Segel Faktor faktor penentu produk ranggah muda Rusa timorensis (de Blainville 1822) di habitat alami dan penangkaran
17 Tabel 2.10 Indeks Nilai Penting vegetasi pantai di Pasanggrahan
Nama daerah Nama ilmiah
Famili DR
FR INP
1. Laban laut Vitex regundo
verbenaceae 40,00
21,43 61,43
2. Lampeni Ardisia humilis
Myrsinaceae 23,33
14,29 37,62
3. Pandan Pandanus sp
Pandanaceae 6,67
14,29 20,95
4. Liana asahan Tetracera scandens
Dellinaceae 6,67
7,14 13,81
5. Kiapuk Ceiba petandra
Bombacaceae 3,33
7,14 10,48
6. Areuy kecepot Salacia macropylla
Celastraceae 3,33
7,14 10,48
7. Tarum Idigofera suffruticosa
Fabaceae 3,33
7,14 10,48
8. Nyamplung Calophylum inophylum
Cluciaceae 3,33
7,14 10,48
9. Kitanjung Buchanaria arborescens
Anacardiaceae 3,33
7,14 10,48
Jumlah 100
100 200
Tabel 2.11 Indeks Nilai Penting vegetasi pantai
Nama daerah Nama ilmiah
Famili DR
FR DoR
INP 1. Nyamplung
Calophylum inophylum Cluciaceae
23,08 27,27
32,46 82,81
2. Pakis haji Cycas rumphii
15,38 9,09
18,02 42,50
3. Laban laut Vitex regundo
Verbenaceae 15,38
9,09 15,06
39,53 4. Kecepot
Salacia macropylla Celastraceae
7,69 9,09
8,40 25,18
5. Pandan Pandanus sp
Pandanaceae 7,69
9,09 6,97
23,75 6. Kiciap
Ficus callosa Moraceae
7,69 9,09
6,43 23,22
7. Jambu kopo Eugenia subglauca
Myrtaceae 7,69
9,09 4,95
21,74 8. Lampeni
Ardisia humilis Myrsinaceae
7,69 9,09
2,74 19,53
Jumlah 100
100 100
300
Tabel 2.12. Indeks Nilai penting Strata pohon vegetasi pantai
Nama daerah Nama ilmiah
Famili DR
FR DoR
INP 1.
Nyamplung Calophylum inophylum
Cluciaceae 70,97
50,00 76,57
197,53 2.
Kampis Hernandia peltata
Hernandiaceae 4,84
5,56 13,13
23,53 3.
Waru Hibiscus tiliaceus
Malvaceae 6,45
11,11 2,40
19,97 4.
Kitanjung Buchanaria arborescens
Anacardiaceae 4,84
5,56 2,90
13,29 5.
Kampis Hernandia peltata
Hernandiaceae 3,23
5,56 1,34
10,12 6.
Kiciap Ficus callosa
Moraceae 1,61
5,56 0,91
8,08 7.
Kenal Cordia subcordata
Borraginaceae 1,61
5,56 0,68
7,85 8.
Kiapuk Ceiba petandra
Bombacaceae 1,61
5,56 0,45
7,62 Jumlah
100 100
100 300
Dilihat dari fungsi vegetasi sebagai pakan rusa timor, maka hasil perhitungan Indeks Keragaman jenis vegetasi pakan menunjukkan bahwa secara
umum kondisi vegetasi pakan rusa timor di Pulau Peucang berstatus rendah sampai sedang Tabel 2.13. Kondisi ini menunjukkan bahwa potensi
keanwkaragaman jenis vegetasi pakan rusa timor di Pulau Peucang relatif rendah. Oleh karena itu diperlukan upaya pengelolaan agar ketersediaannya dapat
memenuhi kebutuhan populasi rusa yang ada.
