BENTUK SEBARAN SPASIAL, KOMPOSISI VEGETASI DAN
8 rusa timor, dan 3 mengidentifikasi habitat yang disukai habitat preferensial
rusa timor di Pulau Peucang TNUK.
BAHAN DAN METODE Diskripsi Tempat dan Waktu Penelitian
Pulau Peucang Taman Nasional Ujung Kulon TNUK memiliki luas 450 ha terletak pada 6
44’23” S dan 105 15’30” E. Panjang areal utara ke selatan 3 km,
dan lebar arah timur barat sekitar 2 km Susanto 1977, memiliki iklim basah dengan tipe hujan C menurut Scmidt Ferguson 1951. Rata-rata curah hujan
tahunan sekitar 3000 mmth, bulan kering terjadi pada Juni – September dan
bulan basah terjadi pada Desember – Januari, dengan suhu rata-rata 26
C Soerianegara 1968.
Sebagian besar kawasan Pulau Peucang memiliki topografi berupa dataran rendah sampai landai, dan di bagian tengahnya terdapat bukit yang membentang
dari barat daya ke arah tenggara dengan puncak tertinggi 71 m Goegle Earth image 2012 Digital globe, TerraMetrics. Bagian barat daya dan utara pantai
curam dipenuhi batu karang, bagian selatan dan timur menghadap Pulau Jawa memiliki permukaan yang landai dan berpasir putih. Sepanjang arah barat daya ke
tenggara 600 m terdapat tiga tipe utama tanah yakni regosol berpasir, regosol berpasir dengan bahan dasar tuf, dan grumosol Soerianegara 1968. Penelitian
dilakukan pada bulan September 2011 - bulan Juli 2012.
Metode Pengumpulan Data
Bentuk Sebaran Spasial Pengambilan data sebaran spasial dilakukan melalui dua tahap. Tahap
Pertama, dilakukan observasi sebaran rusa di seluruh wilayah Pulau Peucang 11 wilayah patroli. Observasi dilakukan setiap hari pada jam 07.00-19.00 WIB
selama tujuh hari, masing-masing pada musim kemarau dan musim penghujan. Observasi dilakukan untuk mengamati dan mencatat kebiasaan rusa berkativitas
mencari makan, istirahat, pergerakan, dan frekuensi keberadaan rusa di suatu tempat. Tahap Kedua, menentukan tempat-tempat yang sering dikunjungi rusa
timor, menetapkan waktu pengamatan dan metode inventarisasi rusa. Berdasarkan observasi pendahuluan ditetapkan lima wilayah pengamatan yakni: 1 daerah
padang rumput Pasanggrahan PSG, 2 dataran rendah Kiara KIA, 3 Calingcing CLC, 4 Karang Copong KCP, dan 5 dataran tinggi Gunung
calling GNC. Pengamatan dilakukan pada jam 14.00
– 21.00, dibagi ke dalam 11 termin, masing-masing waktu pengamatan selama 30 menit. Pengamatan
sebaran populasi rusa dilakukan dengan metode sensus concentration count.
Vegetasi
Data vegetasi tingkat semai, pancang, tiang, dan tingkat pohon diambil di lokasi yang paling sering dikunjungikebiasaan rusa berada. Gambaran kondisi
vegetasi dikumpulkan dengan melakukan analisis vegetasi mengikuti metode Soerianegara Indrawan 1998 dengan panjang jalur 400 m berselang-seling
Gambar 2.1, sebagai berikut:
9 Petak ukuran 20 m x 20 m untuk pengambilan data vegetasi pohon
diameter 20cm. Petak ukuran 10m x10m untuk pengambilan data vegetasi pohon pada
tingkat pertumbuhan tiang diameter 10 -19 cm. Petak ukuran 5m x 5m untuk pengambilan data vegetasi tingkat
pertumbuhan pancang diameter 10 cm, ketinggian 1,5m. Petak ukuran 1m x 1m untuk vegetasi tingkat semai diameter 3cm,
tinggi 1,5m.
