Segel Faktor faktor penentu produk ranggah muda Rusa timorensis (de Blainville 1822) di habitat alami dan penangkaran

17 Tabel 2.10 Indeks Nilai Penting vegetasi pantai di Pasanggrahan Nama daerah Nama ilmiah Famili DR FR INP 1. Laban laut Vitex regundo verbenaceae 40,00 21,43 61,43 2. Lampeni Ardisia humilis Myrsinaceae 23,33 14,29 37,62 3. Pandan Pandanus sp Pandanaceae 6,67 14,29 20,95 4. Liana asahan Tetracera scandens Dellinaceae 6,67 7,14 13,81 5. Kiapuk Ceiba petandra Bombacaceae 3,33 7,14 10,48 6. Areuy kecepot Salacia macropylla Celastraceae 3,33 7,14 10,48 7. Tarum Idigofera suffruticosa Fabaceae 3,33 7,14 10,48 8. Nyamplung Calophylum inophylum Cluciaceae 3,33 7,14 10,48 9. Kitanjung Buchanaria arborescens Anacardiaceae 3,33 7,14 10,48 Jumlah 100 100 200 Tabel 2.11 Indeks Nilai Penting vegetasi pantai Nama daerah Nama ilmiah Famili DR FR DoR INP 1. Nyamplung Calophylum inophylum Cluciaceae 23,08 27,27 32,46 82,81 2. Pakis haji Cycas rumphii 15,38 9,09 18,02 42,50 3. Laban laut Vitex regundo Verbenaceae 15,38 9,09 15,06 39,53 4. Kecepot Salacia macropylla Celastraceae 7,69 9,09 8,40 25,18 5. Pandan Pandanus sp Pandanaceae 7,69 9,09 6,97 23,75 6. Kiciap Ficus callosa Moraceae 7,69 9,09 6,43 23,22 7. Jambu kopo Eugenia subglauca Myrtaceae 7,69 9,09 4,95 21,74 8. Lampeni Ardisia humilis Myrsinaceae 7,69 9,09 2,74 19,53 Jumlah 100 100 100 300 Tabel 2.12. Indeks Nilai penting Strata pohon vegetasi pantai Nama daerah Nama ilmiah Famili DR FR DoR INP 1. Nyamplung Calophylum inophylum Cluciaceae 70,97 50,00 76,57 197,53 2. Kampis Hernandia peltata Hernandiaceae 4,84 5,56 13,13 23,53 3. Waru Hibiscus tiliaceus Malvaceae 6,45 11,11 2,40 19,97 4. Kitanjung Buchanaria arborescens Anacardiaceae 4,84 5,56 2,90 13,29 5. Kampis Hernandia peltata Hernandiaceae 3,23 5,56 1,34 10,12 6. Kiciap Ficus callosa Moraceae 1,61 5,56 0,91 8,08 7. Kenal Cordia subcordata Borraginaceae 1,61 5,56 0,68 7,85 8. Kiapuk Ceiba petandra Bombacaceae 1,61 5,56 0,45 7,62 Jumlah 100 100 100 300 Dilihat dari fungsi vegetasi sebagai pakan rusa timor, maka hasil perhitungan Indeks Keragaman jenis vegetasi pakan menunjukkan bahwa secara umum kondisi vegetasi pakan rusa timor di Pulau Peucang berstatus rendah sampai sedang Tabel 2.13. Kondisi ini menunjukkan bahwa potensi keanwkaragaman jenis vegetasi pakan rusa timor di Pulau Peucang relatif rendah. Oleh karena itu diperlukan upaya pengelolaan agar ketersediaannya dapat memenuhi kebutuhan populasi rusa yang ada. Tabel 2.13 Indeks keragaman jenis pakan pada berbagai tingkat pertumbuhan pada ekosistem Pulau Peucang Indeks keragaman pakan tingkat semai Besaran Status Ekosistem padang rumput 1.3648 Rendah Ekosistem pantai 0.5555 Rendah Ekosistem ekoton 0.8520 Rendah Ekosistem dataran rendah 0.9454 Rendah Ekosistem dataran tinggi 1.0206 Rendah Indeks keragaman pakan tingkat pancang Ekosistem pantai 0.7051 Rendah Ekosistem ekoton 1.4244 Rendah Ekosistem dataran rendah 0.3466 Rendah Ekosistem dataran tinggi 1.0691 Rendah Indeks keragaman pakan tingkat tiang 0.9570 Rendah 18 Ekosistem pantai Ekosistem ekoton 1.0222 Rendah Ekosistem dataran rendah 1.5578 Sedang Ekosistem dataran tinggi 1.3682 Rendah Indeks keragaman pakan tingkat pohon Ekosistem pantai 0.6740 Rendah Ekosistem ekoton 0.6740 Rendah Ekosistem dataran rendah 1.8068 Sedang Ekosistem dataran tinggi 1.2413 Rendah Habitat Preferensial Rusa Timor Hasil analisis habitat preferensial