Kajian Pustaka LANDASAN TEORI

30 bercerai dan miskin cenderung lebih tertekan dibandingkan para ibu yang berasal dari kelas menengah, mereka seringkali kurang memberikan dukungan, pengasuhan dan keterlibatan dalam kehidupan anak-anaknya sehingga memungkinkan anaknya untuk menjadi nakal. Berdasarkan teori diatas dapat dikemukakan bahwa hubungan antara ayah dengan remaja putri sangat bergantung pada komunikasi antar kedua belah pihak, sikap dan pengasuhan dari orang tua tunggal tersebut. Orangtua yang bersedia mendengarkan remaja memiliki pemahaman yang lebih besar pada anak mereka dan kepekaan yang lebih besar pada kebutuhan mereka sehingga remaja akan merasakan dukungan dan keamanan yang lebih besar.

2.4 Kajian Pustaka

Berdasarkan tinjauan teoritik dan kepustakaan yang penulis lakukan dengan membaca literatur, media, dan jurnal-jurnal ilmiah. Terdapat berbagai penelitian yang menyangkut atas bagaimana yang berkaitan dengan delinkuensi dalam berbagai terapan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Widiastuti dan Widjaja 2004 menunjukkan semakin tinggi relasi kualitas ayah, semakin tinggi harga diri remaja putra dan begitu pula sebaliknya. Penelitian yang dilakukan oleh Maharani 2007 menunjukkan semakin tinggi peran ayah dalam pendidikan seksualitas maka semakin rendah perilaku seksual pranikah pada remaja putri begitu pula sebaliknya. Penelitian lain oleh Gizella 2011 menyebutkan bahwa remaja dengan status orang tua bercerai tidak 31 utuh lebih nakal daripada remaja dengan status orang tua yang utuh dengan hasil p=0,000 p0,05 dengan subjek 60 orang yang berusia 13-21 tahun. Penelitian lain yang dilakukan Sulastriani 2004 menyatakan kemandirian remaja putri setelah kematian ayahnya dinilai cukup baik dan mampu mandiri dalam bidang sosial serta masih mampu berinteraksi dengan lingkungan sosial namun mengalami kendala dalam hal ekonomi keluarga karena merasa ia masih kuliah, ibunya tidak bekerja dan kakaknya juga masih kuliah sehingga subjek merasa ingin bekerja untuk membantu perekonomian keluarga. Penelitian sebelumnya dalam jurnal yang ditulis oleh Prihatinningsih 2012 menyatakan bahwa remaja yang orang tuanya bercerai, ia akan mengalami kerinduan terhadap figur kedua orang tua karena mereka merasa kehilangan panutan untuk masa depannya sehingga subjek mengalami perubahan secara intelektual karena setelah kedua orang tua subjek bercerai, prestasi di sekolah menurun sehingga subjek tidak bisa konsentrasi belajar lagi di sekolah dan sikap subjek berubah, seperti perasaan subjek mudah sedih, marah, pesimis dan mencoba hal-hal yang negatif dan sangat kecewa dengan kedua orang tua subjek. Subjek melakukan hal-hal yang negatif seperti mencoba minum-minuman keras, mencoba obat-obatan terlarang, mencopet dan subjek suka berkelahi dengan orang yang membuat perasaan subjek tersinggung. Penelitian Lestiyanto pada agresivitas remaja putra yang memiliki orang tua tunggal wanita, terjadi karena beberapa faktor, seperti faktor pribadi, lingkungan kelompok sebaya, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat, tindak agresi fisik 32 yang dilakukan, yakni menyerang dirinya secara fisik, memukul dan berkelahi sedangkan agresi verbal adalah menghina, memarahi, mengejek dan mengkritik. Penelitian lain yang dilakukan oleh Vandiver 2010 menunjukkan bahwa remaja yang ditangkap karena pelanggaran seks, mayoritas dilakukan oleh remaja laki-laki sebanyak 93. Meskipun pelaku seks perempuan tercatat dalam persentase yang sedikit, namun peneliti sebelumnya menunjukkan bahwa kemungkinan banyak remaja perempuan yang melakukan pelanggaran seksual namun tidak dilaporkan kepada pihak yang berwajib. Penelitian oleh Ngale 2009 menyatakan hubungan antara struktur keluarga dan kenakalan remaja secara signifikan sebagai berikut: 1 kenakalan remaja paling banyak terdapat pada rumah yang orang tuanya masing-masing telah menikah, 2 pendidikan moral mengenai kenakalan remaja dilakukan lebih banyak oleh orang lain daripada orang tua biologis mereka sendiri, 3 Kebanyakan anak nakal berasal dari strata sosial ekonomi terendah dalam masyarakat, 4 mengenai nomor dua dan tiga, remaja nakal berasal dari keluarga dimana ditempati oleh tujuh orang atau lebih yang tinggal dalam satu atap, 5 sebagian besar orang tua dari responden penelitian memiliki penghasilan rendah yang mengharuskan mereka untuk waktu yang lama jauh dari anak-anak mereka. Dari berbagai kajian pustaka diatas maka dapat ditarik suatu benang merah yakni faktor yang sangat mempengaruhi kenakalan pada remaja yakni faktor ketidakutuhan keluarga dimana hanya ada orang tua tunggal dalam pengasuhan anak 33 dan mereka diasuh oleh ibu tunggal karena ketiadaan figur ayah. Ketiadaan figur ayah sebagai tulang punggung keluarga juga membuat perekonomian keluarga berkurang dan meskipun kenakalan remaja banyak dilakukan oleh remaja putra namun remaja putri juga melakukannya meski dalam persentase yang sedikit. Kenakalan pada remaja putri lebih mengacu pada masalah kenakalan seksual. Adanya berbagai macam penelitian tersebut dapat digunakan sebagai salah satu acuan dan pedoman untuk melakukan penelitian ini. Peneliti bisa menggali lebih dalam mengenai gambaran delinkuensi pada remaja putri yang berorang tua tunggal, maka diharapkan bisa mendapatkan temuan baru yang akan dideskripsikan dalam hasil penelitian nanti, sehingga bisa menambah hasil dari penelitian terdahulu.

2.5 Kerangka Berpikir