Gambar 2.1. Petak contoh pengambilan data vegetasi pada tingkat semai, pancang, tiang dan pohon
Habitat Preferensial Habitat Disukai
Pengumpulan data untuk menentukan habitat yang disukai preferensial dilakukan dengan prinsip pendekatan bahwa kehadiran rusa di suatu tempat Y
sebagai peubah tergantung dependent variabel dipengaruhi oleh peubah-peubah variabel lingkungannya X baik biotik maupun abiotik sebagai peubah bebas
independent variabel. Secara keseluruhan diduga ada sepuluh peubah lingkungan X, meliputi ketinggian mdpl X
1
, kelerengan X
2
, jarak dari jalur patroli m X
3
, jarak dari kubangan m X
4
, jarak dari padang rumput m X
5
, jarak dari pantai m X
6
, suhu CX
7
, kelembaban X
8
, pH tanah X
9
, salinitas tanah X
10
. Di setiap tempat dimana ditemukan adanya kehadiran rusa, maka semua data tentang peubah-peubah X tersebut dicatat. Posisi geografis rusa
dimasukkan upload ke dalam file database .dbf ke ArcGis 9.3. jarak diukur dengan euclidian distance. Faktor fisik dilakukan pengukuran insitu.
Metode Analisis Data
Semua data hasil analisis vegetasi dianalisis untuk menentukan gambaran kondisi vegetasi habitat rusa di Pulau Peucang. Analisis data vegetasi dilakukan
untuk menentukan kerapatan suatu jenis K, kerapatan relatif KR, frekuensi suatu jenis F, frekuensi relatif FR, dominansi D dan indeks nilai penting
INP sesuai rumus dari Soerianegara Indrawan 1998. Rumus untuk mengikuti nilai-nilai tersebut sebagai berikut :
400 m
1m
10
1 Kerapatan suatu jenis
∑
2 Kerapatan relatif
∑
3 Frekuensi suatu jenis
∑ ∑
4 Frekuensi relatif FR
5 Dominansi D
6 Dominansi relatif DR
7 Indeks Nilai Penting INP
INP = KR+ FR+DR untuk tingkat tiang dan pohon INP = KR + FR untuk tingkat semai dan pancang
Analisis data untuk menentukan bentuk sebaran distribusi rusa timor dilakukan dengan Indeks Penyebaran IP menurut Ludwig dan Reynold 1988,
dengan rumus: IP = , S
2
= dimana S
2
= keragaman jenis, X= rata-rata jenis, n= plot unit contoh. Penentuan bentuk sebaran diuji dengan chi
square, n = jumlah plot contoh, dengan kriteria uji sebagai
berikut: a Jika
berarti sama dengan pola sebaran seragam uniform. b Jika
berarti pola sebaran random acak, dan c bila
berarti pola sebaran mengelompok Analisis data untuk penentuan perbedaan penggunaan habitat dilakukan
dengan analisis varians ANOVA satu arah menurut Nagarkoti Thapa 2007, penentuan
habitat disukai
habitat preferensial
dilakukan dengan
membandingkan proporsi luas daerah pengamatan dengan proporsi habitat yang digunakan rusa timor dan diuji dengan uji Chi square
– Х
2
Neu et al. 1974 ; Sokal Rahlf 1998. Perbandingan luas daerah pengamatan dengan areal yang
digunakan oleh rusa ditentukan berdasarkan standar selang kepercayaan 95 Neu et al. 1974; Bayers et al. 1984. Faktor penentu kehadiran rusa di suatu
11 tempat dianalisis dengan regresi metode Stepwise dengan sofware PASW
Statistics 18.
HASIL DAN PEMBAHASAN Bentuk Sebaran Spasial Rusa Timor
Hasil pendataan sebaran spasial populasi rusa timor di Pulau Peucang yang dilakukan di lima wilayah pengamatan menunjukkan bahwa ada perbedaan
jumlah populasi rusa di masing-masing wilayah pengamatan seperti ditunjukkan pada Tabel 2.1dan Gambar 2.2. Dilihat dari sebaran populasi menurut waktunya,
hasil pengamatan menunjukkan bahwa ada perbedaan pola sebaran jumlah populasi rusa di setiap lokasi pengamatan. Di wilayah PSG dan KRC pada sore
hingga malam hari 14.00-21.00 WIB ternyata rusa timor memiliki pola sebaran populasi yang relatif sama Gambar 2.3.