rusa timor di Pulau Peucang berdasarkan frekuensi kehadiran rusa timor di suatu tempat menggunakan analisis regresi Stepwise menunjukkan bahwa faktor-faktor penentu tersebut adalah kelembaban udara X 8 , ketinggian X 1 , jarak dari jalur patroli X 3 , jarak dari padang rumput X 5 , dan temperatur X 7 dengan persamaan regresi Y= -6.61+1.74X 8 - 1.40 X 1 – 0.32X 3 + 0.17X 5 + 1.56X 7 , dan nilai koefisien korelasi Pearson r sebesar 0.897 dan koefisien determinan R 2 sebesar 0.804 p 0.05. Hasil ini mengindikasikan bahwa rusa timor menyukai habitat dengan kelembaban yang lebih tinggi, dekat dengan jalur patroli, jauh dari padang rumput menuju kawasan KRC, suhu tinggi dan daerah datar atau daerah dengan ketinggian rendah. Hal ini juga menunjukkan bahwa secara umum rusa timor memiliki preferensi tertentu didalam memilih suatu tempat sebagai habitatnya. Di bawah ini disajikan uraian singkat tentang masing-masing faktor penentu habitat preferensial rusa timor di Pulau Peucang, sebagai berikut: Faktor Kelembaban dan Suhu Udara Rusa timor di Pulau Peucang menyukai habitat yang memiliki kelembaban dan suhu udara tinggi. Hasil pengamatan lapang diketahui bahwa pada waktu pagi rusa timor cenderung mendekati daerah pantai sebagai habitat dengan kondisi suhu udara lebih hangat, dan pada siang hari bergerak menuju ke tengah pulau dan berteduh di bawah pohon berkanopi lebar dengan kondisi kelembaban udara relatif tinggi lebih sejuk. Kesukaan rusa timor menempati habitat dengan pohon berkanopi lebar ini serupa dengan kesukaan rusa merah Cervus elaphus, namun tidak sama dengan rusa roe Bokorwski 2004. Menurut Welch et al. 1990 habitat semak belukar lebih banyak digunakan oleh rusa merah dari pada rusa roe, sedangkan habitat dengan tumbuhan berkanopi lebar lebih banyak digunakan oleh rusa roe karena kaya tanaman herba. Hasil pengukuran suhu dan kelembaban udara diketahui bahwa habitat yang paling disukai rusa timor di Pulau Peucang adalah habitat dengan suhu udara 28- 31 o C, dan kelembaban udara sekitar 50 - 80. Suhu udara ini termasuk dalam sebaran suhu yang toleran untuk rusa timor, karena menurut Tuckwell 1998 rusa timor kurang tahan terhadap udara dingin, sehingga biasanya rusa timor memerlukan shelter yang memadai untuk berlindung dan habitat yang memiliki sumber pakan berenergi tinggi agar dapat bertahan di habitat bercuaca dingin. Pengamatan lapang menunjukkan bahwa pada malam hari rusa timor cenderung berada di daerah terbuka yang berdekatan dengan jalur patroli dengan lebar 0 – 20 m. Selain itu pada malam hari rusa timor juga banyak ditemukan beristirahat sambil memamahbiak di daerah padang rumput grazing area yang 19 tidak terlalu luas + 0.5 ha dengan kondisi yang lebih hangat karena telah menerima paparan sinar matahari sepanjang hari. Faktor Ketinggian Tempat Rusa timor tidak menggunakan seluruh wilayah ketinggian di Pulau Peucang sebagai habitatnya, karena fakta lapang menunjukkan bahwa rusa timor ternyata cenderung memilih daerah datar sampai dengan ketinggian tertentu sebagai habitat preferensialnya. Hal ini dibuktikan bahwa daerah dengan ketinggian tertinggi 71 m ternyata tidak digunakan rusa timor sebagai habitatnya. Hasil uji statistik Chi Square - χ 2 menunjukkan bahwa perbedaan ketinggian tempat berpengaruh nyata p0.05 terhadap keberadaan rusa nilai χ 2 χ 2 hitung = 15.50 χ 2 0.05,2 = 5.99. Rekapitulasi hasil perhitungan X 2 disajikan pada Tabel 