Tabel 2.13 Indeks keragaman jenis pakan pada berbagai tingkat pertumbuhan pada ekosistem Pulau Peucang
Indeks keragaman pakan tingkat semai Besaran
Status Ekosistem padang rumput
1.3648 Rendah
Ekosistem pantai 0.5555
Rendah Ekosistem ekoton
0.8520 Rendah
Ekosistem dataran rendah 0.9454
Rendah Ekosistem dataran tinggi
1.0206 Rendah
Indeks keragaman pakan tingkat pancang Ekosistem pantai
0.7051 Rendah
Ekosistem ekoton 1.4244
Rendah Ekosistem dataran rendah
0.3466 Rendah
Ekosistem dataran tinggi 1.0691
Rendah Indeks keragaman pakan tingkat tiang
0.9570 Rendah
18
Ekosistem pantai Ekosistem ekoton
1.0222 Rendah
Ekosistem dataran rendah 1.5578
Sedang Ekosistem dataran tinggi
1.3682 Rendah
Indeks keragaman pakan tingkat pohon Ekosistem pantai
0.6740 Rendah
Ekosistem ekoton 0.6740
Rendah Ekosistem dataran rendah
1.8068 Sedang
Ekosistem dataran tinggi 1.2413
Rendah
Habitat Preferensial Rusa Timor
Hasil analisis habitat preferensial rusa timor di Pulau Peucang berdasarkan frekuensi kehadiran rusa timor di suatu tempat menggunakan analisis regresi
Stepwise menunjukkan bahwa faktor-faktor penentu tersebut adalah kelembaban udara X
8
, ketinggian X
1
, jarak dari jalur patroli X
3
, jarak dari padang rumput X
5
, dan temperatur X
7
dengan persamaan regresi Y= -6.61+1.74X
8
- 1.40 X
1
– 0.32X
3
+ 0.17X
5
+ 1.56X
7
, dan nilai koefisien korelasi Pearson r sebesar 0.897 dan koefisien determinan R
2
sebesar 0.804 p 0.05. Hasil ini mengindikasikan bahwa rusa timor menyukai habitat dengan kelembaban yang
lebih tinggi, dekat dengan jalur patroli, jauh dari padang rumput menuju kawasan KRC, suhu tinggi dan daerah datar atau daerah dengan ketinggian rendah. Hal
ini juga menunjukkan bahwa secara umum rusa timor memiliki preferensi tertentu didalam memilih suatu tempat sebagai habitatnya. Di bawah ini disajikan uraian
singkat tentang masing-masing faktor penentu habitat preferensial rusa timor di Pulau Peucang, sebagai berikut:
Faktor Kelembaban dan Suhu Udara
Rusa timor di Pulau Peucang menyukai habitat yang memiliki kelembaban dan suhu udara tinggi. Hasil pengamatan lapang diketahui bahwa pada waktu pagi
rusa timor cenderung mendekati daerah pantai sebagai habitat dengan kondisi suhu udara lebih hangat, dan pada siang hari bergerak menuju ke tengah pulau dan
berteduh di bawah pohon berkanopi lebar dengan kondisi kelembaban udara relatif tinggi lebih sejuk. Kesukaan rusa timor menempati habitat dengan pohon
berkanopi lebar ini serupa dengan kesukaan rusa merah Cervus elaphus, namun tidak sama dengan rusa roe Bokorwski 2004. Menurut Welch et al. 1990
habitat semak belukar lebih banyak digunakan oleh rusa merah dari pada rusa roe, sedangkan habitat dengan tumbuhan berkanopi lebar lebih banyak digunakan oleh
rusa roe karena kaya tanaman herba.
Hasil pengukuran suhu dan kelembaban udara diketahui bahwa habitat yang paling disukai rusa timor di Pulau Peucang adalah habitat dengan suhu udara 28-
31
o
C, dan kelembaban udara sekitar 50 - 80. Suhu udara ini termasuk dalam sebaran suhu yang toleran untuk rusa timor, karena menurut Tuckwell 1998
rusa timor kurang tahan terhadap udara dingin, sehingga biasanya rusa timor memerlukan shelter yang memadai untuk berlindung dan habitat yang memiliki
sumber pakan berenergi tinggi agar dapat bertahan di habitat bercuaca dingin.