Tabel 2.1 Hasil uji X
2
pola sebaran spasial populasi rusa timor di Pulau Peucang berdasarkan tempat dan waktu 14.00
– 21.00 WIB
PSG KIA
CLC KRC
GNC Chi square
11.33 18.00
46.67 16.09
34.24 df
18 8
10 19
6 Asymp sig
0,880 0,021
0,000 0,651
0,000 PSG=Pasanggrahan, KIA=Kiara, CLC=Calingcing, KRC=Karang Copong, GNC= Gunung
Calling
Daerah PSG yang merupakan daerah paling banyak ditemukan rusa berkumpul pada waktu sore hingga malam hari menjadi pembanding dengan daerah lain.
Menggunakan uji Chi square, diketahui bahwa wilayah PSG dan KRC menunjukkan pola sebaran rusa yang sama p 0.05 dengan jumlah populasi
rusa relatif stabil.
Gambar 2.2 Peta sebaran rusa dan pembagian wilayah lapangan 1. Pasanggrahan
PSG, 2. Kiara KIA, 3. Cihanda rusa CHR, 4. Calingcing CLC, 5. Karang copong KRC, 6.Gunung Calling GNC,7. Legon Madura
LGM, 8. Legon kobak LGK, 9. Ciapus CIA, 10. Kapuk KPK, 11. Cangcuit CCU. Garis pantai warna merah curam, hijau landai berpasir
putih, kuning pasir dan karang, hitam berkarang.
Pulau Peucang
12 Hal ini memberi indikasi bahwa rusa timor di Pulau Peucang pada sore
hingga malam hari lebih terkonsentrasi memanfaatkan areal padang rumput PSG dan hutan pantai KCP dibandingkan daerah lain. Apabila dibandingkan dengan
wilayah lain yakni KIA, CLC, dan GNC, hasil uji X
2
menunjukkan bahwa pola sebaran rusa timor di dua kelompok wilayah tersebut berbeda nyata P
0.05.Kondisi ini dapat dimaknai bahwa wilayah KIA, CLC dan GNC lebih digunakan rusa timor sebagai tempat untuk mencari makan pada siang hari dan
menjadi daerah lintasan rusa pada sore hari untuk menuju daerah PSG dan KCP sebagai tempat istirahat pada malam hari. Selain itu ketiga daerah tersebut juga
diperkirakan sebagai daerah overlap dari kelompok populasi rusa PSG dan KCP dalam mencari makan. Dilihat dari pola sebaran rusa timor di Pulau Peucang
menurut ruang spatial dan waktu, maka secara keseluruhan hasil pengamatan tersebut gambaran singkat dari pola sebarannya dapat direkap seperti disajikan
pada Tabel 2.2
Tabel 2.2 Rekapitulasi pola sebaran populasi rusa timor di Pulau Peucang menurut ruang dan waktu
Waktu WIB Sebaran Spasial Lokasi
Pagi 05.00-11.00 Di sekitar pantai sebelah barat dan selatan yang memiliki
pantai datar dan sebagian menuju ke GNC Siang 11.00-14.00
Menuju ke arah jalur patroli tengah Pulau Peucang Sore 14.00-18.00
Di dataran tinggi GNC dan rusa bagian CLC menuju KRC, sedang rusa CHR, KIA, dan CCU menuju padang rumput
PSG Malam-Dini Hari
19.00-04.00 Lebih banyak terkonsentrasi di PSG dan KRC
Gambar 2.3 Pertambahanpengurangan jumlah rusa persatuan waktu pada jam
14.00 – 19.00 terbagi ke dalam sebelas termin waktu di lima
wilayah pengamatan.
Hasil ini menunjukkan bahwa rusa di Pulau Peucang lebih sering ditemukan di habitat dataran rendah yakni KRC dan padang rumput. Sebagai satwa herbivora
khususnya sebagai pemakan rumput grasser maka kebiasaan rusa timor berada di padang rumput merupakan salah satu karakter dasar bioekologi rusa
sebagaimana dilaporkan oleh Kencana 2000 dan Pattisellano 2009.