2.14. Kondisi ini menunjukkan bahwa umumnya rusa timor lebih menyukai daerah datar sebagai habitatnya terutama untuk tempat istirahat pada malam hari, dan tidak menyukai daerah dengan ketinggian lebih dari 40 m. Hasil perhitungan Indeks Neu membuktikan bahwa perbedaan ketinggian tempat berpengaruh nyata P0.05 terhadap keberadaan rusa timor di Pulau Peucang Tabel 2.15. Meskipun secara umum rusa timor diakui sebagai satwa yang memiliki kemampuan adaptasi tinggi terhadap perubahan kondisi lingkungan termasuk toleransinya terhadap perbedaan ketinggi tempat hingga mencapai 2600 m Padmala et al. 2003 namun fakta di Pulau Peucang menunjukkan bahwa umumnya rusa timor cenderung lebih menyukai daerah dengan ketinggi 20-40 m. Tabel 2.14 Rekapitulasi perhitungan χ 2 untuk menguji hubungan antara kehadiran rusa dengan ketinggian tempat Ketinggian m Luas Ha Proporsi Frekuensi observasi Oi Frekuensi harapan Ei O i -E i 2 Ei 1 2 3 4 5 6 0 - 20 m 74 0.17 15 11.98 0.76 20 - 40 m 252 0.58 52 40.85 3.05 40 m 106 0.25 3 17.17 11.69 Jumlah 432 70 70.00 15.50 Frekuensi harapan rusa Ei = kolom 3 x jumlah kolom 4 Gaspersz 1994, χ 2 hitung = 15.50 χ 2 0.05,2 = 5.99. Tabel 2.15 Indeks Neu preferensi habitat rusa terhadap ketinggian tempat Kelas Lereng Ketersediaan Perjumpaan rusa Indeks Luas Ha Proporsi a Tercatat n Proporsi r Seleksi w Terstandar b 0 - 20 m 74 17 15 21 1.235 0.46 20 - 40 m 252 58 52 74 1.276 0.48 40 m 106 25 3 4 0.160 0.06 432 100 70 2.671 1.00 Berdasarkan Tabel 2.15 di atas terlihat bahwa rusa timor di Pulau Peucang hanya menyukai daerah dengan ketinggian 0 – 20 m sampai 20 – 40 m, dan tidak menyukai daerah yang lebih tinggi meskipun bebas dari gangguan manusia. Fenomena ini berbeda dengan rusa merah dalam penggunaan habitatnya selama musim panas dan dingin sesuai dengan pernyataan Palmer dan Truscott 2003 bahwa rusa merah selama musim dingin lebih cenderung menyukai habitat berketinggian rendah, lebih terlindungi dan memiliki tutupan tajuk yang tinggi. 20 Faktor Jarak dari Jalur Patroli Jalur patroli diketahui mempengaruhi keberadaan rusa timor terutama pada siang hingga malam hari. Hasil uji statitik Chi square – X 2 menunjukkan bahwa rusa timor memiliki perbedaan tingkat kesukaan habitat dengan jarak tertentu dari jalur patroli ditandai dengan nilai χ 2 hitung = 27.68 ≥ χ 2 0.05,3 = 7.81 Tabel 2.16. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa semakin jauh jarak suatu tempat sebagai habitat rusa dengan jalur patroli maka semakin sedikit dijumpai rusa timor. Secara umum keberadaan rusa di sekitar jalur patroli paling banyak ditemukan pada jarak 0 sampai 100 m, sebagaimana dibuktikan dengan hasil perhitungan Indeks Neu W1 seperti disajikan pada Tabel 2.17. Rusa timor cenderung memilih habitat yang lebih dekat dengan manusia dengan jarak kurang dari 100 m dari jalur patroli. Kondisi menunjukkan bahwa rusa timor di Pulau Peucang justru merasa aman dan nyaman didekat orang dan merasa kurang aman apabila berada di tengah hutan. Rusa timor di Pulau Peucang dapat dikatakan sudah adaptif dengan manusia sehingga menunjukkan perilaku “jinak” bila berada di daerah jalur patroli, namun sangat agresif bila ditemukan di wilayah yang jauh dari jalur patroli dalam hutan karena cenderung lebih peka sensitif dengan menunjukkan perilaku agresif kemudian lari menjauh dari manusia. Tabel 2.16 Rekapitulasi perhitungan χ 2 untuk menguji hubungan antara kehadiran rusa dengan