tersebut, misalnya kesopanan dalam berpenampilan, kapan remaja diperbolehkan untuk berpacaran, dengan siapa ia diperbolehkan berpacaran,
kemana saja remaja diperbolehkan bepergian, serta jam berapa paling lambat remaja harus di rumah.
Elemen kedua dari konsep masa badai dan tekanan tersebut adalah gangguan suasana hati. Remaja lebih sering mengalami gangguan suasana hati
dibandingkan pada saat anak-anak menjelang remaja pre-adolescent atau pada saat memasuki masa dewasa. Adapun suasana hati negatif yang paling
sering dialami oleh remaja diantaranya adalah perasaan aneh atau tidak nyaman, perasaan kesepian, perasaan gugup, khawatir, dan perasaan diabaikan
atau kurang diperhatikan. Elemen ketiga dari masa badai dan tekanan adalah kecenderungan remaja
untuk melakukan tingkah laku berisiko. Tingkah laku berisiko didefinisikan sebagai tingkah laku yang secara potensial dapat menyebabkan celaka atau
kesulitan pada orang lain maupun pada diri sendiri. Tingkah laku berisiko ynag paling sering timbul pada masa remaja di antaranya adalah
penyalahgunaan obat-obatan, keselamatan mengemudi, serta permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan seks remaja.
Berdasarkan kecenderungan remaja untuk terlibat konflik dengan orang tua, kecenderungan remaja untuk mengalami gangguan suasana hati, dan
kecenderungan remaja untuk mencoba tingkah laku yang berisiko, maka sangat penting bagi remaja untuk memiliki kemampuan mengendalikan diri.
Dengan kemampuan pengendalian diri yang baik, remaja diharapkan dapat mengantisipasi akibat-akibat negative yang ditimbulkan pada masa storm and
stress tersebut. Sedangkan menurut Panuju 2005:39 remaja memiliki kebutuhan akan
pengendalian diri karena dia belum mempunyai pengalaman yang memadai. Dia sangat peka karena pertumbuhan fisik dan seksual yang berlangsung dengan
cepat. Sebagai akibat dari pertumbuhan fisik dan seksual tersebut, terjadi kegoncangan dan kebimbangan dalam dirinya terutama dalam pergaulan
terhadap lawan jenis. Kendali diri sangat diperlukan karena boleh jadi dorongan seks yang
dirasakan membuat remaja berperilaku yang kurang pantas menurut penilaian masyarakat. Mungkin juga merasa hilang kendali terhadap kelakuan dan tindakan
mereka, atau lebih condong untuk menyendiri dan menarik diri dari pergaulan. Disamping itu, remaja merasafisik mereka sudah seperti orang dewasa, sehingga
mereka harus bertingkah laku seperti orang dewasa agar merasa aman Zakiah, dalam Panuju, 2005:39.
2.2.3 Layanan Bimbingan Kelompok