3 4
4 11
5 4
5 2
15
4 4
1 18
1 4
5 11
2 6
5 4
5 2
10 3
12 13
4 2
12
2 28
2 3
10 6
19
3 5
7 20
3 16
13
1 22
7 11
18
1 PSG
KIA CLC
KRC GNC
13 Berdasarkan bentuk sebaran penggunaan ruang spasial, hasil pengamatan
menunjukkan bahwa rusa timor di Pulau Peucang lebih cenderung memanfaatkan ruang di sebelah barat pulau GNC dibanding dengan bagian timur. Diduga
pilihan penggunaan ruang ini dipengaruhi oleh dua faktor yakni kondisi tutupan vegetasi dan luas areal terbuka space. Wilayah barat Pulau Peucang memiliki
vegetasi pohon tinggi dan besar seperti kiara Ficus drupacea yang membentuk kanopi yang lebar sebagai naungan dan membentuk ruang terbuka yang cukup
luas di bagian bawahnya. Secara relatif kondisi di bawah tegakan pohon yang besar dan lebat dengan ruang yang cukup luas dan kelembaban udara yang cukup
tinggi 60
– 80 , menyebabkan tempat tersebut sangat baik, aman dan nyaman sebagai tempat istirahat pada siang hari bagi rusa untuk melakukan kegiatan
memamah biak proses pencernaan pakan, sedang wilayah timur Pulau Peucang yang kurang dipilih diduga karena kondisi vegetasinya relatif rapat yang
didominasi oleh pohon berdiameter kecil sehingga relatif sulit bagi rusa untuk bergerak secara leluasa. Selain itu, kondisi lapisan tanah di daerah timur pulau ini
sangat tipis dan didominasi batu karang yang relatif tajam dan keras, dengan kondisi seperti ini tidak aman dan nyaman bagi rusa untuk memanfaatkannya. Di
daerah timur pulau hanya digunakan oleh rusa jantan sebagai daerah jelajah sementara karena ditemukan beberapa jejak rusa jantan berupa semak yang
terpuntir akibat pelepasan lapisan tipis pada ranggah velvet pada masa perubahan dari ranggah muda menjadi ranggah keras di lokasi-lokasi pengamatan.
Berdasarkan bentuk sebaran spasialnya, hasil analisis data dengan uji Chi scuare X
2
menunjukkan bahwa secara umum bentuk sebaran spasial rusa timor Pulau Peucang di lima lokasi pengamatan adalah mengelompok Tabel 2.3.
Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Santosa 2008 di Taman Nasional Alas Purwo TNAP.
Tabel 2.3 Bentuk sebaran spasial rusa timor di Pulau Peucang di lima wilayah pengamatan
Ekosistem Populasi
χ²
hitung
χ²
tabel
Bentuk Sebaran
Frek ẍ S²
IP χ²
λ²=IPn-1 λ²
0.025
λ²
0.975
PSG 33
12.12 131.98 10.89 11.33
348.44 31.53
8.23 Mengelompok
KIA 33
4.12 6.86 1.66
18.00 53.26
17.53 2.18 Mengelompok
CLC 33
4.39 41.81 9.52
46.68 304.48
20.48 3.25 Mengelompok
KRC 33
11.97 40.84 3.41
16.09 109.19
32.85 8.91 Mengelompok
GNC 33
1.88 5.67 3.02
34.24 96.61
14.45 1.24 Mengelompok
PSG=Pasanggrahan, KIA=kiara, CLC=Calingcing, KRC=Karang copong, GNC= Gunung calling
Strategi sebaran mengelompok pada rusa timor ini di Pulau Peucang diduga kuat berkaitan dengan strategi ekologi ecological strategy dari rusa untuk
mencegah atau
menghindari diri
dari serangan
predator sekaligus
memaksimumkan pemanfaatan energi pada saat mencari makan. Indikasi dari hasil pengamatan lapang menunjukkan bahwa ketika rusa berada di padang
rumput dan bertemu dengan pengunjung atau petugas yang memberikan pakan, maka sikap waspada dari kelompok rusa jelas terlihat, meskipun sebagian besar
rusa yang diduga sudah adaptif setelah menunjukkan sikap waspada mengikutinya dengan memberikan respon mendekat ke petugas. Sebaliknya ketika pemberian
pakan dilakukan di hutan maka tak satupun rusa mendekat. Meskipun secara umum diketahui bahwa di Pulau Peucang tidak terdapat predator yang bersifat
14 aktif seperti macan kumbang, namun fakta menunjukkan bahwa rusa timor di
dalam hutan selalu menunjukkan sikap agresif terhadap kemungkinan adanya serangan predator. Ada beberapa predator pasif yang ditemukan di Pulau Peucang
seperti ular sanca dan biawak. Selain strategi dalam pola sebaran berkelompok seperti diuraikan di atas, strategi persebaran berkelompok ini terutama pada
malam hari di areal padang rumput yang terbuka juga diduga terkait dengan strategi memperkuat ikatan sosial antar kelompok-kelompok populasi rusa yang
ada.