jarak dari jalur patroli jarak dari jalur patroli m Luas Ha Proporsi p Observasi Oi Harapan Ei Oi - Ei 2 Ei 1 2 3 4 5 6 0 - 100 101.99 0.39 48 27.24 15.81 101 - 200 65.62 0.25 13 17.53 1.17 201 - 300 49.56 0.19 6 13.24 3.96 301 - 400 44.89 0.17 3 11.99 6.74 262.06 70 70 27.68 Frekuensi harapan Ei = kolom 3 x jumlah kolom 4 Gaspersz 1994, χ 2 hitung = 27.68 ≥ χ 2 0.05,3 = 7.81 Tabel 2.17 Indeks Neu preferensi habitat rusa terhadap jarak dari jalur patroli jarak dari jalur patroli m Kehadiran Perjumpaan Terstandar b luas ha Proporsi p Teramati n Proporsi Seleksi r w 1 2 3 4 5 6 7 0 - 100 101.99 38.92 48 68.57 1.76 0.55 101 - 200 65.62 25.04 13 18.57 0.74 0.23 201 - 300 49.56 18.91 6 8.57 0.45 0.14 301 - 400 44.89 17.13 3 4.29 0.25 0.08 262.06 100 70 100 3 1 Perilaku adaptif atau jinak yang ditunjukkan oleh rusa timor di habitat yang dekat dengan jalur patroli tersebut di atas dapat dimengerti karena jalur patroli tersebut juga merupakan jalur perjalanan wisatawan dengan frekuensi kunjungan yang cukup tinggi. Melalui proses pembiasaan habituasi dari intensitas interkasi rusa timor dengan wisatawan yang melewati jalur itu secara terus menerus akhirnya berdampak pada perubahan perilaku rusa menjadi adaptif dan lebih jinak terhadap manusia, bahkan pada jarak sekitar 10 m rusa timor tetap terlihat tenang 21 dan cenderung memberikan respon mendekat apabila ada orang yang melewati jalur patroli tersebut. Berbeda halnya dengan rusa-rusa yang ada di dalam hutan, umumnya menunjukkan perilaku agresif, waspada dan menghindar apabila bertemu dengan manusia. Diperkirakan rusa timor di dalam hutan cenderung menghindari manusia sampai mencapai jarak lebih dari 50 m dari jalur patroli. Jarak dari Padang Rumput Keberadaan rusa di padang rumput Pasanggrahan umumnya hanya terlihat pada waktu sore hingga pagi dini hari jam 14.00 – 04.00 WIB. Sebelum waktu- waktu tersebut rusa timor di Pulau Peucang cenderung menjauh dari padang rumput. Hasil uji statistik Chi square – X 2 menunjukkan bahwa perbedaan jarak padang rumput berpengaruh nyata terhadap kehadiran rusa timor seperti dijelaskan pada Tabel 2.18. Adapun hasil perhitungan Indeks Neu preferensi habitat rusa timor terhadap jarak dari padang rumput disajikan pada Tabel 2.19. Tabel 2.18 Rekapitulasi perhitungan χ 2 untuk menguji hubungan antara kehadiran rusa dengan jarak dari padang rumput jarak dari padang rumput m Luas Ha Proporsi p Observasi Oi Harapan Ei Oi - Ei 2 Ei 1 2 3 4 5 6 0 - 1000 m 121.32 0.29 33 20.05 8.36 1000 - 2000 m 263.25 0.62 27 43.51 6.27 2000 m 38.91 0.09 10 6.43 1.98 423.48 70 16.60 Frekuensi harapan Ei = kolom 3 x jumlah kolom 4 Gaspersz 1994, χ 2 hitung = 16.60 ≥ χ 2 0.05,2 = 5.99 Tabel 2.19. Indeks Neu preferensi habitat rusa terhadap jarak dari padang rumput Berdasarkan hasil analisis tersebut Tabel 2.19 diketahui bahwa rusa timor menyukai habitat dengan jarak dari padang rumput sekitar 0 – 1000 m dan lebih dari 2000 m, namun tidak menyukai habitat yang berjarak 1000-2000 m dari padang rumput. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa rusa timor di Pulau Peucang memiliki dua arah pergerakan secara berlawanan didalam memanfaatkan suatu habitat sebagai area padang rumput grazing area untuk mencari makan. Kelompok rusa timor yang berada di suatu habitat dengan jarak 0-1000 m dari padang rumput cenderung bergerak menuju areal padang rumput di Padangsanggrahan PSG untuk istitrahat pada malam hari, namun apabila keberadaan rusa timor tersebut berjarak 2000 m dari areal padang rumput maka cenderung bergerak mengarah ke areal padang rumput di Karang Copong KRC. jarak dari jalur patroli m Kehadiran Perjumpaan Terstandar b Luas ha Proporsi p Teramati n Proporsi r Seleksi w 1 2 3 4 5 6 7 0 - 1000 m 121.32 28.64 33 47.14 1.65 0.43 1000 - 2000 m 263.25 62.16 27 38.57 0.62 0.16 2000 m 38.91 9.19 10 14.29 1.55 0.41 423.48 99.99 70 100 3.82 1 22 Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kelompok-kelompok rusa timor di kedua habitat tersebut PSG dan KRC terlihat sudah adaptif dengan kehadiran manusia, sehingga ketika berada di areal padang rumput dari kedua habitat tersebut, rusa tidak lagi menunjukkan perilaku agresif atau menghindar, melainkan rusa tampak tenang dan terus melakukan kegiatan memamahbiak sambil berisitirahat tanpa merasa terganggung dengan kehadiran aktivitas manusiadi sekitarnya. Secara umum rusa timor digolong sebagai pemakan rumput grazer seperti halnya rusa sika Hofmann 1985 meskipun dalam kondisi tertentu dapat bersifat browser atau pemakan semak tergantung pada ketersediaan tumbuhan pakannya di suatu habitat. Hasil pengamatan di Pulau Peucang juga menunjukkan bahwa rusa timor terutama rusa betina dewasa, betina remaja, anak, dan jantan remaja lebih dominan berkumpul dan melakukan aktivitas makan di padang rumput, sehingga dapat menjadi indikasi bahwa rusa timor tersebut tergolong sebagai pemakan rumput grazer. Berbeda halnya dengan rusa timor berkelamin jantan dewasa pada fase rangga muda, ternyata diketahui di lapangan cenderung ditemukan terbatas di habitat berupa hutan sehingga lebih bersifat pemakan semak browser. Fakta menunjukkan bahwa rusa timor jantan fase ranggah muda sampai ranggah keras di Pulau Peucang ternyata lebih memilih areal habitat di Cihanda, Calingcing, dan Karang Copong, dan sangat jarang ditemukan di areal Gunung Calling ataupun di Kiara. Fenomena soliter menyendiri dari rusa timor jantan fase rangga muda ini diduga lebih sebagai cara untuk menghindari diri dari serangan jantan dewasa yang telah memiliki rangga keras, karena kalah bersaing. Memang ada beberapa pengecualian terutama rusa-rusa jantan yang telah adaptif, maka pada fase rangga muda mereka masih tetap terlihat berada di areal padang rumput dengan aman dan merasa tidak terganggu baik dengan rusa jantan lain maupun dengan manusia. Fenomena persaingan kompetisi antar pejantan lebih terlihat pada saat musim kawin September-Desember. Rusa jantan dewasa pada fase rangga keras biasanya keluar menuju areal padang rumput dan terjadi perkelahian antar pejantan untuk memperebutkan betina. Bukan mencari makan. Biasanya pejantan yang menang menunjukkan penguasaan wilayah teritorialitas sementara pejantan yang kalah danatau yang berada pada fase rangga muda cenderung menghindar dan bergerak ke dalam hutan atau daerah ekoton diantara hutan dan padang rumput. Gambaran kondisi tersebut di atas mengharuskan setiap pengelola untuk dapat mengidentifikasi persebaran kelompok populasi atau individu-individu rusa jantan fase rangga muda dan menentukan teknik pengelolaan habitatnya agar lebih memungkinkan ketersediaan tumbuhan pakan yang cukup dan berkualitas baik sehingga dapat digunakan oleh rusa-rusa tersebut. Hal ini terutama apabila dikaitkan dengan kepentingan pengaturan pemanfaatan rusa timor sebagai komoditas ekonomi khususnya untuk menghasilkan rangga muda velvet antler sebagai produk utamanya. 