Pengamatan lapang menunjukkan bahwa pada malam hari rusa timor cenderung berada di daerah terbuka yang berdekatan dengan jalur patroli dengan
lebar 0 – 20 m. Selain itu pada malam hari rusa timor juga banyak ditemukan
beristirahat sambil memamahbiak di daerah padang rumput grazing area yang
19 tidak terlalu luas + 0.5 ha dengan kondisi yang lebih hangat karena telah
menerima paparan sinar matahari sepanjang hari.
Faktor Ketinggian Tempat
Rusa timor tidak menggunakan seluruh wilayah ketinggian di Pulau Peucang sebagai habitatnya, karena fakta lapang menunjukkan bahwa rusa timor
ternyata cenderung memilih daerah datar sampai dengan ketinggian tertentu sebagai habitat preferensialnya. Hal ini dibuktikan bahwa daerah dengan
ketinggian tertinggi 71 m ternyata tidak digunakan rusa timor sebagai habitatnya. Hasil uji statistik Chi Square -
χ
2
menunjukkan bahwa perbedaan ketinggian tempat berpengaruh nyata p0.05 terhadap keberadaan rusa nilai
χ
2
χ
2 hitung
= 15.50 χ
2 0.05,2
= 5.99. Rekapitulasi hasil perhitungan X
2
disajikan pada Tabel 2.14. Kondisi ini menunjukkan bahwa umumnya rusa timor lebih menyukai
daerah datar sebagai habitatnya terutama untuk tempat istirahat pada malam hari, dan tidak menyukai daerah dengan ketinggian lebih dari 40 m. Hasil perhitungan
Indeks Neu membuktikan bahwa perbedaan ketinggian tempat berpengaruh nyata P0.05 terhadap keberadaan rusa timor di Pulau Peucang Tabel 2.15.
Meskipun secara umum rusa timor diakui sebagai satwa yang memiliki kemampuan adaptasi tinggi terhadap perubahan kondisi lingkungan termasuk
toleransinya terhadap perbedaan ketinggi tempat hingga mencapai 2600 m Padmala et al. 2003 namun fakta di Pulau Peucang menunjukkan bahwa
umumnya rusa timor cenderung lebih menyukai daerah dengan ketinggi 20-40 m.
Tabel 2.14 Rekapitulasi perhitungan χ
2
untuk menguji hubungan antara kehadiran rusa dengan ketinggian tempat
Ketinggian m
Luas Ha
Proporsi Frekuensi
observasi Oi
Frekuensi harapan
Ei O
i
-E
i 2
Ei 1
2 3
4 5
6 0 - 20 m
74 0.17
15 11.98
0.76 20 - 40 m
252 0.58
52 40.85
3.05 40 m
106 0.25
3 17.17
11.69 Jumlah
432 70
70.00 15.50
Frekuensi harapan rusa Ei = kolom 3 x jumlah kolom 4 Gaspersz 1994, χ
2 hitung
= 15.50 χ
2 0.05,2
= 5.99.
Tabel 2.15 Indeks Neu preferensi habitat rusa terhadap ketinggian tempat
Kelas Lereng Ketersediaan
Perjumpaan rusa Indeks
Luas Ha
Proporsi a
Tercatat n
Proporsi r
Seleksi w
Terstandar b
0 - 20 m 74
17 15
21 1.235
0.46
20 - 40 m 252
58 52
74 1.276
0.48
40 m 106
25 3
4 0.160
0.06 432
100 70
2.671 1.00
Berdasarkan Tabel 2.15 di atas terlihat bahwa rusa timor di Pulau Peucang hanya menyukai daerah dengan ketinggian 0
– 20 m sampai 20 – 40 m, dan tidak menyukai daerah yang lebih tinggi meskipun bebas dari gangguan manusia.