Berdasarkan jumlah anggota kelompok rusa menurut pola sebarannya di setiap lokasi pada malam hari, maka dari hasil pengamatan diketahui bahwa
anggota kelompok rusa di setiap daerah sebarannya bersifat tidak permanen tetap, artinya anggota kelompoknya dapat berganti-ganti meskipun tidak setiap
hari. Hasil pengamatan di areal sebarannya, terutama untuk daerah Karang Copong KRC dan Pasanggrahan PSG sebagai habitat untuk tidur pada malam
hari jumlah anggota kelompok rusa berganti, karena kadang bertambah dan kadang berkurang. Suatu saat anggota kelompok rusa di Pasanggrahan dapat
berada di Karang Copong atau sebaliknya tergantung pada jarak terakhir keberadaan anggota kelompok rusa tersebut pada siang hari. Jika keberadaan
rusa lebih dekat ke Karang Copong KRC maka menjelang malam anggota kelompok rusa tersebut cenderung bergerak menuju ke KRC, sebaliknya apabila
keberadaannya lebih dekat ke Pasanggrahan PSG, maka rusa akan bergerak ke arah PSG untuk dijadikannya sebagai areal istirahat tidur. Fenomena ini dapat
dimaknai sebagai bagian dari strategi ekologi rusa didalam mengefisiensikan penggunaan energinya. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa dilihat dari jarak
habitat mencari makan feeding ground ke habitat untuk istirahat tidur yakni Karang Copong KRC di utara dan Pasanggrahan PSG di selatan sebenarnya
hanya sekitar 3 km dengan luas areal 200
– 250 ha, sehingga sesungguhnya dalam pergerakan hariannya, rusa timor mampu mencapai daerah-daerah tersebut,
namun untuk efisiensi energi rusa cenderung memilih habitat terdekat untuk berkumpul dan beristirahat tidur. Implikasinya fakta lapang menunjukkan bahwa
anggota kelompok rusa pada malam hari di kedua habitat istirahatnya KRC dan PSG bisa berubah-ubah bergantian atau bersifat tidak permanen. Sebagaimana
diketahui, luas wilayah jelajah home range rusa timor Rusa timorensis russa masing-masing untuk jantan dewasa 1531 ± 1143 ha, jantan remaja 513 ± 40 ha,
betina dewasa 225 ± 178 ha dan remaja betina 117 ± 15 ha Spaggiari Garine- Wichatitsky 2006.
Kondisi Vegetasi Habitat Rusa Timor
Analisis vegetasi untuk mengidentifikasi kondisi vegetasi habitat rusa timor di Pulau Peucang dilakukan di dua lokasi yang diketahui sebagai habitat utama
yang paling sering ditemukan rusa berkumpul pada malam hari, yakni Pasanggrahan PSG dan Karang Copong KRC. Hasil analisis vegetasi bawah
padang rumput yang diketahui sebagai pakan rusa timor di wilayah Pasanggrahan disajikan dalam Tabel 2.4. Gambaran kondisi padang rumput PSG
dan pantai Pulau Peucang dapat dilihat pada Gambar 2.4. Hasil analisis vegetasi menunjukkan bahwa terdapat sembilan jenis vegetasi bawah dimana empat jenis
diantaranya memiliki kerapatan relatif paling tinggi, berturut-turut dari yang
15 terbesar adalah jampang pait Cynodon dactylon K=25.14, mata kancil
23.46, bulu mata munding 15.08 dan meniran 12.85.