23 SIMPULAN 1. Bentuk sebaran spasial rusa timor di Pulau Peucang adalah mengelompok dengan konsentrasi pengelompokan pada malam hari adalah di daerah pantai dari wilayah Karang Copong dan di padang rumput Pasanggrahan. 2. Kerapatan jenis vegetasi di padang rumput Pasanggrahan yang paling tinggi adalah jampang pait Cynodon dactylon sebagai salah satu jenis pakan rusa timor. Indeks keragaman vegetasi pakan rusa timor di Pulau Peucang berada pada kisaran rendah sampai sedang. 3. Faktor penentu keberadaan rusa di suatu tempat dipengaruhi oleh kelembaban, ketinggian, jarak dari jalur patroli, jarak dari padang rumput, dan suhu dengan persamaan regresi Yfrekeuensi kehadiran = - 6.611 + 1.743Xkelembaban – 1.402 Xketinggian – 0.317 Xjarak dari jalur patroli + 0.170 Xjarak dari padang rumput + 1.563 Xsuhu. koefisien diterminasi R 2 =80.4, p 0,05. 24

3. HUBUNGAN PAKAN PREFERENSIAL DENGAN PRODUK

RANGGAH MUDA Rusa timorensis DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON PENDAHULUAN Salah satu produk rusa yang mempunyai nilai ekonomi tinggi adalah ranggah muda velvet antler yang digunakan sebagai bahan dasar obat China dan sebagai anti oksidan alami Dradjat 2000; Zhou Li 2009. Saat ini ranggah muda sangat penting sebagai suplemen untuk meningkatkan prestasi atletik dan anti penuaan utamanya karena memiliki kandungan Insulin Like Growth Factor IGF-1 yang tinggi Suttie Haines 2001, glycosaminoglycans GAGs, vitamin A dan E, mineral, asam uronat, dan asam sialat Tuckwell 2003; Lee et al. 2007. Ranggah muda juga mengandung mineral terutama Ca Ca, P P, sodium Na, Mg Mg, Mn Mn, selenium Se, dan zat besi Fe, serta mengandung 8 jenis asam amino esensial dan 15 asam amino bebas non esensial Kawtikwar 2010. Kualitas ranggah muda dipengaruhi beberapa faktor seperti genetik, kematangan ukuran badan, umur rusa, waktu pemotongan ranggah, strain atau seleksi, dan derajat hibridisasi Gibbs 2006 dan tahap perkembangan ranggah Jeon et al. 2011. Selain itu, juga diketahui bahwa komposisi kimia ranggah muda berhubungan dengan jenis pakan yang dikonsumsi rusa. Hasil penelitian Esteves et al. 2008 pada rusa merah menunjukkan bahwa kandungan protein, Na, Mg dan K ranggah rusa ternyata dapat berbeda karena adanya perbedaan pakan yang dikonsumsi meskipun untuk total kandungan Ca, Fe dan Zn tidak berbeda. Kilgo dan Labisky 1995 juga menyatakan bahwa nutrisi memegang peran penting dalam mengatur perkembangan ranggah, terutama jumlah protein, Ca, P, dan Mg dalam pakan yang dikonsumsinya. Hasil penelitian Scmidt et al. 2001 dan Jeon et al. 2006 pada rusa merah Cervus elaphus ternyata juga menunjukkan bahwa panjang ranggah tahunan sangat terkait dengan ketersediaan dan kualitas nutrisi dan manajemen populasi yang dilakukan. Terkait dengan kualitas pakan yang dikonsumsi, di alam rusa ternyata diketahui memiliki preferensi tertentu terhadap jenis-jenis hijauan pakan sebagaimana ditunjukkan oleh hasil penelitian Mukhtar 2004 pada Rusa timorensis di Pulau Peucang Taman Nasional Ujung Kulon TNUK. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dari 91 hijauan jenis pakan rusa yang ditemukan dikonsumsi ternyata sebanyak 31 jenis diantaranya diketahui sebagai jenis yang paling sering dipilih preferensial terutama dari jenis rumput dan terna. Pertanyaannya, apakah kualitas pakan rusa yang direpresentasikan oleh kualitas pakan preferensial yang dikonsumsi memiliki korelasi signifikan dengan kualitas produk ranggah muda yang dihasilkan rusa. Selain faktor pakan dan tingkat konsumsinya, kualitas dan kuantitas produk ranggah muda rusa ternyata juga berbeda pada setiap kelas umur rusa dan umur panen ranggah. Umumnya rusa yang berumur lebih tua menghasilkan ranggah dengan ukuran lebih besar dan kualitas yang lebih baik dibanding rusa yang berumur lebih muda. Kualitas ranggah muda menurut grading system di New 25 Zealand didasarkan atas kombinasi antara berat, kesimetrisan, panjang dan diameter ranggah muda Jamal et al. 2005 Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa kualitas produk ranggah muda ranggah muda berhubungan dengan umur rusa, umur panen ranggah serta kualitas dan tingkat konsumsi pakannya. Hasil penelitian ranggah muda pada beberapa jenis rusa yang telah dilakukan oleh Gibbs 2006; Jeon et al. 2011; dan Estevez Et al. 2006 umumnya dilakukan di daerah empat musim, sehingga menimbulkan pertanyaa, apakah hal itu juga berlaku pada rusa timor Rusa timorensis sebagai rusa tropis dan dipelihara di daerah tropis. Salah satu daerah sebaran Rusa timorensis di daerah tropis khususnya di Indonesia adalah di Taman Nasional Ujung Kulon TNUK. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka penelitian ini dilakukan di TNUK, dengan tujuan untuk : a mengidentifikasi preferensi dan kualitas pakan yang disukai preferensial Rusa timorensis jantan dewasa fase ranggah muda di TNUK, b mengidentifikasi dan mencari hubungan antara kualitas produk ranggah muda Rusa timorensis di TN UK pada umur panen berbeda, dan c mencari ada tidaknya hubungan antara kualitas pakan preferensial dengan kualitas produk ranggah muda Rusa timorensis di TNUK. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian lapang untuk pengambilan data tentang hijauan pakan rusa, pengumpulan contoh ranggah muda rusa dilakukan di Pulau Peucang dan Pulau Handeleum Taman Nasional Ujung Kulon. Analisis nilai nutrisi pakan dan kandungan asam amino ranggah muda dilakukan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan INTP Fakultas Peternakan IPB, sedangkan analisis mineral pakan rusa dan mineral ranggah dilakukan di Balai Penelitian Tanah Bogor. Penelitian dilakukan selama bulan Desember sampai Juli 2012. Materi Penelitian Materi yang digunakan untuk menganalisis tingkat preferensi pakan rusa di TN Ujung Kulon adalah semua tumbuhan yang diketahui sebagai pakan Rusa timorensis. Mengacu pada Mukhtar 2004 maka jumlah jenis tumbuhan pakan rusa di Pulau Peucang sekitar 91 jenis. Analisis nilai gizi pakan rusa digunakan sepuluh jenis yang memiliki tingkat preferensi tinggi berdasarkan hasil analisis preferensi. Analisis kualitas produk ranggah muda digunakan 5 ekor rusa timor jantan yang berumur lebih dari 3 tahun, masing-masing satu ekor dari Pulau Peucang dan empat ekor dari Pulau Handeuleum. Kelima ekor rusa jantan tersebut dibedakan menjadi tiga kategori umur panen ranggah yakni umur panen 55 hari 2 ekor, 60 hari 2 ekor dan 65 hari 1 ekor. Masing-masing produk ranggah dari ketiga kategori usia panen ini selanjutnya digunakan sebagai bahan untuk analisis kandungan mineral dan asam amino ranggah. Metode Penelitian Preferensi dan Kualitas Pakan Rusa timorensis Pengambilan data untuk menganalisis preferensi pakan dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lapang, yakni di jalur-jalur pengamatan dimana rusa