Fenomena ini berbeda dengan rusa merah dalam penggunaan habitatnya selama musim panas dan dingin sesuai dengan pernyataan Palmer dan Truscott 2003
bahwa rusa merah selama musim dingin lebih cenderung menyukai habitat berketinggian rendah, lebih terlindungi dan memiliki tutupan tajuk yang tinggi.
20
Faktor Jarak dari Jalur Patroli
Jalur patroli diketahui mempengaruhi keberadaan rusa timor terutama pada siang hingga malam hari. Hasil uji statitik Chi square
– X
2
menunjukkan bahwa rusa timor memiliki perbedaan tingkat kesukaan habitat dengan jarak tertentu dari
jalur patroli ditandai dengan nilai χ
2 hitung
= 27.68 ≥ χ
2 0.05,3
= 7.81 Tabel 2.16. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa semakin jauh jarak suatu tempat sebagai
habitat rusa dengan jalur patroli maka semakin sedikit dijumpai rusa timor. Secara umum keberadaan rusa di sekitar jalur patroli paling banyak
ditemukan pada jarak 0 sampai 100 m, sebagaimana dibuktikan dengan hasil perhitungan Indeks Neu W1 seperti disajikan pada Tabel 2.17. Rusa timor
cenderung memilih habitat yang lebih dekat dengan manusia dengan jarak kurang dari 100 m dari jalur patroli. Kondisi menunjukkan bahwa rusa timor di Pulau
Peucang justru merasa aman dan nyaman didekat orang dan merasa kurang aman apabila berada di tengah hutan. Rusa timor di Pulau Peucang dapat dikatakan
sudah adaptif dengan manusia sehingga menunjukkan perilaku “jinak” bila berada di daerah jalur patroli, namun sangat agresif bila ditemukan di wilayah yang jauh
dari jalur patroli dalam hutan karena cenderung lebih peka sensitif dengan menunjukkan perilaku agresif kemudian lari menjauh dari manusia.
Tabel 2.16 Rekapitulasi perhitungan χ
2
untuk menguji hubungan antara kehadiran rusa dengan jarak dari jalur patroli
jarak dari jalur patroli m
Luas Ha
Proporsi p
Observasi Oi
Harapan Ei
Oi - Ei
2
Ei 1
2 3
4 5
6 0 - 100
101.99 0.39
48 27.24
15.81 101 - 200
65.62 0.25
13 17.53
1.17 201 - 300
49.56 0.19
6 13.24
3.96 301 - 400
44.89 0.17
3 11.99
6.74 262.06
70 70
27.68
Frekuensi harapan Ei = kolom 3 x jumlah kolom 4 Gaspersz 1994, χ
2 hitung
= 27.68 ≥ χ
2 0.05,3
= 7.81
Tabel 2.17 Indeks Neu preferensi habitat rusa terhadap jarak dari jalur patroli
jarak dari jalur patroli m
Kehadiran Perjumpaan
Terstandar b
luas ha
Proporsi p
Teramati n
Proporsi Seleksi
r w
1 2
3 4
5 6
7 0 - 100
101.99 38.92
48 68.57 1.76 0.55
101 - 200 65.62
25.04 13
18.57 0.74 0.23 201 - 300
49.56 18.91
6 8.57 0.45 0.14
301 - 400 44.89
17.13 3
4.29 0.25 0.08 262.06
100 70
100 3 1
Perilaku adaptif atau jinak yang ditunjukkan oleh rusa timor di habitat yang dekat dengan jalur patroli tersebut di atas dapat dimengerti karena jalur patroli
tersebut juga merupakan jalur perjalanan wisatawan dengan frekuensi kunjungan yang cukup tinggi. Melalui proses pembiasaan habituasi dari intensitas interkasi
rusa timor dengan wisatawan yang melewati jalur itu secara terus menerus akhirnya berdampak pada perubahan perilaku rusa menjadi adaptif dan lebih jinak
terhadap manusia, bahkan pada jarak sekitar 10 m rusa timor tetap terlihat tenang
21 dan cenderung memberikan respon mendekat apabila ada orang yang melewati
jalur patroli tersebut. Berbeda halnya dengan rusa-rusa yang ada di dalam hutan, umumnya menunjukkan perilaku agresif, waspada dan menghindar apabila
bertemu dengan manusia. Diperkirakan rusa timor di dalam hutan cenderung menghindari manusia sampai mencapai jarak lebih dari 50 m dari jalur patroli.