Tabel 2.4 Kerapatan vegetasi ekosistem padang rumput Pasanggrahan
No Nama daerah
Nama ilmiah Famili
KI Indivha KR
1 Jampang kawat
Cynodon dactylon Graminae
28.125 25,14
2 Mata kancil
Desmodium trifolium Poaceae
6.250 23,46
3 Bulu mata munding
Fimbristylia miliaceae Cyperaceae
16.875 15,08
4 Meniran
Phylanthus urinaria Euphorbiaceae
4.375 12,85
5 Kirapet
Parameria laevigata Apicinaceae
3.750 12,29
6 Gewor
Commelina benghalensis Commelinaceae
5.625 5,03
7
Dom-doman Chrysopogon aciculata
Graminae 1.875
1,68
8
Babadotan Phychostria robusta
Rubiaceae 625
0,56
9 Jampang pait
Axonopus compressus Graminae
625 0,56
KI = kerapatan Individu, KR=kerapatan relatif
Hasil analisis vegetasi habitat rusa untuk ekosistem pantai Pasanggrahan diketahui setidaknya ada 10 jenis vegetasi yang membentuk ekosistem pantai,
masing-masing dengan tingkat kerapatan berbeda-beda Tabel 2.5. Jenis vegetasi yang memiliki kerapatan paling tinggi adalah dari jenis pohon yakni nyamplung
Calophylum inophylum yakni 68.421, dan dari jenis tanaman merambat adalah katang-katang Ipomoea pescaprase 9.474. Jenis vegetasi pantai yang diketahui
menjadi sumber pakan rusa timor adalah daun pandan muda dan daun waru
Gambar 2.4 . Ekosistem padang rumput Pasanggrahan kiri dan Pantai Pulau
Peucang kanan Tabel 2.5
Kerapatan vegetasi tingkat semai di ekosistem pantai Pasanggrahan Pulau Peucang
Nama daerah Nama ilmiah
Famili KIindivha
KR 1. Nyamplung
Calophylum inophylum Cluciaceae
6.500 68,421
2. Katang-katang Ipomoea pescaprae
Convolvulceae 900
9,474 3. Tarum
Idigofera suffruticosa Fabaceae
800 8,421
4. Kiapuk Ceiba petandra
Bombacaceae 500
5,263 5. Pandan
Pandanus sp Pandanaceae
200 2,105
6. Lampeni Ardisia humilis
Myrsinaceae 200
2,105 7. Waru laut
Hibiscus tiliaceus Malvaceae
100 1,053
8. Malapari Porgamia pinnata
Fabaceae 100
1,053 9. Bakung
Lilium sp Liliaceae
100 1,053
10. Bintaro Cerbera manghas
Apocinaceae 100
1,053
Hasil analisis vegetasi untuk tingkat pancang, tiang dan pohon di ekosistem pantai Pasanggrahan, masing-masing disajikan pada Tabel 2.6, Tabel 2.7 dan
Tabel 2.8. Hasil identifikasi jenis vegetasi diketahui masing-masing untuk tingkat
16 pancang, tiang dan pohon berturut-turut ditemukan sebanyak 9 jenis, 7 jenis dan 7
jenis dengan tingkat kerapatannya yang berbeda-beda. Hasil identifikasi juga menunjukkan bahwa dari jenis-jenis vegetasi tersebut diantaranya diketahui
sebagai jenis pakan rusa timor. Untuk tingkat pancang jenis vegetasi yang diketahui sebagai pakan rusa timor adalah pandan dan areay kacepot, sedangkan
untuk tingkat tiang adalah jenis jambu kopo dan untuk tingkat pohon adalah waru
Tabel 2.6
Kerapatan vegetasi tingkat pancang ekosistem pantai Pasanggrahan
Nama daerah Nama ilmiah
Famili KI indivha
KR 1. Laban laut
Vitex regundo Verbenaceae
1.200 40,00
2. Lampeni Ardisia humilis
Myrsinaceae 700
23,33 3. Pandan
Pandanus sp Pandanaceae
200 6,67
4. Areuy asahan Tetracera scandens
Dellinaceae 200
6,67 5. Kiapuk
Ceiba petandra Bombacaceae
100 3,33
6. Areuy kacepot Salacia macropylla
Celastraceae 100
3,33 7. Tarum
Idigofera suffruticosa Fabaceae
100 3,33
8. Nyamplung Calophylum inophylum
Cluciaceae 100
3,33 9. Kitanjung
Buchanaria arborescens Anacardiaceae
100 3,33
Tabel 2.7 Kerapatan vegetasi tingkat tiang ekosistem pantai Pasanggrahan
No Nama daerah Nama ilmiah
Famili KIindivha
KR