Jarak dari Padang Rumput
Keberadaan rusa di padang rumput Pasanggrahan umumnya hanya terlihat pada waktu sore hingga pagi dini hari jam 14.00
– 04.00 WIB. Sebelum waktu- waktu tersebut rusa timor di Pulau Peucang cenderung menjauh dari padang
rumput. Hasil uji statistik Chi square – X
2
menunjukkan bahwa perbedaan jarak padang rumput berpengaruh nyata terhadap kehadiran rusa timor seperti
dijelaskan pada Tabel 2.18. Adapun hasil perhitungan Indeks Neu preferensi habitat rusa timor terhadap jarak dari padang rumput disajikan pada Tabel 2.19.
Tabel 2.18 Rekapitulasi perhitungan
χ
2
untuk menguji hubungan antara kehadiran rusa dengan jarak dari padang rumput
jarak dari padang rumput m
Luas Ha
Proporsi p
Observasi Oi
Harapan Ei
Oi - Ei
2
Ei 1
2 3
4 5
6 0 - 1000 m
121.32 0.29
33 20.05
8.36 1000 - 2000 m
263.25 0.62
27 43.51
6.27 2000 m
38.91 0.09
10 6.43
1.98 423.48
70 16.60
Frekuensi harapan Ei = kolom 3 x jumlah kolom 4 Gaspersz 1994, χ
2 hitung
= 16.60 ≥ χ
2 0.05,2
= 5.99
Tabel 2.19. Indeks Neu preferensi habitat rusa terhadap jarak dari padang rumput
Berdasarkan hasil analisis tersebut Tabel 2.19 diketahui bahwa rusa timor menyukai habitat dengan jarak dari padang rumput sekitar 0
– 1000 m dan lebih dari 2000 m, namun tidak menyukai habitat yang berjarak 1000-2000 m dari
padang rumput. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa rusa timor di Pulau Peucang
memiliki dua arah pergerakan secara berlawanan didalam memanfaatkan suatu habitat sebagai area padang rumput grazing area untuk mencari makan.
Kelompok rusa timor yang berada di suatu habitat dengan jarak 0-1000 m dari padang rumput cenderung bergerak menuju areal padang rumput di
Padangsanggrahan PSG untuk istitrahat pada malam hari, namun apabila keberadaan rusa timor tersebut berjarak 2000 m dari areal padang rumput maka
cenderung bergerak mengarah ke areal padang rumput di Karang Copong KRC.
jarak dari jalur patroli
m Kehadiran
Perjumpaan Terstandar
b Luas
ha Proporsi
p Teramati
n Proporsi
r Seleksi
w 1
2 3
4 5
6 7
0 - 1000 m 121.32
28.64 33
47.14 1.65
0.43 1000 - 2000 m
263.25 62.16
27 38.57
0.62 0.16
2000 m 38.91
9.19 10
14.29 1.55
0.41 423.48
99.99 70
100 3.82
1
22 Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kelompok-kelompok rusa timor di kedua
habitat tersebut PSG dan KRC terlihat sudah adaptif dengan kehadiran manusia, sehingga ketika berada di areal padang rumput dari kedua habitat tersebut, rusa
tidak lagi menunjukkan perilaku agresif atau menghindar, melainkan rusa tampak tenang dan terus melakukan kegiatan memamahbiak sambil berisitirahat tanpa
merasa terganggung dengan kehadiran aktivitas manusiadi sekitarnya.
Secara umum rusa timor digolong sebagai pemakan rumput grazer seperti halnya rusa sika Hofmann 1985 meskipun dalam kondisi tertentu dapat bersifat
browser atau pemakan semak tergantung pada ketersediaan tumbuhan pakannya di suatu habitat. Hasil pengamatan di Pulau Peucang juga menunjukkan bahwa
rusa timor terutama rusa betina dewasa, betina remaja, anak, dan jantan remaja lebih dominan berkumpul dan melakukan aktivitas makan di padang rumput,
sehingga dapat menjadi indikasi bahwa rusa timor tersebut tergolong sebagai pemakan rumput grazer.
Berbeda halnya dengan rusa timor berkelamin jantan dewasa pada fase rangga muda, ternyata diketahui di lapangan cenderung ditemukan terbatas di
habitat berupa hutan sehingga lebih bersifat pemakan semak browser. Fakta menunjukkan bahwa rusa timor jantan fase ranggah muda sampai ranggah keras
di Pulau Peucang ternyata lebih memilih areal habitat di Cihanda, Calingcing, dan Karang Copong, dan sangat jarang ditemukan di areal Gunung Calling ataupun di
Kiara. Fenomena soliter menyendiri dari rusa timor jantan fase rangga muda ini diduga lebih sebagai cara untuk menghindari diri dari serangan jantan dewasa
yang telah memiliki rangga keras, karena kalah bersaing. Memang ada beberapa pengecualian terutama rusa-rusa jantan yang telah adaptif, maka pada fase rangga
muda mereka masih tetap terlihat berada di areal padang rumput dengan aman dan merasa tidak terganggu baik dengan rusa jantan lain maupun dengan manusia.
Fenomena persaingan kompetisi antar pejantan lebih terlihat pada saat musim kawin September-Desember. Rusa jantan dewasa pada fase rangga keras
biasanya keluar menuju areal padang rumput dan terjadi perkelahian antar pejantan untuk memperebutkan betina. Bukan mencari makan. Biasanya pejantan
yang menang menunjukkan penguasaan wilayah teritorialitas sementara pejantan yang kalah danatau yang berada pada fase rangga muda cenderung
menghindar dan bergerak ke dalam hutan atau daerah ekoton diantara hutan dan padang rumput.
Gambaran kondisi tersebut di atas mengharuskan setiap pengelola untuk dapat mengidentifikasi persebaran kelompok populasi atau individu-individu rusa
jantan fase rangga muda dan menentukan teknik pengelolaan habitatnya agar lebih memungkinkan ketersediaan tumbuhan pakan yang cukup dan berkualitas baik
sehingga dapat digunakan oleh rusa-rusa tersebut. Hal ini terutama apabila dikaitkan dengan kepentingan pengaturan pemanfaatan rusa timor sebagai
komoditas ekonomi khususnya untuk menghasilkan rangga muda velvet antler sebagai produk utamanya.
23
SIMPULAN
1. Bentuk sebaran spasial rusa timor di Pulau Peucang adalah mengelompok dengan konsentrasi pengelompokan pada malam hari adalah di daerah pantai
dari wilayah Karang Copong dan di padang rumput Pasanggrahan. 2. Kerapatan jenis vegetasi di padang rumput Pasanggrahan yang paling tinggi
adalah jampang pait Cynodon dactylon sebagai salah satu jenis pakan rusa timor. Indeks keragaman vegetasi pakan rusa timor di Pulau Peucang berada
pada kisaran rendah sampai sedang.
3. Faktor penentu keberadaan rusa di suatu tempat dipengaruhi oleh kelembaban, ketinggian, jarak dari jalur patroli, jarak dari padang rumput, dan suhu dengan
persamaan regresi Yfrekeuensi kehadiran = - 6.611 + 1.743Xkelembaban –
1.402 Xketinggian – 0.317 Xjarak dari jalur patroli + 0.170 Xjarak dari
padang rumput + 1.563 Xsuhu. koefisien diterminasi R
2
=80.4, p 0,05.
24